Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43634 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pruatjan (Pimpinella pruatjan Molk) is an Indonesian endangered medicinal plant that included in Appendix I based on CITES. Therefore it is a highly protected species...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Regenerasi Tanaman Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk): Proliferasi dan Enkapsulasi Tunas Aksilar. Ika Roostika, Ireng Darwati, dan Ika Mariska. Purwoceng (Pimpinella alpina KDS atau Pimpinella pruatjan Molk.) me- rupakan tanaman obat asli Indonesia yang terancam punah. Akarnya dapat dimanfaatkan sebagai obat afrodisiak, diure- tik, dan tonik. Teknik kultur in vitro merupakan teknologi alternatif yang dapat diterapkan untuk konservasi dan perba- nyakan tanaman tersebut. Mikropropagasi telah dilakukan melalui jalur organogenesis dengan proliferasi tunas aksilar dan enkapsulasi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kul- tur Jaringan BB-Biogen, Bogor mulai tahun 2004 hingga 2005. Penelitian ini terbagi atas empat percobaan, yaitu (1) opti- masi lingkungan tumbuh kultur, (2) optimasi formulasi me- dia untuk proliferasi tunas aksilar dan enkapsulasi tunas aksilar, (3) induksi perakaran, dan (4) aklimatisasi. Kondisi lingkungan kultur yang optimum adalah di growth chamber dengan suhu 9oC dan intensitas cahaya 1000 lux. Formulasi media terbaik untuk proliferasi tunas aksilar adalah media DKW dengan penambahan BA 4 ppm dengan eksplan be- rupa tunas tanpa daun. Penggunaan arginin 100 ppm lebih baik daripada glutamin 100 ppm dan modifikasi vitamin (mioinositol 100 ppm dan thiamine-HCl 1 ppm). Pada media yang sama, pertumbuhan tunas aksilar terenkapsulasi juga paling baik dan tunas tersebut dapat menembus kapsul algi- nat setelah 4 minggu dalam periode in vitro (85%). Penggu- naan NAA 1,0 ppm menginduksi perakaran paling cepat (40 hari) dengan persentase perakaran paling tinggi (100%). Ver- mikulit bertekstur kasar paling baik untuk aklimatisasi tunas aksilar terenkapsulasi sedangkan arang sekam paling baik untuk aklimatisasi planlet."
Lengkap +
JURAGBIO 2 (2) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Wiweko
"Latar belakang: Vitrifikasi folikel pre-antral menjadi pilihan dalam upaya preservasi fungsi reproduksi karena dapat menurunkan risiko mikrometastasis sel kanker akibat transplantasi korteks ovarium serta tidak dipengaruhi oleh perfusi jaringan.
Tujuan: Memperoleh upaya preservasi fungsi ovarium yang efektif dengan penilaian apoptosis folikel pre-antral.
Tempat: Departemen Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan RS Fatmawati Jakarta.
Metode: Studi ini merupakan penelitian eksperimental untuk menilai apoptosis folikel pre-antral pasca vitrifikasi. Folikel pre-antral segar merupakan kelompok kontrol.
Hasil: Korteks ovarium didapatkan dari 6 enam pasien kanker serviks dan kanker payudara berumur 30-37 tahun yang menjalani operasi ooforektomi. Tidak terdapat perbedaan morfologi folikel primordial, folikel primer dan folikel sekunder dari korteks ovarium segar dan korteks ovarium pasca vitrifikasi. Dari 6 sampel korteks ovariumSeratus enam puluh satu berhasil di-isolasi 161 folikel pre-antral berhasil di-isolasi dengan 70 % di antaranya merupakan folikel sekunder. Tidak tampak perbedaan morfologi folikel pre-antral berdasarkan kriteria membran basalis, sel granulosa, zona pelusida dan oosit. Rerata ekspresi mRNAgen FasL folikel pre-antral segar adalah 0,43 ± 0,20 dibandingkan 0,51 ± 0,20 pada folikel pre-antral pasca vitrifikasi (nilai p = 0,22). Rerata ekspresi mRNAgen kaspase-3 folikel pre-antral segar adalah 0,56 ± 0,49 dibandingkan 0,27 ± 0,21 pada folikel pre-antral pasca vitrifikasi (nilai p = 0,233). Satu folikel sekunder dari korteks ovarium segar berhasil tumbuh menjadi folikel antral lanjut pada hari ke-6 kultur.
Simpulan: Vitrifikasi folikel pre-antral terbukti tidak menyebabkan perubahan morfologi folikel dan peningkatan ekspresi gen mRNA FasL dan kaspase-3. Untuk membuktikan pengaruh vitrifikasi terhadap kesintasan folikel pre-antral pasca dalam kultur diperlukan penelitian lanjutan.

