Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186879 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Aulia
"Latar belakang. Gagal jantung akut dan aritmia telah menjadi salah satu masalah kesehatan di bidang kardiovaskuler. Hubungan antara aritmia dan gagal jantung dalam mortalitas masih kontroversial. Tujuan. Mengetahui karakteristik pasien gagal jantung akut dan mengidentifikasi hubungan antara aritmia dengan mortalitas pasien gagal jantung akut di rumah sakit. Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dengan menggunakan metode consecutive sampling. Studi ini menggunakan 976 data sekunder dari studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 – 2006. Hasil. Dalam studi ini, pasien dikategorikan menjadi 2 kelompok, kelompok pasien gagal jantung akut dengan aritmia(42,2%) dan tanpa aritmia (67,8%). Pasien laki-laki mendominasi dengan 68%. Angka mortalitas pasien gagal jantung akut dengan aritmia selama perawatan adalah 4,1 %. Sedangkan pada pasien tanpa penyakit jantung koroner adalah 3,7%. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara aritmia dengan mortalitas pasien gagal jantung akut (p=0,748 CI 95% 0,468-1,726, OR= 0,899). Kesimpulan. Tidak ada terdapat hubungan antara aritmia dengan angka mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan.

Backgrounds. Acute heart failure (AHF) and arrhythmia have become problems in global heath related to cardiovascular. The association between arrhythmia and heart failure with mortality remains controversial. Objective. Define the characteristics of patients with acute heart failure and identify associations between arrhythmia and in-hospital mortality of acute heart failure patients. Methods. The design of this study was cross sectional with consecutive sampling. This study used 976 acute heart failure patients from Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) of 5 hospital in Indonesia from december 2005-2006. Result. Patients in this study were categorized in two groups. The first group was patients with arrhythmia (42,2%) and the second was group wihout arrhythmia (67,8%). Majority of the patients were men with 68%. The mortality rate of the first group was 4,1% and from the second was 3,7%. The bivariat analysis showed that there is no association between arrhytmia and in-hospital mortality of AHF patients (p=0,748 CI 95% 0,468-1,726, OR= 0,899). Conclusions. Arrhythmia is not related to in-hospital mortality of AHF patients."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Omar Luthfi
"Latar belakang. Dislipidemia merupakan salah satu faktor resiko berkembangnya gagal jantung dan telah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia. Penelitian mengenai hubungan dislipidemia dan penyakit jantung belum banyak dilakukan di Indonesia.
Tujuan. Mengetahui karakteristik pasien gagal jantung akut dan mengidentifikasi hubungan antara riwayat dislipidemia dengan mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan.
Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang serta menggunakan 268 data sekunder dari studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 - 2006.
Hasil. Pasien gagal jantung akut dalam penelitian ini dibagi kedalam dua kelompok. Kelompok pertama merupakan pasien dengan dislipidemia (88,8% dan kelompok kedua meupakan pasien tanpa dislipidemia (12,2%). Angka mortalitas pada kelompok pertama mencapai 3,0% dan pada kelompok kedua 0%. Melalui analisis bivariat tidak didapatkan hubungan bermakna antada riwayat dislipidemia dengan mortaitas pasien gagal jantung akut (p=0,603; OR: 0,828; CI: 0,101-6,759).
Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan bermakna antara riwayat dislipidemia dengan angka mortalitas gagal jantung akut selama perawatan di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 - 2006.

Background. Dyslipidemia can promote the development of heart failure and has become one of global health problem. The study about associatin between dyslipidemia and in-hospital mortality of acute heart failure has never been done before in Indonesia.
Objective. To define the characteristic of patient and to identify the association between dyslipidemia and in-hospital mortality of acute heart failure.
Method. The design of this study was cross sectional with onsecutive sampling. This study used 976 acute heart failure patients from Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) of 5 hospital in Indonesia from December 2005-2006.
