Ditemukan 87283 dokumen yang sesuai dengan query
"Government program of National Rice Food Barn in Merauke Regency should be counterbalanced by upland food crops development.The potential land for upland food crops development in Merauke is extent
."
JUPEPEP
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Malang: Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang , 1993
635 PEN
Buku Teks Universitas Indonesia Library
"This study aimed to know performance of food crops sector in North Sumatera Province....."
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Totok Sudarto
"Tujuan Penulisan ini adalah untuk mengetahui potensi daerah yang sebenarnya yakni daerah-daerah yang sesuai untuk tanaman pangan sehingga dapat diperoleh produktifitas yang maksimal. Potensi daerah dlmaksudkan sebagai sumber-sumber alami dan manusiawi balk yang sudah terwujud.maupun yang belum, yang dapat diharapkan pemanfaatannya bagi kelangsungan dan perkembangan suatu masyarakat desa. Adapun masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah: Dimana saja daerah-daerah produksi pangan. dikabupaten Tulung Agung ? Bagaimana potensi yang ada dalam rangka peningkatan produksi pangan, serta usaha-usaha apakah yang dilakukan untuk menunjang peningkatan produksi pangari tersebut ? Untuk mengetahui potensi daerah digunakan metoda korelasi peta yang diperkuat dengan skala nilai, dengan memberikai nilai - nilai tertentu pada kiasifikasi yang dibuat, berdasarkan faktor- faktor ketersediaan air, kesesuaian jenis tanah, iklim, keadaan lereng dan ketinggian daerah serta jumlah tenaga kerja dan kehidupanbergotong royong diantara petani. Kesimpulan yang didapatkan yaitu di kabupaten Tulung Agung terdapat 8 kecamatan yang merupakan daerah pangan dan 11 kecamatan belum dapat dikatakan daerah pangan. Wilayah paling benpotensi terdapat di 11 kecamatan dan wilayah berpotensi terdapat di 7 kecamatan, sedangkan wilayah kurang berpotensi) terdapat di 2 kecamatan. Adapun usaha peningkatan produksi pangan yang paling dominan adalah intensifikasi dengan peningkatan dan perluasan panca usaha tani. Diversifikasi kacang tanah kurang dominan demikian pula dengan Rehabilitasi menggunakan pupuk organik. Sedangkan Ekstensifikasi tidak dilaksanakan."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nurlaely Khasanah
"Kawasan Gunung Patuha merupakan kawasan agropolitan dengan lanskap berupa areal budi daya tanaman pangan. Untuk mengatur
kehidupan, masyarakat membudidayakan tanaman pangan di areal pertanian, perkebunan teh, dan hutan. Pengukuran aset mata pencaharian masyarakat sangat penting karena orang yang tinggal di ketinggian berbeda memiliki akses terhadap aset mata pencaharian yang berbeda. Perbedaan kepemilikan aset mata pencaharian mempengaruhi pilihan strategi mata pencaharian yang dibuat oleh masyarakat. Selain melaksanakan kegiatan budidaya tanaman pangan, strategi mata pencaharian masyarakat yang harus dilakukan adalah mendiversifikasi mata pencaharian untuk memenuhi mata pencahariannya. Aset mata pencaharian masyarakat di Kawasan Pegunungan Patuha sangat besar bervariasi, secara umum kepemilikan aset mata pencaharian masyarakat berada pada kelasnya sedang sampai tinggi. Kepemilikan aset alam merupakan basis utama masyarakat mendiversifikasi mata pencaharian untuk memaksimalkan pendapatan dan meminimalkan resiko. Semakin rendah tuntutan kepemilikan aset alam mendiversifikasi semakin tinggi. Rendahnya kepemilikan aset alam bagi petani teh dan kopi menyebabkan petani melakukan diversifikasi mata pencaharian mereka memanfaatkan aset sosialnya. Sedangkan petani padi memiliki hortikultura kekuatan aset alam di ketinggian lebih dari 1.500 mdpl tidak terdiversifikasi mata pencaharian, tetapi pada ketinggian kurang dari 1.500 mdpl diversifikasi mata pencaharian. Pasalnya, masa panen 3-6 bulan sekali
dan harga komoditas musiman.
