Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94351 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elly Tjahjono
"Artikel ini menyajikan hasil dari studi eksperimental pengaruh penempatan penyambungan terhadap perilaku rangkaian balok-kolom struktur portal beton pracetak yang dikenai pembebanan semi siklik. Empat benda uji dengan skala 1:2 telah dikaji. Tiga benda uji, penempatan penyambungannya berada pada daerah pertemuan balok-kolom dan satu benda uji penempatan penyambungan berada di daerah potensi sendi plastis balok. Pola retak, kekuatan, kekakuan dan daktilitas dari keempat benda uji dibandingkan. Dari hasil pengujian secara umum dapat disimpulkan bahwa keempat tipe penempatan penyambungan dapat memberikan kebutuhan daktilitas yang cukup baik.

Influence of Connection Placement to the Behavior of Precast Concrete Exterior Beam-Column Joint. This paper presents an experimental study on the influence of connection placement to the behaviour of exterior beamcolumn joint of precast concrete structure under semi cyclic loading. Four half-scale beam-column specimens were investigated. Three beam-columns were jointed through connection that are placed in beam-column joint region and the forth is connected at the plastic hinge potensial region of the beam. Crack patterns, strength, stiffness and ductility of the test specimens have been evaluated. The test result indicated that all beam-column specimens show good ductility behavior."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Nina O.E.
"Sebagai negara yang teletak pada pertemuan lempengan-lempengan tektonik dunia, Indonesia merupakan negara yang beresiko tinggi terhadap ancaman gempa. Oleh karena itu studi mengenai perilaku struktur perlu mendapat perhatian khusus sehingga perilaku struktur akibat gaya gempa yang kemungkinan akan dialami selama masa penggunaannya dapat dikontrol. Sambungan balok-kolom merupakan bagian yang sangat penting dalam mentransfer gaya-gaya yang bekerja pada struktur. Apabila sambungan balok-kolom ini tidak sempurna dan terjadi kegagalan di daerah ini akibat beban lateral, maka akan mengakibatkan keruntuhan prematur dari struktur tersebut. Pada umumnya pelaksanaan sambungan balok-kolom pada bangunan bertingkat kurang memperhatikan detail dari penjangkaran tulangan dan confinement dari joint, terutama pada daerah sambungan tepi portal.
Untuk mengetahui bagaimana sifat sambungan sesungguhnya di daerah balok-kolom beton bertulang dilakukan penelitian dengan eksperimental dan pendekatan numerik, dalam hal ini dilakukan pada sambungan balok-kolom beton bertulang bagian sisi luar portal dengan penonjolan balok pada sisi luar. Analisa numerik yang dilakukan menggunakan program komputer Drain-2DX versi 1.10 dengan menggunakan element type 15 (fiber beam-column element). Struktur didiskritisasi menjadi elemen balok dan kolom dengan menggunakan element type 15 di atas, dan setiap elemen dibagi menjadi segment yang didiskritisasi dengan pendekatan fiber. Untuk setiap fiber pemodelan dilakukan dengan menggunakan kurva tegangan-regangan masing-masing 2 untuk pemodelan sifat tekan material beton (kurva Hognestad dan Kent dan Park), 1 untuk pemodelan sifat tarik material beton (kurva dengan tension stiffening), 1 untuk pemodelan sifat tarik dan tekan material baja (kurva bilinear dengan strain hardening). Selain itu dalam analisa numerik digunakan nilai pullout dan gap fiber properties untuk memperoleh hasil kurva beban vs lendutan yang mendekati hasil eksperimen di laboratorium. Mengingat eksperimental dilakukan dengan semi cyclic, maka analisa numeruk dilakukan dengan displacement control untuk fase loading dan load control untuk fase unloading.
Dari hasil analisa numerik yang dilakukan, baik dengan kurva tegangan-regangan Hognestad maupun Kent dan Park, serta penggunaan pullout dan gap fiber properties diperoleh kurva beban vs lendutan dan pola retak yang dapat mewakili eksperimen di laboratorium."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S35024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brain Harryanto
"Beam-column joint are is where transfer of axial, flexure, and shear forces occurs at the reinforced concrete frame. It makes this area important and designed carefully and precisely so that the structures of the building will not suffer total failure due to column failure.
