Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 396 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"There are two phonetic string amtching algorithms that have been developed for string matching in English spelling, such as soundex and doublemetaphone...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ariq Salsabil
"Dalam penelitian ini dianalisis proses fonetis tiga lagu berbahasa Jerman yang merupakan soundtrack video game ‘Wolfenstein: The New Order’, yaitu Weltraum Surfen, Mein Kleiner VW, dan Berlin Boys & Stuttgart Girls. Ketiga lagu tersebut masing-masing memiliki sudut pandang yang berbeda dan dianalisis berdasarkan teori proses fonetis Altmann & Ziegenhain (2007) dan Muslich (2008) yang hanya berfokus pada proses asimilasi yang terdiri dari asimilasi progresif dan regresif, serta zeroisasi yang terdiri dari aferesis, sinkop, apokop, dan metatesis. Penulis mentranskripsikan lirik lagu secara fonetis dan menggunakan metode kualitatif dalam menganalisis proses fonetis yang muncul. Metode kuantitatif digunakan dalam menghitung frekuensi proses fonetis yang muncul digolongkan berdasarkan jenisnya. Berdasarkan hasil penelitian, jenis proses fonetis yang muncul berkaitan dengan sudut pandang lagu, kecuali pada proses metatesis. Dalam bahasa Jerman, pemilihan sudut pandang lagu mempengaruhi tata bahasa kalimat pada lirik yang mempengaruhi bunyi yang dilafalkan, sehingga terdapat perbedaan frekuensi data asimilasi dan zeroisasi pada ketiga lagu tersebut. Pada asimilasi progresif dan zeroisasi jenis sinkop, prosesnya kerap ditemukan pada lagu Weltraum Surfen dan Berlin Boys & Stuttgart Girls yang memiliki sudut pandang orang pertama dan ketiga jamak, namun pada jenis apokop dan asimilasi regresif hanya dapat ditemukan pada lagu Mein Kleiner VW yang memiliki sudut pandang orang pertama tunggal. Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan juga beberapa kata yang memenuhi kaidah asimilasi tetapi tidak diasimilasikan oleh penyanyi.

This study analyzes the phonetic process of three German songs which are the soundtrack of the video game 'Wolfenstein: The New Order', namely Weltraum Surfen, Mein Kleiner VW, and Berlin Boys & Stuttgart Girls. Each song has a different point of view and is analyzed using phonetical process theories by Altmann & Ziegenhain (2007) and Muslich (2008), which only focused on assimilation, deletion, and metathesis process. The lyrics are transcribed phonetically while using the qualitative method to analyze the phonetical process that appears. A quantitative method was used to find out the frequency of the data of each song. According to the results, the types of the phonetical process were related to the song’s point of view, except for the metathesis process. The song’s point of view affects the grammatical aspects of the lyrics, thus also affecting the pronunciation of each word. Progressive assimilation and syncope types is the most common process found in Weltraum Surfen and Berlin Boys & Stuttgart Girls which have plural first- and third-person point of view. On the other hand, apocope and regressive assimilation can only be found in Mein Kleiner VW which has a singular first-person point of view. Furthermore, few words meet the requirements of certain phonetic processes such as assimilation but weren’t assimilated by the singer."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vikor, Lars S.
Dordrecht-Holland: Foris Publications, 1988
499.22 VIK p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bernard Amadeus Jaya
"Pelajar Indonesia menghadapi banyak kesulitan dalam pelafalan bunyibunyi bahasa Inggris. Akan tetapi, dua segmen khususnya, memiliki tingkat kesilapan yang sangat tinggi. Beberapa studi oleh peneliti Indonesia telah memperlihatkan bahwa dental frikatif dalam bahasa Inggris /θ/ dan /ð/ adalah bunyi yang paling sulit dilafalkan oleh penutur asli bahasa Indonesia speakers (lihat Pardede 2007, Tiono & Yostanto 2008). Hal yang menarik adalah bahwa fenomenon yang sama terjadi untuk penutur asli bahasa lainnya (penutur bahasa Belanda, contohnya, lihat Wester, et al. 2007). Cara untuk mengatasi kesulitan ini salah satunya adalah untuk menggantikan segmen tersebut.
