Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170510 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salafi Nugrahani
"Stres kerja saat ini merupakan suatu masalah yang terjadi di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) menganggap stres kerja sebagai "penyakit abad dua puluhan" mengindikasikan bahwa stres kerja menjadi lebih banyak di hampir setiap pekerjaan di seluruh dunia dan telah menjadi "epidemi global"(Greenberg, 2002). Lebih jauh, hasil sebuah survei di Eropa menyimpulkan bahwa stres kerja merupakan sebuah masalah yang terjadi di seluruh dunia, satu hal yang perlu perhatian langsung dan perlu "diringankan". Artinya, stres kerja adalah sebuah masalah yang terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh setiap individu, hanya saja terdapat perbedaan dalam mempersepsikan stressor sehingga tingkat stres kerja yang dialami berbeda-beda bagi tiap individu. Selain itu, stres kerja lebih banyak terjadi pada para pekerja blue collar (mulai dari supervisor ke bawah yaitu sampai karyawan pelaksana) dan tingkat penyakit yang timbul juga lebih berat. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya penggunaan alat dan bahan produksi oleh pekerja sehingga lebih sering terpapar oleh agen fisik dan kimia berbahaya (Heerdjan, 1990 dalam Putri 1997). Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan pada para pekerja pabrik PT Gunze Indonesia sebagai salah satu kelompok pekerja yang termasuk kategori blue collar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres kerja pada pekerja PT Gunze Indonesia. Penelitian dilakukan pada bulan Juni tahun 2008 dengan desain studi cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah para pekerja bagian operasional PT Gunze Indonesia dengan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 100 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian sebagian besar responden mengalami stres sedang, yakni sebesar 63% dari total responden, diikuti dengan responden yang mengalami stres berat sebanyak 21% dari total responden sedangkan selebihnya atau 16% dari responden mengalami stres ringan. Faktorfaktor yang berhubungan dengan tingkat stres kerja adalah beban kerja kuantitatif, shift (kerja gilir), rutinitas kerja yang monoton,temperatur, kebisingan, sosial dari supervisor, gaji, serta kepuasan terhadap penyeliaan/pengawasan. Variabel-variabel stressor yang berhubungan (memiliki p value <0,05) dengan tingkat stres kerja, memiliki hubungan searah. Semakin buruk persepsi pekerja terhadap masing-masing variabel independen maka semakin tinggi pula tingkat stres kerja yang dialaminya. Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara beban kerja kualitatif, jam kerja normal, jam lembur, serta dukungan/hubungan sosial dari bawahan terhadap tingkat stres kerja pekerja PT Gunze Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amita Rahma Shintyar
"Stres kerja adalah kondisi yang menyebabkan karyawan merasa tertekan, bosan, dan tidak nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Sekitar 50-60% dari hari kerja yang hilang disebabkan oleh stres kerja dan jumlah ini cenderung meningkat di Eropa. Semenjak merebaknya COVID-19, seluruh negara di dunia mulai memberlakukan Work from Home (WFH) atau bekerja dari rumah. Oleh karena situasi yang mendesak, WFH dapat berpotensi menjadi stressor bagi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat stres kerja dan hubungan antara karakteristik pekerja serta penerapan WFH pada pekerja PT LTI yang bekerja dari rumah selama masa pandemic COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan menggunakan kuesioner stres kerja NIOSH Generic Job Stres Questionnaire dan kuesioner pelaksanaan WFH dari ILO yang didistribusikan secara daring kepada 62 responden. Sebanyak 66,1% responden mengalami stres kerja ringan. Variabel karakteristik pekerja yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja pada penelitian ini adalah jumlah anak, usia anak dan lokasi kerja. Pada variabel penerapan WFH variabel yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja adalah kesejahteraan dan produktivitas pekerja yaitu pada elemen pertanyaan: digitalisasi dan implikasi hukum serta kontrak kerja. Hambatan dalam bekerja memiliki hubungan yang signifikan sedangkan variabel kepercayaan dan budaya organisasi tidak memilki hubungan yang signifikan dengan stres kerja.

