Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3285 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Radhita Yuka Heragoen
"Wayang Kulit Purwa merupakan suatu pertunjukan paling berkembang diantara jenis pertunjukan wayang lainnya. Wayang Kulit memiliki beraneka ragam gaya menurut daerah dan perkembangannya masing-masing. Salah satunya adalah gaya Surakarta. gaya Surakarta lebih banyak digunakan oleh dalang karena ceritanya lebih dimengerti. Dalam setiap pertunjukan wayang kulit terdapat seperangkat perlengkapan untuk pertunjukannya. Salah satunya adalah boneka wayang. Gunungan merupakan boneka wayang yang memiliki peran penting dalam suatu pertunjukan wayang. Gunungan tersebut yaitu gunungan gapuran, gunungan blumbangan, gunungan kadewan, dan gunungan klowongan. Gunungan melambangkan alam semesta yang di dalamnya terdapat aspek-aspek yang merupakan suatu keseimbangan antara baik dan buruk.
The Purwa puppet is the most expanding show among the other type of puppet?s show. The purwa puppet has multifarious of style according to area and ets growth. One of them is Surakarta?s style. Style of Surakarta is more used by puppeteer because ets story is easy understood. In every puppet?s show has a set of peripheral to show the puppet?s play. One of them is puppet?s doll. Gunungan are puppet doll that has the important role in puppet?s show. That Gunungan are gapuran gunungan, blumbangan gunungan, kadewan gunungan and klowongan gunungan. Gunungan are the symbol of universe which there are aspects that represent the balance of goodness and badness."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11684
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Septiyani
"Gunungan wayang kulit adalah salah satu perlengkapan yang sangat penting dalam pertunjukan wayang kulit. Gunungan wayang kulit memiliki beberapa gagrag atau gaya, seperti gagrag Yogyakarta, gagrag Banyumas, gagrag Surakarta, gagrag Cirebon, dan sebagainya. Gunungan wayang kulit dengan berbagai macam gagrag memiliki simbol yang berbeda-beda satu sama lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan apa saja yang terdapat pada gunungan wayang kulit gagrag Yogyakarta dan gagrag Banyumas dengan metode analisis. Hasil penelitian ini berupa perbedaan makna simbolik yang terdapat pada gunungan wayang kulit gagrag Yogyakarta dan gagrag Banyumas.

There is one important property called gunungan in shadow puppet’s show. Gunungan shadow puppet’s have some gagrag or style, such as gagrag Yogyakarta, gagrag Banyumas, gagrag Surakarta, gagrag Cirebon, etc. Gunungan shadow puppet’s with various gagrag have different symbols from each other. This study aims to find out what the differences between gunungan gagrag Yogyakarta and gagrag Banyumas using analysis method. This result in the form of differences in symbolic significance contained in gunungan shadow puppet’s Yogyakarta and Banyumas.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarto
Semarang: Dahara Prize, 1997
791.53 SUN s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdi Arifin
"Social media is a real product of civilization. The impact of social media very influential in the effort to preserve local culture, especially the preservation of wayang kulit purwa. Recently, millenials generation has used social media in internet as an effort to preserve wayang kulit purwa. Using participation action method, this research looks at how millenials use social media top reserve wayang kulit purwa. The result shows that social media is very effective to attract people. Young people, especially, help to preserve their local culture in a current and fashionable way. This study has demonstrated that millenials have actively utilized social media to preserve local culture."
Yogyakarta: BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA D.I. YOGYAKARTA, 2017
400 JANTRA 12:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarto
Jakarta : Balai Pustaka , 1989.
791.539 2 SUN w (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Darmoko
"ABSTRAK
Permasalahan utama yang dibahas dalam penelitian ini yaitu masalah mantra. Bagaimanakah bentuk/sifat, penggunaan/penyajian, fungsi dan kedudukan mantra dalam peertunjukkan wayang kulit purwa.
Tujuan pokok penelitian ini ialah untuk mendapatkan pengertian yang utuh tentang mantra dalam pertunjukan wayang kulit purwa. Melalui analisis bentuk/sifat. Penggunaan/penyajian. Fungsi dan kedudukan mantra dalam pertunjukan wayang kulit purwa diharapkan didapatkan pengetian yang sifatnya wholleness.
