Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163516 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lilie Suratminto
"Di ruang belakang Museum Taman Prasasti Jakarta kita jumpai sembilan buah batu nisan masa VOC (Vereenigde Oost Indische Copmpagnie) atau ?Serikat Badan Usaha Dagang Belanda di Asia? yang dilekatkan pada dinding. Dibandingkan dengan batu-batu nisan yang lain, batu nisan Gustaaff Willem Baron van Imhoff menarik untuk diteliti karena batu nisan tersebut memiliki ciri-ciri lambang heraldik yang khusus. Analisis wacana berdasarkan data verbal berupa inskripsi dan data nonverbal berupa lambang heraldik dimaksudkan untuk mengetahui apakah data tersebut menunjang informasi historis dari Baron van Imhoff yang adalah seorang Gubernur Jenderal VOC yang semasa hidupnya memainkan peranan penting.
Hasil analisis semiosis mikro dan makro pada teks batu nisan tersebut menunjukkan bahwa data verbal dan non-verbal mendukung dan melengkapi data historis Baron van Imhoff. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang warisan budaya kolonial di Indonesia.

Entering the Puppet Museum in Jakarta we come across with beautiful tombstones of the period of The Dutch ?East Indian Company or the VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). The tombstones are clinking on the left wall inside the building. Compare with the others, the tombstone of Gustaaff Willem Baron van Imhoff is very unique because it has a different style of its heraldry.
This paper revealed the historical background of Van Imhoff who had played an important role in the Indonesian's colonial history in the middle of the eighteen century. The micro and the macro analyses of the data of the tombstone show that the verbal and the non-verbal data support the historical data. The result of this analysis enriches the knowledge of the cultural heritages from the colonial period of our country."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lilie Suratminto
"Di ruang belakang Museum Taman Prasasti Jakarta kita jumpai sembilan buah batu nisan masa VOC (Vereenigde Oost Indische Copmpagnie) atau ?Serikat Badan Usaha Dagang Belanda di Asia? yang dilekatkan pada dinding. Dibandingkan dengan batu-batu nisan yang lain, batu nisan Gustaaff Willem Baron van Imhoff menarik untuk diteliti karena batu nisan tersebut memiliki ciri-ciri lambang heraldik yang khusus. Analisis wacana berdasarkan data verbal berupa inskripsi dan data nonverbal berupa lambang heraldik dimaksudkan untuk mengetahui apakah data tersebut menunjang informasi historis dari Baron van Imhoff yang adalah seorang Gubernur Jenderal VOC yang semasa hidupnya memainkan peranan penting. Hasil analisis semiosis mikro dan makro pada teks batu nisan tersebut menunjukkan bahwa data verbal dan non-verbal mendukung dan melengkapi data historis Baron van Imhoff. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang warisan budaya kolonial di Indonesia.

Entering the Puppet Museum in Jakarta we come across with beautiful tombstones of the period of The Dutch ?East Indian Company or the VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). The tombstones are clinking on the left wall inside the building. Compare with the others, the tombstone of Gustaaff Willem Baron van Imhoff is very unique because it has a different style of its heraldry. This paper revealed the historical background of Van Imhoff who had played an important role in the Indonesian?s colonial history in the middle of the eighteen century. The micro and the macro analyses of the data of the tombstone show that the verbal and the non-verbal data support the historical data. The result of this analysis enriches the knowledge of the cultural heritages from the colonial period of our country."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lilie Suratminto
"ABSTRAK
Disertasi ini meneliti batu-batu nisan masa VOC di Museum Taman Prasasti, Museum Wayang, Gereja Sion, dan Pulau Onrust. Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana memaknai pesan-pesan di batu nisan itu baik dalam bentuk ikonis maupun dalam bentuk verbal berupa teks dan bagaimana merekonstruksi temuan-temuan pada batu nisan sehingga dapat memberikan gambaran tentang struktur sosial komunitas Kristen di Batavia pada abad ke-17 dan ke-18. Hal ini mengingat bahwa VOC sebagai Serikat Badan Usaha Dagang di Asia lebih banyak berurusan dengan kepangkatan dalam komunitasnya. Pejabat-pejabat VOC pada umumnya diangkat dari para saudagar. Dari jumlah batu nisan yang ditemukan diseleksi sebanyak 50 buah batu nisan sebagai korpus data. Dari korpus data ini sebanyak 45 buah yang berdata ikonis dan verbal dan yang lima selebihnya tidak berdata ikonis. Keberadaan yang terakhir ini tidak dapat diabaikan dan menarik untuk dikaji sehingga mengundang berbagai interpreatasi karena dari representasinya ada eksepsi dibandingkan dengan kelompok pertama. Keseluruhan data dianalisis dengan menggunakan teori semiotik (untuk data ikonis) dan teori analisis teks (untuk data verbal). Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tentang tanda dan hubungan antartanda. Absennya suatu tanda juga merupakan tanda yang dapat mengundang bermacam interprestasi. Teori analisis teks yang digunakan adalah CDA (Critical Discourse Analysis) atau analisis wacana kritis.
