Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5673 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bogor: TNGHS, 2008
R 577.34 EKO
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kehutanan , 2008
577 EKO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bogor: GHSNP Management Project, 2005
R 580 BIB
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bogor: Gunung Halimun-Salak National Park. Management Project, 2006
R 011.7 BIB
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Sugenga Harmono
"ABSTRAK
Owa Jawa (Hylobates moloch) adalah primata endemik Pulau Jawa yang saat ini semakin terancam keberadaannya. Owa Jawa tercatat dalam status sangat genting (critically endagered) IUCN dan juga masuk dalam Appendix 1 Convention on International Trade in Endagered Spesies of Wild Fauna and Flora (CITES). Kerusakan habitat, perburuan dan perdagangan illegal adalah ancaman utama kelestarian Owa Jawa. Saat ini diperkirakan Owa Jawa berjumlah sekitar 400-2000 individu yang terisolasi di beberapa kawasan konservasi. Salah satu habitat terbesar Owa Jawa berada di Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keterkaitan antara degradasi habitat dengan populasi Owa Jawa dengan menggunakan system dynamics serta menyusun strategi pengelolaan Owa Jawa di Koridor TNGHS. Manfaat penelitian antara lain adalah memberikan saran dan masukan mengenai strategi dan aksi untuk pelestarian Owa Jawa di Koridor Halimun Salak kepada Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) - Departemen Kehutanan melalui Balai Taman Nasional. Dari sisi ilmu lingkungan sumbangan yang diberikan dalam penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya upaya pelestarian satwa langka serta pencegahan kerusakan hutan di taman nasional.
Penelitian ini menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif dan metode System Dynamics. Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan yaitu: (1) desk study untuk mengkaji berbagai hasil peneltian yang telah dilakukan, (2) analisa deskriptif melalui survei lapangan, dan (3) Pembuatan model dengan metode system dynamics.
Berdasarkan hasil simulasi dengan menggunakan system dynamics diperoleh kesimpulan bahwa dengan laju deforestasi sebesar 1,5% per tahun, maka habitat Owa Jawa di koridor Halimun Saiak akan berkurang sebesar 575 ha selama kurun waktu 20 tahun (2006-2025). Hal ini akan menyebabkan penurunan populasi Owa Jawa sebanyak 30%. Namun, apabila TNGHS berhasil menekan laju deforestasi menjadi 0,5% per tahun, kerusakan hutan TNGHS hanya sebesar 10% (190 ha) dan penurunan Owa Jawa akan sekitar 15%.
Kesimpulan lain yang diperoleh adalah bahwa penyebab utama kerusakan habitat di koridor Halimun Salak adalah tingginya laju deforestasi. Oleh karena itu, strategi konservasi Owa Jawa yang harus dilakukan oleh Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah dengan mengendalikan laju deforestasi dan melakukan rehabilitasi koridor Halimun Salak.
Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut, maka beberapa saran yang disampaikan oleh peneliti adalah perlu dilakukan penggalakan Program Keluarga Berencana (KB) untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di koridor yang saat ini cukup tinggi yaitu sebesar 2,77%. Hal ini mengingat tekanan penduduk yang cukup besar terhadap taman nasional. Selain itu perlu juga dilakukan penggalakan dan peningkatan efektifitas Program Model Kampung Konservasi (MKK) yang meliputi peningkatan pengamanan kawasan, peningkatan pendapatan masyarakat dan restorasi habitat. Peningkatan pengamanan kawasan dapat dilakukan dengan penambahan jumlah tenaga jagawana atau menggalakkan Pam Swakarsa oleh masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat dapat dilakukan dengan lebih banyak melibatkan masyarakat dalam pengelolaan kawasan taman nasional, misalnya melalui program Community-Based Forest Management (CBFM). Sedangkan restorasi habitat dilakukan terutama di kawasan yang terbuka untuk meningkatkan kontinuitas tajuk yang diperlukan sebagai saluran pergerakan satwa liar, terutama untuk jenis-jenis satwa liar arboreal yang membutuhkan tajuk untuk pergerakannya, misalnya Owa Jawa.

ABSTRACT
The Javan Gibbon or Owa Jawa (Hylobates moloch) is found only on the island of Java, Indonesia and specifically only in West Java and the western parts of Central Java. The Javan gibbonis one of the rarest and most endangered of the hylobatids and now categorized on the IUCN Red List of Threatened Species as Critically Endangered and Appendix I CITES. The Javan Gibbon has lost 98% of its natural habitat due to human encroachment and only small populations of gibbons exist in isolated forest remnants. Many of the scattered populations are considered non-viable. Some studied carried out estimated that population of Javan Gibbbon is around 400-2.000 wild gibbons. One of the biggest habitat remnants for Javan Gibbon is Gunung Halimun National Park.
