Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157119 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astisiasari
"Skripsi membahas kaitan perubahan penggunaan tanah di Daerah Aliran (DA) Ci Tanduy dan DA Segara Anakan dengan penyusutan luas perairan Laguna Segara Anakan (LSA) tahun 1994?2006 melalui analisis erosi dan sedimentasinya. Variabel yang digunakan: perubahan penggunaan tanah, erosi, sedimentasi, dan penyusutan luas perairan laguna. Diperoleh hasil: tegalan/ladang dan belukar/semak yang peningkatan luasnya besar, menghasilkan peningkatan erosi yang besar pula. Peningkatan luas penggunaan tanah tersebut dihasilkan dari perubahan hutan, yang banyak terjadi di DA Ci Tanduy.
Kesimpulannya:
peningkatan erosi akibat berkurangnya luas hutan dikedua DAS, meningkatkan angkutan sedimen ke sungai-sungai yang bermuara di LSA, sehingga terjadilah penyusutan luas perairan LSA.

This research discuss the relation between landuse change in Ci Tanduy and Segara Anakan drainage area with the decreasing area Segara Anakan Lagoon during 1994?2006 by using erosion and sedimentation analysis. Variables in this research are: landuse, erosion, and sedimentation. The result of this research: Changes in forest area, mostly in Ci Tanduy drainage area, creates not only wider area of tegalan/ladang and shrubs/bushes but also higher eroded area.
The conclusion:
The increasing of eroded area, due to the decreasing of forest area in
both drainage areas, create higher sedimentation in the rivers that flow to Segara Anakan Lagoon resulting smaller area of the lagoon."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34205
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Novita Sari Damanik
"DA Ci Liwung hulu secara administrasi masuk ke dalam Kabupaten Bogor dan merupakan input awal bagi keberlanjutan DAS yang tergolong kritis. Penelitian di DA Ci Liwung dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor besaran erosi dan dapat diketahui sebaran wilayah prioritas konservasi tanah. Metode penelitian USLE digunakan untuk memperoleh laju erosi. Indeks bahaya erosi (IBE) diperoleh melalui rasio laju erosi dan toleransi erosi tanah. Sebaran wilayah prioritas konservasi tanah diketahui melalui variable indeks bahaya erosi (IBE), kerapatan vegetasi dan pengelolaan lahan oleh masyarakat. Hasil penelitian menetapkan kejadian erosi potensial dan IBE dengan resiko terberat paling luas terjadi di Sub-DA Ci Bogo - CiSarua. Melalui overlay variable IBE, kerapatan vegetasi, dan pengelolaan lahan diketahui Prioritas I mayoritas terletak pada wilayah dengan kriteria kelerengan 5 - 15% dengan luas 4.615 ha dengan rata-rata ketinggian 1.000 ? 2.500 m dpl, curah hujan yang cukup dengan besaran antara 3000 - 4000 mm, penutupan lahan yang ada kurang rapat - terbuka berupa kebun campuran serta ktidak adanya tindakan pengamanan pada lahan, dan wilayah prioritas I terluas terdapat di Sub DA Ci Seuseupan - CiSukabirus dengan luasan 1.106 ha.
The Upstream Ci Liwung River, located in Bogor Regency, is the initial input and plays an important role in the sustainability of the watershed it forms. This research is conducted at the Upstream Ci Liwung River to determine factors influencing the magnitude of erosion at the watershed. The aim of this research is to determine priority soil conservation areas at the said watershed. The research implements the Universal Soil Loss Equation (USLE) method to determine the rate of erosion. Erosion Risk Index (ERI) was obtained by calculating the erosion rate ratio and tolerable soil erosion. The results reveal that the CiBogo - CiSarua sub-watershed has the vastest area of potential erosion and also the highest Erosion Risk Index. The variables of ERI, vegetation density and land management were overlaid to determine Priority I areas at the watershed, which resulted to areas with a slope value of 5 - 15 percent, 4,615 hectares (± 11,403 acres) in area, average altitude of 1.000 - 2.500 m above sea level, precipitation of 3000 ? 4000 mm, and scarce or open vegetation (mixed plantation) with no land conservation efforts. The 1,106 hectare CiSeuseupan - CiSukabirus sub-watersheds is also a priority I area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T31531
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Umar Sadik
"Erosi yang terjadi di DAS Ci Tarum di Propinsi Jawa Barat terjadi sebagai akibat perubahan penggunaan lahan dan aktifitas manusia di lahan pertanian di wilayah aliran Ci Tarum. Penelitian ini bertujuan mengkaji distribusi erosi pada beberapa penggunaan lahan sehingga diketahui lokasi erosi terpusat.
