Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7654 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki sebagai sarjana perikanan IPB, Widan Mathlubi berhasil menyulap limbah kulit ikan menjadi makanan ringan yang dikemas dalam bentuk kerupuk ikan yang kaya akan protein...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zunuraen
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja perokson dalam menyisihkan COD dan TSS dari limbah cair industri tahu. Variasi yang digunakan pada penelitian ini adalah variasi metode (perokson, ozonasi, dan H2O2 saja), rasio H2O2/O3 (1; 0,8; 0,6; 0,4), dosis ozon (124 mg/jam dan 266 mg/jam), dan pengadukan. Sampel diuji selama 120 menit dengan rentang pengambilan sampel pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120. Dari penelitian ini didapatkan penyisihan COD paling optimum dengan menggunakan dosis ozon 266 mg/jam sebesar 1177,28 mg/L. Rasio H2O2/O3 yang paling optimum yaitu 0,4 sebesar 1034,28 mg/L dibandingkan dengan ozonasi sebesar 492,8 mg/L dan H2O2 saja sebesar 169,6 mg/L. Penyisihan TSS yang paling optimum didapatkan pada rasio 0,4 dengan dosis ozon 126 mg/L sebesar 433 mg/L dibandingkan dengan ozonasi sebesar 182 mg/L, H2O2 sebesar 104 mg/L dan tanpa pengaduk sebesar 192 mg/L. Dari penelitian ini didapatkan bahwa proses perokson yang paling optimum untuk penyisihan TSS dan COD dengan rasio 0,4.

ABSTRACT
This research aimed to evaluate the performance perokson remove COD and TSS in wastewater from tofu industry. Variations were used in this study is a variation of methods (peroxone, ozonation and H2O2 alone), the ratio of H2O2/O3 (1; 0.8; 0.6; 0.4), dosage ozone (124 mg/hour and 266 mg/h), and stirring. Samples were tested for 120 minutes with a sampling rate at minute 0, 15, 30, 45, 60, 90, and 120. From this research, the most optimum COD removal using ozone dose of 266 mg/hour of 1177.28 mg/L. The ratio of H2O2/O3 most optimum of 0.4 at 1034.28 mg/L compared with ozonation of 492.8 mg/L and H2O2 alone amounted to 169.6 mg/L. TSS removal most optimum is obtained at a ratio of 0.4 with ozone dose of 126 mg/L at 433 mg/L compared with ozonation of 182 mg/L, H2O2 at 104 mg/L and without stirrer at 192 mg/L. From this research, it was found that the most optimum perokson for TSS and COD removal in the ratio of 0.4.
"
2016
S65012
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indang Dewata
"Sumber daya alam terbagi atas tidak terbarukan (non renewable) dan terbarukan (renewable). Salah satu sunnber daya alam terbarukan adalah kelapa sawit yang digunakan untuk bahan baku proses produksi minyak kelapa sawit berupa Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO).
Proses produksi minyak kelapa sawit menghasilkan volume dan konsentrasi limbah cair yang tinggi dan dapat merusak lingkungan perairan, hal ini disebabkan oleh rata-rata kebutuhan air untuk proses pengolahan minyak kelapa sawit yang kurang efisien. Selain itu pengendalian limbah cair kelapa sawit, belum mengintegrasikan 3 butir ciri pembangunan berwawasan lingkungan yaitu layak ekonomi, sosial dan lingkungan.
