Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181556 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laila Suciati
"Masa anak-anak menjadi masa kritis untuk membangun masa tulang. Tulang yang kuat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Kurangnya asupan kalsium pada anak-anak akan meningkatkan risiko terjadinya fraktura tulang pada anak sehingga anak tidak dapat mencapai pertumbuhan tulang secara optimal. Kebutuhan kalsium meningkat pada masa pertumbuhan saat kanak-kanak, penyerapan kalsium dan makanan bisa mencapai 75%. Pertumbuhan fisik yang baik, tidak lepas dari asupan kalsium yang diterima tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang kalsium dan frekuensi konsumsi kalsium anak dengan status gizi pada anak TK Al-Husna Bekasi. Variabel yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berat badan dan tinggi badan anak, karakteristik anak, karaktristik ibu, pengetahuan ibu, sumber informasi ibu tentang kalsium, dan frekuensi konsumsi kalsium anak. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan pegambilan data langsung di lapangan (data primer).
Penelitian ini bersifat cross sectional, diperoleh dengan metode survey dan hasilnya diuraikan secara deskriptif. Sampel yang diperoleh berjumlah orang 80 orang. Terdapat 60 anak (75%) yang mempunyai status gizi baik berdasarkan indikator BB/U, terdapat 76 anak (95%) yang mempunyai status gizi normal berdasarkan indikator TB/U, terdapat 61 anak (76.3%) yang mempunyai status gizi normal berdasarkan indikator BB/TB. Hubungan berat badan lahir dengan status gizi berdasarkan indikator BB/U bermakna. Hubungan berat badan lahir dengan status gizi berdasarkan indikator BB/TB bermakna. Hubungan panjang badan lahir dengan status gizi berdasarkan indikator TB/U bermakna. Sebaiknya sekolah perlu melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan anak pada setiap akhir tahun ajaran. Pendidikan gizi anak sejak dini harus diterapkan pada anak-anak prasekolah, yang dapat dilakukan melalui proses edukasi dan komunikasi selama kegiatan belajar mengajar atau bermain.Sebaiknya sekolah perlu bekerjasama dengan tenaga UKS mengadakan penyuluhan gizi kepada orang tua murid."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Ito Leiliana Warnani
"Anak sekolah merupakan golongan yang dipersiapkan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Pada masa ini, Anak mulai memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu serta mulai ada rasa suka atau tidak suka terhadap makanan tertentu. Selain itu, mereka lebih senang untuk menghabiskan waktu bersama dengan teman atau melakukan aktivitas lain yang disukainya, seperti menonton televisi atau bermain video games sehingga sering melupakan waktu makan. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi khususnya vitamin dan mineral. Untuk mengatasi kekurangan zat gizi tersebut, umumnya ibu memberikan suplemen makanan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh iklan-iklan di televisi yang menawarkan berbagai macam produk suplemen makanan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen makanan pada anak sekolah kelas IV dan V di SD Islam Al-Husnah Bekasi Selatan Tahun 2008. Penelitian ini dilakukan dengan desain deskriptif. Sampel adalah siswa/i kelas IV dan V sebanyak 136 anak. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan perangkat lunak computer, kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan 64.7% siswa mengonsumsi suplemen makanan dalam satu bulan terakhir. Pada hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara status gizi siswa, pengetahuan orang tua, pekerjaan ayah dan konsumsi suplemen makanan ibu dengan konsumsi suplemen makanan anak, sedangkan hasil analisis antara umur, jenis kelamin, kebiasaan makan, aktivitas fisik, penyakit infeksi, pedidikan orang tua dan pekerjaan ibu dengan konsumsi suplemen makanan anak adalah tidak berbeda secara bermakna.
Dalam mengatasi kesulitan makan pada anak sebaiknya para ibu tidak menyelesaikan permasalahan tersebut dengan langsung memberikan suplemen penambah nafsu makan atau vitamin mineral. Suplemen tidak perlu diberikan pada anak sehat dengan status gizi baik, gizi lebih dan obesitas. Sebelum mengonsumsi suplemen makanan sebaiknya baca label mengenai kandungan zat gizi, dosis, jangka waktu kadaluarsa, daftar atau nomor registrasi dari Depkes, serta aturan pemakaiannya.