Hasil analisis semiotik mikro dan makro pada data ikonis; analisis mikro dan makro pada data teks yang diperoleh berdasarkan metode penelitian teks analisis melalui pendekatan sosio-historis, ditemukan beberapa hal sebagai berikut: Pertama, struktur, sosio dan budaya masyarakat kompeni di Batavia sangat kompleks karena adanya percampuran budaya. Kedua, sistem pemerintahan dan institusi keagamaan kristiani yang diterapkan di Batavia persis sama seperti di Belanda. Ketiga, lambang-lambang heraldik pada batu nisan menunjukkan adanya mata rantai hubungan masyarakat kompeni dengan nenek moyang mereka di Eropa. Keempat, adanya perbedaan elemen lambang heraldik pada bangsawan Eropa dan non bangsawan di Batavia. Meskipun yang terakhir ini karena kekayaannya atau prestasinya dapat menyamai bangsa Eropa, dan dalam kesehariannya banyak mengikuti budaya Eropa tetapi ada perbedaan dalam lambang heraldik mereka karena mereka bukan dari golongan bangsawan. Kelima, pesan verbal para pejabat dalam batu nisan mereka nampak lebih singkat, jelas, dan tegas, dan mereka lebih banyak memaknai lambang. Orang kebanyakan sebaliknya tidak memakai lambang tetapi lebih banyak dengan ungkapan verbal. Keenam, batu nisan VOC di Batavia tidak dapat dianggap paganistis (kafir) karena banyak ungkapan-ungkapan religius kristiani dalam lambang-lambangnya. Komunitas kristiani di Batavia bukan pengikut ajaran Calvin murni karena pengaruh situasi dan kondisi Batavia yang multietnik dan multikultural. Semangat dari ajaran Calvin sangat nampak pada ketekunan, kerajinan, dan keuletan mereka dalam bekerja, sehingga hidup mereka sangat berkecukupan. Ini nampak pada uparan-upacara pemakaman yang megah dan batu-batu nisan mereka yang monumental dengan pahatan yang indah. Ketujuh, batu nisan komunitas Kristen tidak pernah berkembang menjadi benda yang dikultuskan. Kedelapan, berdasarkan analisis semiotik makro proksemik (proxemics) bahwa untuk pemakaman di luar gedung gereja tinggi rendahnya letak batu nisan melambangkan tinggi rendahnya status sosial orang yang dimakamkan. Besar atau kecilnya jasa mereka di dalam komunitas di gereja, nampak dari jauh atau dekatnya letak makam mereka dari gedung atau pintu masuk gereja. Pemakaman di dalam gereja hanya diperuntukkan bagi seseorang yang berkedudukan tinggi dalam masyarakt, atau orang yang besar jasanya bagi komunitas gereja. Semakin besar jasa seseorang dalam gereka letak makamnya semakin dekat dengan mimbar gereja. Kesembilan, kesederhanaan representasi makam atau absennya nama atau lambang ikon dari batu nisan tidak merendahkan status sosial seseorang dalam masyarakat, karena degan dimakankannya seseorang dalam gereja sudah menunjukkan status sosial mereka. Yang terakhir ini mungkin adalah pengikut aliran Calvinisme garis keras.