Penelitian ini dilaksanakan di propinsi Sumatera Barat, populasi penelitian adalah 13 pabrik minyak kelapa sawit dan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi pabrik. Tahapan penelitian dimulai dengan identifikasi proses produksi pabrik minyak kelapa sawit, karakteristik limbah cair yang dihasilkan, beban pencemaran limbah cair, dan metode penanganannya. Tahap selanjutnya adalah mencari peluang penerapan minimisasi, pemanfaatan limbah cair, dan valuasi atas upaya pengendalian pencemaran melalui penerapan kaidahkaidah minimisasi limbah dan pemanfaatanya.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, pengendalian pencemaran limbah cair kelapa sawit berdasarkan analisis biaya dan manfaat yang layak secara ekonomi, sosial, dan lingkungan adalah minimisasi limbah cair dengan metoda reduce, reuse, recycle serta memisahkannya berdasarkan limbah cair konsentrasi tinggi atau High Polluted Effluent (HPE) dan limbah cair konsentrasi rendah atau Low Polluted Effluent (LPE) kemudian dimanfaatkan untuk aplikasi lahan."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
D1545
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dasrul
"Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dengan sistem landfill di Indonesia dimulai sejak tahun 1994. Dasar dari pengelolaan dengan sistem landfill tersebut adalah Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 Tentang Pengelolaan Limbah Saban Berbahaya dan Beracun. Sebelum adanya PP Nomor 19/1994 tersebut tidak ada Iimbah B3 yang dikelola sesuai dengan standar lingkungan termasuk belum ada landfill limbah B3 di Indonesia. Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan industri maka pertumbuhan Iimbah B3 semakin banyak oleh karena itu pemerintah merasa perlu membangun pusat pengelolaan Iimbah B3 termasuk landfill.
Terdapat dua alasan mengapa dibangun Pusat Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun. Pertama, sebagian besar industri di Indonesia merupakan industri skala menengah dan skala kecil. Kedua, jika setiap industri diharuskan untuk mengelola dan menimbun limbahnya sendiri, maka biaya yang dikeluarkan akan jauh lebih besar terutama bagi pengahasil skala kecil. Sebagai perbadingan adalah untuk memproses 4000 ton limbah berbahaya biayanya mencapai US$ 539 per ton, sedangkan biaya untuk mengolah 52.000 ton Ilimbah hanya membutuhkan US$ 63 per ton dengan menggunakan "fuel blending process" (Kupchenko, 1993).
Namun demikian sudah hampir 12 tahun sejak landfill pertama dibangun di Cileungsi, Bogor, belum ada lagi fasilitas serupa dibangun di tempat lain di Indonesia, padahal ada beberapa investor yang tertarik untuk masuk kedalam bisnis ini. Dilihat dari potensi pasar, maka PT. PPLI yang mengoperasikan landfill limbah B3 di Cileungsi Bogor tersebut baru dapat menyerap sekitar 10% dari potensi pasar limbah B3. Dengan demikian ada sekitar 90% lagi limbah B3 yang dikelola atau dibuang secara illegal. Dari survey yang dilakukan terhadap responden/calon investor diketahui bahwa ada paling tidak empat faktor yang menjadi kendala bagi investor untuk masuk kedalam bisnis landfill yaitu, sulitnya mencari lokasi yang sesuai dengan persyaratan teknis, sulitnya prosedur perizinan, resiko yang relatif besar dan adanya masalah sosial masyarakat. Responden mengharapkan jika keempat kendala tersebut bisa teratasi oleh pemerintah maka akan menarik bagi mereka untuk masuk kedalam bisnis landfill."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T18722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Retno Wulandari
"ABSTRAK
Tidak semua material, pada setiap proyek konstruksi, digunakan dalam proses pembangunan proyek tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya kerusakan dan kehilangan material selama proses konstruksi berlangsung. Kedua hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan program pencegahan pencemaran sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan penghematan biaya.
Pengamatan dilakukan pada proyek rumah tinggal, khususnya pada tahap pembuatan dinding di lantai satu, yag difokuskan pada pemakaian batu bata, semen, pasir dan cat serta kondisi lingkungan kerja yang ada di lokasi penelitian.
