Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143975 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iwan Darliansah
"Penawaran proyek konstruksi adalah satu tahap siklus proyek yang didalamnya para peserta tender (penyedia jasa/ kontraktor) saling bersaing memperebutkan proyek yang ditawarkan oleh pemilik proyek (owner) sehingga dalam prosesnya terjadi suatu kompetisi. Hal inilah yang menyebabkan dan memaksa kontraktor untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengelola tendernya. Hanya kontaktor terbaiklah yang berhasil menjadi pemenang.
Penelitian ini akan mencari dan menjelaskan kegagalan-kegagalan tender yang dialami oleh kontraktor serta faktor apa saja yang berpengaruh pada kegagalan memenangkan tender, seberapa dominankah faktor tersebut dan bagaimana respon serta pengelolaannya.
Dengan melakukan studi literatur dan survey serta metode pendekatan manajemen risiko, yang diawali dengan identifikasi hingga penentuan levelnya maka akan diketahui kegagalan-kegagalan tender dan faktor dominan yang mempengaruhi tingkat kegagalan memenangkan tender.
Pada proses pelaksanaannya banyak hal-hal yang dapat menyebabkan kegagalan dalam memenangkan tender. Penyebab tersebut berisiko pada empat kejadian yaitu (1) diskualifikasi atau dokumen penawaran tidak memenuhi syarat, (2) dokumen penawaran tidak diusulkan sebagai nominasi pemenang/ urutan terbaik calon pemenang atau tidak mendapat undangan klarifikasi calon pemenang, (3) klarifikasi kontraktor kepada pemilik proyek atau pihak pengelola tender tidak dapat dipertanggungjawabkan atau (4) klarifikasi dapat dipertanggungjawabkan namun tidak diusulkan sebagai pemenang tender. Kejadian tersebut dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya adalah biaya yang ditawarkan dan rencana pelaksanaan proyek (proposal teknis).

Construction project tender is one of the many phase of the project cycle in which during the process, tender participant (contractor) must compete to win the tender from the project owner. It is the factor that make tender participant to give their best capability. Only the best participant will be given the right to maintain the project.
This research will find and explain of failures tender contractor?s and factors that affected tender process failure and how much dominant the factors and how to responds to it and the management of tender.
The litrature, survey and using the risk management approach to identification early and then determine risk rate so that will get dominant factors that affected to failure win tender.
During the tender process, there are more factor that could fail the tender. If we trace those case will imply four risk, that is (1) disqualification from the tender or some criteria not fill in the tender document, (2) tender document is not nominated as the candidate of the winner / the best row or is not invited to winner candidate clarification, (3) responsibility of the process of the contractor clarification to the project owners or the responder of tender can?t be accepted, or (4) the clarification's contractor is responded but not nominated become to the winner. Thats even affected some causes there are bid price and construction plan."
2008
S35282
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhaina Farsya Urfarizqa
"Bahan berbahaya dan limbah B3 memiliki dampak negatif pada keselamatan, kesehatan manusia, dan lingkungan. PT. XYZ, salah satu perusahaan otomotif terbesar di Indonesia, menghadapi tantangan dalam manajemen risiko limbah B3. Saat ini, standar manajemen risiko mereka belum mencakup semua aspek dan prioritas agen risiko terkait penyimpanan limbah B3 belum merinci. Penelitian ini bertujuan merancang strategi mitigasi risiko dengan metode House of Risk (HOR), yang terdiri dari dua tahap. HOR tahap 1 mengidentifikasi 20 kejadian risiko dan 35 agen risiko, dengan 19 di antaranya diprioritaskan berdasarkan analisis Pareto. Dalam HOR tahap 1, kelalaian pekerja (A8) teridentifikasi memiliki potensi risiko tertinggi berdasarkan nilai Aggegate Risk Potential (ARP). HOR tahap 2 menghasilkan 10 langkah preventif untuk mitigasi risiko prioritas. Hasil analisis HOR tahap 2 menunjukkan bahwa langkah preventif paling efektif adalah pemantauan dan inspeksi rutin terhadap keandalan serta keamanan wadah penyimpanan, dengan nilai ETDk sebesar 12177.0.