Job stress is a condition that causes employees to feel pressured, bored, and uncomfortable when doing work. About 50-60% of all lost workdays are caused by work stress and this number is increased in Europe. Since the outbreak of COVID-19, all countries in the world have started implementing WFH (work from home). Due to the urgency of the situation, WFH can potentially be a stressor for workers. This study aims to analyze the level of work stress and the relationship between worker characteristics and the application of WFH to PT LTI Work From Home Worker’s during pandemic COVID-19. This study used a cross sectional approach using the NIOSH Generic Job Stress Questionnaire and the ILO's WFH implementation questionnaire distributed using G-form to 62 respondents. As many as 66,1% of respondents experienced mild work stress. Variables of worker characteristics that were shown to have a significant relationships with work stress in this study were the number of children, children's age and work location. Meanwhile, in the variable of WFH implementation that were shown to have a significant relationship with work stress are the well-being and productivity of workers, on the question elements: digitalization, legal and contractual implications. The work obstacles have a significant relationship, while trust and organizational culture don’t have a significant relationship with work stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amita Rahma Shintyar
"Stres kerja adalah kondisi yang menyebabkan karyawan merasa tertekan, bosan, dan tidak nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Sekitar 50-60% dari hari kerja yang hilang disebabkan oleh stres kerja dan jumlah ini cenderung meningkat di Eropa. Semenjak merebaknya COVID-19, seluruh negara di dunia mulai memberlakukan Work from Home (WFH) atau bekerja dari rumah. Oleh karena situasi yang mendesak, WFH dapat berpotensi menjadi stressor bagi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat stres kerja dan hubungan antara karakteristik pekerja serta penerapan WFH pada pekerja PT LTI yang bekerja dari rumah selama masa pandemic COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan menggunakan kuesioner stres kerja NIOSH Generic Job Stres Questionnaire dan kuesioner pelaksanaan WFH dari ILO yang didistribusikan secara daring kepada 62 responden. Sebanyak 66,1% responden mengalami stres kerja ringan. Variabel karakteristik pekerja yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja pada penelitian ini adalah jumlah anak, usia anak dan lokasi kerja. Pada variabel penerapan WFH variabel yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja adalah kesejahteraan dan produktivitas pekerja yaitu pada elemen pertanyaan: digitalisasi dan implikasi hukum serta kontrak kerja. Hambatan dalam bekerja memiliki hubungan yang signifikan sedangkan variabel kepercayaan dan budaya organisasi tidak memilki hubungan yang signifikan dengan stres kerja.

Job stress is a condition that causes employees to feel pressured, bored, and uncomfortable when doing work. About 50-60% of all lost workdays are caused by work stress and this number is increased in Europe. Since the outbreak of COVID-19, all countries in the world have started implementing WFH (work from home). Due to the urgency of the situation, WFH can potentially be a stressor for workers. This study aims to analyze the level of work stress and the relationship between worker characteristics and the application of WFH to PT LTI Work From Home Worker’s during pandemic COVID-19. This study used a cross sectional approach using the NIOSH Generic Job Stress Questionnaire and the ILO's WFH implementation questionnaire distributed using G-form to 62 respondents. As many as 66,1% of respondents experienced mild work stress. Variables of worker characteristics that were shown to have a significant relationships with work stress in this study were the number of children, children's age and work location. Meanwhile, in the variable of WFH implementation that were shown to have a significant relationship with work stress are the well-being and productivity of workers, on the question elements: digitalization, legal and contractual implications. The work obstacles have a significant relationship, while trust and organizational culture don’t have a significant relationship with work stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnaen
"Berdasarkan data tahun 2019-2022 tercatat 17 kecelakaan kerja dilaporkan di dalam PT. XYZ, dari 17 kecelakaan, 14 terjadi di bagian produksi. Tujuan umum penelitian adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian produksi di PT. XYZ. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional. Populasi dan sampel 152 pekerja menggunakan  teknik sampling jenuh. Data yang digunakan yaitu data primer berasal dari kuesioner dan observasi serta data sekunder perusahaan. Analisis data menggunakan uji chi- square. Hasil penelitian  40,1% pekerja pernah mengalami kecelakaan kerja dengan jenis kecelakaan terbanyak adalah terjepit, sebagian besar pekerja memiliki umur dewasa, laki-laki, pendidikan menengah, masa kerja ≤ 5 Tahun, pola kerja shift, memiliki sikap positif, sering/sangat sering melakukan tindakan tidak aman, kelelahan rendah/menengah, kondisi fisik baik, pengawasan kurang baik, pelatihan baik, sosialisasi baik, sering/sangat sering mendapatkan APD tidak tepat, housekeeping kondusif dan sering/sangat sering bersinggungan dengan kondisi tidak aman. Kemudian ada hubungan antara pengetahuan, tindakan tidak aman, kondisi fisik, pelatihan dan kondisi tidak aman dengan kecelakaan kerja (p value < 0,05). Maka berdasarkan hasil penelitian diharapkan PT. XYZ selalu dapat melakukan perbaikan yang berkelanjutan dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja.

Based on data for 2019-2022, 17 work accidents were reported at PT. XYZ, out of 17 accidents, 14 occurred in production. The general objective of this research is to analyze the factors associated with work accidents in production workers at PT. XYZ. The research design used is cross sectional. The population and sample of 152 workers used saturated sampling technique. The data used are primary data derived from questionnaires and observations as well as secondary company data. Data analysis used the chi-square test. The results of the study 40.1% of workers had experienced work accidents with the most types of accidents being pinched, most workers were of mature age, male, secondary education, working period ≤ 5 years, shift work pattern, had a positive attitude, often/very often perform unsafe actions, low/medium fatigue, good physical condition, poor supervision, good training, good socialization, often/very often get inappropriate PPE, conducive housekeeping and often/very often intersect with unsafe conditions. Then there is a relationship between knowledge, unsafe actions, physical conditions, training and unsafe conditions with work accidents (p value <0.05). So based on the research results it is expected that PT. XYZ can always make continuous improvements in work accident prevention efforts."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Indra Adithia
"ABSTRAK
Kondisi pekerjaan yang tidak nyaman dapat menimbulkan stres pada pekerja sehingga
mempengaruhi kesejahteraan pekerja dan meningkatkan gejala kecemasan dan depresi.
Stres yang dialami oleh pekerja dipengaruhi oleh hubungan beberapa faktor seperti faktor
psikososial, faktor pekerjaan, lingkungan kerja dan individu pekerja. Gangguan
kesehatan terkait dengan stres diantaranya adalah penyakit hipertensi, penyakit
kardiovaskular, penyakit maag, musculoskeletal symptoms. PT. XYZ merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang logistik pangan. Tingginya intensitas pekerjaan di
PT. XYZ yang melebihi batas kemampuan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya
dapat menimbulkan stres kerja. Stres kerja seringkali tidak menjadi perhatian dari pihak
manajemen perusahaan karena pencapaian yang utama adalah target yang diusahakan
oleh pekerja untuk memenuhi target perusahaan, sehingga dapat mengakibatkan bahaya
yang serius bagi keselamatan dan kesehatan pekerja. Dalam penelitian ini, peneliti
berupaya mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada pekerja di
perusahaan logistik pangan. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data langsung
melalui survey dengan menggunakan kuisioner. Kuesioner yang telah melewati uji
validasi dan reliabiliti digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan stres kerja yaitu faktor psikososial (organisasi dan budaya kerja, hubungan
interpersonal, kepemimpinan, pengembangan karir dan manajemen), faktor pekerjaan
(desain kerja, waktu istirahat, beban kerja, kontrol pekerjaan dan bidang pekerjaan),
faktor fisik lingkungan kerja dan faktor individu (umur, jenis kelamin, status perkawinan,
masa kerja dan gaya hidup). Hasil penelitian dengan analisis statistik multivariat regresi
linier ganda faktor yang paling dominan menunjukkan bahwa stres kerja berdasarkan
indikator emosi yaitu Organisasi dan Budaya Kerja (p value = 0,004 & B = 0,24), stres
kerja berdasarkan indikator fisik yaitu Lingkungan Kerja (p value = 0,01 & B = 0,19) dan
stres kerja berdasarkan indikator perilaku yaitu Gaya Hidup Tidak Sehat (p value = 0,00
& B = 0,27).