Background: Pre-antral follicle vitrification should be considered as fertility preservation method because it lowers the risk of cancer micrometastasis of ovarian tissue transplantation and is not disturbed by ovarian tissue perfusion.
Objectives: To obtain the effective method of ovarian function preservation with pre-antral follicle apoptosis assessment.
Setting: Department of Obstetrics and Gynecology Faculty of Medicine Universitas Indonesia - Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital and Fatmawati Hospital Jakarta.
Method: This is an experimental study about apoptosis in pre-antral follicles after vitrification. Fresh pre-antral follicles served as a control group.
Results: Ovaries from six women between 30‒37 years of age who underwent oophorectomy due to cervical cancer or breast cancer were examined. There was no significant difference between primordial, primary and secondary follicles morphology from fresh and warmed-vitrified ovaries based on basal membrane, granulosa cells, zona pellucida and oocytes. From 6 six ovarian cortex, 161 pre- antral follicles were isolated and 70 % of them is secondary follicle. There was no significant difference between the morphology of isolated pre-antral follicles from fresh and warmed-vitrified ovaries. The mean FasL mRNA expression on the fresh isolated pre-antral follicles was 0.43±0.20 versus 0.51±0.20 on the warmed-vitrified group (p=0.22). The mean caspase-3 mRNA expression on the fresh isolated pre-antral follicles was 0.56±0.49 versus 0.27±0.21 on the warmed- vitrified group (=0.233). One secondary follicle grew and developed to an antral follicle within 6 days of culture.
Conclusion: It was shown that vitrification did not affect pre-antral follicles morphology and mRNA expression of FasL and caspase-3 on isolated pre-antral follicles and ovarian cortex. Further studies are required to establish whether vitrification affect in vitro culture of pre-antral follicles
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ramadhani
"Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak Pimpinella pruatjan Molkenb. (purwoceng) secara oral terhadap kualitas spermatozoa Mus musculus L. (mencit) jantan galur DDY pada bulan Juni--Juli 2006 di Laboratorium Biologi Reproduksi dan Perkembangan Departemen Biologi FMIPA UI. Mencit jantan sebanyak 24 ekor dibagi dalam 4 kelompok perlakuan dengan masing-masing terdiri dari 6 ulangan. Satu Kelompok Kontrol (KK) dicekok dengan larutan carboxy-methyl-cellulose 1%.
Tiga kelompok perlakuan lainnya (KP1,KP2, dan KP3) dicekok dengan suspensi ekstrak P. pruatjan dengan dosis berturut-turut sebesar 32,5; 65; dan 130 mg/ kg bb/ hari. Semua perlakuan diberikan selama 8 hari berturutturut. Mencit dikorbankan pada hari ke-9 dengan cara dislokasi vertebrae servikalis, kemudian bagian ujung distal kauda epididimis sampai akhir vas deferen diisolasi dan dilakukan penghitungan persentase motilitas, viabilitas, abnormalitas serta konsentrasi spermatozoa. H
asil pengamatan terhadap rerata persentase motilitas, viabilitas, abnormalitas, dan konsentrasi spermatozoa berturut-turut adalah sebagai berikut: KK (69,5 ± 9,13 % ; 70,3 ± 0,80 % ; 16,5 ± 0.84 % ; 19,76 ± 6,852 juta/ml), KP1 (76 ± 9.54 % ; 78 ± 0,50 % ; 19,16 ± 0,57 % ; 21,56 ± 9,992 juta/ml), KP2 (66,8 ± 9,17 % ; 74,5 ± 1,22 % ; 13,16 ± 0,83 % ; 22,33 ± 7,247 juta/ml), KP3 (76,6 ± 9,59 % ; 81,5 ± 0,60 % ; 16,83 ± 0,90 % ; 35,8 ± 12,129 juta/ml). Hasil uji anava 1-faktor terhadap persentase motilitas, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara ke-4 kelompok perlakuan.