The way lo avoid the total failure is by designing beam failure to occur first.
This concept is lmoim as Strong Column-Weak Beam which designs the column capacity stronger than the beam by multiplying the existing or proper capacity of the beam with a factor.
This experiment researchs the effect of steel addition at the reinforced concrete beam-column joint which designed with Strong Column-Weak Beam concept and Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Untuk Bangunan Gedung SK-SNl-T-15-1991-03.
The goal of the eaqaeriment is to transfer the location of the plastic joint from beam-column joint area (the edge of beam) to the beam area (225 mm from the edge of the beam). It will assure that the failure occurs at the beam and avoid the column faliure.
There are several conclusions after the experiment: beam-column joint area failure occured due to the lesser capacity of the column compare to the beam, Strong Column-Weak Beam mechanism did not occur, and transfer of the plastic joint did not occur.

Daerah pertemuan balok-kolom pada struktur portal atau frame beton berlulang merupakan tempat terjadinya transfer gaya-gaya yang bekerja yaitu gaya aksial, geser (shear), dan lentur (bending moment). Hal ini yang menyebabkan daerah ini panting dan perlu didesain dengan sebaik mungkin agar struktur beton bertulang pada bangunan gedung tidak mengalami kegagalan atau keruntuhan total (total failure) akibat keruntuhan kolom saat terjadi gempa. Salah satu cara untuk mencegah keruntuhan total tersebut adalah dengan mendesain agar keruntuhan balok terjadi Iebih dahulu daripada keruntuhan kolom. Konsep ini dikenal dengan Strong Column Weak Beam, yaitu konsep yang mendesain kolom lebih kuat dari balok dengan mengalikan sualu faktor dengan kapasitas atau kekuatan balok.
Pada skripsi ini penulis meneliti pengaruh penambahan tulangan pada pertemuan balok-kolom beton bertulang yang didesain dengan konsep Strong Column Weak Beam dan sesuai dengan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Untuk bangunan Gedung, SK-SNI-T-15-1991-03.
Penulis ingin memindahkan letak sendi plastis yang terjadi pada pertemuan balok-kolom, dari muka kolom ke daerah balok, sejarak h (balok) dari muka kolom Dengan demikian dapat dijamin bahwa kerumuhan terjadi pada balok sehingga tidak keruntuhan kolom atau keruntuhan balok.
Penelitian yang telah dilakukan oleh penulis menurgiukkan bahwa tidak terjadi mekanisme Strong Column Weak Beam dan tidak terjadi pemindahan sendi plastis. Hal ini disebabkan oleh kurangnya penulangan geser vertikal sambungan balok-kolom sehingga kolom hancur terlebih dahulu daripada kolom."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35148
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melvin Baeha
"Pada gedung bertingkat, sambungan balok-kolom (joint) merupakan bagian penting yang tidak boleh mengalami kehancuran dalam menahan gaya-gaya luar, seperti beban mari, beban hidup, beban angin dan terutama beban gempa.
Pada gempa besar, gaya yang ditimbulkan seringkali melebihi kapasitas leleh dari beberapa bagian struktur terutama di daerah joint, yang menyebabkan deformasi yang besar dan inelastis. Ditambah lagi, daerah ini berfungsi sebagai transfer gaya-gaya akibat beban luar. Momen lentur (bending momen) yang besar menyebabkan lelehnya tulangan dan Geser (shear) yang besar menimbulkan retak diagonal (diagonal cracks). Kedua hal di atas mengakibatkan tulangan baja di daerah joint memanjang (slippage in reinforcement) dan terjadinya rotasi di joint (fixed-end rotations). Sedangkan dalam pelaksanaan sehari-hari hal ini kurang mendapatkan perhatian, joint diasumsikan kaku (rigid) dan tidak terjadi rotasi, padahal rotasi yang terjadi cukup besar, sehingga joint tidak bersifat kaku sempurna.