Result. Patiens with acute heart failure in this study were categorized in two groups. The first group was patients with dyslipidemia (88,8%) and the second was group wihout dyslipidemia (12,2%). The mortality rate of the first group was 3,0% and from the second was 0%. The bivariat analysis showed that there is no association between dyslipidemia and in-mortality of AHF patients (p=0,603; OR: 0,828; CI: 0,101-6,759).
Conclusion. There is no significant association between Dyslipidemia and Inhospital Mortality of Acute Heart Failure in Five Hospital in Indonesia on December 2005 -2006."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S09130fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Gibran Fauzi
"Latar belakang. Gagal jantung akut telah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia. Merokok merupakan salah satu faktor utama dalam insidensi penyakit kardiovaskular dan gagal jantung dan mempengaruhi baik morbiditas maupun mortalitas pada kasus gagal jantung. Saat ini terdapat perbedaan pendapat mengenai pengaruh merokok dengan angka mortalitas akibat gagal jantung.
Tujuan. Mengetahui karakteristik pasien gagal jantung akut dan mengidentifikasi hubungan antara riwayat merokok dengan mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan.
Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dan menggunakan 826 data sekunder dari studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006.
Hasil. Proporsi pasien gagal jantung akut yang mempunyai riwayat merokok di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006 mencapai 50,2 %. Angka mortalitas pasien gagal jantung akut adalah 3,6 %. Angka mortalitas pasien gagal jantung akut baik dengan maupun tanpa adalah 3,6 %. Analisis bivariat menunjukkan p=0,978 OR 1,010 CI 0,487-2,094
Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan bermakna antara riwayat penyakit jantung koroner dengan angka mortalitas gagal jantung akut di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006.
Background. Acute heart failure has become health problem on the world. Cigarette smoking is a well-established risk factor for cardiovascular disease and heart failure. Nowadays there are controversies between smoking and heart failure mortality Objectives.
Aim. To determine characteristic of patient and relation between history of smoking and mortality of acute heart failure.
Method. This is cross sectional study using 826 data from Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) in five hospital in Indonesia on December 2005 -2006.
Result. 50.2 % patients have history of smoking. Overall in-hospital mortality among patient with acute heart failure is 3.6 %. In-hospital mortality in patient with or without history of smoking is 3.6% with p = 0.978.
Conclusion. There is no significant relation between history of smoking and mortality of acute heart failure in five hospitals in Indonesia on December 2005 -2006.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Indrawati
"Latar belakang. Gagal jantung akut telah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia dengan penyakit jantung koroner sebagai penyebab terbanyak.
Tujuan. Mengetahui hubungan antara penyakit jantung koroner dengan mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan.
Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang serta menggunakan 685 data sekunder dari studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006.
Hasil. Penelitian ini melibatkan 957 pasien gagal jantung akut. Proporsi pasien gagal jantung akut yang mengalami penyakit jantung koroner di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006 mencapai 74,8 %. Angka mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan secara umum adalah 4,1 %. Angka mortalitas pasien yang mengalami PJK lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa PJK (P = 0,493, OR = 1,3, CI 95% 0,59 ? 2,90). Angka mortalitas pasien gagal jantung akut yang disertai penyakit jantung koroner selama perawatan adalah 4,3 %, Sedangkan pada pasien tanpa penyakit jantung koroner adalah 3,3 %.
Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan bermakna antara riwayat penyakit jantung koroner dengan angka mortalitas gagal jantung akut selama perawatan di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 - 2006.

Background. Acute heart failure has become health problem on the world and coronary heart disease is known as common etiology.
Objective. To determine relationship between history of coronary heart disease and mortality of acute heart failure
Method. This study was conducted by using cross sectional method. Using 685 secondary data from study Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) in five hospital in Indonesia on December 2005 -2006.
Result. From 957 patient acute heart failure, about 76,2 % patient have coronary heart disease. Overall in-hospital mortality among patient with acute heart failure is 4,1 %. In-hospital mortality in patient with coronary heart disease is 4,3 % and 3,3 % in patient without coronary heart disease (P = 0,493, OR = 1,3, CI 95% 0,59 - 2,90).