Hasil uji anava 1-faktor terhadap konsentrasi menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara KP3 dengan KK, KP1, dan KP2. Dengan demikian, pencekokan ekstrak P. pruatjan selama 8 hari berturut-turut dengan dosis 130 mg/kg bb dapat meningkatkan konsentrasi spermatozoa sebesar 44,08 %, sedangkan terhadap persentase motilitas, viabilitas dan abnormalitas spermatozoa tidak berpengaruh."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang: Buceng {kombinasi pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) dan purwoceng (Pimpinella alpine Molk)}telah terbukti meningkatkan kadar testosteron (Te) dan menurunkan apoptosis. Namun belum ada bukti apakah efek tersebut dimediasi oleh penurunan ekspresi caspase3. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari apakah pemberian buceng dapat menurunkan ekspresi caspase3 sel penis dan prostat pada tikus jantan Sprague Dawley. Metode: Studi eksperimental dilakukan pada 24 tikus jantan galur Sprague Dawley, umur 90 hari dengan berat badan (BB) + 300 g, dibagi menjadi 4 kelompok secara acak masing-masing terdiri dari 6 ekor. Kelompok A, tikus dikastrasi dan diberi buceng 50 mg. Kelompok B, tikus tanpa dikastrasi, langsung dimatikan sebagai kontrol positif. Kelompok C, tikus dikastrasi dan diberi akuades 2 mL, sebagai kontrol negatif. Kelompok D, tikus dikastrasi dan diberi mesterolone 6,75 mg yang dilarutkan dalam air. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji perbedaan ekspresi caspase3 adalah uji MANOVA, dilanjutkan dengan Post Hoc.
Hasil: Analisis MANOVA pada empat kelompok menunjukkan perbedaan ekspresi caspase3 yang bermakna (p = 0,000). Analisis tes Post Hoc menunjukkan bahwa ekspresi caspase3 penis dan prostat pada kelompok A (buceng) (33,56; 35,83) lebih rendah bermakna dibanding kelompok C (kontrol negatif) (54,33;60,07) dan kelompok D (mesterolone) (51,91;56,21), p = 0,000, dan lebih tinggi dibanding kelompok B (kontrol positif atau tikus normal) (29,40; 27,72), namun secara statistik tidak bermakna ( p = 0,826).
Kesimpulan: Pemberian buceng 50 mg/hari selama 30 hari berturut-turut dapat menurunkan ekspresi caspase3 pada sel penis dan prostat.

Abstract
Background: Buceng {combination of pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) and purwoceng (Pimpinella alpine Molk)}has been proven to increase testosterone (Te) level and decrease apoptosis. Unfortunately, there is no evidence whether these effects are mediated by the declining of caspase3. Objective of this study was to evaluate whether buceng could decrease the expression of caspase3 of penis and prostate cells in Sprague Dawley male rats.
Methods: Twenty four Sprague Dawley male rats weighing 300 g (90 days old) were randomly assigned into 4 groups of 6 male rats. Group A, rats were castrated and received buceng 50 mg. Group B, rats were not castrated, sacrifices as positive control. Group C, rats were castrated and given 2 mL aquadest as negative control. Group D, rats were castrated and got of 6.75 mg mesterolone, dissolved in 2 mL water. MANOVA statistical analysis was adopted to examine the difference expression of caspase3 in all groups. The comparison of caspase3 expression between two groups exhibiting difference values were evaluated by Post Hoc test.
Results: MANOVA revealed statistically significant differences in the expression of caspase3 of penis and prostate tissues among the four groups. Post Hoct test also indicated that expression of caspase3 in group A (buceng) (33.56; 35.83) was
significantly lower compared to group C (negative control) (54.33; 60.07) and group D (mesterolone) (51.91;56.21), p = 0.000, and higher compared than group B or normal rats (29.40; 27.72), but statistically not significant (p = 0.826).
Conclusion: The treatment of 50 mg buceng/day for 30 consecutive days could decrease caspase3 expression in penis and prostate cells."