Penelitian ini menelusuri bagaimana pelajar Indonesia menggantikan dental frikatif bahasa Inggris dengan fonem lain, apa yang digunakan untuk menggantikannya, dan mengapa digantikan. Berbeda dengan publikasi lainnya yang menggunakan mahasiswa sebagai subyek, participan penelitian ini tidak memiliki kompetensi bahasa inggris yang tinggi dan berusaha untuk merepresentasi populasi Indonesia secara akurat. Ada limabelas (15) orang subyek yang diambil dari sebuah kelas General English. Participan memiliki perbedaan dalam umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
Eksperimen ini menggunakan tiga macam ujian untuk mengumpulkan data-mendeskripsikan gambar, membaca kalimat, dan membaca daftar kata. Tuturan direkam lalu dianalisis secara manual sebelum dikonfirmasi hasil transkripnya dengan sebuah program data analisis fonetik yang bernama PRAAT. Lalu hasil transkrip dianalisis dengan Optimality Theory untuk menjelaskan latar belakang penggunaan substitusi yang optimal.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa orang Indonesia secara umum menggunakan dua fonem yang berbeda untuk mensubstitusikan dental frikatif dalam bahasa Inggris, tetapi yang menarik adalah bahwa posisi segmen dental frikatif (voiced) dalam kata menentukan substitusinya.

While Indonesian students encounter plenty of difficulties in pronouncing English sounds, two segments, in particular, are notorious for its rate of error. Recent studies by Indonesian scholars have shown that the dental fricatives of English /θ/ and /ð/ have been rated as some of the most difficult segments to be pronounced by Indonesian speakers (see Pardede 2007, Tiono & Yostanto 2008). This is surprisingly true for speakers of several other languages as well (Dutch, for example, see Wester, et al. 2007). One of the ways to deal with a difficult segment is to replace them.
This research looks at how Indonesian learners of English replace dental fricatives with other phonemes, what they use to replace those segments, and why. Contrary to related publications on error analysis that utilizes university students as their subjects, the subjects here are not advanced in English and strive to represent the Indonesian population more accurately. The participants are fifteen (15) students in a General English class. Theyvary in age, gender, and occupation.
The experiment uses three tests to gather data to ensure maximum validity- describing pictures, reading sentences, and reading from a word list. The speech data is recorded and then analyzed manually before it is confirmed using a computer phonetic data analysis program called PRAAT prior to an Optimality Theory to investigate the background of the optimal substitute.
Results show that Indonesians generally use two different phonemes to replace the English dental fricatives, but the interesting finding is that the position for the voiced dental fricative determines its substitute.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1837
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mukhlizar Nirwan Samsuri
"Kesalahan ejaan dapat dibagi menjadi dua jenis, non-word errors dan real-word errors. Non-word errors adalah kesalahan eja yang tidak terdapat dalam kamus, sedangkan real-word errors adalah kata yang terdapat pada kamus tetapi berada pada tempat yang tidak tepat pada kalimat. penelitian ini berfokus pada koreksi ejaan untuk non-word errors pada teks formal Bahasa Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas tiga jenis struktur kamus untuk koreksi ejaan, antara lain kamus terdistribusi, kamus PAM (Partition Around Medoids), dan kamus menggunakan struktur data trie. Ketiga jenis kamus juga akan dibandingkan dengan kamus sederhana yang dijadikan sebagai baseline. Tahap pengurutan kandidat (ranking correction candidates) dilakukan dengan menggunakan dua variasi dari edit distance, yaitu Levenshtein dan Damerau-Levenshtein dan n-gram. Guna mendukung penelitian ini, dibangun dataset gold standard dari 200 kalimat yang terdiri dari 4.323 token dengan 288 di antaranya adalah non-word errors. Berdasarkan kombinasi tipe kamus dan edit distance, didapatkan hasil bahwa struktur data trie dengan Damerau-Levenshtein distance memperoleh accuracy terbaik untuk menghasilkan kandidat koreksi, yaitu 95,89% dalam 45,31 detik. Selanjutnya, kombinasi struktur data trie dengan Damerau-Levenshtein distance juga mendapatkan accuracy terbaik dalam memilih kandidat terbaik, yaitu 73,15%.

