Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14965 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"At normal service tenperatures,wearing course asphalt mixtures may have ductile cracking. Aggregate gradation characteristic is important to avoid the premature cracking....."
ITJOICT
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hizkia Adhikaratma
"Berdasarkan hasil uji stabilitas dan volumetrik Marshall, kualitas campuran aspal dan agregat ditentukan melalui besar Kadar Aspal Optimum (KAO). Dalam pembuatan sampel, rentang prediksi KAO ditentukan dengan menghitung berdasarkan ukuran fraksi agregat (agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi) sesuai dengan pedoman Asphalt Institute dan RSNI M-06-2004. Dewasa ini, banyak peneliti yang melakukan pengembangan campuran beton aspal modifikasi menggunakan bahan aditif dengan proses basah atau kering. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan antara model prediksi KAO Asphalt Institute yang tercantum dalam RSNI M-06-2004 dengan model hasil regresi linear penelitian ini; membuktikan pengaruh perubahan proporsi fraksi ukuran agregat terhadap perubahan nilai KAO; dan melakukan analisis terkait perubahan koefisien setiap fraksi ukuran agregat pada model prediksi KAO pada campuran aspal konvensional dan campuran aspal modifikasi. Hasil model regresi linear bahwa fraksi agregat kasar tidak mempengaruhi penentuan nilai KAO, sementara agregat halus dan bahan pengisi memiliki pengaruh. Meningkatnya proporsi agregat halus menyebabkan peningkatan nilai KAO, yang mana pada campuran aspal konvensional lebih signifikan daripada campuran aspal modifikasi. Peningkatan proporsi bahan pengisi dapat meningkatkan nilai KAO pada proses kering, sebaliknya dapat menurunkan nilai KAO pada proses basah.

Based on the stability and volumetric Marshall test results, the quality of asphalt and aggregate mixtures is determined by the Optimum Asphalt Content (OAC). In sample production, the predicted range of OAC is determined by calculating based on the aggregate fraction sizes (coarse aggregate, fine aggregate, and filler) according to the Asphalt Institute’s guidelines and RSNI M-06-2004. Nowadays, many researchers are developing modified asphalt concrete mixtures using additive materials through wet or dry processes. This study compared the Asphalt Institute's OAC prediction model, as stated in RSNI M-06-2004, with the regression model developed in this research. It aimed to demonstrate the influence of changes in aggregate size fraction proportions on the OAC value and analyze the coefficient changes for each aggregate size fraction in the OAC prediction model for both conventional and modified asphalt mixtures. The linear regression model results showed that the coarse aggregate fraction did not affect the determination of the OAC value. In contrast, the fine aggregate and filler material had an influence. Increasing the proportion of fine aggregate led to an increase in the OAC value, which was more significant in conventional asphalt mixtures than in modified asphalt mixtures. Increasing the proportion of filler material could increase the OAC value in the dry process. However, conversely, it could decrease the OAC value in the wet process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhwanul Halim
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja laboratorium campuran beraspal Asphalt Concrete Wearing Course AC-WC menggunakan bahan tambah serbuk ban bekas crumb rubber sebanyak 5, 10, dan 15. Hasil analisa Marshall menunjukkan peningkatan Kadar Aspal Optimum seiring dengan bertambahnya crumb rubber. Nilai stabilitas Marshall terbesar pada penambahan 5 crumb rubber yaitu 1287 kg. Pengujian perendaman Marshall menunjukkan bahwa Indeks Kekuatan Sisa IKS terbesar yaitu 93,91. Hasil pengujian Modulus Resilien menggunakan UMATTA menunjukkan nilai Modulus Resilien terbesar pada penambahan 5 crumb rubber yaitu 2656 MPa pada suhu 25°C, dan nilai Modulus Resiliennya mengalami penurunan sebesar 21,01 akibat perendaman.

The aim of this research is to investigate the performance of lab mix Asphalt Concrete Wearing Course AC WC using 5, 10, and 15 crumb rubber as additional material. The result of Marshall analysis showed that optimum asphalt level was increasing along with the increasing of crumb rubber. The highest Marshall stability value of 1287 kg was found on 5 additional crumb rubber. Marshall immersion value showed that the highest residual strength index was 93,91. The results of Resilient Modulus testing using UMATTA showed that the highest Resilient Modulus on 5 additional crumb rubber was 2656 MPa on 25°C temperature, and its Resilient Modulus value was decreasing up to 21,01 because of the immersion. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Gita Bhaskara
"Dalam mendesain jalan raya perlu memperhatikan faktor pelayanannya, salah satunya adalah faktor keselamatan jalan dilihat dari kekesatannya. Kekesatan suatu jalan raya dapat diketahui dengan menggunakan alat British Pendulum Tester(BPT) yang mana akan dapat dilihat dari nilai Skid Numbernya. Penggunaan aspal modifikasi digunakan untuk merubah nilai viskositas pada campuran aspal panas dan hangat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh viskositas pada campuran aspal ACWC. Aditif yang digunakan berupa BNA-R pada campuran hangat dan Tire Rubber Powder pada campuran panas, yang menyebabkan nilai viskositas yang semakin tinggi tiap kadarnya sehingga akan menaikan skid number yang ada.