Schooling children are group that prepared to be qualified human resources. Nowadays, these children start to have habits; consume certain food and having likeness and dislike feeling at certain food. Moreover, they prefer to spend their time to watch television or playing video games until forget their eating time. This causing their necessity of nutrient are incomplete especially vitamins and minerals. To solve the lack of nutrient, generally the mothers giving their children food supplement. This is affected by some advertising on television which offers various kind of food supplement product.
The aim of the research is to know factors that related with food supplement consumption at elementary school children grade IV and V at Al-Husna Islamic Elementary School South Bekasi in 2008. This research conducted with descriptive design. The samples are the elementary school students` grade IV and V as 136 children. The obtained data are managing trough computer software then analyze with univariate and bivariate analysis.
The result shown 64,7% students consume the food supplement in the last one month. Analysis result shown that there is a significant difference between students nutrient status`, parent`s knowledge, father`s work and mother`s food supplement consumption with children`s food supplements consumption, while the analysis between age, sex, eating habits, physical activity, infectious disease, parent`s knowledge, and mother`s work with children`s food supplements consumption are significantly not different.
To overcome the children problem on food consume its better not to solve it with straightly giving the food supplements or vitamins and minerals. The supplements are not necessary for healthy children with good nutrient status, over nutrient, and obesity children. Before consume the food supplement its better to read the ingredients label, dosage, expired time, list of registration number on Health Department, and the usage rules.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Agustin P.
"Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik individu (jenis kelamin dan umur), status gizi, gaya hidup (aktivitas fisik, kebiasaan konsumsi kafein dan kebiasaan merokok), dan kebiasaan konsumsi kalsium dan vitamin D dengan kejadian osteoporosis dan osteopenia pada warga usia ≥ 45 tahun di Taman Wisma Asri Bekasi Utara tahun 2009. Penelitian dilakukan pada warga usia ≥ 45 tahun (minimal 45 tahun dan maksimal 80 tahun) tinggal di Taman Wisma Asri Bekasi Utara. Rancangan penelitian ini menggunakan crosssectional dan bersifat deskriptif analitik. Sampel yang diambil yaitu dengan teknik total populasi dengan jumlah sampel sebanyak 115 orang. Dan dilakukan uji chisquare untuk melihat hubungan variabel independen dan dependen. Hasil dari penelitian ini menunjukan hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian osteoporosis dan osteopenia (P-value = 0,011). Osteoporosis dan osteopenia (P-value = 0,011).

The purpose of this study to find relationship between individual characteristic (sex and age) nutrition status, life style (physical activity, consumption habits of caffeine and smoking habits), and consumption habits of calcium and vitamin D with the occurance of osteoporosis and osteopenia among people who are more than 45 years old at Taman Wisma Asri of North Bekasi in 2009. This study conducted to people who are more than 45 years old and living at Taman Wisma Asri of North Bekasi. This study used a cross sectional design and analytical descriptive method. Samples were taken by the techniques of population totally and it was conducted to 115 samples. It had been done chi-square test to find the relationship between independent and dependent variables. Results of this study indicated meaningful relationships between age and the occurance of osteoporosis and osteopenia (P-value = 0,011)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Anggraini Prastiwi
"[ABSTRAK
Enuresis merupakan permasalahan yang biasa terjadi pada anak anak di seluruh dunia Enuresis dapat meningkatkan kerentanan anak untuk mengalami masalah psikologis Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan enuresis dengan terjadinya masalah psikologis pada anak usia prasekolah Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional Penelitian ini melibatkan 53 anak usia prasekolah di TK X Cijantung Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan uji statistik chi square Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak sederhana Hasil penelitian menunjukkan persentase sebesar 64 2 untuk kejadian enuresis dan masalah psikologis pada anak usia prasekolah di TK X Terjadinya masalah psikologis berhubungan dengan kejadian dan frekuensi enuresis pada anak Akan tetapi terjadinya masalah psikologis tidak berhubungan dengan usia jenis kelamin dan jenis enuresis anak Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan institusi sekolah dan orang tua memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam upaya mengurangi kejadian enuresis demi mencegah terjadinya masalah psikologis pada anak usia prasekolah ;ABSTRACT Enuresis is recognized as a common problem among children in worldwide Enuresis can be predisposition factor of psychological problems in preschool aged childrens