Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148647 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desy Narita
"Skripsi ini membahas mengenai riwayat hidup Tokugawa Ieyasu dan usahanya dalam mempertahankan kekuasaan klan Tokugawa. Dalam skripsi ini juga membahas kebijakan-kebijakan yang dibuat dan diberlakukan oleh Tokugawa Ieyasu yang kemudian diteruskan oleh keturunan-keturunannya sehingga mendukung usahanya untuk mempertahankan kekuasaan klan Tokugawa.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kebijakan-kebijakan Ieyasu mendukung usahanya dalam mempertahankan kekuasaan klan Tokugawa. Kebijakan-kebijakan tersebut ada yang diciptakan olehnya dan ada juga yang merupakan perbaikan dari kebijakan-kebijakan kedua pendahulunya, yaitu Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi.

The focus of this study is Tokugawa Ieyasu and his efforts in maintaining the Tokugawa clan?s reign of power. This study also researchs about the regulations that Tokugawa Ieyasu made to maintain Tokugawa clan?s reign.
The conclusion of this study is that Tokugawa Ieyasu's regulations supports his efforts in maintaining Tokugawa clan?s reign of power. Some of the regulations are made by him, and some are reviewed regulations from his predecessor, Oda Nobunaga and Toyotomi Hideyoshi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13546
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Ristia Pramana
"Skripsi ini membahas peranan Tokugawa Yoshinobu dalam mempertahankan kekuasaan bakufu Tokugawa di akhir zaman Edo. Di masa pemerintahannya, Tokugawa Yoshinobu membuat beberapa peraturan seperti reformasi sistem militer, reformasi administrasi pemerintahan, penyelesaian masalah Hyōgo, dan yang paling penting adalah menjaga nama baik klan Tokugawa. Boleh dikatakan bahwa peraturan-peraturan ini adalah kebijakan Yoshinobu untuk mempertahankan kekuasaan Tokugawa di Jepang.

This study examines the role of Tokugawa Yoshinobu in maintaining the bakufu Tokugawa's reign of power in the late Edo period. In his administration, Tokugawa Yoshinobu makes several regulations such as military system reformation, administrative reformation, Hyōgo problem resolution, and the most important is to protect Tokugawa clan's dignity. It can be said that these regulations are Yoshinobu's policy in maintaining the Bakufu Tokugawa's reign of power.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42796
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Frisian Yuniardi
"Tokugawa leyasu adalah tokoh sentral sejarah Jepang karena keberhasilannya menyatukan seluruh wilayah Jepang dan membuat Jepang menjadi negeri yang aman setelah menderita perang saudara selama seratus tahun Iebih. Lahir dari seorang putra seorang penguasa wilayah kecil yang secara de facto tidak berkuasa karena wilayahnya diinvasi oleh penguasa wilayah tetangganya yang Iebih besar dan kuat, sejak kecil Ieyasu sudah kenyang oleh penderitaan karena masa kecil sampai remajanya dihabiskan menjadi sandera musuh-musuh ayahnya. Bahkan setelah ayahnya meninggal, ia tidak otornatis langsung berkuasa karena saat itu ia masih menjadi sandera.
Setelah lepas masa sanderanya karena musuhnya yang menyandera, Imagawa Yoshimoto mati di medan perang di kalahkan oleh Oda Nobunaga, seorang penguasa wilayah Owari, ia baru bisa pulang ke daerahnya dan mulai menegakkan lagi pemerintahan daerahnya yang sudah lama menjadi jajahan Imagawa Yoshimoto. Ia lalu bergabung dengan Oda Nobunaga. Setelah bergabung, kemenangan-demi kemenangan diperoleh oleh kedua tokoh yang bersekutu tersebut, sampai, sebelum cita-citanya untuk menguasai seluruh wilayah Jepang berhasil, Oda Nobunaga keburu tewas oleh pengikutnya sendiri.
Pengganti Oda adalah jendral Oda yang paling berbakat, yaitu Toyotomi Hideyoshi. Pada awal masa-masa pemerintahan Toyotomi Hideyoshi, ada beberapa konflik terjadi dan sempat terjadi pertempuran kecil antara Tokugawa leyasu dan Toyotomo Hideyoshi. Namun berkat kearifan dan bantuan dari pengikut kedua belah pihak yang setia, konflik tersebut dapat diselesaikan, dan keduanya meneruskan cita_cita Oda Nobunaga untuk menguasai seluruh wilayah Jepang. Wilayah mereka juga semakin luas. Pada saat-saat tersebut, leyasu pindah wilayah kekuasaannya dari Hamamatsu ke Edo (Tokyo sekarang) yang wilayahnya Iebih luas dari sebelumnya.
Di Edo. Tokugawa Ieyasu dan pengikutnya membangun kota dari desa perikanan yang kecil menjadi kota yang besar dan megah. Pengaruhnyapun semakin kuat di Jepang. Hal ini membuat pengikut setia Toyotomi Hideyoshi merasa camas melihat Toyotomi sudah tua dan penerus kekuasaannya masih terlalu kecil untuk memerintah.
Keteganganpun memuncak setelah Toyotomi Hideyoshi meninggal, karena yang paling berpengaruh kini tinggal Tokugawa leyasu. Pengikut-pengikut setia Toyotomi Hideyoshi tidak mau kekuasaan jatuh ke tangan Tokugawa leyasu. Maka pertempuran besar yang disebut dengan perang Sekigahara pun terjadi, dan dimenangkan oleh Tokugawa leyasu.
Setelah menang di perang Sekigahara, otomatis Tokugawa leyasu yang terkuat di seluruh wilayah Jepang. Ia lalu diangkat oleh Kaisar Jepang menjadi Shogun, penguasa militer di seluruh wilayah Jepang. Semasa ia berkuasa, kebanyakan waktunya digunakan untuk menumpas sisa-sisa musuh yang masih mempunyai rencana unluk merebut kekuasaannya, dan juga membuat kebijakan kebijakan yang membuat penguasa-penguasa daerah tidak bisa lagi menggalang kekuatan untuk melawannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S13643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sundari Sucipta
"Skripsi ini Strategi Tokugawa Ieyasu Dalam Merestorasi Hubungan Jepang dan Choson Korea Setelah Invasi Toyotomi Hideyoshi.Jepang dan Choson merupakan dua negara yang berbatasan langsung dan telah memiliki hubungan yang baik selama dua ratus tahun. Namun hubungan kedua negara tersebut mulai memburuk karena invasi yang dilakukan oleh Toyotomi Hideyoshi pada 1592-1598. Setelah Toyotomi Hideyoshi wafat, Tokugawa Ieyasu yang mengambil alih kepemimpinan Jepang berusaha untuk memperbaiki hubungan Jepang dan Choson. Penelitian yang ditulis dengan menggunakan pendekatan sejarah dengan metode deskriptif analisis yang disusun secara kronologis da sistematis. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Tokugawa Ieyasu menggunakan pendekatan secara halus untuk dapat merestorasi hubungan Jepang dan Choson Korea.