In Pavement design we must consider every major and minor factors to create safetiness in using highways. One of them is skid resistance which measure the roughness in pavements. Using British Pendulum Tester we can measure the skid number from road pavements. Modified Asphalts helps to influence the viscosity number in hot and warm mix asphalt. The study aims to determine the influence of viscosity according to Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC). Contribution of asphalt modified crumb rubber, using BNAR and tire rubber powder is increasing the skid number, which is mix in warm temperature and hot temperature. By increasing the number of viscosity it will increase the skid number from different content.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60280
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syaebani
"Penelitian ini menggunakan metode teknologi campuran beraspal hangat yang memungkinkan pengurangan temperatur pada campuran aspal. Penggunaan BNA-R sebagai bahan tambah pada campuran hangat diharapkan sebagaimana dapat mengurangi dampak buruk lingkungan yang dihasilkan dari metode hotmix, serta lebih ramah lingkungan. Proses pencampuran aspal dengan BNA-R yaitu dengan menggunakan alat pengaduk modifikasi dengan kecepatan maksimum 3000 rpm. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bahan dan Material Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, dan Laboratorium BBPJN IV, Cikampek-Karawang, Jawa Barat. Kadar BNA-R yang digunakan yaitu 10%, 15%, 20%, dan 25%. Penelitian ini menggunakan variasi kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, dan 7% untuk mendapatkan kadar aspal optimum dan digunakan sebagai acuan awal dalam job mix penelitian ini. Lalu dilakukan analisis dengan metode deskriptif analitis, yaitu dengan analisis regresi dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang kuat antara nilai ITS dengan MR yaitu dengan persamaan ?MR (MPa) = 0,010 ITS ^1,236?, dengan R² = 0,837. Selain itu terdapat pola hubungan antara nilai ITS dengan kadar BNA-R dimana pertambahan BNA-R akan meningkatkan nilai ITS. Pola tersebut dinyatakan dalam persamaan ?y = 3306x² - 1049x + 836.2?. Sedangkan, pola hubungan antara Modulus Resilien dengan kadar BNA-R dinyatakan dalam persamaan ?y = 20900x² - 5658x + 9138?.

This research used warm-mix asphalt technology which allows a reduction in the temperature of the asphalt mix. The used of BNA-R additive as material added to enhance performance of the asphalt with penetration 60/70 mixture of bitumen and the warm-mix asphalt are expected to reduce the bad effects of hot-mix method, also more environmentally-friendly. Mixing process of asphalt modified was used modification mixer with max. 3000 rpm. This research was conducted at the Laboratory of Substances and Materials Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, University of Indonesia, and Laboratory BBPJN IV, Cikampek-Karawang,West Java. The BNA-R content that have been used are 10%, 15%, 20%, and 25%. This research used a variation of asphalt content; 5%, 5.5%, 6%, 6.5%, and 7%, to obtain the optimum aspalt content. Researcher must find the optimum asphalt content first before starting to mix the modification of the asphalt.. Then analyzed with descriptive analytical method; the regression and correlation analysis.The result of this research show the strength relation between ITS value and Resilient Modulus with equation ?MR (MPa) = 0,010 ITS ^1,236?, dengan R² = 0,727. In order that, there is a relation either between ITS value and BNA-R content that made in equation ?y = 3306x² - 1049x + 836.2?. And then, there is a relation too between Resilient Modulus and BNA-R content which ?y = 20900x² - 5658x + 9138?."
2015
S60253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Maryland: Asphalt Institute, 1979
R 625.85 ASP a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Daswiyanto
"Sebagian besar aspal pertamina hanya digunakan sebagai pelapis jalan raya. Hal ini disebabkan terbatasnya jenis dan kelas yang dihasilkan, padahal dengan sedikit modifikasi aspal bisa digunakan diberbagai bidang. Untuk itu perlu dilakukan modifikasi agar aspal pertamina mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi aspal pertamina dengan mencampurnya dengan aspal buton kemudian dijadikandalam bentuk emulsi. Penelitian ini dimulai dengan menumbuk dan mengekstrak aspal buton, setelah itu dicampur dengan aspal pertamina dengan berbagai variasi konsentrasi, kemudian diemulsikan dengan sabun (sodium oleat). Aspal emulsi yang terbentuk dilakukan uji spesifikasi yang sesuai dengan aspal emulsi lapisan pelindung lIogam dan lapisan pelindung atap menurut ASTM. Campuran aspal pertamina dengan aspal buton dapat meningkatkan kualitas aspal emulsi.

