Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154500 dokumen yang sesuai dengan query
cover
BRA. Baskoro
"Fokus tesis ini adalah membahas pembangunan kota Jakarta Pusat sebagai kota wisata, dengan strategi memberdayakan komunitas lokal (host) yang tinggal di sekitar Objek dan Daya Tarik Wisata yang tersebar di berbagai wilayah di Jakarta Pusat. Berdasarkan hasil penelitian di Objek dan Daya Tarik Jalan Jaksa, dapat disimpulkan bahwa komunitas mempunyai peranan penting dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata. Keberadaan komunitas, jika diberdayakan secara optimal, akan mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Setidaknya ada lima modal sosial yang ditemukan di Komunitas lokal Jalan Jaksa yang berguna bagi pengembangan objek dan daya tarik wisata pada khususnya dan pengembangan kota wisata pada umumnya.
Berdasarkan hasil temuan ada lima modal sosial yang dominan, yakni : 1) Kepercayaan terhadap Figur; 2) Aktivitas Ekonomi; 3) Jaringan Sosial; 4) Penerimaan Masyarakat; dan terakhir 5) Organisasi komunitas. Lima modal sosial tersebut yang kemudian harus dapat dijadikan alat pemersatu dan pemobilisasi anggota-anggota komunitas untuk membentuk sebuah industri pariwisata komunitas skala kecil menengah sebagai pelaku utama aktivitas ekonomi pariwisata. Industri tersebut harus mampu mengoptimalkan produk wisata sebagaimana layaknya unit bisnis. Pengembangan industri pariwisata komunitas yang menyediakan berbagai produk dan jasa wisata di sekitar objek dan daya tarik wisata kepada wisatawan akan mampu meningkatkan taraf kehidupan komunitas di sekitar objek dan daya tarik wisata.
Tujuan ini hanya bisa dicapai apabila kebijakan, program, dan strategi pemerintahan serta dunia usaha mendukung pembangunan pariwisata berbasis komunitas. Sehingga, fungsi pemerintah dan swasta kedepannya lebih diposisikan sebagai pendukung dari keberadaan industri pariwisata komunitas. Dimana, peranan utama akan lebih ditekankan kepada komunitas lokal, agar komunitas tersebut mendapat manfaat langsung dari aktivitas pariwisata yang terjadi antara wisatawan (guest) dengan komunitas lokal (host).
Hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa rencana pengembangan kota wisata tersebut tidak bisa terbatas kepada pengembangan spasial tertentu, melainkan harus pengembangan wilayah Jakarta Pusat secara keseluruhan. Proses perencanaan tersebut harus mengabungkan beberapa kawasan wisata yang ada di Jakarta Pusat sebagai sebuah kesatuan untuk mewujudkan Jakarta Pusat sebagai kota wisata. Oleh karena itu berbagai kebijakan dan peraturan baik ditingkat popinsi DKI Jakarta dan kotamadaya Jakarta Pusat haruslah dibenahi dan diselarasakan untuk mendukung tumbuhnya sentral-sentral aktivitas pariwisata yang akan menjadi magnet bagi aktivitas ekonomi masyarakat.
Sebagai kesimpulan dapatlah dikemukakan bahwa secara konseptual dan empirik pendekatan pembangunan kota pariwisata berbasis komunitas perlu dijadikan sebagai mainframe utama dalam pembangunan kota di Indonesia. Karena, secara teoritis, pembangunan kota pariwisata akan mampu meningkatkan taraf kehidupan komunitas di sekitar objek dan daya tarik wisata. Pada akhirnya dampak ekonomi dari pariwisata akan lebih terdistribusikan secara merata di masyarakat dan tidak lagi dimonopoli oleh segelintir orang.

This thesis focuses on the development of a district area in Central Jakarta toward a Tourism City, in which the development strategy is the empowerment of the local community living around the tourism objects and touristical areas throughout the distict. This study finds out that the role of the local community is significant in maintaining the area as a tourism destination. The community themselves, if developed well, will be a distinct asset to the attracti tourists. This study identified that the Jalan Jaksa community possesses at least five social capitals useful to the development of the area as a tourism object and attraction more specifically, and Jakarta as a tourism destinantion in general.