Conclusion. There is no significant relationship between coronary heart disease and mortality of acute heart Failure in five hospitals in Indonesia on December 2005-2006.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09043fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widy Krisna Dewi
"Latar belakang. Gagal jantung akut merupakan salah satu masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Gagal jantung akut sering disertai dengan gagal ginjal kronik sebagai penyakit penyerta.
Tujuan. Mengetahui hubungan antara riwayat gagal ginjal kronik dengan mortalitas pada pasien gagal jantung akut, yang dapat digunakan sebagai masukan untuk lebih mengoptimalkan penatalaksanaan pasien gagal jantung akut dengan riwayat gagal ginjal kronik di rumah sakit di Indonesia.
Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dengan sampel berupa data sekunder pasien dengan diagnosis gagal jantung akut dari studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 - Desember 2006.
Hasil. Sampel seluruhnya berjumlah 882, terdiri dari 68,5% laki-laki dan 31,5% perempuan dengan rerata usia 59 tahun. Sampel dengan riwayat gagal ginjal kronik sebanyak 154 orang (68,2% laki-laki, 31,8% perempuan, rerata usia 56 tahun). Angka mortalitas di rumah sakit seluruh sampel 4,2%. Angka mortalitas sampel dengan riwayat gagal ginjal kronik 7,1%, hampir dua kali lipat angka mortalitas sampel tanpa riwayat gagal ginjal kronik, yang sebesar 3,6%. Didapatkan p = 0,045, OR = 2,07, dan CI 95% = 1,003 - 4,299.
Kesimpulan. Terdapat hubungan bermakna antara riwayat gagal ginjal kronik dengan mortalitas di rumah sakit pada pasien gagal jantung akut. Risiko timbulnya mortalitas pada sampel dengan riwayat gagal ginjal kronik adalah dua kali lipat risiko tersebut pada sampel tanpa riwayat gagal ginjal kronik.

Background. Acute heart failure is one of the major health problem around the world. Acute heart failure and chronic renal failure are often coexist.
Objective. In order to answer the question whether there is a significant correlation between previously diagnosed chronic renal failure and in-hospital mortality on patients with acute heart failure, so the result can be used as a suggestion to improve the quality of therapy on hospitalized acute heart failure patients.
Method. This study use cross sectional method with sample taken from secondary data of patient diagnosed for acute heart failure on Study Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) in five hospitals in Indonesia on December 2005 - December 2006.
Result. Total sample is account for 882 patients, consist of 68,5% men and 31,5% women, with mean of age 59 years old. Sample with previously diagnosed chronic renal failure consist of 154 patients (68,2% men, 31,8% women, mean of age 56 years old). In-hospital mortality rate is 4,2% on total sample. In-hospital mortality rate on sample with previously diagnosed chronic renal failure is 7,1%, almost two times higher than in-hospital mortality rate on sample without previously diagnosed chronic renal failure, which is only 3,6% (p = 0,045, OR = 2,07, dan CI 95% = 1,003 - 4,299).