Persentase limbah yang terjadi selama proses pengerjaan dinding diperoleh dengan membandingkan antara nilai pekerjaan secara teoritis dan pada pelaksanaan. Persentase pemakaian lebih besar jika dibandingkan dengan teoritis (bata = 6-27%, semen = 7-99% dan pasir = 21-271%). Selain itu, dibandingkan juga nilai yang tercantum pada dokumen penawaran (RAB) dengan nilai pada pelaksanaan dengan hasil persentase pemakaian lebih kecil jika dibandingkan dengan TAB (bata = 5-12%, semen = 0-115%, pasir = 4-179%), sedangkan untuk pemakaian cat didapat hasil yang lebih besar dari RAB (31-40%). Dari hasil-hasil tersebut, diusulkan beberapa solusi untuk mengurangi maupun untuk menghilangkan masalah yang ada. Sedangkan untuk kondisi lingkungan kerja yang diamati, diusulkan untuk memperbaiki kondisi yang masih kurang baik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan program pencegahan pencemaran dapat meminimisasi pemakaian material bangunan, menghemat pengeluaran dan biaya operasional serta memperbaiki kondisi lingkungan kerja proyek.

"
2001
S34799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian digestasi anaerobik telah dilakukan selama 3 tahun dalam 3 sistem percobaan yaitu digestasi
anaerobik satu tahap sistem batch; digestasi anaerobik dua tahap sistem batch dan sistem kontinyu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa teknologi digestasi anaerobik dua tahap lebih efektif untuk mengolah lumpur biologi IPAL industri kertas. Hasil yang diperoleh dari proses digestasi lumpur biologi adalah dapat mereduksi jumlah lumpur sampai 88% dengan kadar padatan meningkat dari 2% ke 6% serta sisa efluen yang lebih mudah diolah. Berdasarkan kajian teknoekonomi pengolahan lumpur dengan digestasi anaerobik dua tahap, dapat
menghemat biaya operasional sebesar 18% dan diperoleh keuntungan lain dari produk samping biogas
sebanyak 1,75 L/g VS.hari dan pupuk organik sebanyak 25 kg/g VS.hari."
620 JSI 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Bioremediasi tanah yang terkontaminasi timbal (Pb) menggunakan konsorsium mikroba telah
dilakukan pada skala laboratorium. Empat jenis bakteri pengakumulasi Pb, PG 65-06 (A): PG 97-02
(B): MR 1.12-05 (C) dan A1 (D) dengan perbandingan 1:1:1:1 digunakan sebagai konsorsium mikroba.
Penelitian dilakukan selama 60 hari dengan variasi penambahan inokulum mikroba 5%, 10%, 15% (v/w)
dan penambahan inokulum 5%+ jerami padi sebagai bulking agents. Pengamatan dilakukan setiap 10 hari
sekali dengan parameter konsentrasi logam Pb, aktivitas mikroba tanah, serta analisis sifat fisika-kimia
tanah pada awal dan akhir proses bioremediasi. Penambahan konsorsium mikroba dapat mempercepat
proses remediasi logam Pb pada tanah terkontaminasi dibandingkan dengan konsorsium mikroba
5%+jerami, yang ditandai dengan menurunnya konsentrasi logam Pb dari fase tertukarkan menjadi fase
residual. Perubahan fase tersebut optimal pada waktu inkubasi 40 hari pada penambahan inokulum
10% (v/w) dan pada waktu inkubasi 50 hari pada penambahan mikroba 5%+jerami. Penambahan jerami
meningkatkan aktivitas mikroba indigenous yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah mikroba
tanah dan produksi CO2 yang dihasilkan dibandingkan penambahan inokulum mikroba. Karakteristik
tanah terkontaminasi yang telah diremediasi oleh konsorsium mikroba menjadi lebih baik karena
kandungan unsur hara tanah baik makro maupun mikro meningkat dibandingkan sebelum diremediasi."