Metode yang digunakan yaitu Persamaan Umum Kehilangan Tanah atau Universal Soil Lost Equation mengggunakan Sistem Informasi Geografi untuk mempelajari distribusi erosi di DAS Ci Tarum yang dipengaruhi oleh faktor perubahan penggunaan lahan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan memanfaatkan teknik kuantitatif. Peubah yang digunakan yaitu laju erosi tahunan, penggunaan lahan, bentuk lahan.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa distribusi erosi di DAS Ci Tarum pada tahun 1978 sampai tahun 2013 terpusat di wilayah dengan penggunaan lahan sawah irigasi 69.831 ton/tahun pada tahun 1978, 119.266 ton/tahun pada taun 2013. Sedangkan penggunaan lahan tanah terbuka dengan besar erosi pada tahun 1978 sebesar 12.724 ton/tahun, dan sebesar 26.583 ton/tahun pada tahun 2013.

Erosion in the watershed Ci Tarum in West Java province occurred as a result of land use changes and human activities on agricultural land in the region of Ci Tarum flow. This study aims to assess the distribution of erosion on some land use in order to know the location of a centralized erosion.
The method used is Eq Public Land or Universal Soil Loss Equation Lost mengggunakan Geographical Information Systems to study the distribution of erosion in the watershed Ci Tarum are influenced by land use changes. This research is a quantitative research by using quantitative techniques. The variables used are the annual erosion rate, land use, land forms.
The study concluded that the distribution of erosion in the watershed Ci WTC in 1978 until 2013 centered in the region with the use of irrigated land 69 831 tonnes / year in 1978, 119 266 tonnes / year in 2013. While the epidemic of land use with a large open land erosion in 1978 amounted to 12.724 tonnes / year, and amounted to 26.583 tonnes / year in 2013.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T44582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Nugroho
"Di daerah tropik basah seperti Indonesia, erosi adalah salah satu faktor yang cukup dominan dalam menurunkan produktivitas lahan. Mengetahui besarnya erosi baik potensial maupun aktual sangat penting untuk merencanakan pembangunan pertanian dan kegiatan konservasi. Mengukur erosi pada skala yang luas dengan keadaan yang beragam, selain sangat sulit juga memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Oleh karena itu prediksi erosi adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengetahui bahaya erosi.
Metode prediksi erosi yang digunakan adalah metode Geospatial of Water Erosion Prediction Project (GeoWEPP). Besaran erosi dan hasil sedimen hasil simulasi GeoWEPP adalah sebesar 18543,7 ton/tahun atau 41,3 ton/ha/tahun untuk erosi dan untuk laju hasil sedimen adalah sebesar 124,7 ton/ha/tahun.
Hasil korelasi statistik dengan metode pearson product momen didapatkan bahwa rasio memanjang DAS tidak memiliki hubungan signifikan terhadap besaran erosi dan hasil sedimennya, sedangkan untuk rasio membulat DAS terdapat hubungan signifikan dengan besaran laju erosi dan hasil sedimen dengan perbandingan terbalik yaitu semakin besar rasio membulat semakin kecil besaran laju erosi dan hasil sedimennya. Berdasarkan titik elevasi yang diamati, Tingkat bahaya erosi di DA Ci Lember berdasarkan model GeoWEPP didapatkan pola yang mirip dengan wilayah ketinggian terutama pada perhitungan Sub-DAS ordo 1.

