Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puri Bestari Mardani
"Skripsi ini membahas mengenai pensiunan pejabat pemerintah yang bekerja kembali pada perusahaan swasta, khususnya perusahaan industri Jepang. Hal ini dikenal dengan istilah amakudari. Dalam menganalisis keberadaan serta peran amakudari dalam perusahaan industri menggunakan metode deskriptif analisis berdasarkan teori sumber daya yang menerangkan kendala eksternal dalam perusahaan, dan oleh karenanya perusahaan membutuhkan sumber daya dari luar perusahaan. Pada akhir analisis diketahui bahwa amakudari berperan dalam menghubungkan perusahaan dengan pemerintah secara langsung sehingga perusahaan yang mempekerjakan amakudari mendapatkan keuntungan serta dapat lebih efektif dalam mengembangkan produktifitasnya.

The focus of this thesis is government civil employee whose after retirement take another work on a private company, especially at Japan?s industrial company. This is also known as amakudari. This research is written based on analyzed-deskriptive. In order to analysis the existence and also the role of amakudari on industrial company, in this thesis use resource dependency theory, which explain that there is an external restraint on company and to handle that restraint, a company need a external human resource from outside of it`s company. At the end of the analysis shows that the role of amakudari which is as a network for a company to have a direct contact with the government, so that the company that hired amakudari have a benefit of getting a special treatment from the governmenr in order to develop the productivity of it?s company."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S13804
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arza Aibonotika
"Pendahuluan
Dalam studi-studi yang berkaitan dengan kebijakan industri Jepang (Komiya, 1988; Toshimasa, 1988), tahun 1960-an disebut-sebut sebagai Era Pertumbuhan Cepat (kodo keizai seichb/High-Speed Growth Era). Meskipun demikian banyak yang berpendapat bahwa pertumbuhan yang sangat cepat atau lebih dikenal dengan "Japanese Miracle" (keajaiban Jepang) itu dimulai pada tahun 1962, yaitu ketika produksi mencapai sepertiga dari yang dicapai tahun 1975 (Johnson, 1982: 3).
Kemampuan Jepang membangun ekonominya membuat banyak ilmuan yang tertarik ingin menjelaskan faktor-faktor kemajuan ekonomi Jepang. Antara lain seorang ilmuan berkebangsaan Amerika yang terkenal Ezra F. Vogel menulis buku yang berjudul Japan is Number One dan Robert N. Bellah yang menulis buku Tokugawa Religion, the values of Pre-industrial Japan.
Chalmers Johnson dalam bukunya MITI (Tsosho Sangyo Sho) and Japanese Miracle memilah kajian-kajian tentang "keajaiban" ekonomi Jepang tersebut berdasarkan tujuan dan identifikasi, walaupun dalam kenyataannya hal itu sating tumpang tindih.
Pertama, analisis yang berkaitan dengan karakter nasional yang berorientasi antropologis. Kelompok ini berpendapat bahwa "keajaiban" ekonomi terjadi karena orang Jepang memiliki keunikan dan kapasitas yang diperoleh secara kultural dalam hal bekerja sama. Sumbangan yang paling penting dari aspek budaya untuk kehidupan ekonomis adalah konsensus, yaitu persetujuan antar pemerintah, partai politik, pemimpin industri, dan masyarakat dalam mengutamakan tujuan ekonomi bagi seiuruh masyarakat. Beberapa istilah yang menunjuk pada kapabilitas orang Jepang adalah: rolling consensus, private collectivism, inbred collectivism, spiderless cobweb, dan Japan, Inc. (Johnson, 1982: 7-8).
Kedua, analisis yang dinamakan "no miracle occurred". Ini terdapat pada karya-karya yang didasarkan pada kajian ilmu ekonomi. Analisis ini bukan berarti dipahami bahwa tidak ada yang terjadi pada ekonomi Jepang, tetapi para ekonom melihat bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang terjadi itu telah melebihi batas normal dari kekuatan pasar (Johnson, 1982: 9-10). Pertumbuhan ekonomi Jepang pada Era Pertumbuhan Cepat melebihi rata-rata 10% pertahun.