Those five most dominant social capitals identified are: 1) Trust in Indivual Figures, 2) Economic Activites, 3) Social Networks, 4) Community Acceptance of Tourists, and 5) The Local Organizations. Those five social capitals function both to unify the community and to mobilize the community members in establishing a small-to-medium scale, community based, tourism industry. This industry should be able to optimize its tourism products to resemble a normal operation of a business unit. The development of the community-based tourism industry providing diversified products and services in the neighborhood to the visitors will help improve the standards of living of the target community.
This aim can only be achieved if the policies, programs, and strategies made by the government and the business world can hand in hand support this community-based tourism development. Therefore, government and non-government functions in the future should be geared towards assisting this community-based tourism to flourish. The main role is place don the local community so that the local community will take the most benefit out of the engagements between the guests or tourists and the local community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T 26177
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"The precious stone is said to be able to create attraction, because of its unique shape and beautiful colour, and the making process from natural stone to jewelry. The location of precious stone getting such in Rawa Bening Market Jakarta becomes an attraction its self to tourists, because of its popularity as the biggest centre of precious stone market in Indonesia and also because of the factor of various option of the stone is relatively more available, either natural stone from Indonesia or from other countries. The tourists who has been visited this Rawa Bening Market bought the precious stone on purpose because of their profession, collector and half of other tourist visited this location, because of the second alternative option after they did tourism activities in Jakarta."
JUKIN 2:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhan Arsy Putra Makarti
"DKI Jakarta memiliki potensi wisata seperti wisata sejarah. Banyaknya peristiwa bersejarah yang terjadi di DKI Jakarta pada masa lalu, membuat DKI Jakarta memiliki banyak area wisata sejarah. Masing-masing area wisata sejarah di DKI Jakarta memiliki tingkat daya tarik yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat daya tarik area wisata sejarah di DKI Jakarta serta mengetahui hubungan antara tingkat daya tarik area wisata sejarah di DKI Jakarta dengan jumlah wisatawan dan karakteristik wisatawan. Metode yang digunakan adalah analisis areal differentiation dan analisis deskriptif secara keruangan serta menggunakan uji statistik chi square untuk mencari hubungan antara tingkat daya tarik dengan jumlah wisatawan dan karakteristik wisatawan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat daya tarik area wisata sejarah di DKI Jakarta sebagian besar berada pada kelas rendah. Berdasarkan hasil uji statistik chi square, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat daya tarik area wisata sejarah di DKI Jakarta dengan jumlah wisatawan dan karakteristik wisatawan. Hal tersebut menyatakan bahwa tidak semua area wisata sejarah di DKI Jakarta yang memiliki tingkat daya tarik tinggi akan dikunjungi banyak wisatawan, begitupun sebaliknya. Meskipun tidak ada hubungan yang signifikan, pada realitanya tetap ada area wisata sejarah yang memiliki tingkat daya tarik tinggi dan memiliki jumlah wisatawan yang banyak, atau area wisata sejarah yang memiliki tingkat daya tarik rendah dan memiliki jumlah wisatawan yang sedikit. Selain itu, tingkat daya tarik area wisata sejarah di DKI Jakarta juga tidak memengaruhi karakteristik wisatawan yang mengunjungi area wisata sejarah tersebut.

DKI Jakarta has tourism potential such as historical tourism. The number of historical events that occurred in DKI Jakarta in the past has made DKI Jakarta has many historical tourism areas. Each historical tourism areas in DKI Jakarta has a different level of attractiveness. This study aims to determine the level of attractiveness of historical tourism areas in DKI Jakarta and to determine the relationship between the level of attractiveness of historical tourism areas in DKI Jakarta with the number of tourists and tourist characteristics. The method used is a areal differentiation and descriptive analysis spatially and uses the chi square statistical test to find the relationship between the level of attractiveness and the number of tourists and tourist characteristics. The results showed that the level of attractiveness of historical tourism areas in DKI Jakarta is mostly in the low class. Based on the results of the chi square statistical test, there is no significant relationship between the level of attractiveness of historical tourism areas in DKI Jakarta with the number of tourists and tourist characteristics. This states that not all historical tourism areas in DKI Jakarta that have a high level of attractiveness will be visited by many tourists, and vice versa. Although there is no significant relationship, in reality there are historical tourist areas that have a high level of attractiveness and have a large number of tourists, or historical tourism areas that have a low level of attractiveness and have a small number of tourists. In addition, the level of attractiveness of historical tourism areas in DKI Jakarta also does not affect the characteristics of tourists visiting these historical attractions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Nawang Wulan
"Pariwisata merupakan salah satu sektor perekonomian yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan negara. Beragamnya jenis objek wisata di Jawa Barat telah membuat provinsi ini ditetapkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia. Di Jawa Barat, Kabupaten dan Kota Sukabumi yang terbanyak memiliki objek wisata alam.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat daya tarik objek wisata mata air panas menggunakan metode analisis spasial dan deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat daya tarik searah dengan kelengkapan fasilitas, karakteristik fisik yang memadai dan jumlah pengunjungnya. Hal ini ditunjukan dengan: bila fasilitas di lokasi tersebut lengkap, dengan suhu mata air panas kurang dari 45°C, kemiringan lereng kurang dari 40%, dan banyak dikunjungi wisatawan, maka tingkat daya tarik objek wisata tersebut tinggi seperti yang terdapat di objek wisata mata air panas di Cisolok.

