Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60133 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adi Indra Winata
"Shell and tube Heat Exchnger adalah alat penukar kalor yang banyak sekali digunakan di dunia industri. Saat ini kebanyakan perusahaan dalam merancang suatu alat penukar kalor tipe shell and tube menggunakan metode perhitungan manual ataupun software tersendiri dan pembuatan kerja dilakukan dengan software AUTOCAD 2D, dimana kedua proses ini dilakukan secara terpisah yang membutuhkan waktu yang relatif lama. Namun seiring dengan permintaan industri yang terus meningkat dan kemajuan teknologi yang cukup pesat maka dibutuhkan perbaikan atau pengembangan (improvement) dari proses perancangan produk alat penukar kalor ini.
Oleh karena itu dibuatlah sebuah metode otomasi desain yang mengintegrasi proses perhitungan dan pembuatan gambar kerja. Proses perhitungan menggunakan software VBA microsoft excel sedangkan pengambaran dan pemodelan konstruksi menggunakan software Autodesk Inventor. Kedua proses bekerja terintegrasi dalam sebuah template.
Dengan otomasi desain 3D template ini diharapkan dalam perancangan produk alat penukar kalor ini dapat menghasilkan produk yang optimal dan dapat memenuhi keubutuhan desain, melalui proses yang relatif cepat.

Shell and tube Heat Exchanger is a device used for exchanging heat which is often used in industries. Nowaday, most corporations are using manual or software mathematic methods in calculating and designing a shell and tube heat exchanger, and for creating drawing, they use software AUTOCAD 2D where these two process are done separately and taking a long period of time. But along with great increasing demand and improvements in technology, an improvement or development in designing the heat exchanger device is needed.
That is why an auto design method which integrate the calculation and design of the drawing is created. The calculation process use VBA microsoft excel software and for the drawing and construction modelling process use Autodesk Investor software. Both of the processes work integrately in a template.
By using the 3D template auto design, optimal results of designing heat exchanger device can be created and fulfilling the design requirement through a fast process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50743
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Damis Widiawaty
"Riset ini bertujuan melakukan analisis prosedur desain dan redesain alat penukar kalor tipe shell and tube dengan CFD pada reboiler turbin mikro bioenergi proto x-2 dan CO2 stripper reboiler PT Pupuk Iskandar Muda. Metode desain dimulai dari kalkulasi manual metode Kern dan konstrain desain pressuredrop di sisi tube harus di bawah 277 Pa. Kemudian dilakukan simulasi 1 fasa SolidWork 2010 dan 2 fasa dengan sofware CFDSof. Metode redesain diawali dari analisis kondisi terpasang dilanjutkan dengan redesain dengan 3 model. Fokus redesain adalah untuk menganalisis korosi pendidihan dengan CFD dan perubahan desain untuk mengurangi fraksi uap.
Eksperimen reboiler turbin dan hasil simulasi menunjukkan peningkatan temperatur pada titik ukur 1 lebih cepat dibandingkan dengan titik ukur 2, sehingga uap lebih dulu terbentuk pada titik ukur 1. Hasil simulasi menunjukkan pembentukan uap mulai terjadi pada jarak 85 mm dari tubesheet. Berdasarkan simulasi 2 fasa, model redesain 2 yaitu posisi outlet shell 880 mm dari tubesheet adalah yang terbaik karena proses pendidihan lebih sedikit yang direpresentasikan oleh pembentukan fraksi uap tertinggi hanya 0,0002. Dengan mengunakan simulasi CFD, desain reboiler CO2 stripper reboiler lebih baik dibandingkan desain reboiler turbin, karena pada reboiler CO2 stripper reboiler penguapan terjadi mendekati outlet sehingga uap lebih lebih mudah keluar.

The aimed of this researched is analized procedure of design and redesign shell and tube heat exchanger used CFD for micro bioenergy gas turbine proto x-2 and CO2 stripper reboiler?s PT Pupuk Iskandar Muda. The design method was started with manual calculation using Kern method and the constrain was pressuredrop exhaust gas must be under 277 Pa. The next step was simulated the model with SolidWork 2010 for one phase and CFDSof for two phase. The method of redesign was previously analized the existing condition and then continued with changed the original model with 3 redesign model which is produced less vapor fraction.