Part of pertamina asphalt is only used as road coating. This is because of limited kind and grade produced, whereas by only scanty modifications, it can be used in various sectors. For that reason, modifications are needed so that the pertamina asphalt may possess a higher additional value. In this research, modifications of pertamina asphalt were done by blending with buton asphalt and transformed into emulsion form. This research begined with grinding and extracting buton asphalt, then, it was blended with pertamina asphalt by applying various concentrations, and after that, it was emulsified with soap (sodium oleate). The ready-processed emulsion asphalt was examined suitable for protective coating in metal emulsion asphalt and protective coating in roofing as per ASTM specification. The mixture of pertamina asphalt and buton asphalt may 'increase the quality of emulsion asphalt."
Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Satria
"Campuran aspal emulsi mulai dilirik sebagai lapis-an sub base, base, maupun lapisan permukaan (aus) dan patching (penambahan). Campuran ini dibuat tanpa proses pemanasan, memiliki nilai struktural setara hot mix, dapat dibuat dengan menggunakan peralatan yang sederhana seperti beton molen dan campuran dapat disimpan (stock) beberapa hari. Studi karakteristik campuran aspal emulsi ini dilakukan untuk melihat sampai berapa lama campuran ini dapat disimpan (stock). Proses penelitiannya dimulai dari pemeriksaan masing-masing material campuran, pemeriksaan kadar air pelekatan, pemeriksaan kadar air pemadatan, pemeriksaan kadar aspal emulsi campuran, pemadatan benda uji, dan pengujian Marshall. Pengujian dilakukan dalam tahapan watt 0 hari sampai dengan 21 hari, sehingga dapat dilihat parameter Marshall yang bergeser atau berobah dan dibandingkan antara campuran Dense Graded dengan Open Graded berdasarkan spesifikasi Asphalt Institute. Parameter yang paling menentukan adalah total void dan stability, dan dari basil pengujian Marshall untuk campuran aspal emulsi CSS-1 dengan aggregat bergradasi rapat bisa disimpan (stock) maksimum selama 7 hari. Dan untuk campuran bergradasi terbuka tidak dapat ditentukan karena salah sate parameter Marshall yaitu Total Void tidak memenuhi persyaratan spesifikasi Asphalt Institute sehingga pengujian harus diulang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Fahmi
"Guna mengantisipasi pesatnya pembangunan sarana perhubungan darat, dikembangkan campuran yang menggunakan aspal emulsi sebagai bahan perekatnya. Campuran aspal emulsi bisa digunakan sebagai lapisan pondasi atas, maupun lapisan permukaan. Campuran ini memiliki nilai struktura! hampir setara dengan hot mix, dan dapat dibuat dengan menggunakan peralatan yang sederhana, karena tidak memerlukan proses pemanasan. Kelemahan campuran dengan menggunakan aspal emulsi adalah nilai rongganya yang cukup besar. Hal ini akan mempengaruhi sifat-sifat campuran seperti stabilitas sisa (immersed stability). keawetan (durability}, dan permeability nya. Dalarn penelitian ini dicoba untuk membuat campuran yang menggunakan aspat emulsi CSS-1, sebagai bahan perekatnya, dengan aggregat bergradasi rapat. Hasilnya dibandingkan dengan campuran aspal emulsi CSS-1 dengan aggregat bergradasi rapat ditambah 2 % semen. Proses penelitiannya dimulai dari pemeriksaan masing-masing material campuran, pemedksaan kadar air pelekatan. pemeriksaan kadar air pemadatan, pemeriksaan kadar aspal emulsi optimum, pembuatan benda UJl, dan ·pengujian mars-haiL Nilai parameter yang dlperbandingkan adalah stabilitas, rongga, berat isi kering, dan kelelehan. Dari hasil penelitian didapat bahwa campuran emutsi bergradasi rapat ditambah 2% semen memiliki stabilitas 21,05 % lebih tinggi (perawatan dengan perendaman), dan 6,64 % (perawatan tanpa perendarnan) dibandingkan dengan campuran emulsi bergradasi rapat tanpa semen. Total rongga campuran emulsi bergradasi rapat ditambah 2% semen memiliki nilai 5,79 % lebih kecil dari campuran emulsi bergradasi rapat tanpa semen. Berat isi kering campuran emulsi bergradasi rapat ditambah 2 % semen memiliki nilai 0,96 % lebih besar dari campuran emulsi bergradasi rapat tanpa semen. Sedangkan nilai kelelehan campuran emulsi bergradasi rapat ditambah 2 % semen lebih kecil 36,23 % dibandingkan campuran emulsi bergradasi rapat tanpa semen. Fleksibilitas campuran emulsi bergradasi rapat ditambah 2 % semen memiliki nilai lebih rendah dari campuran emulsl bergradasi rapat tanpa semen."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>