630 JS 1:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cholisa Amalia Putri Rinjani
"Adanya peningkatan jumlah kendaraan bermotor akan mengakibatkan timbulan limbah B3 dari bengkel juga akan meningkat. Hal ini membahayakan apabila pihak pengelola bengkel tidak melakukan pengelolaan dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komposisi dan jumlah, mengobservasi pengelolaan, serta memberikan rekomendasi pengelolaan limbah B3 untuk bengkel diler mobil yang berada di Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel, observasi, dan wawancara di tiga bengkel diler mobil yang ada di Jakarta Selatan. Hasil yang ditemukan adalah jenis dan komposisi limbah B3 yang ditimbulkan PT. X adalah 53,64% oli bekas, 29,37% onderdil bekas, 13,79% botol oli bekas, 2,84% kain majun bekas, dan 0,37% serbuk gergaji; Bengkel PT. Y adalah 71,22% oli bekas, 20,94% kain majun bekas, dan 7,84% botol oli bekas; Bengkel PT. Z adalah 90,67% oli bekas, 4,55% botol oli bekas, 3,17% kain majun bekas, 1,14% onderdil bekas, 0,25% serbuk gergaji, dan 0,22% botol pelarut bekas. Pengelolaan yang dilakukan oleh ketiga bengkel belum sepenuhnya memenuhi syarat dari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 6 Tahun 2021. Beberapa rekomendasi pengelolaan yang diberikan adalah penggantian wadah, penambahan simbol dan label B3, memperbaiki tempat penyimpanan, dan membuat laporan pengelolaan limbah B3.

The increase of car units is directly proportional to the hazardous and toxic wastes generated from car repair shops. This will endanger the environment and health if the wastes are not effectively managed. This research aims to identify the types and compositions, observe existing management, and recommend the proper management of hazardous wastes generated from the repair shops. The methods used are sampling, observing, and interviewing three car dealership repair shops located in Jakarta Selatan. The result shows that in Bengkel PT. X, the composition consists of 53,64%  used oil, 29,37% used spare parts, 13,79% used oil bottles, 2,84% used rags, and 0,37% sawdust; PT. Y consists of 71,22% used oil, 20,94% used rags, and 7,84% used oil bottles; PT. Z consists of 90,67% used oil, 4,55% used oil bottles, 3,17% used rags, 1,14% used spare parts, 0,25% sawdust, and 0,22% used solvent bottles. The hazardous waste management done by each repair shop is still not fully in accordance with Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 6 Tahun 2021. Some recommendations for these repair shops are to change the waste containers, add hazardous waste symbol and label, fix the storage room according to existing regulation, and write biannual waste management report."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Nuriswarawati
"PT Kawasan industri Jababeka merupakan suatu perusahaan swasta yang bergerak di bidang pengembangan kawasan industri di daerah Cikarang, kabupaten daerah tingkat II Jawa Barat. Pada kawasan ini terdapat 1008 buah industri yang bergerak di berbagai bidang. Limbah cair yang dihasilkan bermacam-macam. Pengolahan Limbah cair ini dilakukan secara terpadu dengan menggunakan proses Lumpur aktif dengan menggunakan oxidation ditch.
Efluen Iimbah cair ini harus memenuhi syarat baku mutu yang ditetapkan dengan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999. Efluen ini dibuang ke saluran Cikarang Bekasi Laut. Menurut data analisis Laboratorium Jababeka, nilai COD masih di atas baku mutu sehingga perlu penanganan lebih lanjut. Selain itu limbah Lumpur aktif (waste activated sludge) yang dihasilkan cukup banyak sehingga menjadi beban ekonomi bagi pengelola karena biaya pembuangannya cukup mahal.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh Jababeka dalam hal limbah cair industri di Jababeka.
2. Untuk mengetahui proses pengolahan limbah cair industri di VVWTP Jababeka.
3. Untuk mengetahui kemampuan aktivator biologis untuk mereduksi TS, TVS, TSS dan COD dalam Oxidation flitch dalam rangka upaya minimasi limbah cair industri di Jababeka.