This study purposed to determine the relationship between enuresis and the occurrence of psychological problems in preschool aged childrens The method in this study was cross sectional This study involved 53 students at TK X Cijantung then analyzed by chi square The sampling technique of the study was simple random sampling The result of this study showed 64 2 for enuresis and psychological problem percentage in preschool aged childrens at TK X The occurrence of psychological problems was related to enuresis and frequency of enuresis in preschool aged childrens However the result of this study showed that the occurrence of psychological problems was not related to child rsquo s age gender and kinds of enuresis Based on this study results the school institution and parents should have responsibility to reduce enuresis incindence to prevent the prognosis of enuresis ;Enuresis is recognized as a common problem among children in worldwide Enuresis can be predisposition factor of psychological problems in preschool aged childrens This study purposed to determine the relationship between enuresis and the occurrence of psychological problems in preschool aged childrens The method in this study was cross sectional This study involved 53 students at TK X Cijantung then analyzed by chi square The sampling technique of the study was simple random sampling The result of this study showed 64 2 for enuresis and psychological problem percentage in preschool aged childrens at TK X The occurrence of psychological problems was related to enuresis and frequency of enuresis in preschool aged childrens However the result of this study showed that the occurrence of psychological problems was not related to child rsquo s age gender and kinds of enuresis Based on this study results the school institution and parents should have responsibility to reduce enuresis incindence to prevent the prognosis of enuresis ;Enuresis is recognized as a common problem among children in worldwide Enuresis can be predisposition factor of psychological problems in preschool aged childrens This study purposed to determine the relationship between enuresis and the occurrence of psychological problems in preschool aged childrens The method in this study was cross sectional This study involved 53 students at TK X Cijantung then analyzed by chi square The sampling technique of the study was simple random sampling The result of this study showed 64 2 for enuresis and psychological problem percentage in preschool aged childrens at TK X The occurrence of psychological problems was related to enuresis and frequency of enuresis in preschool aged childrens However the result of this study showed that the occurrence of psychological problems was not related to child rsquo s age gender and kinds of enuresis Based on this study results the school institution and parents should have responsibility to reduce enuresis incindence to prevent the prognosis of enuresis , Enuresis is recognized as a common problem among children in worldwide Enuresis can be predisposition factor of psychological problems in preschool aged childrens This study purposed to determine the relationship between enuresis and the occurrence of psychological problems in preschool aged childrens The method in this study was cross sectional This study involved 53 students at TK X Cijantung then analyzed by chi square The sampling technique of the study was simple random sampling The result of this study showed 64 2 for enuresis and psychological problem percentage in preschool aged childrens at TK X The occurrence of psychological problems was related to enuresis and frequency of enuresis in preschool aged childrens However the result of this study showed that the occurrence of psychological problems was not related to child rsquo s age gender and kinds of enuresis Based on this study results the school institution and parents should have responsibility to reduce enuresis incindence to prevent the prognosis of enuresis ]"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S66774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradita Sari
"Berdasarkan kriteria WHO, menurut Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% anak Indonesia kurang gizi, 19,2% anak Indonesia mengalami gizi kurang dan 8,3% anak Indonesia mengalami gizi buruk. Salah satu asupan gizi yang diperlukan dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak adalah kalsium. Kurangnya asupan kalsium pada anak-anak akan meningkatkan risiko rapuhnya tulang pada anak, sehingga anak tidak dapat mencapai pertumbuhan tulang secara optimal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status gizi anak sekolah usia 10-12 tahun dan hubungannya dengan asupan kalsium dari makanan sebagai salah satu upaya pencegahan dan penanganan masalah gizi.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data antopometri untuk mengetahui status gizi dan wawancara survei konsumsi makanan (FFQ) untuk mengetahui asupan kalsium serta subjek penelitian yang dipilih adalah 68 anak sekolah usia 10-12 tahun di SDN X, Kampung Serang, Bekasi. Persentil status gizi dan asupan kalsium dianalisis dengan menggunakan uji Fisher untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan asupan kalsium dari makanan.