Kehancuran pada joint akan sangat berbahaya karena menyebabkan bangunan runtuh secara prematur. Oleh karena itu penelitian di daerah joint, baik pendetailan, penjangkaran maupun sifat-sifat materialnya dilakukan untuk mencari bentuk yang paling ideal.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode pendekatan numerik dengan menggunakan perangkat lunak DRAIN-2DX untuk menganalisa perilaku dari sambungan balok-kolom yang diuji di laboratorium.
Hasil analisa dengan pendekatan numerik ini kemudian dikalibrasikan dengan hasil percobaan di laboratorium untuk mendapatkan hasil yang paling mendekati hasil percobaan di laboratorium, dan diharapkan mendapat suatu parameter model sambungan dengan perilaku yang baik dan mewakili keadaan sambungan balok-kolom beton bertulang sesungguhnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Johnson Fernando
"Daerah sambungan balok kolom pada struktur gedung beton bertulang merupakan bagian sangat penting karena sambungan balok-kolom merupakan bagian struktur yang mentransfer gaya-gaya yang bekerja pada struktur. Pada saat terjadinya gempa bumi daerah joint balok-kolom akan mengalami tegangan geser yang cukup besar sehingga dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan yang pada akhirnya dapat menyebabkan keruntuhan struktur secara keseluruhan. Pada pertemuan balok-kolom dibagian tepi luar portal kekuatan sambungan sangat dipengaruhi oleh penjangkaran tulangan. Agar suatu sambungan balok-kolom dapat bertahan selama terjadinya gempa bumi, untuk perencanaan bangunan pada daerah rawan gempa digunakan metode perencanaan dengan konsep desain kapasitas, dimana kerusakan bangunan pada saat terjadinya gempa bumi terjadi terlebih dahulu pada balok. Pada skripsi ini penulis melakukan penelitian di laboratorium untuk mengetahui pengaruh penjangkaran tulangan lentur pada bagian joint balok-kolom terhadap kekuatan dengan suatu pendetailan khusus pada bagian balok, pendetailan khusus yang dimaksud adalah dengan merancang suatu balok dengan perbedaan nilai momen nominal yang mampu dihasilkan segmen balok pada jarak h (tinggi balok) dengan segmen pada daerah yang terletak pada jarak h - 2h, dengan ini diharapkan daerah yang potensial mengalami sendi plastis bergeser dari muka kolom menuju daerah yang terletak pada jarak h - 2h di depan muka kolom. Dari eksperimen yang sudah dilaksanakan disimpulkan bahwa untuk mengeser daerah yang potensial mengalami sendi plasits, dari daerah yang terletak di depan muka kolom menuju daerah yang terletak pada jarak h (tinggi balok) di depan muka kolom, balok perlu dirancang dengan memberikan pendetailan yang menghasilkan perbandingan nilai momen nominal antara daerah yang teletak pada jarak h di depan muka kolom dengan daerah yang terletak pada jarak h - 2h dengan nilai > 2. Sambungan balok-kolom mengalami retak geser bersamaan dengan timbulnya keretakan pada balok, retak pada sambungan balok-kolom mengalami pertambahan yang tidak berarti ketika balok telah mencapai momen lelehnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34911
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chatarina Niken Dwsbu
"Penelitian lni berupa peroobaan di Iaboratorium dengan skala penuh
untuk mengetahui perilaku sambungan pracetak dengan aistem takik.
Sambungan diletakkan di sendi plastis balok yang diharapkan mengalami
kenancuran teriebih dahulu seteiah mencapai kekuatan yang diinginkan.
Sambungan ini dibuat dengan bentuk pracetak tertakik dan tulangan Ientur
dimasukkan pada kedua bagiannya di Iubang yang disiapkan. Lubang
kemudian diinjeksi. Bagian sambungan ditutup dengan bahan pengisi dari
Janis iidak menyusut dan mempunyai kekuatan minimal sama dengan mutu
baton pracetaknya.
Terdapat tiga elemen dalam penelitian ini yaitu satu buah baiok
sederhana untuk pengujian lantur dengan beban berulang, satu buah balok
sederhana untuk pengujian geser dengan beban monotonik dan satu
elemen koiom - balok untuk pengujian beban horizontal secara siklik dan
beban vertikal konstan.