Tourism is one of economic sectors which could be reliable as a country's income. Various types of tourism resort in West Java had turned this province into one of tourist destinations in Indonesia. Here, in West java, Sukabumi Regency (Kabupaten Sukabumi) and Sukabumi City (Kota Sukabumi) are the two places which has the biggest total numbers of natural tourist resorts.
This research purpose is to know the attraction levels of hot springs as a tourism resort using spatial and descriptive analysis methods.
The result shows the attraction levels had the same agreements with adequate physical characteristics, full supports of non physical characteristics, and also numbers of visitors. Which means, if it has fully supports with facilities, has less than 45°C temperature on its hot spring, less than 40% slope area, and has great numbers of visitors, it must have a highest attraction level among others, as in hot spring tourism resort in Cisolok.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1274
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Maulana
"Kabupaten Kuningan memiliki beberapa objek wisata yang banyak menarik kunjungan wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan asing. Objek wisata yang diteliti meliputi Waduk Darma, Balong Keramat Darmaloka, Balong Ikan Cigugur, Taman Purbakala Cipari, Buper Palutungan, Gedung Perundingan Linggarjati, Linggarjati Indah, Curug Sidomba, Kolam Pemandian Cibulan, dan Telaga Remis.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui hubungan tingkat daya tarik dan karakteristik objek wisata di Kabupaten Kuningan. Metode analisis yang digunakan adalah metode spasial komparatif deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat daya tarik dan karakteristik objek wisata. Objek wisata dengan tingkat daya tarik tinggi cenderung berada di kelas jalan provinsi dengan fasilitas wisata yang lengkap dan aksesibilitas yang mudah dijangkau. Sedangkan objek wisata dengan tingkat daya tarik rendah cenderung berada di kelas jalan lokal dengan fasilitas wisata yang kurang lengkap dan aksesibilitas yang sulit dijangkau.

Kuningan Regency has several interesting tourist objects that many tourists visit both public and tourists from outside Kuningan Regency itself. Research objects are Waduk Darma, Balong Keramat Darmaloka, Balong Ikan Cigugur, Taman Purbakala Cipari, Buper Palutungan, Gedung Perundingan Linggarjati, Linggarjati Indah, Curug Sidomba, Kolam Pemandian Cibulan, and Telaga Remis.
The purpose of the research is to identify the correlation of level tourist attraction and characteristic of attraction in Kuningan Regency. The analytical method used in this research is a descriptive comparative spatial.
The result show that there was no correlation between the level tourist attraction and characteristic of attraction. Attraction with a high level of attractiveness disposed to be in the class province with complete tourist facility and good accessibility. While the attraction with low level attractiveness disposed to be in the class local roads with uncomplete tourist facility and bad accessibility.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Turman
"Wisata Konvensi memiliki keunggulan-keunggulan lebih bila dibandingkan dengan usaha atau kegiatan wisata biasa, sehingga ia merupakan primadona kegiatan kepariwisataan dan menjadi incaran banyak negara di dunia. Usaha memajukan wisata konvensi akan memacu pertumbuhan kunjungan wisatawan ke suatu destinasi. DKI Jakarta sebagai salah satu destinasi utama wisata konvensi di Indonesia memiliki potensi yang kuat untuk disejajarkan dengan destinasi-destinasi wisata konvensi lainnya di kawasan Asia.