Dari penelitian di dapatkan data bahwa responden yang memiliki gizi kurang sebanyak 51,5% (BB/U), 50% (TB/U) dan 22,1% (IMT/U). Hampir seluruh responden yaitu sebanyak 67 anak memiliki asupan kalsium dari makanan yang kurang. Berdasarkan uji Fisher didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara status gizi berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan IMT/U dengan asupan kalsium dari makanan.

Based on WHO criteria and Ministry of Health (2004), in 2003, there are about 27.5% Indonesian's children who lack of nutrition, 19.2% who suffer nutrition deficiency, and 8.3% who suffer malnutrition. One of the nutrition needed in the period of growing for children is calcium. The lack of calcium in children will increase the risk of bone fragility, so they can not reach the bone growth optimally.
The objective of this research is to know the nutrition status in 10-12 years old-students and the relation with calcium intake from food as one of the way to prevent and handle the nutrition problem.
This research uses cross sectional design. Data needed by this research are anthopometry data to know the nutrition status and also FFQ to know the calcium intake. The subjects of this research are 68 students between 10-12 years old in SDN X, Kampung Serang, Bekasi. Nutrition status percentile and calcium intake are analyzed by using Fischer test to know the relation between them.
This research gets that respondents who lack of nutrition are about 51.5% (BB/U), 50% (TB/U), and 22.1% (IMT/U). Almost all respondents about 67 children, lack of calcium intake from food. Fischer test gets that there is no meaningful relationship between nutrition status by BB/U, TB/U, and IMT/U indicator with calcium intake from food.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Dayangsuri
"Pentingnya gerakan keluarga sadar gizi (kadarzi) masih belum disadari pada keluarga-keluarga di Indonesia hal ini memengaruhi pengetahuan gizi dari anak usia usia sekolah yang akan berefek pada Indeks Pengembangan Manusia (IPM) atau HDI (Human Development Index). Hal tersebut ditunjukkan dengan masih banyaknya kasus gizi buruk pada anak usia sekolah yang terjadi di Indonesia termasuk Jakarta sebagai ibukota negara. Banyak faktor yang memengaruhi status gizi anak salah satunya pengetahuan yang kemudian akan memengaruhi asupan makanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status gizi dan hubungannya dengan tingkat pengetahuan mengenai masalah kekurangan zat gizi yang dalam hal ini kalsium pada anak usia sekolah di yayasan Kampung Kids pada tahun 2009.
Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi cross sectional. Data yang dikumpulkan pada tanggal 18 Oktober 2009 berupa data antropometri untuk mengetahui status gizi dan wawancara kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan mengenai masalah kekurangan kalsium serta subjek yang dipilih adalah anak usia sekolah yang terdaftar di yayasan Kampung Kids dan hadir pada saat pengambilan data. Data antropometri dan skor wawancara kuesioner selanjutnya dianalisis dengan menggunakan chi-square untuk mengetahui hubungan status gizi dengan tingkat pengetahuan mengenai masalah kekurangan kalsium.
Dari penelitian di dapatkan data bahwa anak usia sekolah yayasan Kampung Kids (38,5%) yaitu sebanyak 30 orang memiliki status gizi buruk. Namun hampir seluruh anak tersebut (94,9%) yaitu sebanyak 74 anak memiliki tingkat pengetahuan terhadap kalsium yang kurang. Berdasarkan uji chi-square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan tingkat pengetahuan mengenai masalah kekurangan kalsium (p=1,00). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa status gizi dipengaruhi secara tidak langsung oleh tingkat pengetahuan anak dan suatu keluarga. Perlu dilakukan penyuluhan mengenai asupan gizi yang baik dan masalah yang ditimbulkan akibat kekurangan zat gizi pada anak Kampung Kids untuk tetap mempertahankan status gizi yang baik.