Pengujian Ientur menuniukkan beban maximum 23.9 ton, beban retak
pertama 6.64 ton. Hasil perhitungan beban monotonik maximum adalah
38.67 ton dengan demikian beban yang dicapai pada pengujian beban
berulang 61.8 % nya. Lendutan maximum benda uji 61.09 mm dengan
beban 51 % beban maximum. Beban Ieieh tidak berbeda pada bagian
batas sambungan dan di tengah sambungan. Tulangan yang masuk ke
Iubang dan yang tidak mempunyai perilaku disipasi energi sama baik. Letak
lapis tulangan Ientur tidak mempengaruhi disipasi energi. Retak
terkonsentrasi pada daerah dengan tulangan Iantur yang tidak rapat dan
pada batas sambungan.
Pengujian beban geser mempefiihatkan beban maximum 38.2 ton,
beban retak 17.85 ton dan hasil perhitungan menunjukkan beban maximum
28.132 lon di luar sambungan dan 41.12 di sambungan. Beban ratak
pertama 10.94 ton. Beban 80 % beban maximum yaitu 30.56 ton
mempunyai lendutan 1.072 mm. Pengujian kolom-balok menunjukkan Iup histerisis cukup baik sampai
Siklus 28. Kehandalan ditinjau dari penurunan beban kurang dari 20 %
beban maximum, jumlah daktilitas kumulatif, penurunan kekakuan dan
disipasi energi pada dua siklus berurutan, rasio disipasi energi relatif dan
kekakuan sekan pada batas drifi -0.0035 dan +0.DO35. Berdasarkan hal
tersebut maka dktilitas yang mampu dicapai adalah 6573. Kehancuran
benda uji ini terletak di sendi plastis dan elemen ini mampu
mengembangkan kekuatan dan kemampuan deformasi untuk zone 6
dengan jenis tanah Iembek. Pada percobaan dipakai untuk gedung
berlantai 6. Tulangan silang di sendi plastis berperan mendisipasi energi
secara bergantian.
Tipe retak adalah retak lentur dilanjutkan retak geser pada siklus
akhir. Tidak ditemukan keretakan di titik kumpul dan kolom. Perbandingan
dengan hubungan monolit maka tipe ini Iebih aman.
Sambungan ini menambah kasanah jenis sambungan praoetak yang
telah ada dan memberlkan masukan bagi tersusunnya peraturan tentng
beton pracetak untuk menahan gaya gempa.

Abstract
This detail examination is laboratory expenrnent with full scale to nnd
out behavior precastconcrete connection with notch system. The dimention
of beam and column based on building of six stories high. The location of
this connection is at beam plactic hinge and this concept design is at this
location the failure will be occur after the element .got the ideal force. This
connection have a notch at two part of precast and the bending bar go into
the hole that prepare at precast notch. Alter that the hole get an tiller liquid
injection. This connection is pour unshrinkage cement that has same quality
with precast concrete.
There are three element in this experiment. One is simple beam to
repeatly bending test, one is simple beam to monotonic shear test and the
else is a beam ~ column element to horizontal cyclic test with constant
vertical force. ~
The bending test shown the maximum force is 23.9 ton and first
cracking force is 6.64 ton. The computation result with monotonic loading is
38.67 ton as maximum force this test only has 61.8 % monotonic maximum
force. Maximum displacement of this test is 61.09 mm at 51 % maximum
force. Yielding force at the border and the middle of the connection has
same value. Behavior of bar that go into the hole as good as the regular bar.
Bending bar layer has not energy dissipation etfect. Crack concentration is
at area that has smaller bending bar and at connection border
The result of shear test are maximum force is 38.2 ton, the first
cracking force is 17.85 ton. The result of it's computation are the maximum
force is 28.132 at out of connection and in connection is 41.12 ton ton and
the first cracking force is 8.926 ton. The 80 % maximum force that is 30.56
ton has 1.072 mm deflection. _
The failure mode is bending at the beam and than shear failure at last
cycle without craking at joint and column. Comparative with monolit the
failure mode is more safe. Beam - column test produce good histerisis loop until 28th cycle. The
performance trade on force degradation not more than 20 % maximum force,
cumulative ductility, degradation of stilfness and energy dissipation from two
cycle in a series/elative energy dissipation ratio,secant stiffness between
drift limits of -0.0035 and +0.0035. Based of that the element ductility is
6. 673. The location of failure at the connection or at the beam plastic hinge
and the element is capable to develop it's strength and deformation after
yielding. The system can applied at 6th seismic zone with soft soil. The
connection crossing bar is capable to dissipate the energy by tum.