Untuk meneliti unsur mantra dalam pertujukan wayang kulit purwa saya menggunakan wayang kulit purwa saya menggunakan metode analisa abstraksi. Sedangkan pendekatan yang saya gunakan ialah pendekatan intrinsik, menitikberatkan pada segala sesuatu yang terdapat di dalam karya sastra itu sendiri."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wiyono Undung Wasito
"Penelitian struktur lakon pedalangan wayang kulit purwa gaya Surakarta karya Tristuti Rachmad Suryaputra bertujuan untuk mengetahui bagaimana Tristuti mengerjasamakan unsur-unsur pembentuk lakon secara fungsional dalam rangka mewujudkan ide ceritanya. Data penelitian adalah teks lakon karya Tristuti dengan judul Kilatbuwana. Teks lakon telah diterbitkan oleh Proyek Dokumentasi Lakon Carangan yang bekerjasama dengan ASKI Surakarta, dengan ketua dewan penyunting Alan Feinstein, Surakarta 1986. Analisis struktur meliputi empat unsur dominan pembangun lakon, ialah: tema, alur, tokoh dan amanat. Untuk memperoleh maknanya yang tepat, penelitian lakon pedalangan harus di tempatkan pada rangka konvensinya sendiri, serta dikaitkan dengan budaya masyarakat Jawa sebagai penghasil karya tersebut. Prinsip konstruksi la_kon didasarkan atas kaidah-kaidah teknik teater tradisio_nal pedalangan. Di samping mempunyai unsur-unsur karya sastra umum, mempunyai unsur-unsur khas yang membedakan strukturnya dengan jenis sastra yang lain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11469
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmoko
"Skripsi ini bertujuan meneliti dan membicarakan mengenai wahyu dalam Lakon Wayang Kulit Purwa melalui telaah tentang 6 unsur wahyu, yaitu: 1. pemberi wahyu; 2. penerima wahyu; 3. proses pemberian wahyu; 4. proses penerimaan wahyu; 5. wujud wahyu dan, 6. misi wahyu. Sedangkan untuk mempertajam pengertian Wahyu Dalam Lakon Wayang Kulit Purwa diadakan perbandingan secara sederhana dengan pengertian Wahyu Dalam Agama dan Kepercayaen Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Metode penulisan yang penulis terapkan untuk menerangkan Wahyu Dalam Lakon Wayang Kulit Purwa ialah metode deskriptif, yaitu suatu metode yang berusaha untuk menguraikan (melukiskan) secara jelas suatu karya sastra. Sedangkan pendekatan yang penulis pergunakan i_alah pendekatan intrinsik, yaitu suatu pendekatan yang berusaha untuk menjelaskan teks karya sastra dari dalam karya sastra itu sendiri. Setelah penulis mengadakan analisis teks karya sastra, yaitu 6 lakon Wahyu Dalam Lakon Wayang Kulit Purwa dengan metode deskriptif dan pendekatan intrinsik, maka dalam rangka mempertajam pengertian wahyu penulis membandingkan secara sederhana antara wahyu dalam lakon wayang kulit purwa dengan wah_yu dalam agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang diperbandingkan juga keenam unsur wahyu tersebut di atas. Hasil analisis (telaah) Wahyu Dalam Lakon Wayang Kulit Purwa membuktikan, bahwa wahyu mengandung konsep-_konsep Ketuhanan, konsep-konsep budaya spiritual yang selanjutnya dapat kiranya dipergunakan sebagai bahan renungan untuk menjalankan hidup di dunia nyata. Wahyu dalam lakon wayang kulit purwa yaitu anuge_rah Sang Hyang Wisese yang diberikan oleh dewa kepada ksatria utama melalui proses ujian berat, yang diterimanya dengan sarana _laku_ di tempat yang sunyi dan suci berupa sukma, ajaran maupun cahaya untuk keperluan penyempurnaan hidup/dharma, dengan mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan dunia. Jika diperbandingkan dengan pandangan-pandangan wahyu dalam agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, wahyu dalam lakon wayang kulit purwa pada dasarny memperlihatkan suatu kesamaan, yaitu dalam keenam unsur wahyu: pemberi wahyu, penerima wahyu, proses pemberian wahyu, proses penerimaan wahyu, wujud wahyu dan mi_si wahyu. Hanya saja