The importance of nutrition conscious family movement (Kadarzi) still have not realized the families in Indonesia this affects nutrition knowledge of school-age children who will have an effect on the Human Development Index (HDI) or the HDI (Human Development Index). This is shown by still many cases of malnutrition among school-age children that occurred in Indonesia, including Jakarta as the capital of the state. Many factors affect the nutritional status of children one of them is the knowledge which will affect food intake. This research was conducted to determine the nutritional status and its relationship to the level of knowledge about the problem of nutrient deficiency which in this case calcium on school-age children in Kampung Kids Foundation in 2009.
This study was conducted using cross sectional observation. Data collected on October 18, 2009 in the form of anthropometric data to determine the nutritional status questionnaires and interviews to determine the level of knowledge about the problem of calcium deficiency and the subject chosen is of school age children enrolled in Kampung Kids Foundation and is present at the time of data collection.Anthropometric data and interview questionnaire scores were then analyzed by using chi-square test to determine the relationship of nutritional status with the level of knowledge about the problem of calcium deficiency.
From research on the data found that school-age children Kampung Kids Foundation majority (38,5%) as many as 30 people have poor nutritional status. But almost all these children (94.9%) of 74 children have a level of knowledge on calcium intake. Based on chi-square test showed that there was no relationship between nutrition status and level of knowledge about the problem of lack of calcium (p = 1.00). Based on these data we can conclude that nutritional status is indirectly influenced by the level of knowledge of children and a family. Keep on giving information about good nutrition and the problems caused by nutritional deficiencies in children Kampung Kids to maintain a good nutritional status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Zainudin
"Zinc merupakan mikronutrien yang mempengaruhi status gizi anak usia 10-12 tahun. Status gizi yang tidak ideal merupakan salah satu masalah kesehatan anak usia sekolah 10-12 tahun di SD Negeri X Kampung Serang yang lokasinya berdekatan dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status gizi anak usia sekolah dan hubungannya dengan asupan zinc dari makanan. Desain penelitian adalah cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari 2011 dari hasil pengukuran antopometri dan wawancara survei konsumsi makanan (Food Frequency Questionnaire) pada 68 subjek dengan yang dipilih berdasarkan consecutive sampling. Data yang terkumpul kemudian diolah melalui nutrisurvey untuk mengetahui asupan zinc dalam makanan sedangkan data status gizi didapat dari klasifikasi berdasarkan IMT/U, BB/U dan TB/U. Mayoritas responden memiliki status gizi kurang, yakni 51.2% berdasarkan BB/U dan 51.5% berdasarkan TB/U. Dilihat dari asupannya, 67 responden (99%) memiliki asupan zinc kurang. Dari uji statistik (Fisher), diketahui terdapat hubungan tidak bermakna antara asupan zinc dengan status gizi anak, baik berdasarkan IMT/U, BB/U maupun TB/U dengan nilai probabilitas masing-masing adalah p=0.879, p=0.576 dan p=0.515 (p>0.05). Disimpulkan bahwa status gizi dan asupan zinc pada anak sekolah usia 10-12 tahun di SDN X tidak memiliki hubungan yang bermakna.