This study focused on Tokugawa Ieyasu strategy to restore the relation between Japan and Choson Korea after Toyotomi Hideyoshi invasion. Japan and Korea are two country that have contact frontier and maintain good relation for two hundred years. However the relation between two countries had been worse because Toyotomi Hideyoshi invasion at 1592-1598. After Toyotomi Hideyoshi died, Tokugawa Ieyasu took over the authority and try to re-established the relation between Japan and Choson. This study use historical approach with analytical descriptive method that have been arranged in chronologies and systematic. The analysis concluded that Tokugawa Ieyasu use soft approach so he can re-established the relation between Japan and Choson Korea.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S65310
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bellah, Robert Neelly
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992
952 Bel r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridzky Dimas
"Pemerintah Tokugawa membagi kelas sosial dalam masyarakat Jepang berdasarkan Shi No Ko So. Namun Shi no ko so ternyata tidak hanya membagi kelas sosial berdasarkan kelasnya saja, tapi juga membaginya berdasarkan gender. Pembagian gender membuat wanita menjadi kelas dua terutama pada kelas Bushi yang mengambil garis keturunan Patriarki. Dengan mengambil garis keturunan berdasarkan Patriarki membuat peran wanita Jepang dalam rumah berbeda dengan laki laki. Peran wanita dalam rumah tidak hanya mengurus keuangan keluarga, mendidik anak, dan menjaga rumah disaat suami sedang keluar. Akan tetapi, peran wanita dalam keluarga bushi adalah mampu menjaga kehormatan dirinya serta kehormatan keluarganya dengan menjalankan perannya dengan baik. Kehidupan wanita bushi dalam menjalankan perannya tidaklah mudah banyak pengorbanan dan tanggung jawab yang harus dipikul sebagai bukti kesetiaannya terhadap keluarga dan negara. Akan tetapi tanggung jawab, pengorbanan dan kesetiaannya hanya dilihat sebelah mata oleh pemerintah Tokugawa karena Pada zaman ini, budaya mengangkat harkat kaum perempuan masih terlihat gagap dan tersendat.

Tokugawa government classified the social classes in Japanese society based on the Shi No Ko So. But Shi No Ko So didn`t classified the social classes only by the classes itself, but also classified by a gender. This classification made women became the second class, especially on Bushi class which took patriarchy lineage. By taking lineage based on a patriarchy, Japanese women`s role at home was different with the men. Women`s role from Bushi family at home was not only taking care of family`s financial, children, and the house when the men or the husband were out, but also had to be able to keep the pride of themselves as women and the pride of the family by doing their role well, so the women of Bushi`s life in doing role was not easy. There are many sacrifices and responsibility that should be borne as an evidence for the family and the country. But, the women’s responsibility, sacrifices, and her loyalty were underestimated by Tokugawa government. Because in this era, a culture of raising women`s dignity was still seem statter and stagnating.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dominikus Heru Prasongko
"Saya tertarik untuk menulis skripsi mengenai sankin koti ini, karena beberapa alasan, diantaranya; pertama secara pribadi saya tertarik pada bidang sejarah khususnya sejarah politik Jepang, dan sankin kotai adalah sebuah contoh mengenai kebijakan politik jepang pada masa lalu, kedua, sankin kotai, menurut saya mempunyai keistimewaan khusus yang sangat menarik bagi saya, baik dalam sejarah, proses, fungsi, dan bahkan kehancurannya, secara lebih jelas dapat dibaca pada skripsi saya. Alasan yang ketiga adalah sankin kotai sebagai sebuah sistem politik berfungsi dengan sangat bagus, dan sukses sesuai dengan apa yang menjadi tujuannya, namun sankin kotai dipandang dari sudut moral adalah tidak sukses. Adanya kontradiksi inilah yang membuat sankin kotai unik sekaligus menarik bagi saya untuk diteliti dan ditulis. Dalam skripsi ini akan ditulis mengenai bagian pertama, pendahuluan, termasuk di dalamnya; latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian kedua, struktur pemerintahan Tokugawa termasuk di dalamnya"
2000
S13720
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tokyo: Japan Cultural Society, 1969 - 1972
340.114 LAW
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Totman, Conrad D.
Cambridge, UK: Harvard University Press, 1967
320.952 TOT p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dore, R.P.
London: Athlone Press, 1984
370.952 DOR e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>