dalam hal pemberi wahyu dilukiskannya dengan istilah yang berlainan, namun pada hakekatnya adalah sama yaitu bahwa wahyu diberikan oleh Tuhan Yang Maha kuasa. Dalam lakon wayang kulit purwa dipakai isti_lah Sang Hyang Wisesa (dewa), dalam agama Islam dan Nasrani dipakai istilah Tuhan (Allah), dalam Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dipakai istilah Tuhan atau Allah. Kemudian dalam hal penerima wahyu pada hakekatnya adalah sama, yaitu manusia yang benar-benar dikehendaki dalam arti terpilih oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk me_nyempurnakan hidup/dharma/amal. Sedangkan dalam hal pro_ses pemberian wahyu, masing-masing pandangan itu memberikan gambaran, bahwa wahyu diberikan secara langsung den tidak langsung yang disertai pula dengan ujian yang ber_asal dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Selanjutnya dalam hal proses penerimaan wahyu pada hakekatnya adalah sama, ya_itu bahwa wahyu diterima aleh manusia yang dikehendaki oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dengan melaksanakan laku (bersamadi, bertapa, tarak brata) dan wahyu diterimanya di tempat yang sunyi dan suci (pada ruang dan waktu tertentu). Dalam hal wujud wahyu pandangan-pandangan itu melukiskannya dengan 3 macam wujud yaitu sukma, ajaran dan cahaya, yang masing-masing wujud tersebut apabila di cari hakekatnya akan sama, ialah sesuatu yang mempunyai daya lebih terhadap penerimanya dan memberikan _kekuatan_ kepadanya. Kemudian dalam hal misi wahyu masing-masing pandangan pada hakekatnya adalah sama, yaitu meningkatkan dan menyempurnakan hidup/dharma/amal, dengan mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan dunia."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmoko
"ABSTRAK
Aspek gending dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa cukup menarik untuk diteliti, karena di dalamnya dikandunq unsur instrumen dan vokal, yang merupakan perpaduan antara irama, alunan qamelan dengan sindhenan. gerongan, narasi dan komoangan.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini ialah: 1. baqaimanakah bentuk, penyajian, kedudukan dan funqsi gendhing dalam lakon/pertunjukan wayanq purwa.
Tujuan penelitian ini iaiah mengungkapkan makna gendhing dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa secara wholleness(utuh). tinjauan ini memfokuskan pada penelitian qendhinq iringan wayanq kulit purwa klasik dan mengesampingkan Gendhing iringan Penqembangan.
Sedangkan bahan sebagai data penelitian bersumber pada teks-teks karya sastra tertulis dan lisan. Teks-teks karya sastra tertulis yang dimaksud adalah bentuk lakon wayang berupa pakem tuntunan pedalangan semalam suntuk (utuh), lenqkap beserta unsur-unsur yanq mendukung. Sedangkan sumber taks lisan terdiri atas pengamatan peneliti dalam menyaksikan pergelaran langsung dan juqa mendengarkan pita kaset rekaman baik rekaman yang sifatnya live maupun rekaman studlo.
Metode penelitian yanq diterapkan ialah metode analisis deskriptif, yaitu suatu metode yang berusaha untuk menquraikan obyek (teks karya sastra - lisan tertulis) seje1as-jelasnya dan sedalam-dalamnya, sehingga didapatkan makna yang utuh. Kesimpulan yanq dapat dipetik dari penelitian ini yaitu, bahwa:
1. Gendhing dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa terdiri atas pelbagai bentuk komposisi, seperti: lancaran, ladrangan, ketawangan dan gendhing. Komposisi ini kemudian diramu sehingga menjadi padu dengan unsur-unsur yang lain, seperti: suluk, sindhenan, gerongan, dan komoangan.
2. Dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa, gendhing disajikan berdasarkan aturan (konveksi) yang telah disepakati bersama di antara seniman, sehingga adegan-adegan di dalam pertunjukan wayang kulit purwa mempergunakan gendhing-gendhing iringan yang telah ditentukan bersama.