Zinc is a micronutrient that affects nutritional status of children aged 10-12 years. Nutritional status which is not ideal is one of the health problems of children aged 10- 12 years in the SDN X, Serang Village, which is located close to the Final Disposal Waste Bantar Gebang. The purpose of this study is to determine the nutritional status of school-age children and its relation to zinc intake from food. The research is designed using cross sectional method. The data was collected in January 2011 from an antopometri measurement and an interview of food consumption in 68 subjects based on consecutive sampling. The data then processed through nutrisurvey to know he intake of zinc in the diet while the nutritional status data was classified based on weight-age percentil, height-age percentil and body mass index-age percentil. Most respondents have less nutritional status, which is 51.2% based on weight-age percentil and 51.5% based on height-age percentil. 67 respondents (99%) have less zinc intake. Based on statistical tests (Fisher), there is no significant relationship between zinc intake and nutritional status of children based on the weight-age percentil, height-age percentil and body mass index-age percentil with probability value p = 0879, p = 0576 and p = 0515 (p> 0.05). In conclusion, nutritional status of school children aged 10-12 years in SDN X has no significant relationship with zinc intake."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astika Pramesti Tunggadewi
"Keterlambatan perkembangan adalah masalah umum pada anak-anak. Identifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi status perkembangan mempunyai peran penting untuk memberikan intervensi strategis untuk anak-anak yang mengalami keterlambatan perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor eksternal yaitu status pendidikan orang tua, status pekerjaan orang tua, pengasuh dan status perkembangan pada anak 4-6 tahun di PAUD, Cikini. Studi cross sectional dengan cara mengumpulkan kuesioner Parent’s Evaluation of Developmental Status (PEDS) kepada 108 orang tua dari anak-anak di PAUD digunakan sebagai data dasar penelitian serta data dari Medical Research Unit digunakan sebagai data pendukung untuk faktor eksternal. Hasil menunjukkan sebagian besar orang tua subjek secara berurutan memiliki pendidikan menengah, diikuti oleh pendidikan dasar dan pendidikan tinggi. Sebagian besar ibu tidak bekerja (75,9%), sementara sebagian besar ayah subjek bekerja (96,3%). Sebagian besar ibu bertindak sebagai pengasuh anak (71,3%). Uji Chi-square menemukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara status perkembangan dan masing-masing status pendidikan ibu (0,248), status pendidikan ayah (0.194), status pekerjaan ibu (0,795) dan pengasuhan (0.713). Uji Fisher Exact juga mengungkapkan hasil tidak signifikan dalam hubungan antara status perkembangan dan status pekerjaan ayah (0,260). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa tidak terdapat hubungan bermakna secara statistika antara status perkembangan dan dan beberapa faktor eksternal dari anak.

Developmental delay is a common problem in children. Identification of external factors affecting child’s developmental status has an important role to provide intervention for children who suffer from developmental delay. The purpose of this research is to know the relationship between external factors (parent’s educational status, parent’s occupational status, caregivers) and developmental in children 4-6 years OLD, Cikini. Cross sectional studies by means of collecting questionnaire Parent's Evaluation of Developmental Status (PEDS) to 108 parents of children in PAUD used as the primary data as well as data from Medical Research Unit used as supporting data to external factors. The results revealed most of the parents had intermediate education, followed by basic education and higher education consecutively. Most of the mothers are not working (75.9%), while most of the subject's father's work (96,3%). Most of the mothers act as caregiver (71.3%). The Chi-square test found that there was no statistically meaningful relationship between developmental status and respectively mother’s educational status (0,248), father’s educational status (0.194), mother's occupational status (0,795) and caregiver (0.713). The Fisher's Exact test also revealed insignificant result in the relationship between the status of the development and father’s occupational status (0,260). The conclusion from this study is that there is no statistically meaningful relationship between the developmental status and some external factors in children."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsyalina Amalia
"Masalah dalam perkembangan anak banyak dijumpai terutama permasalahan dalam keterlambatan perkembangan anak. Intervensi merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan sejak dini untuk mencegah keterlambatan perkembangan anak. Penelitian dilakukan dengan mencari hubungan antara status perkembangan anak 4-6 tahun di PAUD, Cikini dengan faktor-faktor internal seperti jenis kelamin anak, status gizi, urutan lahir dan jumlah anak dalam satu keluarga.
Metode dari penelitian ini menggunakan studi cross sectional menggunakan alat skrining perkembangan anak berupa kuesioner Parental Evaluation Developmental Status (PEDS) dan diberikan kepada 108 orang tua dari anak-anak di PAUD, Cikini. Data akan diolah dengan menggunakan SPSS 11.5. Subjek hampir sama rata antara anak laki-laki dan perempuan (51.9% dan 48.1% berurutan), sebagian besar lahir sebagai anak pertama (75%) dan sebagian besar memiliki saudara kandung paling tidak lebih dari satu (67.6%). Status gizi, sebagian besar status gizi yang baik (78.7%).
Menggunakan uji Chi-square menemukan bahwa tidak ada hubungan secara statistik antara status perkembangan anak dengan jenis kelamin anak (1,000), urutan lahir (0,095), serta status gizi anak yang dilakukan dengan menggunakan uji fisher exact (0,446). Namun, terlihat adanya hasil signifikan hubungan antara status perkembangan anak dengan jumlah anak dalam suatu keluarga dengan menggunakan uji chi-square (0.044).
