Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111950 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurofik
"Reaksi oksidasi senyawa organik merupakan salah satu reaksi kimia yang penting. Maka dari itu dibutuhkan katalis (terutama yang bekerja ramah lingkungan) dalam menurunkan energi aktivasi reaksi tersebut. Pada penelitian ini, dilakukan sintesis katalis TiO2-Al2O3 dengan dua cara, yaitu TiO2-Al2O3 (1:1) - U dan TiO2-Al2O3 (1:1) - PEG. Sumber Ti berasal dari TiCl4 dan sumber Al dari Al(NO3)3.9H2O, dengan perbandingan mol TiCl4 : Al(NO3)3.9H2O = 1:1. Karakterisasi katalis hasil sintesis ini dilakukan dengan alat XRD, XRF dan BET. Kedua katalis ini kemudian diuji daya katalitiknya dalam reaksi oksidasi katalitik gugus OH sekunder pada 2-butanol menjadi 2- butanon. Reaksi dilakukan dengan variasi berat katalis, waktu reaksi dan volume metanol, pada suhu 65-70oC dengan penambahan H2O2 sebagai oksidator. Produk hasil reaksi dianalisis dengan alat GC dan FTIR. % konversi optimum 2-butanon menggunakan TiO2-Al2O3 (1:1) - U dicapai pada 32,90 %, dan menggunakan TiO2-Al2O3 (1:1) - PEG dicapai pada 45,30 % dengan kondisi keduanya sama (0,75 g katalis, 3 jam waktu reaksi dan 7,5 mL metanol)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30476
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Perry Widyananda
"Proses pembuatan gas sintesis (syngas) melalui reaksi katalitik oksidasi parsial metana merupakan proses yang lebih menguntungkan daripada menggunakan reaksi katalitik reformasi kukus (steam reforming). Keuntungan utama reaksi oksidasi parsial metana ini adalah : (1) dalam reaksi ini terjadi reaksi eksotermik, (2) memberikan perbandingan H2/CO. yang lebih rendah (H2/CO=21i ), dan (3) lebih selektif. Pada awalnya, faktor penyulit utama dalam proses ini adalah tidak dapat dihindarinya pembentukan deposit karbon pada perbandingan stoikiometri CH4/O2 yang digunakan, namun sejak tahun 1991 proses ini mulai banyak diteliti setelah dilaporkan ada beberapa logam nobel seperti rodium dan rutenium dapat digunakan sebagai katalis tanpa (sedikit sekali) terjadi pembentukan deposit karbon. Tetapi walau bagaimanapun tetap masih dijumpai kendala karena seperti diketahui logam rodium dan rutenium ini sangat mahal harganya.
Sampai saat ini, masih terjadi ketidaksepakatan (debat) di antara para peneliti mengenai mekanisme reaksi oksidasi parsial metana menjadi syngas. Oleh sebab itu banyak di antara peneliti menempatkan kejelasan akan mekanisme reaksi sebagai salah satu tujuan utama penelitian. Disimpulkan ada 2 (dua) mekanisme reaksi oksidasi parsial metana menjadi syngas yaitu (1) oksidasi parsial metana secara tak langsung, dan (2) oksidasi parsial metana secara langsung.
Dalam upaya terus mencari katalis yang lebih efisien untuk oksidasi parsial metana menjadi syngas, dalam penelitian ini telah diteliti penggunaan logam Co dan Ni sebagai komponen aktif katalis yang menggunakan penyangga silika dan alumina, dan promotor seng (Zn). Penilaian kinerja katalis berdasarkan hasil uji : (1) aktivitas yang meliputi konversi dan selektivitas, dan (2) stabilitas, yang dilakukan pada kondisi operasi standar yaitu berat katalis 100 mg, ratio umpan CH4 : O2 : N2 : He 10 : 5 : 5 : 80, laju alir reaktan = 100 ml/menit, GHSV=6x144 h 1, tekanan = 1 atm. Dibawah kondisi operasi standar ini, dilakukan uji aktivitas katalis pada temperatur reaksi 500, 600, 700, 800, dan 900°C. Di samping itu, juga dilakukan penelitian untuk mendapatkan kejelasan mekanisme reaksi oksidasi parsial metana menjadi syngas dan penelitian yang dilakukan meliputi variasi waktu kontak dan karakterisasi katalis.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat simpulkan bahwa : (1) logam kobalt dengan penyangga alumina sangat adalah sangat aktif namun memberikan selektivitas syngas yang rendah, (2) katalis dengan Iogam nikel berpenyangga alumina adalah aktif, selektif dan stabil , (3) produk syngas sangat dipengaruhi derajat reduksi logam aktif, dan (4) mekanisme reaksi dalam oksidasi parsial metana menjadi syngas adalah mekanisme secara tak langsung."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairul Anwar
"Telah dilakukan studi penelitian pengaruh filamen platina pada oksidasi parsial metana dengan menggunakan reaktor baja tahan karat SS 316 berlapis gelas pyrex. Tujuan dari studi penelitian ini untuk mempelajari pengaruh filamen ini terhadap produk reaksinya. Filamen ini ditempatkan didalam preheater. Filamen ini dipanaskan dengan mengalirkan arus listrik. Kandungan oksigen dalam gas umpan antara 2,5 % - 31 %. Temperatur operasinya antara 350°C - 550°C dan tekanan operasinya antara 15 atm - 40 atm.