ABSTRACT
Uncomfortable work conditions can cause stress to workers that affect the welfare of
workers and improve symptoms of anxiety and depression. The stress experienced by
workers is influenced by the relationship of several factors such as psychosocial factors,
occupational factors, work environment and individual workers. Health problems related
to stress include hypertension, cardiovascular disease, ulcer disease, musculoskeletal
symptoms. PT. XYZ is a company engaged in food logistics. The high intensity of work
at PT. XYZ which exceeds the ability of workers to complete their work can cause work
stress. Job stress is often not a concern of the company management because the main
achievement is the target sought by workers to meet the company's targets, so that it can
cause serious hazards to the safety and health of workers. In this study, researchers sought
to find factors related to work stress on workers in food logistics companies. The study
was conducted by collecting data directly through surveys using questionnaires.
Questionnaires that have passed validation and reliability tests are used to determine
factors related to work stress, namely psychosocial factors (organization and work
culture, interpersonal relationships, leadership, career and management development),
occupational factors (work design, rest time, workload, control of work and occupation),
physical factors of work environment and individual factors (age, sex, marital status,
years of work and lifestyle). The results of the study with multivariate multiple linear
regression statistical analysis the most dominant factors showed that work stress was
based on emotional indicators namely Organization and Work Culture (p value = 0.004
& B = 0.24), work stress based on physical indicators namely Work Environment (p value
= 0.01 & B = 0.19) and work stress based on behavioral indicators namely Unhealthy
Lifestyle (p value = 0.00 & B = 0.27).

"
2019
T52946
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Kusuma
"Pemakaian Alat Pelindung Pendengaran (APD telinga) merupakan tahap akhir dari hirarki pengendalian kebisingan apabila pengendalian secara tehnik dan administrasi tidak berhasil dijalankan, karena susahnya untuk memantau perilaku pekerja dalam menggunakan APD telinga. Pada kenyataannya di PT.X dengan tingkat kebisingannya tinggi masih banyak pekerja yang tidak disiplin menggunakan APD telinga. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja sehingga tidak menggunakan APD telinga tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Penggunaan alat pelindung pendengaran (Hearing Protektor) pada pekerja di bagian Die Casting PT.X. tahun 2004, dan merupakan studi yang bersifat kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Rancangan penelitiannya adalah cross sectional, dengan sample penelitian berjumlah 66 orang pekerja, pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara Sian observasi langsung, serta mengkaji data sekunder. Analisis data menggunakan analisis statistik yaitu analisis univariat, dilanjutkan analisis bivariat menggunakan uji chi-square, kemudian analisis multivariate menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 54,5% pekerja yang berperilaku tidak baik dalam penggunaan APD telinga dan 45,5 % pekerja yang berperilaku baik dalam penggunaan APD telinga. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara variabel, pengetahuan tentang APD telinga, kebijakan dan pelatihan terhadap penggunaan APD telinga. Sedangkan variabel persepsi terhadap resiko, pengawasan dan ketersediaan fasilitas tidak berhubungan dengan penggunaan APD telinga. Begitu juga dari model regresi logistik diketahui bahwa variabel yang dominan menentukan adalah variabel pelatihan yang merupakan faktor eksternal.