Conclusion. There is significant correlation between previously diagnosed chronic renal failure and in-hospital mortality on patients with acute heart failure. The risk for sample with previously diagnosed chronic renal failure to developed mortality during hospitalization is two times higher than sample without previously diagnosed chronic renal failure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09136fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sahira Hanifah
"Latar Belakang: Gagal jantung merupakan salah satu penyebab kematian utama di Indonesia. Jantung dan ginjal berhubungan dengan erat yang dapat dijelaskan oleh sindrom kardiorenal. Saat ini, ada kekurangan data di rumah sakit tersier di Indonesia mengenai hubungan Ejection Fraction (EF) dengan fungsi ginjal. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional yang mengikutsertakan pasien gagal jantung di RSUP Dr. Cipto Mangunkusomo tahun 2018 – 2020 sebagai populasi sasaran. Uji Chi-squared digunakan untuk menganalisis korelasi antar variabel. Izin etik diperoleh karena penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjeknya. Hasil: Sebanyak 158 subjek diikutsertakan dalam penelitian ini setelah menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi. Terdapat 37 (36,6%) pasien HF pada kelompok HFrEF yang memiliki eGFR stadium 3, 4, atau 5. Sedangkan di kelompok HFmrEF atau HFpEF, terdapat 29 (50,9%) dengan eGFR stadium 3, 4 , atau 5 (p-value = 0,115, RR = 0,72). Pasien gagal jantung dengan eGFR stadium 3, 4, atau 5 (n = 8;12,1%) dan eGFR stadium 1 atau 2 (n = 4; 4,3%) termasuk dalam kelompok NYHA kelas III atau IV (p-value = 0,125, RR = 2,79). Kesimpulan: Tidak ada perbedaan proporsi pasien HFrEF dengan HFpEF untuk memiliki eGFR stadium 3, 4, atau 5 serta proporsi pasien HF yang eGFR stadium 3,4 atau 5 dengan eGFR stadium 1 atau 2 untuk dimasukkan pada kelompok NYHA kelas III atau IV.

Background: Heart failure is considered one of leading cause of death In Indonesia. The heart and kidneys are tightly related which can be explained by the cardiorenal syndrome. There is a paucity of current data in a tertiary hospital in Indonesia regarding the association of Ejection Fraction (EF) with kidney function. Method: This is a cross-sectional study that includes heart failure patients in Dr. Cipto Mangunkusomo Hospital year 2018 – 2020 as the target population. The Chi-squared test is used to analyse the association between the variables. Ethical permission was obtained since this research used humans as the subject. Results: A total of 158 subjects were included in this study after applying the inclusion and exclusion criteria. There were 37 (36,6%) HF patients in the HFrEF group had eGFR stage 3, 4, or 5. Meanwhile, among HFmreEF or HFpEF group, there were 29 (50,9%) with eGFR stage 3, 4, or 5 (p-value = 0,115, RR = 0,72). HF patients in both eGFR stage 3, 4, or 5 (n = 8;12,1%) and eGFR stage 1 or 2 (n = 4; 4,3%) were included in the NYHA class III or IV group (p-value = 0,125, RR = 2,79). Conclusion: There are no differences in the proportion of HFrEF patients with HFpEF to have eGFR stage 3, 4, or 5 as well as in the proportion of HF patients whose eGFR stages 3,4 or 5 with eGFR stages 1 or 2 to be included in the NYHA class III or IV group. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Budiyanto
"Posisi tubuh semi fowler 30° lateral kanan yang dianggap upaya proteksi mandiri yang memiliki efek positif terhadap hemodinamik pada pasien gagal jantung, namun belum diketahui dampaknya terhadap curah jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh posisi semi fowler 30 lateral kanan terhadap curah jantung. Uji klinis crossover pada 20 subjek gagal jantung akut dengan teknik non randomisasi berdasarkan riwayat gagal jantung. Parameter hemodinamik diukur menggunakan alat LiDCO CNAP. Analisa dilakukan untuk menilai efek residual dan efektifitasnya menggunakan SPSS 26 & NCSS. Rentang usia subjek adalah 26-72 tahun. 75% tidak memiliki riwayat gagal jantung. 85% memiliki penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri <40%. Durasi washout 30 menit tidak menimbulkan efek residual dan tidak bermakna secara statistik (p>0.05). Perbedaan rerata stroke volume (p<0.05), variasi stroke volume 20.1±7.6 vs 43.3±19. Rerata curah jantung 4.88 sedangkan semi fowler 4.20, tidak signifikan secara statistik (p>0.05). Semi fowler 30 lateral kanan menurunkan variasi stroke volume dan meningkatkan rerata curah jantung. Dipertimbangkan sebagai strategi optimalisasi beban awal pada pasien gagal jantung preload dependent.