The experiment and simulation of turbine reboiler showed that the temperature of water increasing faster at measuring point 1 than measuring point 2 therefore water vapor started at 85 mm from inlet of exhaust gas. The redesign 2 which is the distance outlet 880 mm from tubesheet was the best design because it's produced the lowest vapor fraction 0,0002. On all the CFD could showed the pendidihan process for both of the reboiler, it showed that the CO2 stripper reboiler design was better than the turbine reboiler because the vaporation was started near the outlet.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31064
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Fadhlurrohman
"Sistem pendingin dan pemanas banyak digunakan khalayak umum. Ini membuat penggunaan energi yang tinggi disertai dengan efek pemanasn global.
Solusi dari permasalahan ini ialah menggabungkan kedua sistem tersebut dimana panas hasil pendinginan akan digunakan untuk memanaskan. Salah satunya untuk memanaskan air. Komponen yang berperan penting ialah heat exchanger, dalam penulisan ini dipilih Shell and Tube dikarenakan kapasitas besar dan perawatan yang mudah.
Didapatkan dari hasil analisa pada sistem ideal bahwa kapasitas pemanasan paling tinggi ialah ketika temperatur kerja AC 20oC dengan nilai 2,9 kW dengan waktu pemanasan 31 menit 18 detik dan untuk paling rendah pada temperatur kerja AC 25oC dengan nilai 2,8 kW dengan waktu pemanasan 32 menit 30 detik.

Cooling and heating systems are widely used by public. This makes high energy usage accompanied by a global heating effect.
The solution to this problem is to combine the two systems where the heat from the cooling will be used for heating. One of them is to heat water. The component that plays an important role in the heat exchanger. In this paper, Shell and Tube was chosen because of its large capacity and easy maintenance.
It is obtained from the analysis on the ideal system that the highest heating capacity is when the AC working temperature is 20oC with a value of 2,9 kW with a heating time of 31 minute 18 seconds and for the lowest in 25oC of AC working temperature with a value of 2,8 kW with a heating time of 32 minute 30 seconds.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rino Jaya Pranoto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S37138
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfy Faluthi Firdaus
"ABSTRAK
Peralatan penukar panas tipe shell and tube merupakan peralatan yang berfungsi untuk mentransfer panas di antara dua atau lebih fluida. Di industri pengolahan minyak, peran peralatan ini sangatlah penting. Kegagalan pada alat penukar panas akan berdampak terhadap keandalan, ketersediaan, dan keamanan peralatan secara keseluruhan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerugian finansial. Oleh karena itu, penyelidikan perlu dilakukan untuk mengetahui akar penyebab kegagalan tabung penukar panas, sehingga kegagalan yang serupa tidak terulang kembali di kemudian hari. Penyelidikan dilakukan pada bagian shell dan tube yang meliputi pengamatan lapangan, pengukuran dimensi, pengamatan visual, serta melakukan pengujian tidak merusak menggunakan die penetran.
Dari pengamatan pada bagian shell, tidak tampak ada tanda kerusakan pada bagian luar maupun dalam, sedangkan pengamatan pada bagian tube tampak tanda kerusakan sehingga dilakukan pengujian metalografi dengan mikroskop optik dan pemindaian mikroskop elektron, dan analisis komposisi kimia.
Hasil analisis menyimpulkan bahwa akar penyebab kegagalan pada tube adalah karena retak korosi retak tegang (stress corrosion cracking), yang disebabkan oleh kombinasi dari lingkungan kerja asam dan tegangan tarik.

ABSTRACT
Shell and tube type heat exchanger is the equipment that functioned to transfer heat between two or more fluids. In the oil processing industry, the role of this equipment is very important. Failure of the heat exchanger will have an impact on the overall reliability, availability and safety of the equipment, which in turn can cause financial losses. Therefore, an investigation needs to be carried out to find out the root cause of the failure of the heat exchanger tube, so that similar failures do not recur in the future. Investigations were carried out on the shell and tube sections which included field observations, dimensional measurements, visual observations, as well as non-destructive testing using die penetrants.
From observations on the shell, there were no visible signs of damage either on the outside or inside, while observations on the tube showed signs of damage so metallographic testing with optical microscop and scanning electron microscop, and chemical composition analysis were carried out.
