Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137039 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sissy Nurvidati Rahim
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25449
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fatia Nurizky
"ABSTRAK
Boys's Love adalah genre yang unik yang berasal dari Jepang, dipopulerkan
melalui manga sebagai salah satu bagian dari kebudayaan populer Jepang. Genre
ini berfokus kepada romansa yang terjadi di antara dua orang laki-laki. Genre ini
dipopulerkan melalui forum virtual yaitu ruang komunikasi massa bersifat maya
yang terdapat di dalam cyberspace. Penelitian ini menggunakan teori komunikasi
massa dan konsep-konsep yang muncul di dalamnya, yaitu kejujuran dalam
cyberspace dan perubahan perilaku kognitif, afektif dan konatif. Melalui
komentar-komentar yang dikirimkan pengguna forum di dalam forum tersebut,
diharapkan kejujuran dan perubahan perilaku dapat dilihat dan diteliti secara
mendalam.

ABSTRACT
Boys? Love is a unique genre, originated in Japan and popularized through manga
manga as one aspect of Japanese popular culture. This genre focuses on romance
between men. This genre is popularized using virtual forum, which is a cyber
mass communication media in cyberspace. This research uses mass
communication theory and concepts that occurs in it which is probity on
cyberspace and attitude alteration such as cognitive, affective, and behavioral
changes. Through the comments sent by the forum users, it is expected that the
probity and attitude alteration can be seen and researched thoroughly."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42171
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Frieda Rizqi Agustin
"Karaoke merupakan sebuah kegiatan yang diikuti oleh hampir seluruh masyarakat Jepang, bahkan kegiatan karaoke telah dikenal hampir di seluruh dunia. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membuktikan bahwa karaoke merupakan salah satu kebudayaan populer Jepang. Dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan studi kepustakaan. Teori yang digunakan adalah kriteria tentang kebudayaan popular yang dikemukakan oleh Yoshio Sugimoto dalam bukunya An Introduction to Japanese Society.
Dari penulisan skripsi ini dapat disimpulkan bahwa karaoke merupakan kebudayaan yang muncul pada era Jepang kontemporer dan sejak itu terus berkembang dan semakin diminati oleh berbagai lapisan masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan karaoke memenuhi kriteria mengenai kebudayaan populer yang dikemukakan oleh Yoshio Sugimoto, sehingga karaoke dapat dikategorikan sebagai kebudayaan populer.

Karaoke is an activity done by almost all members of Japanese Sociey, moreover today karaoke is known worldwide. The purpose of this study is to prove that karaoke is one of Japanese popular culture. This study used analytical descriptive and literature methods. The theory that is used in this study is the popular culture's criteria started by Yoshio Sugimoto in his book An Introduction to Japanese Society.
It can be concluded from the analysis that karaoke is a culture which born in the Japanese contemporer era and since then had grwn and well-liked by all. Therefore, karaoke passed all criteria about popular culture started by Yoshio Sugimoto and could be categorized as popular culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13644
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ulla Nuchrawaty
"Kesetaraan gender masih menjadi tantangan bagi bangsa kita. Hal itu dikarenakan masih banyak terjadi praktek ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender di berbagai sektor, baik di sektor ekonomi, politik, sosial maupun budaya. Kaum perempuan menjadi korban ketidakadilan tersebut. Kenyataan itu melahirkan kebudayaan dan peradaban yang negatif bagi bangsa. Diperlukan sarana yang efektif guna mewujudkan kesetaraan gender untuk membangun peradaban bangsa yang unggul. Yakni, melalui partai politik. Melalui langkah langkah transformatif berbasis gender yang dilakukan oleh partai politik, diharapkan akan mampu menyiapkan peradaban bangsa yang lebih baik di masa yang akan datang."