ABSTRACT
This dissertation is entitled The Christian Community in Dutch East-Indies Period Regardedjirom its Tombstones: of study of the history through the semiotics view point and textual analysis. Those examined are the East lndies Company?s tombstones in Jakarta`s Taman Prasasti Museum, the Wayang Museum, the Sion Church, and Onrust Island. The principal problem in this research is how to elucidate the meaning of the messages on those tombstones both in the form of icons as well as in verbal textual expressions, and how to reconstruct the findings on the tombstones in such a manner that a notion can be formed of the social and cultural structure, ofthe community around the East Indies Company in Batavia in the l7th and the l8th centuries. Out of the entire number of the studied tombstones a total of 50 units was selected as the data corpus. From this data corpus a number of 45 units have iconic and verbal data- The live remaining units have only verbal data. These tive units cannot be neglected and are indeed interesting enough to be examined, so that these then call for various interpretations since from their representation an exception is noticeable when compared to the first group of 45 units. The whole data was analyzed with the semiotics theory (for the iconic data) and with the text analysis (for the verbal data) namely with the Critical Discourse Analysis.
The result of the micro and macro semiotics analysis in the iconic data; The result ofthe micro and macro data text analysis; obtained based upon the text analysis method have both been analyzed through the socio-historical approach, which resulted a number ofconclusions as follows: Firstly, the social and cultural structure of the east Indies Company society in Batavia was extremely complex because of the presence of a mixing ofthe culture of the rulers who were the minority with that of the various ethnic in Asia whose numbers were large. Secondly, the govemmental and the Christian religious institutional systems which were applied in Batavia were exactly the same as it was in Holland. at that time. Thirdly The heraldic emblems on the tombstones indicate the presence of a link in the social intercourse between the society of the East India Company and their ancestors in Europe, which is apparent ttom principal elements in their heraldic symbols, namely the summit ofthe emblem, the war-helmet, the suit of armour, the shield?s contents and the mantling. Fourthbt, there is a difference in the elements of the heraldic symbols of the European nobility and that of the non-nobility in Batavia. Even though the latter mentioned could with their wealth or their achievements equal the European race, and in their everyday life followed the European culture to a great extent, there still was a difference in tl1eir heraldic emblems because they did not belong to the nobility. Fifihbr, the verbal messages on the tombstones of functionaries appear shorten, clear, and firm, and they made more use of symbols. The majority of people on the other hand did not make use of symbols but used more verbal expressions. Sixthly, the East Indies Company?s tombstones cannot be regarded as paganistic (heathen) since there are quite a number of religious Christian expressions on their emblems. The community of the East Indies Company were not followers of the pure Calvin teachings on account ofthe situation and the condition of Batavia that was multiethnic and multicultural. The spirit of Calvin?s teachings could very clearly be perceived in their perseverance, industriousness a|1d ability to endure great hardship in their work such an extent that they could an existence of ample sufiiciency. This was obvious from the pompous burial ceremonies and their monumental tombstones with magniiicent carvings. Se'venthly: lt is possible to consider the usage of heraldic symbols of the east Indies Company?s tombstones as sacred so far as it is regarded individually or in family relationship, however as not sacred in so far as the general opinion goes. Therefore the East Indies Company?s tombstones have never developed into becoming a cult form of worship.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
D603
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Cholid Sodrie