The results of the analysis concluded that the root cause of failure in the tube is due to stress corrosion cracking, which is caused by a combination of acid working environment and tensile stress."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirawan
"Laporan ini merupakan tugas akhir penulis dalam studinya di Queensland University of Technology (QUT), Brisbane, Australia. Penulis bergabung ke dalam tim projek Dual Fuel Engine dengan pengawasan Dr. Richard Brown yang berpusat pada penelitian, perancangan, pelaksanaan dan mengoptimalkan system dual fuel yang ditemukan dan dipatentkan (7,000,573 B2) oleh Mr. Uli Kruger. Di dalam tim ini, setiap anggota memiliki kontribusi masing-masing guna mengembangkan projek tersebut.
Projek penulis memusatkan pada beberapa hal, sebagai berikut: testing dual fuel engine, kaliberasi ethanol injector dan design heat exchanger. Tujuan utama dalam projek penulis adalah untuk merancang heat exchanger untuk mesin Dual Fuel yang digunakan untuk experiment lebih lanjut. Dengan perhitungan thermodynamic yang akurat diharapkan rancangan heat exchanger ini bias menyediakan energy yang cukup untuk memanaskan ethanol menjadi gas di dalam system dual fuel tersebut.
Tujuan lain dari projek ini adalah menampilkan hasil dari experiment yang dilaksanakan pada bunlan Desember 2008 dan kalibrasi ethanol injector. Menganalisa performa mesin dan mengidentifikasi setiap masalah yang mungkin timbul dalam system dual fuel. Kaliberasi ethanol injector dilakukan untuk mengetahui apakah injector yang dipilih sesuai dengan system tersebut. Mesin yang digunakan dalam projek ini adalah Mesin diesel buatan Ford dengan kapasitas 2701CC, 4 Cilinder. Kecepatan rata-rata mencapai 2500rpm, dengan ukuran bore x stroke: 108.2 x 115 (mm), volume perindahan 1057 dan rasio kompresi 15.5:1. Mesin ini yang kemudian dimodifikasi dengan Kruger dual fuel system sehingga dapat menggunakan campuran diesel dan ethanol sebagai bahan bakar.
Penggunaan campuran Ethanol dengan diesel sebagai bahan bakar, atau bias juga disebut biodiesel diharapkan dapat menjawab masalah lingkungan yang ada pada saat ini. Masalah lingkungan ini yang mendorong penelitian untuk mengurangi kebutuhan dalam sumber energy yang tidak dapat diperbaharui. Mobil merupakan sumber karbon dioxida, gas rumahkaca yang utama penyebab pemanasan global. Dalam system Dual Fuel ini, diperlukan heat exchanger yang dapat menghasilkan energy yang sama untuk memanaskan ethanol di dalam system udara bahan bakar berdasarkan perhitungan dan rancangan yang sesuai. Perhitungan lain yang harus di pikirkan dalam rancangan adalah area pemasangan heat exchanger yang sangat terbatas.