In the tropical region such as Indonesia, erosion is the one of the dominant factors for decreasing of land productivity. Knowing the rate of factual and actual erosion is important for development planning of agriculture and conservation activity. Measuring the rate of erosion in a wide scale with variety condition is very difficult matters and need more time. Therefore, prediction of the erosion rate activity could solve this problems.
Predicting of the erosion rate methods which use in this research is Geospatial of Water Erosion Prediction Project (GeoWEPP). Output from GeoWEPP method in Ci Lember Watershed for erosion rate is 18543,7 ton/year or 41,3 ton/ha/year and sediment yield is 124,7 ton/ha/year.
The results of statistical correlation with Pearson Product Moment method shows that the ratio of elongated watershed has no significant relationship to amount of erosion and the sediment yield, while the ratio of rounded of watershed have significant relationship with sediment yield rate and erosion rate with reversed ratio. Based on the observed elevation point, the danger level of erosion have a similar pattern to the altitude region.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42980
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Utami Pramono
"Erosi adalah peristiwa pindah atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain yang berlangsung secara alamiah ataupun akibat tindakan manusia (Hudson, 1973). Di daerah tropik basah seperti Indonesia, erosi adalah salah satu faktor yang cukup dominan dalam menurunkan produktivitas lahan. Mengetahui besarnya erosi baik potensial maupun aktual sangat penting untuk merencanakan pembangunan pertanian dan kegiatan konservasi. Mengukur erosi pada Skala yang luas dengan keadaan yang beragam, selain sangat sulit juga memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Oleh karenanya, prediksi erosi adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengetahui bahaya erosi.
Metode prediksi erosi yang digunakan adalah metode Revised Universal Soll Loss Equation (RUSLE) menurut Wischmeier dan Smith (1978). Dalam metode RUSLE diperhitungkan beberapa faktor utama yang merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya erosi, yaitu faktor erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan miring lereng (LS) dan faktor penggunaan dan konservasi lahan (CP).
Penelitian yang dilakukan mencakup wilayah Daerah Aliran Ciliwung bagian Hulu yang mencakup Kecamatan Ciawi dan Kecamatan Cisarua, Propinsi Jawa Barat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terutama adalah peta-peta yang mencakup faktor-faktor yang diperlukan dalam perhitungan, seperti topografi, jenis tanah, penggunaan dan konservasi lahan, lereng dan curah hujan. Untuk pengolahan data digunakan program ArcView versi 3.1, berdasarkan penggunaan Sistem Informasi Geografik (SIG).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode RUSLE, maka di wilayah DA Ciliwung Hulu nilai besarnya erosi yang terjadi sangat beragam, dari yang termasuk kelas erosi ringan sampai dengan erosi berat yang nilainya lebih dari 300 ton/ha/tahun. Hasil uji korelasi parsial dua arah menunjukkan bahwa faktor yang mempunyai pengaruh paling besar pada nilai erosi adalah faktor penggunaan dan konservasi lahan. Pengukuran erosi di DA Ciliwung Hulu harus tetap dilakukan secara berkala mengingat begitu banyak dan cepatnya perkembangan/perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut. Untuk mencegah semakin besarnya erosi yang terjadi di wilayah tersebut, perlu adanya upaya perlindungan dan konservasi terhadap sumber daya alam di DA Ciliwung Hulu.

Erosion is the moving of soil or parts of soil from one place to other places that happens because of human interference or happens naturally (Hudson, 1973). In a humid and wet tropical region like Indonesia, erosion is one of several dominant factors that reduce land productivity. It is important to be aware of the level for potential or actual erosion in order to develop agriculture and conservation plan. To measure the level of erosion in a huge and various scales is not only very difficult but also takes time. Thus, erosion prediction is one of the alternatives used in anticipating vulnerably erosion.
Erosion prediction method used in this study is Revised Universal Soil Loss Equation (RUSLE) derived from method of Wischmeier and Smith (1978). In RUSLE method, several major factors which influence the level of erosion identified. These factors include; Erosivity (R), Erodibility (K), Long and Declivity of Slope (LS), and land exploration and conservation factor (CP).