Ketiga, analisis yang menekankan "unique stuctural features". Penjelasan ini didukung oleh ilmuan-ilmuan di bidang labor relation, the savings ratio, corporate management, the banking system, welfare system, general trading corporation, dan institusi modern lainnya. Keunikan itu terdapat pada apa yang biasa disebut dengan "three sacred treasure"- "life time" employment system (Shushin koyosei), the seniority wage system (nenkO joretsu), dan enterprise unionism. Menurut Amaya Naohiro ketiga hal tersebut merupakan esensi dari apa yang is istilahkan dengan sistem ekonomi uchiwa. Selain itu Yoshihisa mengatakan fenomena (tiga hal itu) orang Jepang yang beragam secara tipikal yang membantu Jepang dalam meningkatkan high-speed growth (qtd. in Johnson, 1982: 11).
Keempat, analisis yang dinamakan free ride, yaitu pendekatan yang menekankan kenyataan Jepang dalam hal keuntungan-keuntungan sementara dalam memulai pertumbuhan yang tinggi setelah Perang Dunia II. Teori ini menyatakan bahwa pertumbuhan yang tinggi terjadi karena adanya kerjasama dengan Amerika. Ada tiga hal yang mendukung penjelasan ini, yaitu kurangnya pengeluaran anggaran untuk pertahanan, akses pada pasar ekspor utama telah ada, dan alih teknologi yang murah (Johnson, 1982: 15-17)."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13408
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudistina Eka Kumala
"Pemerintah Indonesia menerapkan Good Corporate Governance (GCG) khususnya pada perusahaan publik, sebagai upaya bangkit dari keterpurukan ekonomi akibat krisis moneter yang melanda negara-negara di kawasan Asia tahun 1997, terutama Asia Tengqara. Keseriusan pemerintah Indonesia dalam menerapkan GCG dapat dilihat dari lahirnya produk-produk hukum yang mengatur mengenai GCG dan juga pembentukan suatu komite yang bertanggung jawab untuk membuat kebijakan-kebijakan mengenai GCG, yaitu Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, melalui Keputusan Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan dan Industri No. 10/M.EKUIN/08/1999 jo No. 49/M.EKON/11/2004. GCG dipercaya mampu memperbaiki kondisi perusahaan publik di Indonesia yang tengah porak poranda akibat kurang diterapkannya prinsip keadilan, keterbukaan, akuntabilitas, dan tanggung jawab dalam pengelolaan perusahaan.
Salah satu elemen utama (key force) dalam GCG adalah Komite Audit, yaitu suatu komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan tugas pengendalian intern, kebijaksanaan akunting, manajemen resiko, kepatuhan terhadap ketentuan hukum yang berlaku, anggaran dasar perusahaan Serta pengungkapan laporan keuangan secara transparan dan akurat. Sejalan dengan prinsip akuntabilitas, perusahaan publik di Indonesia wajib untuk memiliki Komite Audit, dasar hukumnya adalah Peraturan Bapepam IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam nomor Kep-29/PM/2004 tertanggal 24 September 2004 dan Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. Kep-305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat. Sampai dengan saat ini 97% dari perusahaan publik di Indonesia telah memiliki Komite Audit. Angka tersebut menunjukan eksistensi dan peran Komite Audit pada perusahaan publik di Indonesia telah mengalami perkembangan yang baik, hanya saja belum sempurna."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18472
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
S8013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Permata Basuki
"ABSTRAK
Masyarakat Jepang dikenal sebagai gakureki shakai karena masyarakatnya sangat mementingkan latar belakang pendidikan, yang ditekankan pada tingkat pendidikan yang telah dicapai dan ranking atau nama sekolah atau universitas tempat seseorang rnemperoleh pendidikan. Gakureki adalah riwayat yang berhubungan dengan pendidikan, atau seringkali dikenal dengan latar belakang pendidikan. Penekanan yang diberikan pada kedua hal tersebut membuat para siswa di Jepang saling berlomba untuk meningkatkan tingkat pendidikannya, dan berkompetisi secara ketat untuk dapat diterima pada sekolah atau universitas yang terbaik dan bergengsi.
