Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115638 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
R 616.5 ILM (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
616.5 Ilm
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: FKUI, 2015
616.951 ATL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
616.9 SER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tabrani Rab
Riau: UIR Press, 1994
297.635 TAB s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini merupakan kumpulan makalah simposium tentang "Skin and Genetikal care yang membahas bidang kesehatan kulit dan kelamin sejak bayi hingga remaja. Dalam keseharian dan bermacam produk perawatan kulit dan genital banyak di pasaran. Apakah produk tersebut baik atau cocok untuk bayi dan anak, sehingga kepedulian masyarakat akan perawatan kesehatan kulit dapat terkontrol."
Jakarta: BP FKUI, 2013
646.72 UNI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisah Boediardja
Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2011
616.54 SIT p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sa`da Barira
"Akne vulgaris (AV) adalah suatu penyakit peradangan kronik folikel pilosebasea dengan gambaran klinis berupa komedo, papul, pustul, nodus, kista, dan jaringan parut. Akne vulgaris merupakan masalah kulit tersering di dunia dan dapat mengenai 85% orang pada kelompok usia 12-24 tahun.2 Walaupun AV bukan merupakan penyakit yang mengancam jiwa serta sebagian besar dapat mengalami resolusi spontan, namun AV dapat menimbulkan gejala sisa berupa jaringan parut yang akan membuat pasien merasa tidak percaya diri, marah, bahkan depresi.
Berdasarkan data rekam medis Paliklinik Divisi Dermatologi Kosmetik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (IKKK RSCM), terdapat kenaikan insidens AV tipe ringan dari 18,11% pada tahun 2003 menjadi 38,26% pada tahun 2004, AV tipe sedang 28,45% tahun 2003 menjadi 50% tahun 2004, dan AV tipe berat dari 4,23% pada tahun 2003 menjadi 9,14% pada tahun 2004.
Sampai saat ini etiologi AV belum diketahui.3.7 Beragam faktor diduga sebagai etiologi penyakit ini.8 Akne vulgaris merupakan penyakit multifaktorial yang gambaran klinisnya bergantung pada interaksi banyak faktor.9 Empat faktor kunci yang diduga berperan dalam patogenesis AV adalah hiperproliferasi dan hiperkeratinisasi folikular, peningkatan produksi sebum, proliferasi mikroorganisme serta proses inflamasi.
Mikroorganisme yang diduga terlibat dalam patogenesis AV adalah Propionibacterium aches (PA), Staphylococcus epidermidis (SE), dan Malassezia furfur (MF). Propionibactenum acnes merupakan mikroorganisme yang paling dominan dan berperan penting menimbulkan inflamasi pada AV dengan menghasilkan enzim dan faktor kemotaktik serta dapat menstimulasi aktivasi komplemen melalui jalur klasik dan alternatif. Proporsi kepositivan kuman PA pada pasien AV tipe sedang dan berat sampai saat ini belum diketahui.
Pemberian antibiotik oral bertujuan untuk menurunkan jumlah PA serta menurunkan produksi enzim dan faktor kemotaktik oleh PA, sehingga menurunkan kemungkinan terjadi inflamasi. Antibiotik juga dapat berperan sebagai anti-inflamasi. Antibiotik oral biasanya diberikan pada pasien AV tipe sedang dan berat menurut kiasifikasi yang diadopsi oleh Regional Consensus on Acne Management pada tahun 2003 di Ho Chi Minh City dari artikel yang ditulis Lehmann dkk. (2002). Beberapa antibiotik oral yang digunakan dalam terapi AV adalah tetrasiklin, eritromisin, klindamisin, azitromisin, doksisiklin, minosiklin, siprofloksasin serta kotrimoksasoi.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Amtarina
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Psoriasis adalah salah satu penyakit inflamasi kronis pada kulit yang dapat mengganggu penampilan. Pasien psoriasis seringkali komorbid dengan gangguan psikiatri seperti depresi, gangguan cemas, gejala psikotik, distimia dan gangguan tidur. Aspek psikiatri tersebut dapat memengaruhi kualitas hidup pasien psoriasis. Belum terdapat penelitian tentang perbedaan rerata kualitas hidup antara pasien psoriasis dengan psikopatologi dibandingkan dengan pasien psoriasis tanpa psikopatologi.
Metode: Penelitian potong lintang deskriptif-analitik pada 25 pasien psoriasis yang memiliki psikopatologi dan 25 pasien psoriasis yang tidak memiliki psikopatologi di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSCM Jakarta menggunakan Symptom Checklist 90 (SCL 90) dan instrumen World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)-BREF.
Hasil: Lima gejala psikiatri terbanyak yang dijumpai pada pasien psoriasis adalah sensitivitas interpersonal, obsesif kompulsif, gejala gangguan jiwa tambahan, gejala depresi dan ide paranoid. Terdapat perbedaan rerata kualitas kualitas hidup antara pasien psoriasis dengan psikopatologi dengan tanpa psikopatologi berdasarkan ranah kesehatan fisik (p < 0,05) dan ranah kesehatan psikologis (p < 0,05)
Simpulan: Pasien psoriasis dengan psikopatologi cenderung memiliki rerata kualitas hidup yang lebih rendah bila dibandingkan dengan pasien psoriasis tanpa psikopatologi pada ranah kesehatan fisik dan kesehatan psikologis. Pengenalan dini dan tata laksana gejala klinis psikiatri dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.