The Patuha Mountain area is an agropolitan area with a landscape in the form of an area for cultivating food crops. To regulate life, people cultivate food crops in agricultural areas, tea plantations, and forests. The measurement of community livelihood assets is very important because people living at different heights have access to different livelihood assets. Differences in ownership of livelihood assets affect the choice of livelihood strategies made by communities. Besides carrying out food plant cultivation activities, the community livelihood strategy that must be carried out is diversifying their livelihoods to meet their livelihoods. The livelihood assets of the people in the Patuha Mountains are enormous varied, in general the ownership of community livelihood assets was in the medium to high class. Ownership of natural assets is the main basis for society to diversify their livelihoods to maximize income and minimize risks. The lower the demand for natural asset ownership, the higher the diversification. The low ownership of natural assets for tea and coffee farmers causes farmers to diversify their livelihoods by utilizing their social assets. While rice farmers have horticultural strength of natural assets at an altitude of more than 1,500 masl, there is no diversification of livelihoods, but at an altitude of less than 1,500 masl of livelihood diversification. The reason is, the harvest period is once every 3-6 months and seasonal commodity prices."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Isna Fatimah
"Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian (SDGT) merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan seluruh umat manusia sehingga pemanfaatannya menjadi kepentingan semua negara. Fakta bahwa persebaran SDGT tidak merata di seluruh dunia dan tingkat keragaman SDGT mengalami penurunan membuat negara-negara menginginkan akses ke SDGT harus dibuka untuk siapa saja. Meski demikian, negara-negara juga tidak sepakat untuk mengakui SDGT sebagai Common Heritage of Mankind. Sementara itu, karena nilainya yang sangat potensial, bioprospecting atas SDGT banyak dilakukan sehingga dorongan untuk menerapkan rezim Hak Kekayaan Intelektual atas SDGT tidak terelakkan. Sebagai upaya mengakomodir kepentingan semua negara atas SDGT, International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture mengakui bahwa negara mempunyai hak berdaulat atas SDGT yang diikuti dengan kewajiban membuka akses dan pembagian keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatannya melalui sistem multilateral.
Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan dari mulai latar belakang hingga diadopsinya prinsip hak berdaulat atas SDGT serta menganalisis penerapannya di Brazil, Amerika Serikat, Jerman, Cina dan Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah yuridis normatif dengan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa negara-negara tersebut mengakui prinsip hak berdaulat atas SDGT yang diejawantahkan dalam kegiatan eksploitasi, mekanisme akses dan pembagian keuntungan, pemenuhan hak petani dan perlindungan atas pengetahuan tradisional. Namun, penerapan hak berdaulat di tiap-tiap negara tersebut belum dapat diimplementasikan secara utuh.
Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (PGRFA) are important commodities which needed by humankind so that their utilization becomes the interest of all countries. The fact that PGRFA are not spread evenly through all countries and the decrease of their diversities caused countries asking for open access to PGRFA. However, countries refused to consider PGRFA as Common Heritage of Mankind. On the other side, since PGRFA have great potential values, bioprospecting on PGRFA becomes popular; hence the involvement of Intellectual Property Rights regime becomes inevitable. In order to accommodate interest of all countries regarding PGRFA, International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture recognizes State’s Sovereign Right over PGRFA which followed by obligation to open access and benefit sharing from its utilization under the multilateral system. The object of this research is to explain background until Sovereign Right principle over PGRFA adopted and analyze its implementation in Brazil, United States of America, Germany, China and Indonesia. The research method used in this thesis is juridical normative method with literature studies. The result shows that aforementioned countries recognize sovereign right principle over PGRFA, which manifested in exploitation activities, open access and benefit sharing, fulfillment of farmers rights and protection of traditional knowledge. Hence, they have not been implemented thoroughly."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S45938