Sebagai saran untuk tindak lanjut maka upaya yang dilakukan oleh pihak manajemen adalah dengan meningkatkan Pendidikan dan latihan secara rutin dan berkesinambungan kepada pekerja agar dapat menambah pengetahuan dan menumbuhkan sikap positif pekerja. Selain itu agar lebih tegas dalam memberikan sanksi apabila pekerja tidak menggunakan APD telinga dan diupayakan memberikan hadiah/penghargaan.

The Use of Hearing Protector is the last stage of noise control if technical control and Administration control cannot run well because it's difficult to supervise workers behavior in using hearing protector. Infact, in Die casting Unit PT.X with it's high level of noise, there are still many workers do not use the hearing protector.
The purpose of this research is to investigative factors related to workers behavior in using hearing protector at Die casting unit of PT.X Year 2004, and constitute of qualitative study then made it quantitative .The research use cross sectional design, with 66 workers as samples. Data are collected by using interview and direct observation beside secondary data. Data analyzed statically by using Chi-Square and logistic regression.
The result of the research showed that there were 54,5 % of workers did not use hearing protector appropriately. Based on bivariate analysis it is known that there is significant relation between variable : knowledge of hearing protector, policy, and training of using hearing protector. Onthe other side, variable : risk perception, supervising and facility of hearing protector didn't have significant relation with the use of hearing protector. Through logistic regression, it is known that the determinant variable in the workers behavior in using hearing protector is training variable representing factor of external.
Referring to the result of this research, I advise that management should intensify the information, improving Education and practice routinely and continual to worker so that can add knowledge and grow positive attitude of worker about using hearing protector as well as giving sanction to those without hearing protection. Worker should be rewarded or giving such appreciation especially to the workers who are discipline in using hearing protector.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthiah
"PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata dan properti. Karyawan dituntut untuk terus meningkatkan kualitas layanan sesuai dengan ekspektasi konsumen dan organisasi sehingga tidak terlepas dari stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor bahaya psikososial yang berhubungan dengan stres kerja menggunakan desain studi cross sectional pada 107 responden.
Hasil penelitian menunjukkan 49,5% responden mengalami stres tinggi. Faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan stres kerja pada karyawan adalah perkembangan karir, kepuasan kerja, hubungan interpersonal, desain kerja, beban kerja. tidak ada hubungan yang signifikan antara kontrol pekerjaan dan jadwal kerja dengan stres kerja.

PT. X is a company of tourism and property industry. The employees are required to continuously improve the quality of services in accordance the expectation of customers and organization that cause stress of work. This study aims to analyze the association between psychosocial hazards and work related stress using a cross sectional study on 107 respondents.
The result showed 49.5% of respondents experiencing high stress. Psychosocial factors significantly associated with work-related stress on employees are career development, job satisfaction, interpersonal relationship, task design and workload. There was no significantly associated job control, and work schedule with work-related stress.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ludia Safitri
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat stres dan faktor-faktor konten pekerjaan dan konteks pekerjaan yang berhubungan dengan stress kerja pada karyawan Pusat Administrasi Universitas Indonesia. Penelitian dilakukan pada Juni 2013 dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian melibatkan 100 responden yang bekerja di PAUI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 28% responden mengalami stres berat, 31% stres sedang dan 41% stres ringan. Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa faktor konten pekerjaan yang berhubungan dengan stress karyawan adalah beban kerja dan karya desain (p <0,05), sedangkan secara signifikan faktor konteks pekerjaan yang berhubungan dengan stres karyawan adalah hubungan interpersonal. Tidak ada hubungan antara stres kerja dengan faktor konteks pekerjaan lain yang diteliti, yaitu lingkungan fisik kerja, gaji dan pengembangan karir (p>0,05).