DKI Jakarta sebagai destinasi wisata konvensi internasional telah dikomunikasikan oleh banyak pelaku dengan fungsi dan tugas yang berbeda antara satu pelaku dengan pelaku yang lainnya. Para pelaku dimaksud yaitu : Direktorat Jantiara/ Pariwisata, Dinas Pariwisata DKI Jakarta, Biro Konvensi Jakarta, Badan Promosi Pariwisata Indonesia, usaha-usaha pariwisata (konvensi) dan assosiasi. Metode pengkomunikasian dilaksanakan dengan pendekatan komunikasi pemasaran, yang salah satu elemennya adalah promosi. Dalam hal ini, penulis mencoba mengkaji penggunaan konsep bauran promosi atau promotional mix sebagai metode untuk mempromosikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan wisata konvensi.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksploratif-deskriptif dengan kajian pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh data primer, penulis menggunakan teknik wawancara dan teknik observasi terlibat atau desk research (participant observation). Pemilihan informan sebagai sasaran wawancara didasarkan kepada 'anggapan' bahwa mereka telah mewakili keseluruhan pelaku. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil diskusi kelompok terfokus (focus group discussion) dan dari literatur-literatur yang ada.
Temuan kajian yang paling utama adalah bahwa dari sejumlah pelaku promosi, hanya Dinas Pariwisata DKI Jakarta dan Biro Konvensi Jakarta sebagai pelaku utama (secara signifikan) mempromosikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan konvensi. Para pelaku promosi lainnya adalah sebagai pelaku yang 'berkewajiban' memberikan dukungan dan bantuan, bukan sebagai pelaku utama. Walaupun para pelaku mengatakan bahwa mereka telah menggunakan konsep bauran promosi sebagai metode promosi, namun sesungguhnya mereka belum menjadikan konsep bauran promosi (promotional mix) secara tepat dan sistematis sebagai acuan dalam menyusun struktur dan pelaksanaan kegiatan kegiatan promosi. Pemahaman mengenai kondisi keberhasilan destinasi pesaing utama (dalam hal ini Singapura), bermanfaat untuk dijadikan acuan bagi penetapan kebijakan dan strategi/taktik promosi. Penelitian ini juga menemukan kecenderungan perbedaan signifikansi penggunaan elemen-elemen konsep bauran promosi dari satu pelaku dengan pelaku yang lainnya, karena didasarkan pada fungsi, tugas pokok, dan tujuan masing-masing pelaku. Di samping itu, penulis menungkapkan pula signifikansi penggunaan masing-masing elemen bauran promosi. Para pelaku mengakui bahwa metode bauran promosi dianggap relevan sebagai tools untuk mempromosikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan wisata konvensi. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, penulis menawarkan rekomendasi berupa rancangan formulasi pelaksanaan promosi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vadia Virgina Jamila
"DKI Jakarta diketahui sebagai tempat pertemuan dari etnis yang bersifat heterogen, sehingga memungkinkan adanya interaksi antar berbagai macam kebudayaan yang menciptakan terbentuknya cikal bakal etnis Betawi. Sehubungan dengan pelestarian budaya Betawi sebagai identitas dari ibukota, DKI Jakarta mengembangkan destinasi pariwisata berbasis budaya, khususnya Betawi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik lokasi objek wisata budaya Betawi berdasarkan serta hubungan antara karakteristik lokasi, karakteristik wisatawan, dan pergerakan wisatawan pada objek wisata budaya Betawi. Variabel dalam penelitian ini meliputi karakteristik lokasi, karakteristik wisatawan, dan pergerakan wisatawan. Metode penelitian ini menggunakan analisis spasial deskriptif. Dapat dipahami bahwa Perkampungan Betawi Setu Babakan memiliki tipe memadai dan strategis serta termasuk ke dalam objek wisata budaya Betawi bernuansa . Untuk di Anjungan DKI Jakarta memiliki tipe kurang memadai dan kurang strategis serta Museum Kebahariaan Rumah Si Pitung memiliki tipe tidak memadai dan tidak strategis, termasuk ke dalam objek wisata budaya Betawi bernuansa historical Selain itu, dapat dipahami bahwa lokasi, karakteristik wisatawan, dan pergerakan wisatawan tidak memiliki hubungan.