Hazardous substances and wastes have negative impacts on human safety, health, and the environment. PT. XYZ, one of Indonesia's largest automotive company, faces challenges in managing hazardous waste risks. Currently, their risk management standards do not encompass all aspects, and priorities related to hazardous waste storage risk agents are not detailed. This research aims to design risk mitigation strategies using the House of Risk (HOR) method, which consists of two stages. HOR stage 1 identifies 20 risk events and 35 risk agents, with 19 prioritized based on Pareto analysis. In HOR stage 1, employee negligence (A8) is identified as having the highest risk potential based on Aggregate Risk Potential (ARP). HOR stage 2 generates 10 preventive measures for prioritized risk mitigation. The analysis from HOR stage 2 shows that the most effective preventive measure involves routine monitoring and inspection of the reliability and security of storage containers, with an ETDk value of 12177.0."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albimandaka Muhammad Gani
"Manajemen risiko adalah aktivitias mengetahui, menganalisis, serta mengendalikan risiko  dalam seluruh kegiatan perusahaan dengan tujuan memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Metode yang digunakan adalah House of Risk (HOR). HOR diadopsi dari metode perhitungan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan model korelasi Quality Function Deployment (QFD). Pada penelitian ini, manajemen risiko dilakukan pada kegiatan operasional after-sales service PT XYZ. Analisis risiko pada HOR 1 diawali dengan identifikasi risiko melalui diskusi dengan expert dan studi literatur, kemudian dilakukan penilaian terhadap nilai severity dari risk events dan nilai risk agents dari risk agents. Hasil dari HOR 1 menunjukkan 14 risk events dan 22 risk agents. Berdasarkan perhitungan Pareto, didapatkan 10 risk agents prioritas. Risk agent dengan nilai terbesar adalah sparepart inden lama dengan nilai ARP sebesar 1071. HOR 2 mengidentifikasi 13 langkah preventif untuk mitigasi risiko prioritas. Berdasarkan pengolahan data HOR 2, didapatkan bahwa langkah preventif yang paling efektif untuk dilakukan adalah diversifikasi vendor, yaitu mengembangkan hubungan dengan beberapa vendor untuk mengurangi ketergantungan pada satu vendor saja. dengan nilai ETDk sebesar 2493,8.

Risk management is the activity of knowing, analyzing and controlling risks in all company activities with the aim of achieving higher effectiveness and efficiency. The method used is House of Risk (HOR). HOR is adopted from the Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) calculation method and the Quality Function Deployment (QFD) correlation model. In this research, risk management was carried out in PT XYZ's after-sales service operational activities. Risk analysis in HOR 1 begins with risk identification through discussions with experts and literature studies, then an assessment of the severity value of risk events and the risk agents value of risk agents is carried out. The results of HOR 1 show 14 risk events and 22 risk agents. Based on Pareto calculations, 10 priority risk agents were obtained. The risk agent with the largest value is old pivot spare parts with an ARP value of 1071. HOR 2 identifies 13 preventive steps to mitigate priority risks. Based on HOR 2 data processing, it was found that the most effective preventive step to take is vendor diversification, namely developing relationships with several vendors to reduce dependence on just one vendor. with an ETDk value of 2493,8."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Nurlita Widayati
"Kegagalan bangunan adalah masalah yang terjadi setelah penyerahan akhir bangunan ke Pengguna. Akibat dari kegagalan bangunan mulai dari kegagalan fungsi bangunan sampai dengan keruntuhan bangunan. Tujuan penelitian ini adalah mencari penyebab dominan kegagalan bangunan dilihat dari aspek manajemen proyek konstruksi, serta tindakan pencegahan dan korektifnya. Metoda penelitian yang digunakan adalah survei.
Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa penyebab dominan yang mempengaruhi terjadinya kegagalan bangunan, antara lain pemilihan subkontraktor yang tidak kompeten, tidak memperhatikan kondisi lapangan, dan tidak melakukan review dan monitoring internal secara periodik.