Hasil yang diperoleh dari pengoperasian dengan dan tanpa filamen secara kualitatif tidak berbeda namun secara kuantitatif nampak ada perbedaan. Produk reaksinya berupa metanol, air, karbon dioksida, karbon monoksida dan formaldehid, sama dengan hasil tanpa menggunakan filamen. Secara umum filamen ini tidak banyak mempengaruhi konversi metana pada setiap kondisi. Pengaruhnya terhadap selektifitas dan yield metalol terlihat bahwa pada kondisi P=20 atm ; 9,6% 02 untuk kisaran temperatur dari 425°C- 500°C memberikan kenaikan selektifitas dan yield metanol rata-rata 15%. Kenaikan selektifitas dan yield metanol diikuti dengan menurunnya selektivitas CO."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksono Bramanto
"Proses oksidasi langsung metana menjadi metanol mulai banyak diteliti dalam rangka pemanfaatan cadangan gasbumi yang masih cukup banyak. Namun faktor penyulit utama dalam proses tersebut adalah tingginya stabilitas molekul-molekul metana dan reaktivitas produk terhadap oksigen yang sangat tinggi. Penggunaan katalis yang tepat adalah salah satu cara untuk mengatasi kendala tersebut.
Penggunaan katalis Cu-Sick, V-Si42 dan Pb-SiO2 telah diteliti untuk mengoksidasi metana menjadi metanol. Katalis yang dipreparasi melalui metoda sol-gel ini mempunyai luas permukaan BET 130-215 m²/g, volume pori sekitar 2x10-³ - 7x10-³ cm³/g, berupa padatan yang porous dan sifat-sifat lain yang menunjang terbentuknya metanol. Pengujian kinerja ketiga katalis pada oksidasi metana menjadi metanol dilakukan pada temperatur 400-440°C, tekanan 54.4 atm dan waktu kontak semu 0.24 detik dan dari ketiga katalis tersebut, katalis V-Sid menunjukkan kinerja yang lebih baik dengan menghasilkan konversi CH4 maksimum sebesar 4% mol pada 440°C dan selektivitas terhadap metanol maksimum sebesar 18.22% mol pada 420°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S37135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Minyak mineral paling banyak digunakan sebagai minyak dasar (base oil)
untuk minyak lumas karena harganya yang murah, tersedia cukup banyak, dan
memenuhi persyaratan pelumasan seperti memiliki sifat ketahanan oksidasi yang
cukup baik.
Beberapa penelilian menyatakan bahwa minyak nabati juga dapat digunakan sebagai minyak dasar. Namun, minyak nabati memiliki sifat ketahanan oksidasi yang rendah. Pada penelitian ini, penulis menguji ketahanan oksidasi minyak biji kepoh dengan menggunak an micrnoxidarion tester.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak biji lcepoh menghasilkan
massa deposit yang lebih besar dibandingkan dengan minyak jarak (castor oil) dan
minyak mineral HVI 160 S. Hasil analisis F'1 juga menunjukkan hal yang sama
dimana rasio luas peak antara gugus C=O dan C-H minyak biji kepoh adalah yang
paling besar. Sedangkan untuk massa terevaporasi minyak biji kepoh lebih kecil
dibandingkan dengan minyak jarak dan minyak mineral HVI 160 S. Penambahan
aditif anti oksidan (ZnDTP) sebanyak 2 % pada ketiga sampel menunj ukkan bahwa
penurunan massa deposit minyak biji kepoh 43,42 %, minyak jarak 42,55% dan
minyak mineral HV! 160 S 26,67 %. Hasil analisis PTIR menunjulrkan penurunan
jumlah senyawa karbonil (C=O) yang terbenmk pada minyak biji kepoh 15,34%,
minyak jarak 14,77 % dan minyak mineral HVI 160 S 11,25 %, sedangkan
penurunan massa terevaporasi minyak biji kepoh 52,29 %, minyak jarak 45,89 %
dan minyak mineral HW 160 S 33,51 %. Pengaruh aditif yang begitu besar dalam
memperbaiki ketahanan oksidasi minyak biji kepoh temyata tidak bisa menyamai
ketahanan oksidasi minyak mineral HVI 160 S."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49326
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Senyawa asam ferulat dapat mengalami oksidasi kopling dengan
menggunakan biokatalis peroksidase yang diisolasi dari batang brokoli dan
mengnasilkan senyavva yang memiliki aktivitas bio|ogis_ Enzim peroksidase
yang digunakan adalan enzim yang diambil dari bagian batang brokoli dan
dimurnikan secara bertanap dengan metode pengendapan melalui
penambanan (NH4)2SO4 dengan konsentrasi 0-30%, 30-50%, dan 50-70%
(fraksi 3). Enzim fraksi 3 yang diperolen memiliki aktivitas spesifik sebesar
2,14 U/mg. Dalam reaksi kopling oksidatif asam ferulat dapat mengnasilkan
produk ben/varna meran bata yang kemudian diekstraksi dengan etil asetat,
dan nasil produk diperolen berat endapan sebesar 0,1779 g (11,05%).