This system enrich the kind of precast connection and give any input
for concrete structure seismic regulation for precast."
2001
T5279
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Supartono
"ABSTRAK
Tulisan ini memuat hasil penelitian yang dilakukan di Fakultas Teknik Universitas Indonesia tentang peranan mikrosilika sebagai aditif mineral dalam meningkatkan ketahanan beton, dalam hal ini beton mutu sedang, terhadap lingkungan agresif yang mengandung garam sulfat, dalam rangka usaha untuk lebih mendayagunakan beton sebagai bahan bangunan di bawah tanah, terutama sehubungan dengan banyaknya rencana pembangungan infrastuktur bawah tanah di Jakarta. Ternyata penambahan mikrosilika dalam dosis yang tepat pada campuran beton dapat meningkatkan ketahanan beton terhadap agresi garam sulfat, sebagaimana disampaikan dalam kesimpulan penelitian di bagian akhir tulisan ini."
Fakultas Teknik , 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Jazid
"Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul didalam praktek dilapangan pada pebuatan beton, khususnya beton mutu tinggi ( dengan kekuatan tekan diatas 40 Mpa), salah satu diantaranya adalah usaha untuk mengatasi masalah slump loss.
Pada pembualan beton mutu tinggi biasanya untuk alasan ekonomis digunakan bahan-bahan tambahan mineral lain yang bersifat sebagai Suplementary Cementing Material (SCM), dimana pemakaian bahan ini bermaksud untuk dapat meningkatkan performa dari beton, baik pada fase platis maupun fase keras.
Pada pembuatan beton mutu tinggi, umumnya digunakan rasio air-semen (w/c) yang relalif rendah sehingga tingkat kelecakan beton akan rendah pula, maka untuk mengatasinya diperlukan bahan tambahan kimia yang termasuk dalam jenis WRA, untuk meningkatkan kelecakannya.
Dari suatu penelitian dilaporkan bahwa pemakaian WRA terutama jenis superplastricizer akan menyebabkan slump loss yang lebih besar pada campuran beton. Sehingga perlu diadakan suatu penelitian mengenai pengaruh penambahan bahan ini pada sifat-sifat beton (fresh dan Hardened concrete) tersebut.
Suatu hasil penelitian melaporkan bahwa kekuatan tekan beton sangat dipengaruhi oleh pernilihan rasio air-semen (w/c) untuk beton mutu rendah dan sedang, sedangkan untuk beton mutu tinggi ada faktor lain yang mempengaruhi pemilihan rasio w/c untuk menghasilkan mutu yang dinginkan, yaitu: rasio agregat-semen (A/C), tingkat kelecakan yang diinginkan, type dan ukuran agregat. Sedangkan Faktor utama yang mempengaruhi workabilitas atau kelecakan beton adalah kandungan air dalam campuran. parameter lain yang mempengaruhi workabilitas adalah :
a. ukuran agregat maksimum yang digunakan.
b. gradasi agregat yang digunakan (single grading maupun combined grading).
c. textur dan bentuk dari agregat(kekasaran permukaan dan bentuk granular atau crushed granite stone, serta
d. proporsi campuran yang digunakan.