The survey conducted will cover all area of Ciliwung River Basin, included Ciawi and Cisarua district, West Java. Spatial data used in this survey are maps needed during evaluation, such topographic map, type of soil map, land use and conservation map, as well as slope map and rainfall data. For data processing, ArcView version 3.1 program is used, based on the use of Geographic Information System (GIS).
The results from RUSLE method indicate that in the area of Ciliwung upper course, there are a few levels of erosion, from very light to more than 300 ton/ha/year. The results of two directions of partial conflation test show that the most influence factors in erosion score are exploration and conservation land. Measurement of the area of Ciliwung upper course has to be recorded periodically as there are fast and a large number of changes in land use of the area. To avoid from high erosion that happens in that area, protection and conservation of natural resources in the area of Ciliwung upper course is necessary.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T5744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Yudha Bhakti
"Permasalahan lingkungan seperti perubahan kawasan menyerap air menjadi lahan kedap air, erosi tanah dan timbulan sampah yang meningkat akan memberikan dampak negatif terhadap fungsi hidrologis DAS Ciliwung (Degradasi DAS Ciliwung). Untuk mewujudkan perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan yang berpedoman pada keseimbangan lingkungan (DAS Ciliwung yang sehat) maka diperlukan pengendalian terhadap erosi, timbulan sampah dan luasan lahan kedap air. Metode-metode perhitungan laju erosi & laju timbulan sampah yang ada memerlukan proses yang panjang dan membutuhkan berbagai jenis data.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat persamaan matematis yang praktis dan relatif akurat dalam memprediksi laju erosi & laju timbulan sampah berbasis luasan lahan kedap air (impervious cover) di DAS Ciliwung. Pemodelan dilakukan dengan software sistem informasi geografis ArcGis Versi 10.1 Lisensi Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia.
Perhitungan laju erosi menggunakan metode USLE dan laju timbulan sampah menggunakan proyeksi laju timbulan sampah berdasarkan data kepadatan penduduk & laju timbulan sampah per orang per hari sedangkan perhitungan luasan lahan kedap air menggunakan aplikasi ArcGis 10.1. Analisa korelasi antar variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi antar variabel.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang sangat kuat antara luas lahan kedap air dengan nilai laju erosi potensial & nilai laju timbulan sampah potensial, persamaan matematis yang mewakili adalah persamaan regresi non linier eksponensial masing-masing sebagai berikut Y=6892 e-0,07x dengan nilai koefisien determinasi (R2) = 0,936 dan Y=53,30 e 0,090x dengan nilai koefisien determinasi (R2) = 0,868.

Environmental problems such as changes in the pervious area becomes impervious, soil erosion and increased waste generation will have negative impacts on hydrological functions of Ciliwung Watershed. To carry out the planning and management of land use based on the balance of the environment (healthy Ciliwung watershed) it is necessary to control erosion, waste generation and impervious cover.
Methods for computation the rate of erosion and waste generation requires a long process and various types of data. This research aims to create mathematical equation that are practical and relatively accurate in predicting of erosion rate and waste generation rate based on impervious land cover on Ciliwung Watershed. Modeling using ArcGIS software version 10.1 License Department of Geography FMIPA University of Indonesia.
Computation of erosion rate using USLE method and waste generation rate using projected based on data density of population and the rate of waste generation per person per day, while computation of impervious land cover area is based on application of ArcGIS 10.1. Analysing correlation between variable in this research was conducted by using regression and correlation analysis.
The conclusion of this research is that there is a very strong relationship between impervious land cover area and the value of potential erosion rate and potential waste generation rate as well. The mathematical equation that represent the relation are exponential non linear regression equations as the following : Y = 6892 * e-0,07x with coefficient of determination (R2) = 0,936 for relation between impervious land cover area and potential erosion rate; and Y = 53.30*e 0,090x with coefficient of determination (R2) = 0.868 for relation between impervious land cover area and potential waste generation rate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agung Irawan
"
ABSTRAK
Pada masa mendatang, pengembangan wilayah/perkotaan di DKI Jakarta
bertendensi ke arah Utara Pengembangan kota Jakarta yang bergerak ke arah
Utara dengan cara melakukan reklamasi, diharapkan akan mampu membantu
mengatasi permasalahan kecenderungan perkembangan kota yang selama ini
bergerak ke arah Selatan.