Jakarta: Lembaga Pangkajian MPR RI, 2018
342 JKTN 008 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
V. Irmayanti M. Budianto
"Penelitian ini merupakan kajian lintas ilmu, studi kebudayaan populer dan ilmu filsafet. Setiap kebudayaan memiliki berbagai elemen budaya yang menunjang munculnya kebudayaan populer. Perspektif fenomenologi melihat bahwa secara intensionalitas kebudayaan populer memiliki keterhubungan dengan kesadaran manusia. Melalui kesadaran manusia, dapat ditemukan munculnya tanda yang bersifet ontologis, tanda imajinatif, dan tanda melalui bahasa. Bagi kebudayaan populer, fenomena budaya tensi oleh tanda-tanda yang mengaktualisasikan dengan berbagi bentuk, wama, gaya hidup dan sebagainya. Melalui kesadaran manusianya pelaku budaya memiliki kebebasan, kreativitas dan ideologi dalam proses penciptaan. Ideologi dalam kebudayaan populer muncul dalam "bentuk-bentuk ideologi" yang muncul dalam kata-kata atau teks. Para pembaca teks menjadi terpengaruh oleh gencarnya bentuk-bentuk ideologis (misal slogan, semboyan dalam iklan dan sebagainya) untuk "menuruti" keinginan atau pesan yang disampaikan melalui budaya pop. Sifat budaya populer cenderung untuk menyenangkan orang, hedonistis, banyak disukai orang meskipun tidak tertutup masuknya kelompok katalis dan bentuk-bentuk ideologis kedalamnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fatya Permata Anbiya
"Penelitian pustaka mengenai unsur-unsur kebudayaan Bali dan ciri-ciri sastra populer dalam Lejak telah dilakukan di Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Unit Perpustakaan Terpadu Universitas Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, serta Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lejak mengandung tujuh unsur kebudayaan Bali, yaitu bahasa, organisasi sosial, sistem pengetahuan dan ilmu gaib, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, serta kesenian. Di samping itu, Lejak juga mengandung tujuh ciri kepopuleran, yaitu tokoh stereotip, sistem headline, pengharaman ambiguitas, fungsinya sebagai penghibur, sentimentalitas, serta bentuknya sebagai seni pelarian"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S10861
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Annisa Maulidya
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas dinamika eisa sebagai bon odori khas Okinawa yang belakangan ini menjadi suatu fenomena di Jepang bahkan di luar Jepang. Eisa awalnya hanya merupakan suatu ornamen dalam pelaksanaan obon, namun seiring dengan perkembangannya, eisa kemudian dijadikan suatu kebudayaan khas Okinawa yang populer di Jepang dan dijadikan matsuri tersendiri yaitu eisa matsuri. Penulisan ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif. Dari analisis skripsi ini, terlihat kedinamisan suatu budaya yaitu eisa, terutama dalam eisa matsuri, sebagai ritual keagamaan sekaligus sebagai budaya populer yang tentu saja, layaknya suatu fenomena, mendatangkan prokontra dari masyarakat di seluruh Jepang.

Abstract
The focus of this study is about eisa as an Okinawan bon odori that recently, became a phenomenon in Japan and even outside Japan. In early time, eisa is just one of the ornament that people do in obon, however as its vast and wide development occur, eisa later known as one of Okinawan folk culture that go through with popularity in Japan, and eisa was changed the form itself becoming its own matsuri, called eisa matsuri. This study applies descriptive-analytical method. From the analysis, we can find out the dynamics of a culture, that presented by eisa, especially on eisa matsuri, as a religious rite in one side and as a popular culture in other side which of course, as a newborn phenomenon, this term was emerged many pro-contra responses from the people all over Japan."
2010
S13524
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Yuliza
"Perempuan penggemar fans kisah percintaan antar lelaki tersebut di sebut fujoshi Fujoshi sendiri adalah sebutan istilah yang diambil dari bahasa Jepang sedangkan boy s love adalah sebutan untuk genre penerbitan media fiksi yang berfokus pada hubungan antar pria yang bersifat homoerotis maupun homoromantis Di Jepang ada beberapa istilah atau genre yang berkaitan dengan boy s love dalam komik manga Istilah istilah tersebut adalah june shota con shounen ai yaoi dan lain lain Dalam skripsi saya ini saya berfokus pada genre yaoi yaitu kisah percintaan antar lelaki yang berisikan materi hubungan seksual yang lebih banyak dan lebih jelas Penelitian yang digunakan adalah penelitian etnografi dengan mengunakan metode wawancara mendalam in depth interviews dan pengamatan berperanserta participant observation dengan para informan di dunia maya atau biasa dikenal dengan metode cyberetnography dimana subyek fujoshi yang di ambil tidak terbatas Melalui wawancara mendalam dan pengamatan berperanserta diharapkan bisa mengetahui apa saja fantasi dan representasi fujoshi terhadap gay terutama dalam genre yaoi.