"Brunei Darussalam banyak dikenal karena kekayaannya, dan kekayaannya itu diperoleh dari basil tambang minyak, dan sedikit penduduk. Jarang sekali Brunei dikenali dari tinggalan masa lalunya, malah mungkin tidak tahu menahu tinggalan yang menjadi hiasan, dan kebanggaan, yang terpajang pada kedua sisi sepanjang alur sungai Brunei dari Bukit Berambang dan Perbukitan Subuk. Tinggalan itu menjadi saksi bisu sepanjang masa yang dilaluinya. Nama-nama kotanya, meinggalkan kaca cerminan dari budaya yang mengiringi, balk dari melayu, maupun dari Negeri-Negeri yang terkait dengan masa lalu Brunei Darussalam. Mereka dating dari Negeri leluhur Cina, Persia, Thaif Saudi Arabia, atau negeri Jiran Johor di Malaysia dan Minangkabau di Andalas Indonesia. Dengan kedua negeri V. terakhir Brunei mengambil pusaka ""Nekara"" yang dijadikan asal-usul dari Pusaka Negeri (Batu Tarsilah)
Hasil penelitian yang berjudul Batu-Batu Nisan Brunei Darussalam : Kajian bentuk dan Efigrafi ini dapat disimpulkan bahwa Brunei Darussalam banyak terkait dengan latar sejarahnya, bail: secara tekstual maupun kontekstual dari teks-teks pada bentuk batu-batu nisan, maupun inskripsi yang ditemukan tertera pada batu-batu nisannya. Hal itu terjadi dangat relevan, bila disbanding dnegan data yang terkandung pada Batu tarsilah, sebagai data awal (primer) yang ada. Kajian pada Batu-Batu Nisan di Brunei dikaji dari bentuk dan dari data efigrafi yang terukir di dalamnya. Batu-Batu Nisan di Brunei Darussalam

Brunei Darussalam is famous of its wealth especially comes from oil mining, while its population is less dense. Brunei is rarely known if its inheritance, even none knows that it becomes decoration, and proudness, along the river of Brunei River from Hill Berambang and Ilill Subuk. The inheritance has becomes silent witness along the time it passes. The city names their cultures come from Malay and other country, Persia, Thaif Saudi Arabia, or Johor Jiran state in Malaysia and Minangkabau in Andalas Indoensia. From the last two countries, Brunei took pusaka ""Nekara"" which was used as the origin of Pusaka Negeri (Batu Tarsialah)
The result of research of gravestones on Brunei Darussalam : An Analysis on The structure and Epigraphy concludes that Brunei Darussalam is much related to its, historical background, both textually or contextually from the tex on gravestones structure and inscription written on the gravestones. Compared with data in Batu Tarsilah, this is very relevant for existing primary data. Study on gravestones in Brunei Darussalam was accomplished by analyzing the structure and epigraphical data carved on them. Gravestones in Brunei Darussalam show various structures, witch can be classified into seven tipology based on four basic structures, those are square, pentagon, rectangular, and round base like bludgeon, and three of the six basic analysis of Hasan Muarif Ambary (1984), and Othman Yatim (1988) were applied
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T37331
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penulis menguraikan suatu mekanisme pola penanganan Piutang Negara (rekening yang akan diterima) dan memberikan gambaran beberapa model dari pola penanganan Piutang Negara untuk mengarahkan perhatian pembaca pada pokok permasalahan....."
JHB 17 (2002)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lilie Suratminto
"Di antara batu-batu nisan yang tersimpan di Museum Taman Prasasti ada satu nisan yang sangat berbeda dengan yang lain, baik bentuk maupun ornamennya. Batu nisan itu terletak di sudut kiri belakang museum tersebut. Bangunan batu nisan itu berbentuk kotak dilengkapi sebuah pilar yang ujungnya patah. Berdasarkan inskripsi yang tertulis pada batu nisan tersebut, yang dimakamkan di sini adalah Jan Laurens Brandes. Hampir semua orang Indonesia tahu nama Nâgarakretâgama, tapi tidak semua orang tahu siapa nama tokoh penyelamatnya. J.L.A. Brandes adalah adalah penyelamat manuskrip tersebut pada saat Istana Cakranegara dibakar pada waktu Perang Lombok pada tahun 1894. Tulisan ini membahas sejauh mana korelasi batu nisan ini dari kaca mata semiotik melalui analisis mikro dan makro model Peirce dan Danesi-Perron, dengan kisah kehidupan Brandes sebagai seorang arsiparis, linguis, sejarawan dan arkeolog yang seluruh hidupnya diabdikan pada bidang ilmu yang ditekuninya."
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2012
090 JMN 3:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Herdiana
"
ABSTRAK
Penelitian rnengenai pengaruh bentuk-bentuk nisan tipe Demak di Kompleks Makam Kaliwungu dan Tegal Arum yang telah dilakukan ini, tujuannya ialah untuk mengetahui perbedaan nilai kekuatan pengaruh bentuk nisan tipe Demak di kedua tempat tersebut Pengukuran nilai ke_kuatan pengaruh didasarkan pada penghitungan jumlah prosentase persa_maan dan perbedaan bentuk nisan melalui variabel-variabelnya.
Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian dan inventarisasi laporan-laporan penelitian. Pengolahan data di_lakukan melalui analisis bentuk untuk menghasilkan jenis-jenis atau tipe-tipe nisan pada masing-masing kompleks makam. Kemudian jenis-jenis nisan pada masing-masing kompleks makam tersebut dibandingkan dengan jenis nisan tipe Demak, sehingga menghasilkan gambaran persamaan dan perbedaannya melalui nilai jumlah prosentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk-bentuk nisan di Kaliwungu mempunyai nilai kekuatan pengaruh bentuk nisan tipe Demak sebesar 6,9 % berdasarkan frekuensi jumlah persamaan jenis bentuk nisan dan 57 % berdasarkan frekuensi jumlah persamaan variabel-variabel bentuk nisan. Sedangkan di Tegal Arum sebesar 3,1 % berdasarkan frekuensi jumlah persamaan jenis bentuk nisan dan 42,7 % berdasarkan frekuensi jumlah persamaan variabel-variabel bentuk nisan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kaliwungu yang lokasinya lebih dekat ke Demak memiliki kekuatan pengaruh bentuk nisan tipe Demak yang lebih besar dibandingkan dengan Tegal Arum yang lokasinya lebih jauh.
Hasil penelitian ini dapat memperkuat suatu teori tentang daerah kebudayaan yang menyebutkan bahwa suatu kebudayaan cenderung untuk berkembang dan menyebar yang berkaitan dengan faktor waktu, jarak.dan keadaan lingkungan. Kemudian semakin jauh jarak dan waktunya, maka akan semakin kecil hubungan persamaannya.
"
1997
S11580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Ayuni Safitri
"Jurnal ini membahas mengenai salah satu makam di Pemakaman Cina Tanah Kusir. Makam yang dibahas adalah makam Bapak Lim Lam Sun. Nisan pada makam Bapak Lim Lam Sun menggunakan karakter Han dan huruf Latin.
Pembahasan mengenai apa makna karakter Han, bagaimana cara membacanya, bagaimana cara mengartikannya akan dibahas dalam makalah ini. Melalui penelitian ini, pembaca diharapkan dapat memahami urutan cara membaca karakter Han, memahami artinya, dan memahami makna ragam hias yang tertera di batu nisan tersebut.

This thesis analyzes one of the Chinese tomb in Tanah Kusir, specifically about Lim Lam Sun tomb s inscription and ornamental design. The headstone in the tomb of Mr. Lim Lam Sun uses Han characters and Latin letters.
This paper will discuss about what the Han characters inscripted on the tomb mean, how to read them, and how to interpret them. By reading this journal article, the reader is expected to be able to understand how to read the Han characters in sequence, how to understand the meaning of the Han characters, and what the meaning of the ornamental design on the tombstone is."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lilie Suratminto
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
959.803 LIL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Tomi Saputra
"Tesis ini membahas identitas nasional yang terdapat dalam naskah teks sejarah perumusan dasar negara Pancasila tentang sistem tanda dan makna yang terdapat dalam naskah tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Dengan menggunakan analisis semiotika Peirce, dapat disimpulkan bahwa makna yang didapatkan dari perumusan naskah tersebut menunjukkan proses komunikasi menggunakan sistem tanda yang saling mendukung satu sama lain. Proses pembangkitan makna dalam persidangan yang berlangsung menghasilkan rumusan Pancasila yang disepakati sebagai dasar Indonesia Merdeka, dan menjadi simbol identitas nasional.
Penelitian ini memiliki implikasi teoritis yang membedah naskah sejarah ke dalam level teks untuk kemudian dianalisis proses semiosisnya dalam beberapa tahap dan menginterpretasikan tanda tersebut ke dalam suatu pemaknaan tanda yang saling menguatkan. Penelitian ini memberi rekomendasi bagi akademisi yang tertarik untuk mengkaji naskah teks sejarah Indonesia yang menjadi konsensus nasional dengan memperhatikan proses perumusan dan penyusunannya sehingga menjadi refleksi dalam mengatasi permasalahan bangsa.

This thesis discuss national identity contained in the manuscript of the text the history of the state basic formulation of Pancasila about system of signs and meanings that was found in the manuscript. This research is the qualitative study with the design descriptive. Using the Peirce semiotics analysis, it can be concluded that meaning obtained from the formulation of a manuscript is indicated processes of communication using system of signs of mutual support each other. The process of the generation of meaning in meetings that produce synthesis Pancasila agreed as the basis of Indonesia became independent, and become a symbol of national identity.
This research have an implication theoretical that dissected manuscript the history into the level of the text, then analyzed the process of semiosis in several stages and interpret the signs into a meanings of which corroborate. This research give recommendations for academics who are interested to study the manuscript of the text Indonesian history becomes national consensus by observing the process of formulation and its compilation becomes a reflection in solving the nation problems.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T42935
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>