Sesuai dengan konsep pengendalian banjir DKI Jakarta, sungai-sungai yang
berhulu di wilayah Jawa Barat dan alurnya melintasi wilayah DKI, berubah fungsi
menjadi bagian dari sistem drainase kota. Sistern drainase wilayah DKI tidak dapat
dipisahkan dari sistem drainase alamiahnya, yang terdiri dari sungai-sungai yang
mengalir melalui wilayah DKI dan bennuara di Teluk Jakarta
Wilayah DKI Jakarta termasuk dalam DAS Sistem Aliran Cengkareng
Drain yang meliputi sebagian wilayah DKI, sebagian Tangerang dan sebagian
wilayah Bogor. Pada saat sekarang ini, wllayah DKI sebagian besar sudah berubah menjadi daerah pemukiman dan perkantoran sedangkan di wilayah Tangerang dan
Bogor sedang terjadi perubahan tata guna Iahan dari daerah yang hijau menjadi
pemukiman. Perubahan tata guna lahan dari daerah yang hijau menjadi daerah
pemukiman menyebabkan erosi yang tenjadi semakin besar akibat dari permukaan
tanah yang tidak terlindung.
Perkiraan erosi yang terjadi pada suatu DAS dapat diketahui dengan
menggunakan Metode USLE ( Universal Soil Loss Equation ). Dalam
menggunakan Metode USLE ini dibutuhkan data - data mengenai curah hujan, jenis
tanah, panjang sungai, jenis tata guna Iahan dan kemiringan lereng.
Lahan pada DAS yang bermacam-macam fungsinya mempunyai pengaruh
yang berbeda terhadap besarnya erosi. Tata guna lahan yang berubah secara cepat
dari lahan yang semula berupa hutan menjadi sawah, kebun dan akhirnya menjadi
daerah pemukiman pada saat sekarang ini sebagai akibat dari pertambahan
penduduk, telah menyebabkan erosi yang terjadi Iebih besar dibandingkan dengan
erosi yang terjadi di waktu lampau.
Skripsi ini membahas mengenai perkiraan erosi yang terjadi akibat
perubahan tata guna lahan dengan menggunakan Metode USLE.
"
1997
S34657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi Cokroharjono
"ABSTRAK
Tanah longsor sebagai gejala alam merupakan salah satu penyebab yang bisa merusak hutan lindung pada kawasan Taman Nasional gunung Gede-Pangrango (Tamnas GEPANG).
Sehingga sangat relevan, suatu penelitian untuk menentukan teknik mengidentifikasi lokasi tanah longsor potensial, agar bisa diambil sikap yang tepat.
Tanah longsor berkait erat dengan stabilitas lingkungan alami. Stabilitas lingkungan alami terpengaruh oleh beberapa aspek gejala atau fenomena alami. Maka untuk mengidentifikasi potensi lokasi tanah longsor, perlu diungkap lebih dahulu gejala-gejala alami yang mempengaruhi stabilitas lingkungan.
Untuk itu dikembangkan konsep Potensi Kerapuhan Lingkungan Alami (PKLA), yaitu himpunan dalam kesatuan ruang dari kekuatan, sifat, dan keadaan gejala alam yang secara potensial mempunyai daya merusak terhadap lingkungan hidup.
Ada empat variabel yang secara potensial mempengaruhi stabilitas lingkungan, yaitu keterjalan lereng (XI), intensitas hujan (X2), tekstur tanah (X3), dan tutupan vegetasi (X4).
Da1am rangka menelaah bahwa PKLA merupakan indikator lokasi tanah longsor potensial, dilakukan dengan pendekatan ilmu lingkungan. Pendekatan yang dikembangkan dari kombinasi pendekatan ekologi dengan pendekatan geografi ini, bertumpu pada prinsip interdisiplin, prinsip spatial, serta prinsip orientasi kedepan.
Prinsip interdisiplin mengakomodasikan konsep-konsep yang ada pada geografi fisik, geologi, geomorfologi, ilmu tanah, ekologi, dan klimatologi.