Building failures are problems that occur after the final delivery of the building to the user. As a result of buildings failure ranging from building malfunction to the building collapse. The purpose of this study is to find the dominant cause of buildings failured viewed from the aspect of construction project management, as well as preventive and corrective actions. The method used is survey research.
The results showed that there is some influence of the dominant causes of failure of buildings, including the selection of subcontractors who are incompetent, do not consider the condition of the field, and do not perform an internal review and monitoring on a periodic basis.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T31442
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Dedy
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat maturitas penerapan manajemen risiko pada sebuah lembaga penegakan hukum bidang korupsi di Indonesia. Analisis dilakukan dengan RIMS Risk Maturity Model yang memiliki 5 aspek yaitu Strategy Alignment, Culture and Accountability, Risk Management Capabilities, Risk Governance, dan Analytics. Hasil penilaian menunjukkan bahwa tingkat maturitas manajemen risiko pada instansi XYZ berada pada posisi Tier-2 dengan total skor 2.33, dimana pilar yang mendapatkan nilai paling rendah adalah Culture and Accountability. Sementara itu, berdasarkan laporan penjaminan mutu tahun 2019 dari BPKP indeks maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) instansi XYZ adalah 3.5693. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat gap antara kondisi saat ini dengan tingkat maturitas yang ditargetkan. Oleh karena itu, instansi XYZ perlu segera mulai mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam semua proses bisnis dan manajemen kinerja untuk meningkatkan tingkat kematangan manajemen risikonya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi instansi XYZ, serta organisasi yang serupa dalam melakukan penilaian terhadap penerapan proses manajemen risiko dengan mengikuti praktik terbaik pada umumnya.

This study aims to analyze the maturity level of risk management in a law enforcement agency in Indonesia's corruption field. The analysis is carried out using the RIMS Risk Maturity Model, which has five aspects: Strategy Alignment, Culture and Accountability, Risk Management Capabilities, Risk Governance, and Analytics. The assessment results show that the risk management maturity level at XYZ agency is in the Tier-2 position with a total score of 2.33, where the pillar that gets the lowest score is Culture and Accountability. Meanwhile, based on the 2019 quality assurance report from BPKP, the maturity index for the Government Internal Control System (SPIP) for agency XYZ is 3,5693. It shows that there is still a gap between the current condition and the targeted maturity level. Therefore, XYZ agency needs to immediately start integrating risk management into all business processes and performance management to increase risk management maturity. This research is expected to be a guide for XYZ agencies and similar organizations in assessing the implementation of the risk management process by following best practices in general."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Setiawan
"Manajemen Risiko adalah metode yang fungsional dalam rantai pasok untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengendalikan risiko guna meningkatkan resiliensi terhadap gangguan (disruption). Dalam penelitian ini, metode House of Risk (HOR), yang diadopsi dari Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Quality Function Deployment (QFD), digunakan untuk meningkatkan resiliensi rantai pasok perusahaan manufaktur elektronika, di Gudang Material Print Circuit Board (PCB). Langkah pertama adalah mengidentifikasi potensi risiko dengan HOR 1, yang melibatkan diskusi dengan ahli dan studi literatur. Hasilnya, 18 dari 43 potensi risiko relevan terjadi di gudang. Wawancara lebih lanjut menentukan nilai severity dari 18 kejadian risiko dan nilai occurrence dari 27 agen risiko. Analisis Pareto dari HOR 1 mengidentifikasi 13 agen risiko prioritas, dimana 2 terbesar ialah ketidaksesuaian kualitas material dari supplier dan kesalahan pekerja dalam menyortir barang. HOR 2 mengidentifikasi 8 dari 13 langkah preventif yang prioritas dengan Analisis Pareto. Kemudian, dirancangkan 3 aksi mitigasi final yang mencakup 8 aksi mitigasi prioritas, yaitu standarisasi prosedur penyimpanan dan program pelatihan pembacaan dokumen secara berkala, integrasi Warehouse Management System (WMS) dengan visualisasi data material dengan dashboard sistem informasi, dan pemeliharaan dan pemantauan keterbaruan dan sinkronisasi dari server dan WMS dengan aplikasi infrastruktur pendukung IT yang mencakup resiliensi internal, konsumen, dan supplier.