Kesimpulan :
1. Tidak ada hubungan secara statistik antara status perkembangan anak dengan jenis kelamin, urutan lahir serta status gizi.
2. Ada hubungan antara status perkembangan anak dengan jumlah anak dalam suatu keluarga.

Problems encountered in the development of children, especially the problem of child developmental delay. Intervention is a very important thing done early to prevent delays in child development. The study was conducted by finding the relationship between the status of the development of children 4-6 years in early childhood education, Cikini by internal factors such as the child's gender, nutritional status, birth order and number of children in one family.
The method of this study used a cross-sectional study, which use child development screening tool in the form of questionnaires (PEDS) and administered to 108 parents of children in early childhood, Cikini. The results of the data processed using SPSS 11.5 and the results show that the subjects almost equally between boys and girls (51.9% and 48.1% respectively), while the majority of children born as the first child (75%) and most had relatives no more than one (67.6%). Looking from nutritional status, most children in PAUD, Cikini have good nutrition (78.7%).
Using the Chi-square test in SPSS found that there was no relationship between children developmental status with child’s gender (1.000), birth order (0.095), and nutritional status were performed using fisher exact test (0.446). However, there has been a significant outcome relationship between child development status by the number of children in a family by using the chi-square test (0,044).
Conclusions are there are no significant statical relationship result between children developmental status with child’s gender, birth order, and nutritional status and there is significant relationship result between children developmental status with number of children in a family.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rijanti
"Status gizi anak dapat ditentukan dengan menggunakan perhinmgan Indeks Massa Tubub (IMT) anak menurut jenis kelamin dan umur berdasarkan kuwa pensentiie dari CDC Growth. Kelebihan gizi anak sekolah disebabkan karena konsumsi energi yang berlebih dari kebutuhan dan berlangsung dalam waktu yang lama. Faktor lain adalah kurangnya aktivitas, karena adanya kebiasaan menonton televisi dan bermain komputer, adanya perubahan gaya hidup akibat meningkatnya perekonomian, kebiasaan makan makanan tinggi kalori dan lemak serta rendah serat yang diwujudkan dengan semakin banyak dijualnya makanan jajanan dan fast food.
Penelitian ini dilakukan di SD PSKD Kwitang VIII Depok pada bulan Oktober dan Nopember tahun 2001. Didapatkan kejadian status gizi kurang sebesar 9,6% dan status gizi lebih sebesar 29,8%. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan konsumsi makanan dan faktor-faktor lain dengan status gizi anak sekolah tersebut. Desain penelitian adalah croseseciional dan cara pengambilan sampel dengan sistematika random. Sampel adalah murid keias IV~VI dengan jumlah 200 orang. Analisis data dilakukan dengan regresi linear, status gizi diukur dalam IMT sebagai variabel dependen dan variabel-variabel umur, jenis kelamin, berat badan lahir, pendidikan orang tua, status bekerja ibu, jumlah anak, IMT orang tua, konsumsi makanaan, pola makan, kebiasaan jajan, kebiasaan makan fast food, olahraga dan pendapatan/kapita/bulan sebagai variabel independem. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat dan multivaziat dengan program software SPSSO 9.
Hasil penelitian didapatkan responden dengan status gizi lebih sebesar 42% dan gizi kuramg 8%. Rata0rata IMT responden 19 ± 4,lkg/m2. Hasil uji anova dan uji t menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p<0,05) rata-rata IMT anak menurut IMT orang tua dan kebiasaan berolahmga tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) rata-rala IMT anak menurut jenis kelamin, pendidjkan orang tua, status bekerja ibu, jumlah anak dan pola makan. Hasil uji regresi dan korelasi didapatkan adanya hubungan bermakna (p<0,05) antara umur, konsumsi energi, protein*, lemak*, karbohidmt* setelah di adjust dengan total energi, waktu nonton televisi, pendapatan/kapita/bulan dengan IMT. Tidak adanya hubungan yang bermakna (p>0,05) berat badan lahir, kebiasaan jajan, kebiasaan makan fast food, waktu tidur dengan IMT. Hasil analisis multivariat regresi linear didapatkan variabel umur merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan IMT (12 = 0,20).