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Lula Lasminingrat
"Indonesia merespons urgensi ancaman krisis pangan yang melanda dengan strategi pembangunan lumbung pangan nasional. Menurut laporan yang dirilis oleh FAO dan PBB, wabah pandemi Covid-19 berpotensi mengancam 50 juta orang lebih menuju kemiskinan ekstrim. Hal ini berdampak pada krisis pangan global yang mengancam negara-negara di dunia jika tidak segera mengambil langkah tepat. Krisis pangan merupakan salah satu ancaman non-tradisional karena berdampak signifikan terhadap hajat hidup banyak orang dalam suatu negara. Ancaman non- tradisional diartikan sebagai ancaman keamanan yang melanda suatu negara secara non-militer, hal itu dapat berupa isu perubahan iklim, ekonomi, keterbatasan sumber daya, wabah penyakit, atau keamanan pangan. Keamanan pangan dapat dicapai ketika akses pangan dapat dijangkau dengan mudah oleh segala elemen masyarakat dan memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kendati demikian, ketika akses pangan tidak dapat di akses masyarakat hal ini menimbulkan potensi krisis pangan. Hal ini mengingat pangan merupakan kebutuhan primer setiap individu yang harus dipenuhi setiap saat sehingga merupakan isu keamanan nasional. Melalui permasalahan tersebut, keamanan pangan nasional harus dijamin ketersediaannya oleh pemerintah. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang tinggi dan wabah pandemi, keamanan dan stabilitas pangan nasional berada diambang keterbatasan. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan pembangunan food estate sebagai strategi Indonesia dalam menghadapi ancaman krisis pangan dalam beberapa tahun mendatang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk memahami urgensi pembangunan food estate sebagai cara Indonesia dalam menghadapi ancaman krisis pangan dengan menggunakan teori ancaman, ketahanan pangan, dan food estate. Dalam hal ini, ancaman krisis pangan direspons oleh Jokowi dengan pembangunan lumbung pangan nasional di Kalimantan Tengah. Pembangunan lumbung pangan nasional dinilai dapat memenuhi cadangan pangan Indonesia dalam beberapa tahun ke depan, terutama setelah masa pandemi. Hasil penelitian dalam artikel ini menunjukkan bahwa pemerintah melihat potensi krisis pangan sebagai ancaman nasional sehingga diperlukan langkah-langkah terukur yang mampu mengatasi permasalahan tersebut serta memperhatikan adanya aspek keberlanjutan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, pembangunan food estate merupakan langkah yang tepat untuk menjawab tantangan tersebut."
Bogor: Universitas Pertahanan, 2020
355 JDSD 10:3 (2020)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Ahmad Arief Yudansha
"Permasalahan pangan yang dialami Indonesia ialah sulitnya petani pangan dalam melakukan ekspansi produksi dan mendapatkan modal kerja dari lembaga keuangan, karena komoditas pertanian dinilai sebagai komoditas yang tinggi risiko. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pinjaman modal kerja dan faktor-faktorlainnya terhadap produksi pada sub-sektor tanaman pangan. Studi penelitian menggunakan data sekunder per kuartal dari publikasi Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia untuk menganalisa pertumbuhan sub-sektor tanaman pangan pada periode tahun 2002 hingga tahun 2016. Dengan menggunakan metode regresi linear berganda (OLS), ditemukan bahwa pinjaman modal kerja, pertumbuhan sub-sektor perkebunan, tenaga kerja sector pertanian, dan inflasi memiliki pengaruh terhadap produksi sub-sektor tanaman pangan secara signifikan.