Females who is into and is a fan of love story between men is called fujoshi. Fujoshi itself is a reference term taken from the Japanese language, while "boy's love" is the term used as the genre of a fiction story focusing on the relationships between men in a homoromantic and homoerotic nature. In Japan there are several terms or genre of comic books (manga) that are associated with "boy's love", these terms are june, shota-con, shounen-ai, yaoi and others. My thesis will be focusing on the genre, yaoi, which is a love story between men with a more obvious depiction of sexual relationship. This thesis is an ethnographic research using in-depth interviews and participative observation as the data collecting methods. These methods are used as I interact with the informants in cyberspace, commonly known by the method of 'cyberethnography', where fujoshi subjects are unlimited. Through in-depth interviews and observations this thesis is expected to be able to inform the fantasies and representation of fujoshi towards gays, especially in the genre, yaoi.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S60957
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Aulia
"Media yang memiliki narasi percintaan sesama laki-laki boy rsquo;s love digemari khalayak luas tak terkecuali di Indonesia. Hal ini terbukti dari jumlah konsumsi yang tinggi terhadap media tersebut, terutama kaum perempuan. Pada awalnya konsumsi terhadap boy rsquo;s love ini dilakukan secara pasif oleh para perempuan Indonesia. Seiring perkembangan teknologi, para konsumen perempuan tersebut mempunyai fasilitas untuk lebih aktif dalam memproduksi media-media yang memiliki narasi boy rsquo;s love. Selain itu, di Indonesia belakangan ini semakin marak acara comic market dan content creator yang mewadahi perempuan untuk mereproduksi media yang memiliki narasi boys rsquo; love. Seperti diungkapkan Jenkins 1992 , para konsumen perempuan, yang disebut juga dengan fan, telah lebih dari dua dekade memproduksi kembali narasi boy rsquo;s love menjadi fan merchandise, fan art, fan fiction, dan lain-lain. Namun, reproduksi narasi yang dilakukan konsumen perempuan tersebut masih membawa nilai-nilai maskulin dan feminin, atau nilai-nilai heteronormatif. Berangkat dari hal tersebut, penulis akan mengkaji salah satu karya fan fiction, yang berjudul ldquo;Card Vanguard rdquo; dengan pengarang Hisuri Rii. Menggunakan pisau analisis semiotika Roland Barthes 1972 dengan konsep denotasi dan konotasi sebagai kunci analisis semiotika, penelitian ini akan mengkaji nilai-nilai patriarki dan heteronormatif yang dibawa oleh sang pengarang dalam pembuatan media berkonten boys rsquo; love.
Media that has a narrative of love of fellow men boy 39 s love popular a wide audience is no exception in Indonesia. This is evident from the amount of high consumption of these media, especially women. At first the consumption of boy 39 s love was done passively by the women of Indonesia. Along with technological developments, these female consumers have the facility to be more active in producing media that has a narrative boy 39 s love. In addition, in Indonesia lately increasingly rampant comic market event and content creator that accommodate women to reproduce the media that has a narrative boys 39 love. As Jenkins 1992 points out, female consumers, also called fans, have more than two decades of re producing boy 39 s love narratives into fan merchandise, fan art, fan fiction, and so on. However, the production of narratives by women consumers still carries both masculine and feminine values or heteronormative values. Departing from that, the author will review one of the fan fiction works, entitled Card Vanguard with the author of Hisuri Rii. Using Roland Barthes 39 s 1972 semiotical analysis knife with the concept of denotation and connotation as the key to semiotic analysis, this study will examine the patriarchal and heteronormative values brought by the author in the manufacture of boys 39 love media"
2017
T48563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Fakultas Sastra UI, 1978
306.052 UNI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>