The right lateral semi fowler 30° body position is considered a self-protective measure that has a positive effect on hemodynamics in heart failure patients, but the impact on cardiac output is not yet known. This study aimed to determine the effect of positioning the right lateral 30 semi fowler on cardiac output. A non randomized Crossover clinical trial on 20 acute heart failure subjects based on history of heart failure. Hemodynamic parameters were measured using the LiDCO CNAP. Statistical analysis was performed to assess the residual effect and assess its effectiveness using SPSS 26 & NCSS software. The age range of subjects is 26-72 years. 75% had no history of heart failure. 85% of subjects had a decrease in left ventricular ejection fraction <40%. The washout duration of 30 minutes caused no residual effect and was not statistically significant (p>0.05). The average stroke volume differs significantly, stroke volume variation in SF30RL was 20.1±7.6 vs 43.3±19 in SF group. The mean cardiac output SF30RL was 4.88 while the semi fowler was 4.20 but not statistically significant (p>0.05). The right lateral 30 semi fowler can increase cardiac output values. Considered as a volume optimization strategy in a preload dependentt patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti Oktikasari
"ABSTRAK
Nama : Tanti Oktikasari Program Studi : Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik Judul : Peran kadar ST2 dalam model prognostik untuk risiko terjadinya major adverse cardiac events jangka pendek pada pasien gagal jantung akut Pendahuluan: Gagal jantung akut merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian dan perawatan kembali penderita dengan gagal jantung kronik. Jumlah kematian akibat gagal jantung mencapai 60.000 kasus per tahun. Pasien usia >65 tahun merupakan penyebab paling sering terjadinya perawatan akibat gagal jantung akut di rumah sakit. Soluble ST2 ST2 merupakan reseptor yang termasuk ke dalam keluarga interleukin-1 yang digunakan sebagai penanda peregangan, remodelling, dan fibrosis miokardium sehingga dapat digunakan sebagai penanda prognostik terjadinya major adverse cardiac events MACE pada pasien gagal jantung akut. Metode: Desain penelitian kohort prosfektif terhadap 77 subyek dengan gagal jantung akut, dilakukan pemeriksaan kadar ST2 saat masuk rumah sakit dan ditetapkan beberapa faktor risiko klinis dan laboratoris berupa jenis kelamin laki-laki, kelompok usia >65 tahun, riwayat diabetes melitus, kadar ureum darah, dan kebiasaan merokok. Luaran klinis berupa MACE dan kematian pasien gagal jantung akut dilakukan observasi selama 30 hari. Hasil: Tidak terdapat hubungan antara kadar ST2 >35 ng/mL dengan terjadinya MACE jangka pendek pada penderita gagal jantung akut di RSUPN-CM. Faktor risiko gagal jantung akut yang berhubungan dengan terjadinya MACE adalah riwayat penyakit jantung koroner dan kadar NT-proBNP >1000 pg/mL. Peran kadar ST2 >35 ng/mL tidak dapat digunakan dalam model prognostik jangka pendek pada pasien gagal jantung akut. Nilai cut off kadar ST2 untuk terjadinya kematian selama 30 hari adalah 49,4 ng/mL. Tidak terdapat hubungan kadar ST2 setelah digabungkan dengan kadar NT-proBNP dengan terjadinya MACE jangka pendek pada pasien gagal jantung akut. Kesimpulan: Kadar ST2 >35 ng/mL tidak dapat digunakan dalam model prognostik jangka pendek pada pasien gagal jantung akut.