Spelling errors can be divided into two groups: non-word and real-word. A non-word error is a spelling error that does not exist in the dictionary, while a real-word error is a real word but not on the right place. In this work, we address the non-word errors in spelling correction for Indonesian formal text. The objective of our work is to compare the effectiveness of three kinds of dictionary structure for spelling correction, distributed dictionary, PAM (Partition Around Medoids) dictionary, and dictionary using trie data structure, with the baseline of a simple flat dictionary. We conducted experiments with two variations of edit distances, i.e. Levenshtein and Damerau-Levenshtein, and utilized n-grams for ranking correction candidates. We also build a gold standard of 200 sentences that consists of 4,323 tokens with 288 of them are non-word errors. Among the various combinations of dictionary type and edit distance, the trie data structure with Damerau-Levenshtein distance gets the best accuracy to produce candidate correction, i.e. 95.89% in 45.31 seconds. Furthermore, the combination of trie data structure with Damerau-Levenshtein distance also gets the best accuracy in choosing the best candidate, i.e. 73.15%."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mudd, Norma
London: Hodder & Stoughton Educational , 1998
372.63 MUD e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kejora
"Bahasa Inggris, ditinjau dari sejarah perkembangannya, umum dibedakan atas tiga periode, yaitu periode bahasa Inggris Kuno (IA), periode bahasa Inggris Pertengahan (IP), dan periode bahasa Inggris Modern (IM). Periode bahasa Inggris Modern lebih jauh dapat dibeda_kan lagi atas periode bahasa Inggris Modern Awal (IMA) dan periode bahasa Inggris Modern masa kini. Bagaimana ejaan bahasa Inggris dalam periode Inggris Kuno, periode Inggris Pertengahan, dan periode Inggris Modern Awal, itu_lah yang menjadi pokok masalah penelitian ini. Adapun tujuan utamanya ialah.memberikan gambaran umum mengenai ejaan bahasa Inggris dalam ketiga periode tersebut, di samping menjelaskan pula perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan antara ejaan satu pe_riode dengan ejaan periode lainnya. Ejaan yang dimaksud di sini bersangkutan dengan bagaimana bunyi-bunyi digambarkan atau dinyatakan dengan huruf dan bagaimana huruf-huruf digunakan untuk menyatakan bunyi-bunyi. Untuk membahas masalah, diperlukan teks IK, teks IP, dan teks IMA yang disertai transkripsi fonetis sebagai penggambaran ucapan masing-masing periode. Teks-teks yang dimaksud diperoleh dari buku Albert R. Narckwardt, Introduction to the English Language (1950). Maka dalam karya tulis dipakai metode penelitian korpus (teks), dengan prosedur kerja sebagai berikut: mendaftarkan huruf-_huruf dari tiap-tiap periode yang ditemukan dalam teks, mendaftar_kan bunyi-bunyi dari tiap-tiap periode yang ditemukan dalam teks, mengklasifikasikan bunyi-bunyi ke dalam vokal, diftong, dan konsonan, menginterpretasi penggambaran bunyi-bunyi dengan huruf dan penggunaan huruf-huruf untuk menyatakan bunyi dalam tiap-tiap periode, membandingkan bagaimana bunyi-bunyi dinyatakan dengan huruf dan bagaimana huruf-huruf digunakan untuk menyatakan bunyi-bunyi dari satu periode ke periode lain.
Hasil analisis menunjukkan bahwa beberapa huruf IK tidak la_gi terdapat dalam abjad IP, dan sebaliknya, abjad IP mempunyai hu_ruf yang tidak terdapat dalam abjad IK. Huruf-huruf IP untuk selan_jutnya menjadi huruf-huruf yang membentuk abjad IMA, dengan tambah_an satu huruf baru dalam periode IMA. Mengenai bunyi, ada bunyi-bunyi yang terdapat baik dalam pe_riode IK, periode IP, maupun periode IMA, ada yang hanya terdapat dalam dua dari ketiga periode tersebut, dan ada yang hanya terdapat dalam satu dari ketiga periode tersebut. Dari satu periode ke periode lainnya terdapat perbedaan dalam menggambarkan atau menyatakan beberapa bunyi tertentu dalam ejaan; begitu pula, dari satu periode ke periode lainnya terdapat perbedaan dalam menggunakan beberapa huruf tertentu untuk menggambarkan bunyi-bunyi. Di samping adanya perbedaan-perbedaan dalam menggambarkan bunyi dengan huruf, dan sebaliknya, dalam menggunakan huruf untuk menyatakan bunyi, pada ketiga periode itu terdapat pula persamaan dalam menggambarkan beberapa bunyi tertentu dalam ejaan, dan terdapat persamaan dalam menggunakan beberapa huruf tertentu dalam menyatakan bunyi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustakim
Jakarta : Gramedia Pustaka, 1996
499.221 MUS t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balai Pustaka, 1996
499.221 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Yong Ho
Korea, Seoul: Bookey, 1992
KOR 495.71 KIM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>