Anak SD di PSKD Kwilang VIII Depok mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang masih ada dan sudah ada masalah gizi lebih. Untuk itu, bagi Depanemen Kesehatan dlharapkan membuat suatu standar yang baku status gizi anak menurut IMT, umur dan jenis kelamin anak agar lebih mudah digunakan dan lebih sensitif memjaring status gizi, menggiatkan program UKS mengenai gizi dengan melakukan pengukuran antropometri secara peliodik, penyuluhan gizi dan olahmga, penelitian lanjut dengan jumlah sekolah yang lebih banyak sehingga mempemleh angka kejadian untuk anak sekolah dasar di kata Depok. Bagi sekolah melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang gizi kepada semua murid dan orang tua secara periodik mengenai penyebab terjadinya gizi lebih dan akibatnya, pentingnya makan pagi, mengurangi makanan jajan tinggi kalori dan lemak, menggiatkan olahraga, dan pemasaran PUGS. Bagi pengelola kantin tentang penyediaan makanan yang sehat dan seimbang akan zat gizi, seperti buah-buahan dan mengurangi penjualan makanan gorengan.

The status of child nutrition can be determined by using calculation child Body Mass Index (BMI) according sex and age based on percentile curve of CDC Growth. Over nutrition on schoolchildren are caused by energy that consumed is over than needed and it was done in long time. Other firetors were less activity, habit to see television and playing computer game, caused by the changes of life style due to the improving of income in their family, habit to consume high calorie, fatty food., and fewer iibbers that presented in sweet food and fast food.
This study was conducted at SD PSKD Kwitang VIII Depok on October-November, 2001. It was found that the rate of under nutrition showed 9,6%, and over nutrition was 29,8%- The objective of this Study W3 to identify the relationship of food consmne and other factors with nutritional status of those school children The design of this study was cross sectional and the samples took randomly. The samples were the schoolchildren of IV-VI graders; with the number are 200 people. The data analysis by regression linear, nutrition status in BMI as dependent variable and variables age, sex, birth weight, parents' education, mother?s profession, number of child, parents' BMI, food consume, food pattern, habit to buy snacks, habit to eat fasrfood, time to sleep, time to watch television, exercise and monthly income per capita are as independent variables- The data was analysis by univariate, bivariane and multivariate with SPSS versi 9.
The result of this study found that the subject with over nutrition were 42%, and under nutrition showed 8%. The average of respondents BMI was 19 ± 4,lkg/ml. The result of anova test and t twt showed that there was significantly different (`p<0,05) average child's BMI according to parents BMI and habit of exercise and there was no significantly different (p>0,05) average chiId?s BMI according sex, parent?s education, mother?s profession, number of child and food pattern. The result of regression test and correlation, it was found that there was significantly relationship with (p<0,05) among age, number of child, energy consume and protein, tat, carbohydrate alter adjusted by total energy and time to see television and playing computer games, monthly income per capita with BMI and there was no significantly (p>0,05) birth weight, habit to buy snacks, habit to cat fast food, time to sleep, with BMI. Based on linear regression nlsultivariate analysis found that variable age was the most domimnt relation to BMI ( =0,20).
The school children at SD PSKD Kwitang VIII Depok having problem with multi nutrition problems, thee were still have problem with under nuuition and also over nutrition. It is recommended to Minisny of Helth to make a value standard on childs BMI with age and sex more useful and more sensitive to screen nutritional status of the children to involve the School Health Program on nutrition by conducting antropometry measurement periodically, nutrition education and exercise. Further study should involve more schools, so it can be obtained the number of case for primary school children at Depok lt also recommended that the school should facilitate nutrition education to entire ofthe schoolchildren and their parents periodically. Regarding the cause of over nutrition and is impact, it is important to have breakfast, reduce to eat high calorie and fatty, active exercises, marketing of PUGS. For canteen management on providing healthy food and meet with balance of nutrition, such as fruits and reduce to sell more tried snacks."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T6332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>