ABSTRACT
Name Tanti Oktikasari Study Program Clinical Pathology Residency Program Title The role of ST2 levels in the model prognosis for the short term risk of major adverse cardiac events in patients with acute heart failure Introduction. Acute heart failure is the most frequent cause of hospitalization and mortality in patients with chronic heart failure. The number of death in patients heart failure reached 60000 cases per year. Patients with age 65 years are the most frequent cause of hospitalization due to acute heart failure. Soluble ST2 ST2 is a member of interleukin 1 receptor family that used as a biomarker of myocardial stretch, remodelling, and fibrosis. This parameter is used as a prognostic marker for the occurrence of major adverse cardiac events in patients with acute heart failure. Methods. Prospective cohort study design. Subjects consisted of 77 patients with acute heart failure and examine the levels of ST2 at the time of admission, the next set of clinical risk factors and laboratory consisting of a type of male sex, age group 65 years, history of diabetes melitus, blood ureum 92 mg dL, and current smoking. The clinical outcomes such as MACE and mortality of patients with acute heart failure following within 30 days. Results. Prognostic models obtained is acute heart failure patients with a history of coronary heart disease and levels of NT proBNP is 1000 pg mL. Levels of ST2 35 ng mL can not be used to assess the prognosis for the occurrence of MACE during 30 days hospitalization. The cut off point of ST2 levels for the mortality was 49.4 ng mL. There is no substantial improvement in addition of ST2 to clinical model with NT proBNP. Conclusion. Levels of ST2 35 ng mL can not be used to assess the prognosis for the occurrence of MACE during 30 days hospitalization."
2017
T55717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dean Handimulya Djumaryo
"ABSTRAK
Pendahuluan: Gagal jantung akut merupakan penyebab paling sering untuk perawatan rumah sakit pada pasien usia >65 tahun, yang juga berkaitan dengan prognosis buruk. N-terminal pro brain natriuretic peptide (NT-proBNP) merupakan suatu petanda peregangan miokardium yang dapat digunakan sebagai petanda prognostik pada pasien gagal jantung akut. Penambahan parameter kadar NT-proBNP pada model prognostik yang sudah ada akan memberikan nilai klinis yang lebih baik dan akurat dalam menetapkan prognosis untuk kejadian major adverse cardiac events (MACE) pasien gagal jantung akut.
Metode: Desain penelitian kohort prosfektif. Subjek penelitian terdiri dari 77 penderita gagal jantung akut dan dilakukan pemeriksaan kadar NT-proBNP saat admisi, selanjutnya ditetapkan faktor risiko klinis dan laboratoris yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki, kelompok usia >65 tahun, riwayat penyakit jantung koroner, tekanan darah sistolik <115 mmHg, kadar Hb <11,3 g/dL, serta kadar natrium 135 mEq/L. Luaran klinis berupa MACE dan mortalitas pasien gagal jantung akut dilakukan pemantauan selama 30 hari.
Hasil: Insiden MACE jangka pendek pada penderita gagal jantung akut sebesar 61% dengan angka mortalitas sebesar 7,8%. Riwayat penyakit jantung koroner dan kadar NT-proBNP >1000 pg/mL berhubungan dengan terjadinya MACE. Model prognostik yang didapat adalah penderita gagal jantung akut dengan riwayat penyakit jantung koroner dan kadar NT-proBNP >1000 pg/mL. Nilai cut off kadar NT-proBNP untuk terjadinya MACE adalah 859,1 pg/mL dengan nilai AUC sebesar 77,3%, sensitivitas 72,3% dan spesifisitas 63,3%. Nilai cut off kadar NT-proBNP untuk terjadinya kematian adalah 4374,5 pg/mL dengan nilai AUC sebesar 83,1%, sensitivitas 83,3%, dan spesifisitas 77,5%.
Kesimpulan: Kadar NT-proBNP >1000 pg/mL dapat menilai prognosis untuk terjadinya MACE selama perawatan rumah sakit.

ABSTRACT
Introduction. Acute heart failure is the most frequent cause of hospitalization in patients aged >65 years, which is also associated with poor prognosis. N-terminal pro-brain natriuretic peptide (NT-proBNP) is a marker stretching of the myocardium that can be used as a prognostic marker in patients with acute heart failure. Addition of parameter levels of NT-proBNP on existing prognostic models will provide better clinical value and accurate in determining the prognosis for the incidence of major adverse cardiac events (MACE) patients with acute heart failure.