This study aims to analyze the level of stress and the relationship between stress and job content and job context factors in employees Administration Center Universitas Indonesia. The study was conducted in June 2013 with cross sectional study design. There are 100 respondents who work in PAUI. The results show that 28% of respondents experiencing high stress, 31% middle stress and 41% low stress. Results of chi square analysis show that job content factors related to stress employees are work load and work design (p<0.05), whereas significantly job content factor related to stress is interpersonal relationship. There is no relation between stress employee and others job context factors, those are physical work environment, salary and career development (p>0.05).;This study aims to analyze the level of stress and the relationship between stress and job content and job context factors in employees Administration Center Universitas Indonesia. The study was conducted in June 2013 with cross sectional study design. There are 100 respondents who work in PAUI. The results show that 28% of respondents experiencing high stress, 31% middle stress and 41% low stress. Results of chi square analysis show that job content factors related to stress employees are work load and work design (p<0.05), whereas significantly job content factor related to stress is interpersonal relationship. There is no relation between stress employee and others job context factors, those are physical work environment, salary and career development (p>0.05)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Adil Kesuma
"PT. Krakatau Steel merupakan perusahaan yang memproduksi besi baja yang dalam proses produksinya menggunakan mesin dan alat mekanik dengan daya listrik yang mempunyai potensi bahaya tinggi dan dapat menimbulkan kecelakaan ataupun gangguan kesehatan bagi tenaga kerjanya. Oleh karma itu penggunaan teknologi merupakan program keselamatan-dan kesehatan kerja yang memadai.
Penggunaan alat pelindung dui yang masih belum. memenuhi Standar Operation Procedure, merupakan perilaku yang tidak diharapkan dan menjadi hambatan dalam usaha mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sikap dan perilaku yang tidak diharapkan ini dapat dirubah dan diarahkan kepada perilaku yang baik seperti yang kita harapkan. Mengingat tingkat kebisingan yang tinggi pada lingkungan kerja. dapat menyebabkan problem gangguan pendengaran.
Tujuan dari studi adalah untuk memperoleh gambaran tentang penggunaan alat pelindung telinga serta faktor-faktor yang. berhubungan dengan penggunaan alat pelindung telinga padat-tenaga kerja bagian praduksi baja PT. Krakatau Steel Cilegon Jawa Barat-tahun 1998.
Hasil studi ini diharapkan memberi masukan-kepada penrsahaaa dan dapat dijadkan dasar untuk program perusahaan dalam meningkatkan tingkat kesadaran pekerja dalam melaksanakan atau mematu Standar Operation Procedure yang ditetapkan Pihak Manajemen PT. Krakatau Steel.
Dari hasil studi yang. dilakukan, maka terlihat adanya hubungan antara tingkat pengetahuan, tenaga kerja, sicap tenaga kerja dan daya lindung alat pelindung telinga dengan penggunaan alat pelindung tealinga oleh tenaga kerja. Sedangkan jumlah alat pelindung telinga, perawatan alat pelindung telinga serta kenyamanan alat pelindung telinga tidak berhubungan dengan penggunaan alat pelindung telinga oleh tenaga.kerja.
Dengan demikian perusahaan khususnya dengan kondisi lingkungan kerja yang bising atau sudah melewati Nilai Ambang Batas tingkat kebisi igan yang diperkenankan, mama. Selain upaya pengamanan tempat kerja yang bising juga perlu disediakan alat pelindung telinga.yang memadai yakni jenis earplug yang mempunyai daya atennasi 33,2 dBA sesuai dengan tingkat kebisingan yang ada serta mempunyai jumlah yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja. Selain itu lebih mensosialisasikan peraturan-peraturan yang berlaku pada tenaga kerja.