Prinsip spatial atau prinsip ruang menghendaki digunakannya peta sebagai alat analisis.
Prinsip orientasi kedepan menghendaki dilakukannya peramalan wilayah (regional forecasting).
Nilai PKLA (pkla) atau nilai kumulatifnya dihitung dengan menggunakan teori himpunan (set theory), yang aplikasinya menggunakan diagram Venn. Dengan teknik tumpang tindih {super impose), nilai-nilai PKLA (pkla) secara hierarkis dikembangkan dari PKLA (pkla) berdimensi satu, menjadi PKLA (pkla) berdimensi dua, lalu meningkat menjadi PKLA (pkla) berdimensi tiga, dan terakhir menjadi PKLA (pkla) berdimensi empat. Dari proses ini akan diperoleh jumlah konstribusi PKLA (pkla) elemen dari masing-masing dimensi terhadap pembentukan PKLA universe. Di samping itu dapat pula dihitung bobot konstribusi relatif pkla masing-masing himpunan bagian (sub-das). Ternyata hanya sub-das yang mempunyai bobot konstribusi surplus yang mempunyai potensi tanah longsor.
Tanmnas GEPANG yang terbentuk oleh 40 sub-das, ternyata 26 sub-das diantaranya, mempunyai potensi tanah longsor; sepuluh sub-das mempunyai potensi tanah longsor tinggi, dua belas sub-das nempunyai potensi tanah longsor menengah, empat sub-das mempunyai potensi tanah longsor rendah.
Potensi tanah longsor bisa menjadi faktual atau menjadi kenyataan bila rezim hujan menunjukkan sifatnya yang ekstrim. Ini bisa terjadi pada bulan-bulan Desember atau Januari yaitu pada saat terjadi hujan maksimum. Dan lebih besar kemungkinannya untuk terjadi pada bulan-bulan Maret atau April yaitu pada saat hujan maksimum sekunder.
Namun ada fakta lingkungan yang menarik, yaitu pada tempat-tempat di mana hujan menunjukkan peranan kuat untuk menjadikan massa tanah tidak stabil yang di satu pihak memungkinkan terjadinya longsoran,maka peranan tutupan vegetasi di tempat itu dalam menjaga kestabilan massa tanah, yang di pihak lain mencegah terjadinya longsoran juga kuat.
Ini menunjukkan bahwa lingkungan alami pada hakekatnya selalu menjaga keseimbanganya sendiri.
Dalam hal ini sikap mendasar yang perlu diambil adalah minimal menjaga keseimbangan yang ada.
Namun lebih bijaksana bila keseirrbangan itu diubah dengan kecenderungan peranan tutupan vegetasi sebagai faktor yang menjaga kestabilan massa tanah diperkuat fungsinya. Ini berarti bahwa. wi.layah hutan lindung perlu diperluas, terutama pada sub-das - sub-das yang mempunyai potensi tanah longsor tinggi.

ABSTRACT
Potential Natural Environment Fragility As An Indicator For Potential Landslide Location:The case of Mount Gede-Pangrango National ParkAs a natural phenomenon, landslide is one of the causes which is capable of damaging the protected forest in the area of Mount Gede-Pangrango National Park {Tamnas GEPANG). It is so relevant that a research should be conducted for discover a technique of identifying the potential landslide location in order to be to take correct measures.
Landslide is closely related to natural environment stability. Several indicative aspects or natural phenomena influence the natural environment stability. Therefore, in order to identify potential landslide location, it is necessary to reveal the national-phenomena, which influence the environment stability.
Therefore, a concept of Potential Natural Environment Fragility - (PNEF), whish is a system of power, character, and a state of natural phenomena having potentially damaging force against environment, is developed.
There are four variables viz.; slope steepness (X1), rainfall intensity (X2), soil texture (X3), and vegetation covering (X4).
In analyzing that PNEF is used as an indicator for potential landslide location, an approach using environmental science is conducted. The approach, which is developed from ecological a geography cal approach, is based-on interdisciplinary principles, spatial principle, and future-oriented principle.