Penelitian ini bersifat deskriptif dan eksperimental dengan membuat pilot oxidation ditch yang merupakan scale down oxidation ditch VVWTP Jababeka. Eksperimen dilakukan dengan ulangan sebanyak empat kali dalam berbagai variasi dosis (0,5 ml, 2,5 mf, 5 ml) dengan waktu detensi 24 jam. Kemudian eksperimen dilakukan dengan variasi waktu detensi (24 jam, 48 jam, 72 jam dan 96 jam) untuk dosis aktivator biologis 0,5 ml dan 5 ml. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan penurunan parameter dengan variasi dosis.
Kesimpulan dari penelitian ini:
1. Pengelolaan Iimbah cair di Kawasan Industri Jababeka sudah mengikuti arahan yang terdapat dalam Amdal Kawasan namun hasilnya tidak efektif terutama dalam hal pemantauan limbah cair industri.
2. Proses pengolahan limbah cair Kawasan industri Jababeka yang menggunakan metode lumpur aktif dengan oxidation ditch plant menghasilkan efluen yang sudah memenuhi baku mutu SK Gubernur Jawa Barat kecuali nilai COD yang masih di atas baku mutu. Selain itu, Oksigenasi oxidation ditch kurang, tidak adanya emergency plant menyebabkan rotor oxidation ditch tripped. Nilai MISS lumpur aktif pun cukup tinggi.
3. Kemampuan aktivator biologis dalam berbagai dosis untuk mereduksi TS, TVS, TSS dan COD dalam oxidation ditch dalam rangka upaya minimasi limbah cair industri menghasilkan kesimpulan bahwa dosis tidak berpengaruh pada kenaikan TVS dan penurunan TSS namun dosis berpengaruh pada kenaikan TS dan penurunan COD. Namun, perlu ada yang perlu digarisbawahi, dalam percobaan ini, masih dalam skala laboratorium sehingga untuk bisa dioperasionalkan harus di scale up dengan menggunakan pickle number.
Penelitian ini menghasilkan saran:
1. Beban pemantauan lingkungan yang selama ini ditanggung PT Kawasan Industri Jababeka hendaknya dipindahkan ke masing-masing industri dengan mengirimkan efluen limbahnya ke laboratorium yang ditunjuk dan memberikan laporan langsung kepada Jababeka
2. Perlu ada perbaikan dari sistem oxidation ditch seperti penambahan tangki ekualisasi untuk menghindari shock loading, perbaikan oksigenasi pada oxidation ditch dengan menambah jumlah rotor.
3. Dalam pengelolaan limbah dapat ditambah aktivator biologis 0,5 mill agar dapat menurunkan COD sampai dengan di bawah baku mutu lingkungan.

Jababeka Industrial Estate is private company which develops industrial area in Cikarang, Bekasi, West Java. There are 1008 industries operate in Jababeka that produce wastewater everyday. The wastewater treatment of these industries is integrated in one plant using activated sludge process.
According to the laboratory annual report, COD of supernatant is over the standard of Governor Decree of West Java No. 6 Year 1999. The
activated sludge process also produces wasted sludge that cost a lot of money because the disposal is expensive.
The aims of this research are:
1. To know environmental management in wastewater industry that implemented in Jababeka.
2. To know wastewater treatment process in Jababeka.
3. To know the removal of TS, TVS, TSS and COD by addition of Bio-Activator.
This research used descriptive and experiment method by using two oxidation ditch pilot which a scale down of Jababeka oxidation ditch. This experiment is repeated four times with various dosage of Bio-Activator (0,5 m11L, 2,5 mi1L and 5 ml1L).
The results are:
1. Jababeka has implemented environmental management in wastewater industry that stipulated in the environmental impact assessment of Jababeka but environmental control isn't goad enough,
2. Lack of oxygenation in oxidation ditch, sometimes oxidation ditch is tripped because there is no equalization tank, MLSS of sludge is very thick, because the activated sludge process is not in optimum condition.
3. There is no significant removal differences in various dosage except COD but can be used to reduce COD.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>