Risk Management is a crucial method in the supply chain to identify, analyze, and control risks, enhancing resilience in disruption threat. The House of Risk (HOR) method, adopted from Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) and Quality Function Deployment (QFD), is used to increase supply chain resilience for electronics manufacturing companies, particularly in Print Circuit Board (PCB) Material Warehouses. The process begins with identifying potential risks through HOR 1, involving expert discussions and literature reviews. This revealed that 18 out of 43 potential risks were relevant to the warehouse. Further interviews assessed the severity of these 18 risk events and the occurrence of 27 risk agents. Pareto analysis of HOR 1 identified 13 priority risk agents, with the largest being material quality discrepancies from suppliers and worker errors in sorting goods. HOR 2 then identified 8 of the 13 priority preventive steps. Finally, three main mitigation actions were designed: standardizing storage procedures and regular document training, integrating the Warehouse Management System (WMS) with material data visualization and information system dashboards, and maintaining and monitoring server and WMS updates and synchronization with IT infrastructure. These actions enhance internal, consumer, and supplier resilience."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paula Agatha Atmajie
"ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk menganalisis konten dari pengungkapan manajemen risiko dan menguji hubungan faktor-faktor yang memengaruhi kualitas pengungkapan manajemen risiko. Faktor-faktor tersebut terdiri dari leverage, risiko perusahaan, dan ukuran perusahaan. Analisis konten dilakukan dengan melakukan pengkodean pada setiap kalimat pengungkapan manajemen risiko berdasarkan pedoman dari penelitian terdahulu. Untuk menguji hubungan faktor-faktor yang memengaruhi kualitas pengungkapan manajemen risiko, dilakukan dengan regresi OLS. Sampel pada penelitian ini meliputi perusahaan publik yang terdaftar pada indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia BEI periode Februari hingga Juli tahun 2015 dan 2017. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kualitas pengungkapan manajemen pada laporan tahunan perusahaan Indonesia cenderung membaik. Faktor yang terbukti memengaruhi kualitas pengungkapan manajemen risiko ialah risiko perusahaan dan ukuran perusahaan. Sedangkan, untuk tingkat leverage tidak terbukti memiliki pengaruh dengan kualitas pengungkapan manajemen risiko.

ABSTRACT
This study aims to analyze the content of risk management disclosure and to examine factors affecting the quality of risk management disclosure. These factors consist of leverage, corporate risk, and firm size. Content analysis is performed by encoding each risk management disclosure sentence based on the guidelines of previous research. OLS regression is used to examine factors affecting the quality of risk management disclosure. The sample of this research is companies listed on the LQ 45 index in Indonesia Stock Exchange IDX for the period from February to July 2015 and 2017. The results of this study indicate that the overall quality of management disclosure in the annual report of Indonesian companies tends to improve. Based on the evidence from the study, factors that affect the quality of risk management disclosure are company risk and firm size. Whereas, evidence from this study does not support any effect of leverage on risk management disclosure quality."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Geuma Yunita
"ABSTRAK
Salah satu penyebab dominan terjadinya cost overrun adalah ketidaktepatan estimasi biaya. Hal tersebut terjadi dikarenakan banyaknya faktor risiko pada proses perhitungan. Maka, tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi risiko tertinggi yang berpengaruh terhadap akurasi Activity Cost Estimates sesuai dengan PMBOK® Guide 5th Edition. Penelitian ini menggunakan data primer dari kuesioner dan dianalisis menggunakan qualitative risk analysis untuk mendapatkan level risiko dari 43 faktor risiko yang berasal dari inputs dan tools and techniques dalam proses Estimate Cost. Dari hasil penelitian diperoleh faktor risiko tertinggi antara lain pada kategori cost management plan: menentukan harga satuan pekerjaan dengan jalan pintas karena keterbatasan waktu; pada kategori human resource management plan: kualitas koordinasi pihak-pihak yang terlibat dalam proses estimasi buruk; pada kategori scope baseline: kesalahan dalam melakukan breakdown pekerjaan (WBS); pada kategori project schedule: kesalahan dalam penentuan durasi kegiatan item pekerjaan; pada kategori enterprise environmental factors: kesalahan desain dari konsultan perencana; pada kategori organizational process assets: pengelolaan database dan informasi yang buruk; serta pada kategori tools and techniques: estimator tidak memiliki pengalaman dalam menangani proyek sejenis yang lebih kompleks. Pada hasil penelitian ini juga diperoleh pembobotan penyebab, tindakan preventif, dampak, dan tindakan korektifnya dari masing-masing faktor risiko tertinggi tersebut.