The interdisciplinary principle constitutes concepts prevailing in physical geography, geology, geomorphology, pedology, ecology and climatology.
The spatial principle needs the use of maps as means of analysis. The future-oriented principle calls for regional forecasting complementation.
M EE' value or its cumulative value is calculated by using a set theory whose application uses Venn's Diagram- By employing superimpose technique, the PNEF values are hierarchically developed from PNEF of one dimension to PNEF of two dimension, then increased to PNEF of three dimension, and finally to PNEF of four dimension.
From this process, total contribution of elemental PNEF from respective dimension to the formation of universal PNE will be obtained. Apart from that, the relative contribution quality of PNEF from each sub catchments area can be calculated. It appears that only sub-catchments area having the surplus contribution quality- has landslide potential.
GEPANG National Park comprising 40-sub catchments area, 26 out of with have landslide potential. The have high landslide potential; the other twelve have medium, and the other four low landslide potential.
The landslide potential may turn into reality when rainfall shows its extreme characteristics. Under the circumstances it can hap pen in the month of December or January when the rainfall reaches its peak. And more likely, it can take place in the month of March or April at the time when the rainfall is at its secondary maxi nun.
Nevertheless, there is an-interesting environmental feature, that at places where on the hand rainfall plays an important role in forming unstable mass of land, landslide is likely occur, but on the other hand the vegetation covering at the identical places keeps the stability of the mass of land and thus prevents landslide-probability.
This shows that natural environment, properly speaking, always keeps its own equilibrium.
For this reason, a fundamental attitude towards this particular case necessarily to be taken is at least to keep the existing equilibrium.
However, it will be recommendable if the equilibrium is altered to an inclination that the role of vegetation covering as a functional factor which preserves-the land mass stability is stimulated.
Consequently, it means that protected forest areas should be enlarged, especially in the catchments areas which have high landslide potential.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Budimanta
"Di Indonesia, erosi tanah adalah penyumbang terbesar dari terjadinya degradasi lahan. Walaupun degradasi lahan bukan meaipakan peristiwa ekonomi akan terapi proses ini berkaitan erat dengan penurunan mutu lahan yang menyebabkan menurunnya produksi pertanian dan meningkatnya biaya pencegahan degradasi lahan yang merupakan problem ekonomi. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat erosi tanah dapat dibagi atas kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh dampak langsung di tempat kejadian erosi (on-site) maupun dampak di luar tempat kejadian erosi (off-site). Dampak langsung yang utama adalah penurunan produktivitas tanaman yang diakibatkan oleh kemerosotan produktivitas tanah, kehilangan unsur hara tanah dan kehilangan lapisan tanah yang baik/subur bagi berjangkarnya akar tanaman, sedangkan dampak tidak langyung adalah pelumpuran dan pendangkalan waduk, kerusakan ekosistem peraimn, memburuknya kualitas air, meningkatnya frekuensi dan masa kekeringan, serta tertimbunnya lahan-lahan pertanian.
Untuk memperkirakan kerugian ekonomi yang timbul akibat dampak iangsung erosi tanah pada lahan-Iahan tanaman pangan di Indonesia dilakukan perhitungan dengan tanah karena terjadinya erosi tanah. Tambahan biaya tersebut dihitung berdasarkan banyaknya pupuk yang harus ditambahkan unluk memulihkan kesuburan tanah. Lahan-lahan tanaman pangan yang dikaji adalah lahan yang ditanami pads savvah, padi ladang, kacang kedelai, ubi kayu, dan kacang tanah. Basil perhitungan kerugian ekonomi yang timbul akibat dampak langsung erosi tanah tersebut kemudian dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun berjalan, Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder pada tahun 1939 sampai dengan tahun 1995.
Hasil kajian menunjukkan bahwa, di Pulau Jawa selama tahun 1989 sampai dengan 1995 terjadi penurunan luas lahan sawah 82.745 ha yang setara dengan basil panen gabah dalam setahun lebih kurang sekitar 700.000 ton. Persentase penurunan lahan sawah yang tertinggi terdapat di propinsi DKI Jakarta seluas 3.041 ha (45,6%), Jawa Barat 41.754 ha (3,5%), Jawa Timur 23.777 (2%), DI. Yogyakarta 1.930 ha (3,1%) dan Jawa Tengah 12.243 ha (1,2%).