3. Gendhing merupakan salah satu unsur di dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa yang sangat vital. Oleh karena itu unsur gendhing sangat diperlukan keberadaannya.
4. Fungsi gendhing dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa disamping sebagai musik iringan juga turut serta dalam memberikan suasana, nuansa pergelaran wayang, sehingga gendhing juga ikut menjalin keterkaitan dengan unsur-unsur yang lain.
Menqinqat kesimpulan yang telah dipaparkan diatas, maka aspek gendhing dalam lakon/pertunjukan wayang purwa mempunyai pengaruh yang besar dan keberadaannya sangat diperlukan, karena dapat dibayangkan: sebuah pertunjukan wayang kulit purwa tanpa mempergunakan gendhing sebagai iringan, tentu di sana akan terasa hambar, "njomplang", dan tidak harmonis.
"
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Darmoko
"ABSTRAK
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu, bagaimanakah bentuk dan isi, penggunaan dan penyajian, fungsi
dan peranan, serta kedudukan narasi dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa. Sedangkan tujuan penelitian ini yaitu mengu-
pas narasi agar mendapatkan makna yang utuh mengenai narasi dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode dan teknik analisis struktural, yaitu metode yang bertujuan membongkar dgn memaparkan secermat, seteliti, semenditel dan sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Analisis struktura1 bukanlah penjumlahan anasir-anasir itu, misalnya cukup didaftarkan semua kasus aliterasi, asonansi, rima akhir, rima dalam, inversi sintaktik, metafor dan metonimi segala macam peristilahan yang muluk-muluk dengan apa_saja yang secara formal dapat diperhatikan pada sabuah sajak atau dalam hal romanpun tidak cukup semacam enumerasi gejala-gejala yang berhubungan dangan aspek waktu, aspek ruang, pernatakan, point of view, sorot balik dan apa saja. (A, Teew, 1984: 135-136). Dalam menganalisis masalah ini diperlukan pendekatan intrinsik, yaitu pendekatan karya sastra yang bnrtitik tnlak dari dalam, batiniah, sifat dasar atau bagian dasar karya sastra itu sendiri. Menurut Panuti Sudjiman intrinnik berarti: 1. dari dalam, batiniah; 2. merupakan sifat :tau bagian dasar. (19B4: 35). Bahan yang diangkat dalam penelitian ialah dua sumber karya
sastra lakon wayang kulit purwa, pertama berbentuk drama dan yang kedua berbentuk tembang hal ini agar dapat diperbandingkan secara sederhana antara narasi yang terdapat dalam drama dan yang da1am bentuk tembang.
Kesimpulan akhir yang dapat dipntik dalam panelitian ini ialah: l. Bentuk narasi dalam lakon/pertunjukan uayang kulit purwa berupa prosa berirama, berbahasa Jawa Baru (klasik) dan kadang-kadang masih bercampur dengan bahasa sansekerta maupun bahasa Jawa Kuno; 2. Narasi dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa berisi pemaparan, pelukisan dan penggambaran mengenai situasi dan kondisi adegan yang ditampilkan, baik tokohnya, situasi hatinnya, situasi Iingkungannya dan sebaga1nya; 3. Penggunaan dan penyajian narasi dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa biasanya diucapkan berirama (prosa berirama), sangat memperhatikan nuansa nada dan irama gamelan (tinggi rendah nada) dan setelah diadakan jejer pada adugan tertentu; 4. Fungsi danperanan narasi dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa ialah untuk melukiskan situasi dan kondisi adegan yang telah, sedang dan/atau akan terjadi. Sedangkan fungsi secara keseluruhan
struktur dalam Iakon ialah menjalin ketarpautan dan keterpaduan dalam membentuk alur/plot; menjelaskan/menerangkan kepada masyarakat penikmat mengenai suatu _peristiwa; 5. Kedudukan narasi dalam lakon/pertunjukan wayang kulit purwa sangat penting dan menentukan, mengingat fungsinya yang demikian besar itu. Betapahambarnya suatu partunjukan wayang apabila tidak ditopang dengan
narasi. Narasi turut mempnrmudah menerangkan cerita didalamnya."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya , 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>