The objective of this research is to built a dynamic model on impact of habitat degradation to Javan Gibbon population. This model could describe holistivally interiankage between population growth, habitat degradation and Java Gibbon population. The other objective is to develop some scenario in management of Javan Gibbon population in Coridor Halimun Salak National Park.
The research using the combination of qualitative and quantitative approaches and System Dynamics method. The research is divided into 3 phases: (1) desk study to review and study the previous research (2) descriptive analyses, and (3) build a dynamics model.
Based on the simulation of the dynamics model on the impact of habitat degradation to population of Javan Gibbon, it is concluded that there is an impact to the habitat degradation to population of Javan Gibbon. It is predicted that with rate of habitat degradation around 1,5% per year, the habitat of Javan Gibbon in corridor Halimun Salak will degraded about 575 ha in the next 20 years (2006-2025). The habitat degradation is predicted will lead to decrease in Javan Gibbon population around 30% for the next 20 years. However, if National Park Management can control the rate of deforestation up to 0,5% per year, habitat degradation can be reduced to 10% (190 ha) and loss of Java Gibbon will be only 15%.
Based on the result of this research that habitat degradation caused by encroachment by local people, it is suggested that national park should empowering of local people by generating alternative income. Other activities that should be done by national park is increase forest patrol as well as habitat rehabilitation.
"
2007
T20470
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Diana Puspita
"[ABSTRAK
Paradigma sektor kehutanan masih memandang kayu sebagai hasil utama
mengakibatkan tingginya angka deforestasi di Indonesia. Padahal banyak hasil
hutan lainnya yang dapat dimanfaatkan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Salah satu manfaat hutan yang belum terestimasi nilainya yaitu jasa lingkungan
terutama wisata. Dan fungsi hutan yang mempunyai manfaat wisata salah satunya
di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Salah satu bagian dari
TNGHS yaitu Resort PTNW Gunung Salak I yang mempunyai daya tarik
tersendiri yaitu sebagai field project Suaka Elang. Pada Resort PTNW Gunung
Salak I terdapat 2 (dua) lokasi wisata yaitu bumi perkemahan Loji dan Wana
Wisata Sukamantri.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai ekonomi wisata dari lokasi
tersebut. Metode penelitian ini menggunakan metode TCM dan CVM untuk
mengetahui nilai ekonomi dari kawasan wisata. Dan nilai surplus konsumen untuk
metode TCM Resort PTNW Gunung Salak I sebesar Rp. 909.000 per
individu/tahun atau Rp. 6.635.700.000/tahun, sedangkan untuk nilai WTP kondisi
saat ini sebesar Rp. 8.500 dan untuk kondisi masa akan datang sebesar Rp. 9.700.

ABSTRACT
The paradigm of forestry sector still sees wood as the primary outcome
resulted in high rates of deforestation in Indonesia. Whereas many other forest
products that can be utilized and have high economic value. One of the benefits
from forests that have not estimated is environmental services value, especially
forest tourism. And one part of forests that have tourism benefits is Mount
Halimun Salak National Park. One part of the national park that has a special
attraction as a field project of Raptor sanctuary is PTNW Mount Salak I Resort. In
PTNW Mount Salak I Resort there are 2 (two) tourist sites, which are Bumi
Perkemahan Loji and Wana Wisata Sukamantri.
This study aimed to obtain economic value from the site. This research using
TCM and CVM method to determine the economic value from tourist area. The
value of consumer surplus for TCM method PTNW Mount Salak I Resort is Rp.
909 000 per individual/year or Rp. 6.635.700.000/year, while for WTP value for
current state of Rp. 8.500 and for the future condition of Rp. 9.700., The paradigm of forestry sector still sees wood as the primary outcome
resulted in high rates of deforestation in Indonesia. Whereas many other forest
products that can be utilized and have high economic value. One of the benefits
from forests that have not estimated is environmental services value, especially
forest tourism. And one part of forests that have tourism benefits is Mount
Halimun Salak National Park. One part of the national park that has a special
attraction as a field project of Raptor sanctuary is PTNW Mount Salak I Resort. In
PTNW Mount Salak I Resort there are 2 (two) tourist sites, which are Bumi
Perkemahan Loji and Wana Wisata Sukamantri.
This study aimed to obtain economic value from the site. This research using
TCM and CVM method to determine the economic value from tourist area. The
value of consumer surplus for TCM method PTNW Mount Salak I Resort is Rp.
909 000 per individual/year or Rp. 6.635.700.000/year, while for WTP value for
current state of Rp. 8.500 and for the future condition of Rp. 9.700.]"