Identifikasi produk dengan UV-Vis menunjukkan adanya 2 serapan
maksimum pada panjang gelombang (X maks ) 288 nm dan 321 nm yang
berbeda dengan panjang gelombang pada serapan maksimum asam ferulat
yaitu 320 nm. Diketanui dua X mm ini memiliki kemiripan dengan serapan
maksimum suatu dimer 8-8 diferulat pada Iiteratur Analisis dengan GC-IVIS
ternadap produk nasil reaksi pada vvaktu retensi 38,9 menit menunjukkan
adanya nilai m/z 386 yang diduga merupakan dimer. Produk nasil reaksi
dalam uji aktivitas biologisnya sebagai allelopati dengan memakai bibit
mentimun sebanyak 30 butir dalam cavvan petri yang Sudan dilapisi kertas
saring menunjukkan kenaikan aktivitas sebagai zat allelopati, yaitu produkhasil reaksi memiliki nilai IC 50 sebesar 53,74 ppm sedangkan asam ferulat
sendiri memiliki IC 50 = 259,58 ppm."
Universitas Indonesia, 2007
S30378
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susilowati
"Study of oxidation catechol by potato polyphenoloxidase (PFO) inhibited by kluwek fractions and bht: The enzymatic browning reaction of fruits and vegetables are catalysed by polyphenoloxidase(PFO) .Study was carried out to observe the PFO optimal activity condition and the inhibition effect of kluwek fraction (Pangium edule reinw fractions) and bht. The optimum inhibition was observed in addition of 0.05 % fraction A (neutral),0.05% fraction B(weak acid) and 0.10% fraction C(strong acid) that decreased the formation of quinon by 66.29 %.49.59% and 55.62% respectively. The inhibition activity is bht>A>c>b and it's totally different with the inhibition not only determined by the kind of inhibitor but meanly the kind of enzymaticc reaction(enzyme and substrate)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
SAIN-7-2-2002-45
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sumi Hudiyono PWS
"Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai kondisi oksidasi terhadap penurunan kandungan sterol dari lemak coklat (BC) murni dan yang ditambah dengan 100 ppm (RTc), 750 ppm (RTm) �?�-tokoferol, 5,00 ppm Cu(II) atau Fe(III). Oksidasi dilakukan pada temperatur 45, 60 atau 90 oC tanpa sinar atau pada temperatur kamar dengan adanya sinar (L). Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan temperatur lebih meningkatkan laju oksidasi dibanding sinar. Laju penurunan kandungan sterol sedikit berbeda antar jenis sterol. Secara umum penambahan �?�-tokoferol akan menghambat laju oksidasi, namun penambahan sangat berlebih malah bertindak sebagai prooksidan. Penambahan Cu(II) dan Fe(III) mempercepat laju oksidasi, dimana sifat katalis Cu(II) sedikit lebih kuat dibanding Fe(III). Analisis dengan ANOVA dua arah menunjukkan bahwa perbedaan kondisi dan lama oksidasi berpengaruh terhadap kandungan sterol secara signifikan, kecuali pengaruh lama oksidasi untuk kondisi Tm-L.

The influence of different oxidation condition to the sterolic content of cocoa butter. The influence of different oxidation conditions to the variation of sterolic compound of refined cacao butter (BC) was observed. BC was also treated by addition of 100 ppm (RTc), 750 ppm (RTm) �?�-tocopherol, 5.00 ppm Cu (II) or Fe(III). Oxidation was carried out at 45, 60 or 90oC in the dark or in day light at room temperature (L). The analysis showed that the temperature is more accelerate oxidation rate than light at room temperature. The disappearance rate of sterol is slight difference among each other. In general, addition of �?�-tocopherol inhibited the degradation of sterol, but in excess it was seem to be a prooxidant. The other hand Cu (II) or Fe (III) was a catalyst where the influence of Cu (II) was stronger than Fe (II). Two ways ANOVA shown that the condition and time of oxidation influenced sterol content significantly, except for time oxidation of Tm-L condition."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The influence of oxidation soaking time on the micro-strain of oxidation product of rejected UO2 sintered pellet. The possibility of unexpected rejected UO2 sintered pelet from fabrication process came from, such as crack sintered pellet, the size of pore,unacceptable pellet dimension, therefore those pellet was called rejected sintered pewllet...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>