Pada masyarakat Jepang, gakureki merupakan Faktor yang sangat menentukan ketiga memasuki dunia keda. Bagi para siswa yang rnemiliki gakureki yang baik (lulus dari pendidikan tinggi yang terbaik), maka akan memperoleh kemudahan untuk dapat diterima pada perusahaan besar, dan selama is bekerja pada perusahaan tersebut. Peranan gakureki pada perusahaan Jepang dapat terlihat dalam manajemen personalia, tepatnya pada saat perekrutan, dalam jenjang karir dan dalam sistem gaji; juga dalam hubungan keakraban antar pegawainya.. Kategori pegawai yang dikhususkan pada penulisan skripsi ini adalah kategori pegawai reguler, yaitu pegawai lulusan dari sekolah atau universitas yang iangsung dipekerjakan begitu mereka lulus (fresh graduate), yang masa perekrutannya setahun sekali, dan diharapkan bekerja pada perusahaan tersebut sampai usia pensiun. Sehingga tujuan dari penulisan skripsi ini adalah bagaimana peranan gakureki pada perusahaan Jepang, dilihat dan segi manajemen personalia dan hubungan keakrahan antar pegawainya, khususnya pada kategori pegawai reguler.
Peranan gakureki pada perusahaan Jepang yang dapat terlihat dalam manajemen personalia dan dalam hubungan keakrahan antar pegawainya, dapat disimpulkan pada beberapa hal berikut: (1) Peranan gaureki dalam perekrutan dapat terlihat pada ketiga hal berikut, yang penama yaitu pcntingnya tingkat atau level pendidikan tinggi, terutama hagi pegawai reguler yang tennasuk ke dalam kategori white collar workers atau .shokuin, yang kedua yaitu pada saat pihak perusahaan hanya rnerekrut talon pegawainya dari sekolah atau universitas-universitas tertentu, dan yang ketiga yaitu perekrutan talon pegawai berdasarkan gakuhatsu (klik sekolah alau universitasnya). (2) Peranan gakureki dalam jenjang karir. Perbedaan tingkat pendidikan membedakan kategori pegawai ke dalam white collar workers (shokuirn) dan blue collar workers (koin), yang kernudian perbedaan ini mempengaruhi jenjang karir. Pegawai shokuin memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mencapai tingkat jahatan yang tinggi, dan memiliki peningkatan karir yang lebih cepat dibandingkan dengan pegawai koin, Namun bagi kategori pegawai yang memiliki tingkat pendidikan yang sama, maka dalam kenaikan karir atau promosi kriteria utama adalah pada senioritas (3) Peranan gukureki dalam sistem gaji. Perbedaan tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap hesarnya pemberian jurn lah gaji namun dalam kenaikan jumlah gaji, peranan gakureki makin berkurang, karena seperti halnya dalam promosi, kriteria utama adalah berdasarkan senioritas (4) Peranan gakureki dalam hubungan keakrahan antar pegawainya, dapat terlihat pada adanya kelompok-kelt riip ik klik sekolah atau universitas yang dikenal dengan istilah gakuhatsu Kelompok-kelompok gakuhatsu yang ada pada perusahaan Jepang lebih berperan di luar hubungan kerja. Hubungan keakraban yang terjadi di dalam kelompok gakuhatsu universitas yang sama, akan lebih kuat pada perusahaan yang sama dibandingkan dengan yang berbeda perusahaannya.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan dan data-data yang ada, maka seeara umuin dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa gakureki sangat berperan dalam perusahaan Jepang, baik dilihat dari segi manajemen personalianya maupun dari segi hubungan keakraban antar pegawai berdasarkan gakubatsunya. Namun diantara semua hat tersebut gakureki berperan paling besar pada saat proses perekrutan pegawai pada perusahaan Jepang.

"
2001
S13606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasaki, Naoto
Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1985
338.7 SAS m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sasaki, Naoto
Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1985
658 Sas m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anthony Mula S.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S8255
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"The existence of BPKP financial and development control is still in dilemma, because in the process of controlling it still encounters problems. This research aimed to describe the controlling process, the controlling problem, and the performance of BPKP (Board of Finance and Development Control). This research used qualitative approach with the method of in-depth interview. The result of this research indicated that BPKP still encountered problems such as human resource quality, budgets, facilities, working method, negative perception from society, and dominant external controller. Despite all the problems, BPKP still plays an important role in controlling Indonesian finance and development.
"
Bisnis & Birokrasi: Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, 17 (1) Jan-Apr 2010: 15-30 , 2010
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Radini Noerdjito
"ABSTRACT
Microalgae cultures recently have been used for various puposes. Culture development of microalgae started from the late 1800s and still continue untul now. Specific media composition, lighting, aeraton, culture system were applied to many different species microalgae for specific purposes such as pharmaceutical, healthcare, cosmetics, environmental management, energy production, and aquaculture."
Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI, 2017
575 OSEANA XLII:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>