ABSTRACT
One of the dominant cause of the cost overrun is the in accuracy cost estimates. This happens because there are many risk factors in the calculation process. Thus, the purpose of this study is to identify the highest risk affecting the accuracy of Activity Cost Estimates in accordance with the PMBOK® Guide 5th Edition. This study uses primary data from questionnaires and analyzed using qualitative risk analysis to get the risk level of 43 risk factors derived from the inputs and tools and techniques in the process of Cost Estimate. The result showed the highest risk factor in the category of cost management plan: determine the unit price with a shortcut because of time constraints; category of human resource management plan: quality coordination of the parties involved in a bad estimation process; category of the scope baseline: error in performing the work breakdown (WBS); category of project schedule: error in determining the duration of the action items of work; category of enterprise environmental factors: design fault of the consultant planner; category of organizational process assets: poor management of databases and the information; as well as in the category of tools and techniques: estimator does not have experience in handling more complex similar projects. In the results of this study also obtained the weighting of causes, preventive acts, impact, and corrective acts of each of the highest risk factors.
"
2015
S60669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prischa Bintan Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen risiko pada Bank-bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2004-2010 dengan memperhatikan faktor spesifik bank. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari DPI. Sampel yang digunakan berjumlah 16 bank umum. Penelitian ini menggunakan metode panel regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko kredit (CRISK), risiko tingkat suku bunga (ISR), profitabilitas (ROA), dan ukuran bank (SIZE) memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen risiko (CAR). Sementara itu risiko likuiditas (LQR), risiko pasar (MRISK), dan efisiensi operasional (OPR) tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada manajemen risiko bank (CAR).

This study aims to determine risk management at Commercial Banks listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2004-2010 related to bank-specific factors. The data used are secondary data obtained from the DPI. The sample used for commercial banks amounted to 16. This study uses panel regression. The results showed that the credit risk (CRISK), interest rate risk (ISR), profitability (ROA), and bank size (SIZE) has a significant influence on the management of risk (CAR). While the liquidity risk (LQR), market risk (MRISK), and operational efficiency (OPR) has no significant influence on bank risk management (CAR)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azam Prakoso
"Manajemen risiko operasional penting dilakukan untuk memberikan peringatan terkait munculnya risiko. Manajemen risiko operasional yang dilakukan saat ini belum terintegrasi dengan baik antar divisi di perusahaan. Risiko operasional yang signifikan saat ini di lokasi tambang Kalimantan Selatan ialah risiko produktivitas yang berkaitan dengan minimnya ketersediaan bahan bakar dan risiko proses berkaitan dengan material jalanan yang buruk dan kondisi cuaca. Penanganan risiko yang dilakukan ialah mengupayakan pengadaan tangki bahan bakar yang lebih besar dan penyediaan alat. Peran manajemen risiko operasional saat ini belum maksimal yang disebabkan oleh minimnya kesadaran risk owner untuk melakukan manajemen risiko.
Terdapat pendekatan manajemen risiko yakni COSO Enterprise Risk Management yang menekankan bahwa risiko harus dikelola oleh seluruh pihak di perusahaan dan harus sesuai dengan tujuan perusahaan yang hendak ingin dicapai Dengan menggunakan pendekatan COSO Enterprise Risk Management, terdapat beberapa elemen yang belum terlaksana dengan baik yakni internal environment dimana masih rendahnya komitmen dari risk owner untuk mengelola risiko. Komponen control activities dan monitoring juga belum dilakukan dengan baik karena rendahnya proses dokumentasi dari penanganan risiko serta pengawasan yang kurang efektif.

Operational risk management is necessary to provide a warning related to the emergence of risk. Operational risk management these day do not well integrated among all divison in the company. Significabt operational risks that present at the mine site in South Kalimantan is productivity risk associated with the lack of availability of the fuel and material risks associated with the poor road and weather condition. Mitigation risks undertaken is seeking procurement of larger fuel tank and adding tools. The role of operational risk management is currently not maximized due to lack of awareness from risk owner to perform risk management.
There is a risk management approach, the COSO Enterprise Risk Managemet which emphasizes that the risks should be managed by the whole company and must be in accordance with the company?s goals are going to be achieved. Based on the COSO Enterprise Risk Management approach, there are some element that have not done well that is low commitment from the owner to manage the risk. Also control and monitoring activities have not done well because of poor documentation process related to risk mitigation and ineffective monitoring.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44914
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>