Indonesia is currently dealing with problems in food and agricultural sector, such as product expansion for farmers and capital loan from financial institutions, because agricultural sector considered as the risky commodity. The objective of this study is to exercise the influence of capital loan and other factors of food crop production sector. Data was collected from Indonesian Statistics Agency (BPS) and Indonesian Central Bank (BI) to analyze food crops production in 2002-2016 periods. Using Ordinary Least Square regression, the main result shows that capital loan, plantation production sector, agricultural sector labor, and inflation significantly affect the food crops production in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T53453
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ade Indrawan Ali Rifai
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pembangunan sektor pertanian tanaman pangan dalam meningkatkan PDB dan output, dan dalmam memperbaiki distribusi pendapatan. Analisis menggunakan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Untuk menghitung dampak tersebut penulis menggunakan pengganda SNSE, pengganda dekomposisi, Analisis Jalur Struktural, dan koefisien Gini. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sektor pertanian tanaman pangan memiliki kontribusi terhadap penciptaan nilai tambah dan peningkatan pendapatan rumah tangga paling tinggi dibandingkan dennen sektor lainnya. Kemudian, peranan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian tanaman pangan terlihat mampu meningkatkan PDB dan output bruto seria dapat memperbaiki distribusi pendapatan. Secara umum kebijakan peningkatan produksi tanaman pangan merupakan kebijakan yang mampu meningkatkan PDB dan pendapatan sektor pertanian tanaman pangan paling baik dibanding kebijakan lainnya
The objective of the research is to analyze the impact of food crops sector development toward the improvement of National GDP and Output, and the improvement of income distribution. The Analysis uses Social Accounting Matrix (SAM) model. In order to accomplish the objective of this research, four tools areused i.e.: accounting multiplier, decomposition multiplier, structural path analysis (SPA), and gini coefficient. The result shows that food crops sector has contributed toward the improvement of National GDP and Output, and the improvement of income distribution. Moreover, government expenditure in foodcrops sector is able to improve National GDP and Output, and to improve income distribution. Generally, increasing production in food crops is the most effective policy to improve National GDP and to improve output in food crops sector."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Miftah Fadhilah Auliya
"Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran penting baik di tingkat daerah maupun nasional karena sektor pertanian dapat dijadikan sebagai sektor strategis untuk perencanaan pembangunan saat ini dan masa yang akan datang. Namun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan lahan untuk pemukiman dan aktivitas kependudukan juga semakin meningkat. Hal tersebut menyebabkan terjadinya fenomena alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, sehingga sisa lahan pertanian harus dimanfaatkan semaksimal mungkin agar hasil pertanian tetap dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana luas areal pertanian basis tanaman pangan, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan perbedaan luasan dasar tanaman pangan rendah dan tinggi. Areal basis yang diteliti adalah areal pangkal tanaman pangan yang mampu mengekspor produksi ke luar batas dengan menggunakan variabel luas tanam, ketinggian, dominasi lereng, pengairan, jarak dari ibu kota kabupaten, dan kepadatan jaringan jalan. Variabel diolah dan dianalisis menggunakan analisis spasial dan statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pokok tanaman pangan mempunyai karakteristik berdasarkan variabel yang cenderung hampir sama. Setelah dilakukan uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada variabel tertentu yang mempengaruhi luas pangkal tanaman pangan. Setelah dilakukan survey di daerah basis tinggi di Kecamatan Leuwidamar dan daerah basis rendah di Kecamatan Cipanas, yang membedakan jumlah pangkalan di kedua kecamatan tersebut adalah kurangnya minat petani di Kecamatan Cipanas terhadap tanaman pangan, sehingga di Kecamatan Cipanas, hasil kebun seperti manggis, cengkeh, dan ketimun.
The agricultural sector is a sector that has an important role both at the regional and national levels because the agricultural sector can be used as a strategic sector for current and future development planning. However, along with the increase in population, the need for land for settlement and population activities is also increasing. This causes the phenomenon of the conversion of agricultural land into non-agricultural land, so that the remaining agricultural land must be used as much as possible so that agricultural products can still meet the needs of the community. This study aims to analyze how wide the area of basic food crops is, the factors that influence it, and the differences in the basic area of low and high food crops. The base area studied is the base area for food plants capable of exporting production outside the boundary by using variables of planting area, height, slope dominance, irrigation, distance from the district capital, and road network density. Variables were processed and analyzed using spatial and statistical analysis. The results showed that the staple land of food crops had characteristics based on variables that tended to be almost the same. After the statistical test was carried out, it showed that there were no certain variables that affected the base area of the food plant. After conducting a survey in the high base area in Leuwidamar District and the low base area in the Cipanas District, what distinguishes the number of bases in the two sub-districts is the lack of interest of farmers in Cipanas District towards food crops, so that in Cipanas District, garden products such as mangosteen, cloves, and cucumber."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library