Penulis mencoba menyelesaikan masalah di atas menggunakan design type double pipe. Pemilihan type ini didasari beberapa alas an, yaitu: designnya yang sederhana, kemudahan pemasangan, ukuran yang dapat disesuaikan dengan area yang ada, dan biaya yang murah. Ukuran yang digunakan dalam rancangan tersebut disesuaikan dengan keterbatasan area, yang kemudian dimodifikasi lebih lanjut guna mencapai hasil yang maksimal. Double pipe heat exchanger dalam bentuk tradisionalnya merupakan alat yang paling sederhana untuk mengalihkan panas antara dua cairan atau gas, terdiri dari pipa di dalam pipa dengan hubungan yang tepat untuk kedua cairan atau gas tersebut, seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.1.Perhitungan rancangan heat exchanger untuk mesin yang digunakan sebagai pegujian akan diterangkan lebih lanjut pada Chapter 3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51019
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kuntara Kautsar Ridwan
"ABSTRAK
Sebuah kajian eksperimental telah dilakukan untuk mengetahui karakteristikrespon dinamik yang berupa getaran pada struktur alat penukar kalor shell and tubetipe AES. Penelitian dilakukan dengan menggunakan aktuator getaran sebagai sumbereksitasi dengan frekuensi maksimum adalah 7.33 Hz pada alat penukar kalor tanpabeban aliran. Eksitasi dilakukan dengan arah horizontal pada tiga titik yaitu, noselmasuk, nosel keluar, dan bagian tengah. Pengukuran dilakukan secara horizontal,vertikal, dan aksial pada titik yang sama ditambah dua titik lain pada support struktur.Ada dua hasil pengukuran getaran yaitu pengukuran overall dan pengukuran diskretyaitu dengan frekuensi spektrum dari masing-masing tiitk yang akan diklasifikasikanberdasarkan vibration severity chart dan table identifikasi karakteristik spektrumfrekuensi. Hasil pengukuran secara overall menunjukkan secara umum pengukuranyang dilakukan secara horizontal akan menampilkan respon yang lebih besardibandingkan dengan pengukuran vertikal dan aksial. Pada pengukuran frekuensispektrum terjadi perbedaan sekitar 1 Hz pada frekuensi eksitasi dari aktuator getarandengan yang terukur. Pengukuran spektrum frekuensi secara vertikal dan aksialmenunjukkan adanya looseness pada struktur alat penukar kalor.

ABSTRACT
An experimental study has been developed to understand dynamic responsecharacteristic which is vibration in a shell and tube heat exchanger AES type.Experiment was done by using a vibration aktuator as the excitation source withmaximum frequency about 7.33 Hz in no flow condition. The direction of the excitationis only horizontal on three different excitation points, inlet nozzle, outlet nozzle andmiddle part of the heat exchanger. Measurements were done on the same points of theexcitation and two other points, on the support of the heat exchanger, horizontally,vertically, and in the axial direction. There are two results of the measurements, theyare the overall vibration and the frequency spectrum on each point that will be classifiedbased on vibration severity chart and identification table of frequency spectrumcharacteristic. Generally the overall vibration measurement horizontally indicate thebigger response than the vertical or axial measurements. The results of frequencyspectrum measurements can indicate there is a difference between excitation frequencyand response frequency about 1 Hz. Frequency spectrum measurements done verticallyor in axial measurement can indicate there is a looseness in the structure."
2017
S68852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tengku Aditya Priandana
"This report deals with the heat exchanger modeling for the Cummins engine. The engine is used in dual fuel project that ongoing at Queensland University of Technology, interested in developing and optimizing a dual fuel engine developed by Uli Kruger. The design being calculated and designed to achieved appropriate heat exchanger that will be used at the engine. The heat exchanger need to provide sufficient heat transfer energy that required to vaporize the ethanol. The limited space that available to install the heat exchanger also needs to be considered. To overcome the requirement, student tried to calculate and design a copper tube coil heat exchanger. Beside heat exchanger, this report also determines the hazard and safety issues not only during the dual fuel engine test campaign but also when services and modification are carry out."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51021
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah H.
"Pada penelitian ini akan dipaparkan sebuah model penyelesaian secara numerik menggunakan MATLAB R2009a pada sebuah microchannel heat exchanger type evaporator, diameter hidrolik 1.46 mm dengan desain fin-louvered dan memiliki header. Microchannel heat exchanger merupakan salah satu teknologi terkini pada AC (Air Conditioning) yang mampu memberikan kinerja dan daya perpindahan kalor yang sangat besar. Model persamaan numerik yang digunakan merupakan persamaan yang telah digunakan pada penelitian penelitian sebelumnya dan akan diterapkan pada microchannel heat exchanger untuk menghitung besarnya nilai heat transfer coefficient yang menggunakan fluida refrijeran berupa propane ( ). Simulasi ini akan melakukan variable pada laju aliran massa refijeran dan diperoleh bahwa besarnya laju aliran massa fluida refrijeran akan berbanding lurus dengan besarnya heat transfer coefficient pada microchannel heat exchanger. Besarnya heat transfer coefficient pada laju aliran massa fluida refijeran 0.005 kg/s, 0.01 kg/s dan 0.02 kg/s berturut turut nilai heat transfer coefficient mencapai 335.7 ? 4059.4 W/m2 K, 335.6 ? 4020.6 W/m2 K, 335.3 ? 3965.9 W/m2 K. Adapun kualitas fluida refrijeran yang dihasilkan pada laju aliran massa refijeran tersebut adalah berturut turut 0.2664 ? 0.7571, 0.2653 ? 0.7560, 0.2647 ? 0.7541. Untuk laju aliran massa fluida refijeran yang sama pula diperoleh bahwa hubungan wall temperature akan berbanding terbalik.