Terjadinya penurunan luas lahan sawah di Pulau Jawa antara lain disebabkan oleh perluasan areal permukiman baru akibat pertambahan penduduk maupun akibat pembangunan industri terutama di wilayah propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Erosi tanah yang terbcsar di Indonesia terjadi pada lahan-iahan yung ditanami Ubi Kayu (588,6 - 1.947,4 ton/ha/tahun) yang kemudian diikuti oleh lahan-labaii yang ditanami padi ladang (533,6 - 1.560,7 ton/ha/tahun), kedelai (365,3 - 1.110 ton/ha/tahun), kacang tanah (168,2 - 556,4 ton/ha/tahun) dan padi sawah (2,6 - 14,4 ton/ha/tahun).
Terjadinya erosi tanah juga akan mengakibatkan terkikisnya unsur-unsur hara yang ada di dalam tanah seperti kalium dan fosfor yang dibutuhkan oteh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi. Hilangnya unsur hara kalium dan foslbr yang diakibatkan oleh terjadinya erosi tanah berkisar antara 0,04 kg/'/ha/'tahun sampai dengan 1.256,01 kg/ha/tarmn (setara dengan 0.10 - 3.027,30 kg/ha/th pupuk KG) dan 0,09 kg/ha/tahun sampai dengan 1.522,51 kg/ha/tahun (setara dengan 0,46 - 7.748,98 kg/ha/th pupuk TSP).
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat dampak langsung erosi tanah pada Jahan padi sawah, ubi kayu, padi ladang, fcedelai dan kacang tanah, pada tahun 19S9 adaiah sebesar Rp. 49.770,32 miliar atau 29,77% dari PDB berdasarkan harga berlaku yang sebesar Rp 167,184 triliun, 1990 sebesar Rp 55.937,78 miliar atau 28,60% dari PDB yang sebesar Rp. 195.60 triliun, 1991 sebesar Rp 64.847 miliar atau 28.50% dari PDB yang sebesar Rp. 227,50 triliun, 1992 sebesar Rp 82.289.39 miliar atau 31.55% dari PDB yang sebesar Rp. 260,77 triliun, 1993 sebesar Rp 91.075,90 miliar atau 30.16% dari PDB yang sebesar Rp. 302,02 triliun, 1994 sebesar Rp 102.139,37 miliar atau 25,85% dari PDB yang sebesar Rp. 382,38 triliun, 1995 sebesar Rp 316.939.59 miliar atau 25,85% dari PDB yang sebesar Rp. 452,38 triliun.
Wilayah di Indonesia yang paling besar menimbulkan kerugian ekonomi akibat dampak langsung erosi tanah pada lahan padi sawah, padi ladang, kacang tanali, kedelai, ubi kayu adatah Jawa dan Bali yang kemudian diikuti oleh wilayah Sumateni serta Kalimantan dan Sulawesi. Hal ini dikarenakan luas lahan tanaman pangan di pualau Jawa dan Bali relatif iebih luas apabila dibandingkan dengan wilayah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Apabila kerugian ekonomi yang timbul akibat dampak langsung erosi tanah diperhitungkan dalam laju pertumbuhan nasional maka terjadi penurunan laju pertumbuhan sebesar 5,32% pada tahun 1989 dan 4,75% pada tahun 1995 (ram-rata penurunan pertumbuhan pertahun negatif 5%). Laju pertumbuhan nasional berdasarkan harga berlaku setelah mempertimbangkan erosi tanah adaiah sebesar 12,55% (awa! 17,87%) pada tahun 1989 dan 13,61% {awal 18,36%) pada tahun 1995.
Proses perhitungan Produk Domestik Bruto dan !aju pertumbuhan nasionul cii masa datang diharapkan juga akan mencermati aspek deplesi dan degradasi sumberdaya alam secara terpadu sehingga akan memberikan gambaran sesimgguhnya mengenai proses pembangunan yang sedang dan akan dialami suatu negara."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T1111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>