DKI Jakarta is known as a encounter place of heterogeneous ethnic groups, so it possible for interactions among the ethnicities which has formed Betawi ethnic. As Betawi culture preservation functioned as a identity of the capital city, DKI Jakarta developed cultural-based tourism destination, espesially Betawi culture. This research is being used to know the differences between characteristic of location, characteristic of tourist and tourist movement on Betawi cultural tourism objects. Variable in this research are characteristic of location, characteristic of tourist and tourist movement. The method in this research used spatial and descriptive analysis. It could be known that Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan has adequate and strategic type and included as the cultural nuanced of Betawi cultural tourism objects. In this research, it known that Anjungan DKI Jakarta has less adequate and less strategic type, Museum Kebahariaan Rumah Si Pitung has not adequate and not strategic, included as the historical nuanced of Betawi cultural tourism object. On the other hand, it known that characteristic of location, characteristic of tourist and tourist movement have no relation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah Finur Fithriah
"Kota Jakarta sebagai ibukota negara merupakan salah satu tujuan wisata bagi wisatawan di Indonesia. Berbagai objek wisata yang disuguhkan kota ini memicu wisatawan untuk mengunjunginya, meskipun pergerakan mereka terbatas. Terbatasnya pergerakan ini disebabkan oleh kemacetan dan kurangnya ketersediaan sarana transportasi publik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan pola pergerakan wisatawan yang terbentuk berdasarkan jarak, moda transportasi, dan tipologi wisatawan di DKI Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara langsung dan observasi lapang yang dianalisis menggunakan analisis deskriptif keruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan di Jakarta hanya mengunjungi satu objek wisata atau bergerak dengan tipe single point dan merupakan wisatawan dengan tipologi individual mass tourist jika ditinjau berdasarkan jarak antar objek wisata jarak metrik , waktu yang harus ditempuh dengan melewati titik kemacetan, serta moda transportasi yang dipilih.

Jakarta as the capital city of Indonesia is one of tourist destinations in Indonesia. Various attractions in this city is triggering tourists to visit, even when their movement is limited. This movement limitation is caused by traffic jam and the lack of supply from public transportation provided.This study aims to analyze the difference of tourist movement patterns based on distance, mode of transportation, and tourist typology in DKI Jakarta. The method used in this research is direct interview and observation which analyzed with spatial descriptive analysis. The result of the research shows that the majority of tourists in Jakarta only visit one tourism site or move in single point pattern with the type of individual mass tourist according to the distance between tourism object, time to pass by traffic jam point, and selected transportation mode.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratri Candra Restuti
"Objek wisata alam yang diteliti meliputi Goa Jatijajar, Goa Petruk, Pantai Petanahan, Pantai Logending, Pantai Karangbolong, dan PAP Krakal. Variabel yang digunakan adalah jumlah pengunjung, atraksi, fasilitas wisata dan aksesibilitas. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan pendekatan keruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa objek wisata dengan tingkat daya tarik tinggi memiliki kecenderungan site attraction yang beragam dan adanya event attraction. Ditunjang pula dengan ketersediaan faslitas yang lengkap, aksesibilitas berupa kelas jalan propinsi dan ketersediaan angkutan umum yang memadai. Hal ini terlihat pada objek wisata Goa Jatijajar. Sedangkan objek wisata dengan tingkat daya tarik rendah mempunyai kecenderungan site attraction yang tidak beragam dan tidak terdapatnya event attraction. Selain itu, ketersediaan fasilitas yang tidak lengkap. Kelas jalan yang menjangkau lokasi wisata merupakan kelas lokal dengan ketersediaan angkutan umum yang kurang memadai. Seperti ditunjukkan oleh objek wisata Goa Petruk, Pantai Karangbolong, dan PAP Krakal.

This research purpose is to know the attraction level of natural tourist resorts in Kebumen Regency. Research objects are Jatijajar Cave, Petruk Cave, Petanahan Beach, Logending Beach, Karangbolong Beach, and Krakal Hotspring. The result show that natural tourist resort with high attraction level have some characteristic. They are many site attraction and event attraction, completed with tourist facility and good accessibility. This condition have been showed in Jatijajar Cave. But, natural tourists resort with low attraction have less site attraction and event attraction, uncomplete tourist facility and bad accessibility. They are Petruk Cave, Karangbolong Beach, and Krakal Hotspring.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S34193
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Handayani
"ABSTRACT
Bogor Botanical Gardens (836) is one of the most popular tourist destinations sites in the world
Established by C.G.C. Reinwartd on May 18, 1817, which covered an area of 87 hectares, the garden ha; many attraction to offer. The plants diversity richness, the beauty of the landscape architect, the theme park and the historic buildings provide a good source of information for educational tour for visitors. An effort to improve tourism support facilities should always be prioritized in order to reach its mission as an environment education based destination area."
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya - LIPI, 2017
580 WKR 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>