2015
T43167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Rizky
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji deforestasi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
tahun 2003 dan 2009. Data deforestasi dihasilkan dari overlay antara data
perubahan tutupan vegetasi tahun 2003 dan 2009 yang dihasilkan dari analisis
tingkat kehijauan vegetasi menggunakan metode NDVI dari citra Landsat,
dengan data perubahan besaran erosi tahun 2003 dan 2009 yang dihasilkan dari
pengolahan data dengan menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss
Estimate). Deforestasi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak tahun 2003 dan
2009 adalah seluas 16.968,85 hektar. Deforestasi rendah dominasinya terdapat di
Kawasan Hutan Produksi Terbatas, didalam DAS Ci Sadane, pada kawasan
TNGH lama. Deforestasi sedang dominasinya terdapat di Kawasan Hutan Suaka
Alam dan Wisata, didalam DAS Ci Durian, pada kawasan TNGH lama.
Deforestasi tinggi dominasinya terletak di Kawasan Hutan Lindung, didalam
DAS Ci Ujung, pada wilayah tambahan TNGHS"
2011
S42423
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indriarto Panji Danan Setiawan
"ABSTRAK
Indonesia merupakan negara mega biodiversity, namun Indonesia juga dikenal memiliki tingkat penurunan kuatitas dan kuantitas hutan alami dan habitat satwa liar tertinggi. Demikian juga terjadi pada Macan Tutul Jawa (Panthera pardus) yang merupakan satwa endemik dan spesies utama di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak hingga termasuk ke dalam kategori Endangered species menurut 1UCN Red List of Threatened Animals (Hilton, 2000), dan tergolong appendix I CITES. Terdapat ancaman-ancaman TNGHS sebagai habitat dari Panthera pardus diantaranya aktivitas penduduk, yang berupa penebangan hutan (baik untuk kayu bakar, pembukaan lahan untuk pertanian, maupun untuk dijual kayunya) dan penambangan emas liar. Aktivitas-aktivitas ini menyebabkan terjadinya penyempitan dan fragmentasi di kawasan TNGHS. Atas dasar tersebut penelitian ini bertujuan untuk menyusun dan membangun model dinamika populasi Panthera pardus serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga diperoleh gambaran holistik tentang dinamika populasi Panthers pardus di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
Hasil simulasi model subsistem habitat menunjukkan kondisi habitat terus terdegradasi dengan perilaku grafik yang dihasilkan oleh hasil simulasi menunjukkan perilaku pengurangan eksponensial (exponential collapse/diminishing). Berdasarkan hasil simulasi kondisi populasi babi hutan terus menurun sehingga perilaku grafik yang dihasilkan oleh hasil simulasi menunjukkan perilaku peluruhan (decaying). Degradasi habitat berhubungan positif dengan jumlah populasi babi hutan, dimana semakin berkurangnya luas habitat berkorelasi terhadap penurunan jumlah populasi babi. Pada subsistem Panthers pardus Berdasarkan hasil simulasi penurunan luas habitat alami memberikan efek negatif terhadap jumlah populasi Panthera pardus. Grafik hasil simulasi populasi Panthera pardus menunjukkan perilaku peluruhan (decaying), dengan jumlah populasi yang terus menurun.
Faktor yang paling mempengaruhi dinamika populasi Panthera pardus adalah kondisi habitat, dimana semakin berkurangnya habitat berkorelasi terhadap penurunan populasi Panthera pardus dan hewan mangsanya. Sehingga untuk upaya pelestarian perlu dilakukan usaha-usaha: Rehabilitasi kawasan; Peningkatan pemberdayaan masyarakat; Pengembangan ekonomi masyarakat dalam kawasan melalui penciptaan lapangan kerja baik formal maupun non formal atau pembangunan industri ramah lingkungan yang mampu menyerap banyak tenaga kerja; Memasyarakatkan pengetahuan tentang peranan dan manfaat hutan serta isinya terhadap kehidupan, khususnya yang memiliki nilai ekonomi dan ekologi tinggi; Pemberlakuan regulasi yang ketat dan sanksi yang tegas untuk setiap pelanggaran."
2007
T 20488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Mirmanto
"kajian permudaan alami di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Jawa Barat telah dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap pola dan proses ekologi serta suksesi hutan. sebanyak 27 petak (10 m x 10 m ) telah di dan pada setiap petak dilakukan pengukuran terhadap anakan pohon ( diameter 2-5 cm), yang meliputi diameter setinggi 20 cm di atas tanah, tinggi dan posisi di dalam setiap petak. setiap jenis yang tercatat dibuat spesimen bukti ekologi, untuk identifikasi jenis. dalam 27 petak tercatat sebagai jenis dominan 73 jenis anak pohon , yang terdiri atas 51 marga dan 29 suku. macaranga triloba tercatat sebagai jenis dominan hanya pada 9 petak, sedangkan 4 jenis lainnya kurang dari 5 petak. ini menunjukan danya penyebarann jenis tertentu pada habitat tertentu pula, menunjukan adanya ketertarikan antara keberadaan suatu jenis dengan habitattertentu. ketinggian tempat dan penutupan kanopi diduga sangat berpengaruh terhadap terbentuknya tipe komunitas."
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, 2014
580 BKR 17:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kehutanan , 2008
333.952 2 MAN (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>