Lengkap +
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Islam Sultan Agung. Fakultas Kedokteran], 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nurin Nadzifatil Fitriyah
"ABSTRAK
Latar Belakang: Vitrifikasi merupakan suatu teknik untuk menjaga sel dari kerusakan saat proses simpan beku tanpa adanya pembentukan kristal es. Keberhasilan vitrifikasi ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya: jenis dan konsentrasi krioprotektan. Telah banyak penelitian vitrifikasi oosit dengan menggunakan berbagai macam jenis krioprotektan, namun belum diperoleh hasil yang optimal.Tujuan: untuk mengetahui efek sukrosa dan trehalosa pada medium kriopreservasi terhadap morfologi, permeabilitas membran mitokondria, dan apoptosis oosit mencit strain DDY setelah simpan bekuMetode: Mencit Mus musculus albinus betina strain DDY usia 8 minggu disuperovulasi dengan 10 IU Gonadotropin dan diinduksi dengan10 IU hCG. Lima belas jam kemudian, oosit dikoleksi, lalu divitrifikasi dengan menggunakan Equilibrium Solution ES yaitu 7,5 DMSO dan 7,5 Ethylene Glycol EG , dan Vitrification Solution VS yang terdiri dari: VS1 berupa 16,5 DMSO ditambah 16,5 EG ditambah 0,5 M sukrosa, sedangkan VS2 berupa 16,5 DMSO ditambah 16,5 EG ditambah 0,5 M trehalosa. Selanjutnya oosit diletakkan di dalam cryotop dan dimasukkan ke dalam nitrogen cair. Warming dilakukan dengan memasukkan oosit pada Warming Solution WS yakni: WS1a berupa 0,3 M sukrosa dan WS1b berupa 0,15 M sukrosa, sedangkan WS2a berupa 0,3 M trehalosa dan WS2b berupa 0,15 M trehalosa. Oosit yang telah di-warming lalu dianalisis morfologinya, permeabilitas membran mitokondria, dan apoptosisnya.Hasil: Pada kelompok medium sukrosa, didapatkan 85.7 oosit dengan morfologi normal, rasio intensitas pendaran merah per hijau 3.57, dan 84.6 oosit dengan TUNEL negatif. Di lain pihak, pada kelompok medium trehalosa, didapatkan 93.1 oosit dengan morfologi normal, rasio intensitas pendaran merah per hijau 3.79, dan 92.3 oosit yang TUNEL negatif.Kesimpulan: Trehalosa memiliki efek yang lebih baik pada oosit setelah simpan beku dibandingkan sukrosa

ABSTRACT
Background Vitrification is a cryopreservation method used in assisted reproductive technology ART . Vitrification preserves cells and prevents from cryodamage by eliminating ice crystal formation. The successful of vitrification depends on type and concentration of cryoprotectant. Although there are many researches about oocyte vitrification, there are still no appropriate kind and composition of cryoprotectant which give the optimum result.Aim This research was aimed to analyze the effect of sucrose and trehalose as cryoprotectant on morphology, mitochondrial membrane potential, and apoptotic status of mice oocyte DDY strain after cryopreservationMethod DDY female mice 8 weeks old were superovulated with 10 IU Gonadotropin Gonal F followed by 10 IU Pregnil 48 hours later. Oosit were collected 15 hrs after Pregnyl injection and cumulus cell were removed. Cumulus free oocytes were vitrified in two different Vitrification Solution VS VS1 16,5 DMSO, 16,5 EG, and 0,5 M sucrose in HM, VS2 16,5 DMSO, 16,5 EG, and 0,5 M trehalose in HM using cryotop. Two steps warming was performed with Warming Solution WS WS1a 0,3 M sucrose and WS1b 0,15 M sucrose, besides WS2a 0,3 M trehalose and WS2b 0,15 M trehalose . Then, the warmed oocytes was analyzed based on morphology, mitochondrial membrane potential and their apoptotic status.Result The sucrose group showed 85.7 oocytes with normal morphology, 3.57 fluorescence red per green intensity, and 84.6 negative TUNEL oocytes. While, trehalose group showed 93.1 oocytes with normal morphology, 3.79 fluorescence red per green intensity, and 92.3 negative TUNEL oocytes.Conclusion Trehalose has better effect for oocytes in vitrification than sucrose."
Lengkap +
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwoko Nugroho
"Penelitian tentang pengaruh ekstrak Pimpinella pruatjan Molkenb. (purwoceng) terhadap libido Mus musculus L. (mencit) jantan dilakukan di Laboratorium Biologi Perkembangan Departemen Biologi FMIPA UI. Dua puluh lima ekor mencit jantan dibagi secara acak dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol 1 (KK1) yang dicekok larutan carboxy methyl cellulose (CMC) 1%, kelompok kontrol 2 (KK2) yang dicekok suspensi asetaminophen dosis 140 mg/kg bb, serta 3 kelompok perlakuan (KP1, KP2, dan KP3) yang dicekok ekstrak P. pruatjan dengan dosis 32,5; 65; dan 130 mg/kg bb selama 3 hari yang sebelumnya dicekok asetaminophen dosis 140 mg/kg bb selama 30 hari.
Parameter libido yang diukur adalah latensi penunggangan, latensi intromisi, latensi ejakulasi, jumlah penunggangan, dan jumlah intromisi. Uji anava 1 faktor (α = 0,05) yang dilanjutkan dengan uji LSD (α = 0,05) menunjukkan bahwa pencekokan ekstrak P. pruatjan dosis 32,5 mg/kg bb (KP 1) selama 3 hari berturut-turut dapat meningkatkan libido, sementara pencekokan ekstrak P. pruatjan dosis 65 dan 130 mg/kg bb (KP 2 dan KP 3) tidak berpengaruh dalam meningkatkan libido."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>