ABSTRACT
Background: Psoriasis has been known as one of chronic inflammatory skin disease which represent the leading causes of morbidity and bad performance. Psoriasis can have psychiatric comorbidity like depression, anxiety, psychotic symptom, distimia and sleep disorder. This psychiatric aspect can impact quality of life psoriasis patients. In this study, we evaluated the mean difference of quality of life psoriatic patients with psychiatric symptoms and without psychiatric symptoms.
Methods: Cross sectional study included 25 psoriatic pasients with psychiatric symptoms and 25 psoriatic patients without psychiatric symptoms. The patient in this study were subjected to quality of life assessment by World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)-BREF and psychiatric evaluation using Symptom Checklist 90 (SCL 90)
Result: the most frequent psychiatric symptoms experienced by psoriatic patients were interpersonal sensitivity, obsessive compulsive, additional psychiatric symptom, depression and paranoid ideation. There is a difference quality of life in physical domain (p < 0,05) and psychological domain (p < 0,05) between psoriatic patients with psychiatric symptoms and without psychiatric symptoms.
Conclusion: psoriasis with psychiatric symptoms can have a profound impact on patient's quality of life especially in physical domain and psychological domain. Early detection and treatment of psychiatric symptoms can improve quality of life of psoriatic patients., Background: Psoriasis has been known as one of chronic inflammatory skin
disease which represent the leading causes of morbidity and bad performance.
Psoriasis can have psychiatric comorbidity like depression, anxiety, psychotic
symptom, distimia and sleep disorder. This psychiatric aspect can impact quality
of life psoriasis patients. In this study, we evaluated the mean difference of quality
of life psoriatic patients with psychiatric symptoms and without psychiatric
symptoms.
Methods: Cross sectional study included 25 psoriatic pasients with psychiatric
symptoms and 25 psoriatic patients without psychiatric symptoms. The patient in
this study were subjected to quality of life assessment by World Health
Organization Quality Of Life (WHOQOL)-BREF and psychiatric evaluation using
Symptom Checklist 90 (SCL 90)
Result: the most frequent psychiatric symptoms experienced by psoriatic patients
were interpersonal sensitivity, obsessive compulsive, additional psychiatric
symptom, depression and paranoid ideation. There is a difference quality of life in
physical domain (p < 0,05) and psychological domain (p < 0,05) between psoriatic
patients with psychiatric symptoms and without psychiatric symptoms.
Conclusion: psoriasis with psychiatric symptoms can have a profound impact on
patient’s quality of life especially in physical domain and psychological domain. Early detection and treatment of psychiatric symptoms can improve quality of life of psoriatic patients.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Dwi Iriani
"ABSTRAK
Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada anak usia sekolah dan dapat menyebabkan masalah psikologi sehingga mempengaruhi konsentrasi belajar. Karena jarang menimbulkan kematian, penyakit kulit sering diabaikan dan memicu infeksi sekunder yang dapat berlanjut menjadi kelainan organ. Karakteristik anak sekolah dasar (SD) diduga berperan terhadap kejadian penyakit kulit. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan prevalensi penyakit kulit dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan murid SD di Desa Taman Rahayu, Bekasi. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dan data diambil pada tanggal 25 April 2012 dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan dermatologi pada murid SD X dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Y kelas 3-6 (150 orang). Pada pengolahan menggunakan SPSS versi 20.0, kelas 3 MI digabungkan dengan kelas 4 MI karena tidak terdapat responden kelas 3 SD pada penelitian ini. Data lalu dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi penyakit kulit sebanyak 72% (laki-laki 58,3% dan perempuan 41,7%; kelas 4 50%, kelas 5 25,9%, dan kelas 6 24,1%). Melalui uji chi square, didapatkan perbedaan bermakna antara prevalensi penyakit kulit dengan jenis kelamin (p=0,026), namun tidak berbeda bermakna dengan tingkat pendidikan (p=0,848). Disimpulkan bahwa prevalensi penyakit kulit ada anak SD di Desa Taman Rahayu adalah 72% dan berhubungan dengan jenis kelamin, namun tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan.

ABSTRACT
Skin diseases often occurs in school-age children and can cause psychological problems that affect their concentrations in study. Because rarely cause death, skin diseases often neglected and trigger secondary infection that can progress to organ abnormalities. Gender and education level of the students in primary school (SD) are thought to be associated with the prevalence of skin diseases. This study aims to determine the association between prevalence of skin diseases with gender and education level of primary school students in Taman Rahayu Village, Bekasi. This cross-sectional study was conducted to grade 3-6 students (150 students) on April 25, 2012. Diagnosis was made based on anamnesis and dermatology examination. Data were processed by SPSS version 20.0 and analyzed using chi square test. The results showed that the prevalence of skin diseases was 72% (male 58.3% and female 41.7%; grade 4 students 50%, grade 5 students 25.9%, and grade 6 students 24.1%). Chi-square test showed significant difference between the prevalence of skin diseases with gender (p=0.026), but did not differ significantly with education level (p=0.848). In conclusion, the prevalence of skin diseases in primary school students in Taman Rahayu village was 72% and there were association between the prevalence of skin diseases with gender, but not associated to education level."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>