Methods. Prospective cohort study design. Subjects consisted of 77 patients with acute heart failure and examine the levels of NT-proBNP at the time of admission, the next set of clinical risk factors and laboratory consisting of a type of male sex, age group >65 years, history of coronary heart disease, systolic blood pressure <115 mmHg, Hb <11,3 g/dL, as well as levels of sodium 135 mEq/L. The clinical outcomes such as MACE and mortality of patients with acute heart failure monitoring within 30 days.
Results. Incidence of acute heart failure patients with short-term MACE was 61% with a mortality rate of 7,8%. A history of coronary heart disease and levels of NTproBNP >1000 pg/mL associated with the occurrence of MACE. Prognostic models obtained is acute heart failure patients with a history of coronary heart disease and levels of NT-proBNP is >1000 pg/mL. The cut off levels of NT-proBNP for the occurrence of MACE was 859,1 pg/mL with an AUC of 77,3%, 72,3% sensitivity and 63,3% specificity. The cut off levels of NT-proBNP for the occurrence of death was 4374,5 pg/mL with an AUC of 83,1%, 83,3% sensitivity and 77,5% specificity.
Conclusion. Levels of NT-proBNP >1000 pg/mL can assess the prognosis for the occurrence of MACE during hospitalization.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitoresmi Waranggani Aristawati
"Latar Belakang
Gagal jantung merupakan penyebab kematian jantung terbanyak kedua di Indonesia. Berdasarkan data Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK), angka kematian HFrEF meningkat dari tahun 2017-2021.
Tujuan
Mengetahui prediktor rawat ulang dan kematian pasien HFrEF di RSJPDHK tahun 2022 dalam follow up satu tahun.
Metode
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain fixed cohort untuk melihat kematian dan rawat ulang pasien HFrEF di RSJPDHK.
Hasil
Total populasi pasien HFrEF 2022 sebanyak 1951 orang, dengan sampel penelitian sebesar 452 orang. Proporsi rawat ulang 47% (n=214), kematian 21% (n=97), lost to follow up 25,8% (n=117). Analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi rawat ulang adalah usia 61-70 tahun (p 0,027, OR 0,26), pendidikan rendah (p 0,024, OR 0,38), chronic kidney disease (p 0.025, OR 1,56), dan hiponatremia (p 0,017, OR 2,10). Faktor independen terhadap luaran kematian adalah pendidikan rendah (p 0,009, HR 2,33), NTproBNP tinggi (p <0,001, HR 1,01), dan lama rawat RS ≥ 7 hari (p 0,031, HR 1,61).
Kesimpulan
Prediktor rawat ulang pasien HFrEF adalah usia 61-70 tahun, pendidikan rendah, chronic kidney disease, dan hiponatremia. Prediktor kematian pasien HFrEF adalah pendidikan rendah, NTproBNP tinggi, dan lama rawat RS ≥7 hari.

Introduction
Heart failure is the second-leading cause of death in Indonesia. Data from Harapan Kita Hospital (RSJPDHK), showed the mortality rate of HFrEF had increased from 2017 to 2021.
Aim
To determine the predictors of one-year-readmission and one-year-mortality rate of HFrEF patient at RSJPDHK in 2022.
Method
This analytic study with a fixed cohort design focus on investigating the survival and readmission rate of HFrEF patients at RSJPDHK.
Results
In 2022, there were 1,951 HFrEF patients, sample were 452 individuals. The readmission rate was 47% (n=214), mortality rate was 21% (n=97), and lost to follow-up rate was 25.8% (n=117). Analysis revealed that factors affecting readmissions are age 61-70 years old (p 0,027, OR 0,26), low education (p 0,024, OR 0,38), chronic kidney disease (p 0,025, OR 1,56), and hyponatremia (p 0,017, OR 2,10). Independent factors affecting mortality rate including low education (p 0,010, HR 2.33), high NTproBNP (p <0,001, HR 1,01), and hospital stay ≥ 7 days (p 0,031, HR 1.61). Conclusion
In HFrEF patients, the predictors for readmission are age 61-70 years old, low education, chronic kidney disease, and hyponatremia, while the predictors for mortality are low education, high NT-proBNP, and hospital stays ≥7 days.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>