Study on The Factors Related To The Use Of Ear Protector on The Manpower In The Production Sector Of PT. Trakatau Steel Cilegon West Java in 1998PT. Krakatau Steel is the company that produce steel when during its production process is using the electric machine and mechanical equipment which has the potential of high danger and able to cause accidents or is harmful for the manpower health. That?s why the use of technology forms the appropriate safety and work health program.
The use of self-protector which is not meet the requirements of Standard_Operation Procedure is the unexpected attitude and become the obstacle in preventing work accidents and diseases. This attitude could be- changed and directed into the good attitude just like we want. Considering the high noise level at the work environment can arouse the hearing problem.
The aim of this study is to obtain the image of ear protector and it's factors related to the use of ear protector for the manpower on .the steel production sector of PT. Krakatau Steel Cilegon-West Java -I 998.
The result of this-study-is expected to give the input for the company and become the basic of the company program on improving the employee awareness in implementing or obeying the Standard Operation Procedure stipulated by the Management of PT. Krakatau Steel.
From the study result, we will see that there is a relationship between the knowledge level, manpower, -manpower attitude and the protection capacity of ear protector with the use of ear protector by the manpower. Where as the amount, the maintenance and the pleasure of ear protector is not related to the use of ear protector by the manpower.
Besides the effort to achieve security in the noise work environment, many companies especially for those who has noise condition of work environment or exceeding the allowed Limit Value for noise level, also need the appropriate amount of ear protector with the type of earplug which has the attenuation of 33,2 dBA suitable with the exist noise- level-for the manpower. Beside that increasing the socialization of the prevailing regulations for the manpower."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Vierdelina
"Penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa bekerja sebagai pengemudi bus kota berisiko tinggi terhadap gangguan kesehatan (Kompier, 1996). Berbagai faktor kondisi pekerjaan maupun lingkungan kerja yang dapat menimbulkan stres, menurut pengamatan penulis, ditemui pada pengemudi Bus Patas 9B jurusan Bekasi Barat-Cililitan/Kampung Rambutan. Belum ada penelitian mengenai tingkat stres pada pengemudi Bus Patas 9B tersebut, hal ini yang membuat perlunya dilakukan penelitian mengenai gambaran stres kerja serta faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada pengemudi Bus Patas 9B tersebut.
Desain penelitian ini bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, sejak April hingga Juli 2008. Besar sampel diambil sama dengan jumlah populasi, yaitu 49 orang, dengan rumus kecukupan sampel hypotesis test for a population proportion (two-side test) didapatkan besar sampel 48 orang.
Hasil dari telitian ini menunjukkan dari 49 pengemudi Bus Patas 9B tersebut, ada sebanyak 25 orang (51%) yang mengalami stres sedang, sisanya 24 orang (49%)y ang mengalami stres ringan dan tidak ada yang mengalami stres berat. Belum terbukti ada hubungan yang signifikan antara karakteristik individu (umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan masa kerja) dan stres kerja pada pengemudi Bus Patas 9B tersebut. Belum terbukti ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap faktor kondisi pekerjaan (jumlah jam kerja dalam satu hari, shift kerja, hubungan interpersonal dengan kondektur, hubungan interpersonal dengan pengemudi Bus Patas 9B lainnya, dan jumlah pendapatan) dan stres kerja pada pengemudi Bus Patas 9B tersebut. Hanya persepsi terhadap faktor kondisi bus yang terbukti mempunyai hubungan signifikan dengan stres kerja pada pengemudi Bus Patas 9B tersebut, sedangkan persepsi terhadap faktor lingkungan kerja lainnya (kemacetan, penumpang bermasalah, suhu panas, dan kebisingan) belum terbukti signifikan hubungannya dengan stres kerja. Penulis memberikan saran sebaiknya dapat disediakan bus yang kondisinya layak, dengan memperbaiki, merawat, atau jika diperlukan mengganti bus yang tidak layak dengan bus yang baru, dan perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai stres kerja pada pengemudi bus tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>