In this research will be explain a numerical modeling use MATLAB R2009a in a microchannel heat exchanger type evaporator, hydraulic diameter 1.46 mm with fin-louvered design and with header. Microchannel heat exchanger was a recent technology in AC (Air Conditioning) that had high performance and high heat transfer. Numerical modeling used previous equations in last research and will be applied in microchannel heat exchanger to calculate heat transfer coefficient that used refrigeration fluid was propane ( ). This simulation will apply variable in refrigeration fluid mass flow and the result explain that refrigeration fluid mass flow is directly proportional with heat transfer coefficient pada microchannel heat exchanger. Heat transfer coefficient in refrigeration fluid mass refijeran 0.005 kg/s, 0.01 kg/s dan 0.02 kg/s berturut turut nilai heat transfer coefficient mencapai 335.7 ? 4059.4 W/m2 K, 335.6 ? 4020.6 W/m2 K, 335.3 ? 3965.9 W/m2 K and the quality of outlet condition are respectively 0.2664 ? 0.7571, 0.2653 ? 0.7560, 0.2647 ? 0.7541. For the same condition, the result relate inversely proportional with wall temperature."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Nyoman Ari Bhaskara Wiraputra
"Dalam proses pendinginan alat elektronik, heatsink adalah alat yang digunakan untuk melepas kalor yang dihasilkan oleh alat elektronik tersebut, dengan cara memperluas permukaan yang dapat memindahkan kalor dari alat elektronik ke lingkungan. Heatsink ini dibuat dengan proses manufaktur additive manufacturing, desain yang dibuat bisa tidak terbatas dibandingkan dengan metode manufaktur konvensional. Desain yang dibuat dalam penulisan ini adalah heatsink motif Batik Parang Kusumo, dengan tujuan mencari efek kelebihan dan estetika dari batik dengan bentuk batik Parang Kusumo. Dengan metode AM pula, heatsink bisa di desain agar memiliki ruang untuk diisi PCM. Pengujian dilaksanakan menggunakan wind tunnel sepanjang 2 meter yang dibagi menjadi 4 bagian, di mana heatsink ditempatkan 35 cm dari outlet wind tunnel, dengan tujuan agar udara yang melewati bagian tersebut diyakini telah fully developed. Variasi dari eksperimen ini adalah variasi kecepatan udara, variasi daya yang digunakan, dan variasi penggunaan PCM. Dengan variasi kecepatan angin 1 m/s, 1,5 m/s, dan 2 m/s, sedangkan daya digunakan adalah 30 W, 40 W, dan 50 W. Data diambil menggunakan perangkat lunak National Instruments Labview 2018, dengan menempatkan thermocouple pada fin-finnya. Setelah melakukan eksperimen diketahui bahwa didapatkan adalah heat transfer coefficient sebesar 48,2 W/m2K.

In the cooling process of electronic devices, a heatsink is a device used to release the heat generated by the electronic device, by enlarging the surface being used to dissipate heat from said electronic device. The heatsink is made through metal 3D printing, through this the design is limitless. The heatsink takes inspiration from the Parang Kusumo Batik design to achieve estethics and functional goals. With the manufacturing method, the heatsink is designed to have a cavity to be filled with PCM. The experiment uses a 2 meter long wind tunnel, the heatsink is placed 0,35 m from the outlet, with the aim that the air passing through the heatsink is fully developed. The variations of this experiment are variations in air speed, variations in the power used, and variations of the use of PCM. With variations in wind speed of 1 m/s, 1.5 m/s, and 2 m/s, while the variations of power is 30 W, 40 W, and 50 W. Data Acquisition was taken using the National Instruments Labview 2018 software, by placing a thermocouple on the fins. After conducting experiments, it is known that the heat transfer coefficient is 48.2 W/m2K."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>