Pada penelitian ini digunakan bahan SCM pozzofume dengan prosentase tertentu serta bahan kimia WRA Sikament NN dan Platiment VZ dengan prosentase tertentu pula untuk mendapatkan target slump sebesar 20 ± 2. Diharapkan pengamatan terhadap perilaku slump dan kekuatan tekannya akibat interaksi bahan-bahan tersebut, diperoleh suatu campuran beton yang memiliki kecepatan slump loss yang terjadi relatif kecil dan kekuatan tekan yang tlnggi. Maka digunakan rasio air semen 0,32 dan prosentase kombinasi agregat S/A =40 % dan 50%, serta A/C = 3,5."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Septiandini
"Dalam tesis ini dilakukan penelitian terhadap kekuatan beton mutu tinggi melawan serangan sulfat dengan bahan tambahan mikrosilika yang berasal dari Australia (SFA) dan Amerika (SFB). Dalam penelitian ini digunakan beton dengan ?water to cementitious material ratio" 2.8, ukuran agregat maksimum 10 mm, penggunaan superplastisizer 1.65-2.75 % dari berat semen ditambah mikrosilika, dengan variasi tambahan mikrosilika sebesar 5%, 7.5%, 10% dari berat semen ditambah mikrosilika. Benda uji beton dibuat berbentuk silinder dengan ukuran diameter 10 cm dan tinggi 20 cm direndam dalam larutan magnesium sulfat 1%,3%,5% selama 90 hari setelah perawatan 28 hari dengan air biasa.
Ketahanan beton terhadap serangan sulfat dilakukan dengan pengujian kuat tekan dan pengujian berat. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 30,60,90 hari sedangkan pengujian berat dilakukan terhadap benda uji dalam keadaan ssd pada umur 0,14,28,42,56,70,84 hari.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa beton dengan bahan tambahan mikrosilika dapat meningkatkan ketahanan beton terhadap serangan sulfat, dan penggunaan mikrosilika B sebanyak 10% untuk campuran beton adalah yang paling baik untuk meningkatkan kekuatan beton dalam larutan magnesium sulfat.
Dalam larutan magnesium sulfat 3 % sampai umur 90 hari, beton tanpa tambahan mikrosilika mengalami penurunan kuat tekan sebesar 44.8 kg/cm2 dari nilai kuat tekan beton tersebut dalam perawatan dengan air biasa, sedangkan beton dengan campuran mikrosilika B 10 % belum mengalami penurunan dari nilai kuat tekan.
Dalam larutan magnesium sulfat 5 % sampai umur 90 hari, beton tanpa tambahan mikrosilika mengalami penurunan kuat tekan rata-rata sebesar 60,1 kg/cm2 dari nilai kuat tekan beton tersebut dalam perawatan dengan air biasa, sedangkan beton dengan campuran mikrosilika B 10 % kuat tekannya hanya mengalami penurunan sebesar 3.5 kg/cm2 dari nilai kuat tekan beton tersebut dalam perawatan dengan air biasa.
Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar SiO2 yang terkandung dalam mikrosilika yang dipergunakan pada campuran beton semakin baik ketahanannya terhadap serangan sulfat, dan dari hasil uji berat diketahui bahwa beton mutu tinggi yang direndam dalam larutan magnesium sulfat sampai umur 90 hari tidak mengalami pengurangan beratnya."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T8961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Nur Rendra
"Dalam tulisan ini dibahas studi eksperimen mengenai perilaku rangkaian balok kolom dengan sambungan pracetak pada balok yang menggunakan sambungan las pada tulangan longitudinal balok. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui perilaku rangkaian balok-kolom beton apabila dibebani dengan pembebanan semi siklik. Rangkaian balok-kolom beton yang digunakan yaitu rangkaian pracetak, dengan daerah penyambungan di balok. Keruntuhan struktur seringkali disebabkan kegagalan sambungan dalam menahan beban yang bekerja. Kondisi beton yang tidak monolit membuat kemungkinan hal ini terjadi bertambah besar, oleh karena itu pendetailan, terutama tulangannya sangat diperlukan. Sistem portal pracetak yang ditelili pada skripsi ini adalah rangkaian komponen balok-kolom pracetak dan elemen balok pracetak. Pada sistem ini elemen balok-kolom pracetak dirangkai pada lokasi setengah tinggi lantai. Sedangkan untuk pracetak balok dirangkai di dekat muka kolom. Tulangan dari bagian sambungan balok-kolom pracetak disambung dengan tulangan dari balok pracetak dengan bantuan las lislrik. Setelah penvambungan tulangan dari dua bagian beton pracetak ini, barulah dilakukan pengecoran pada daerah sambungan. Percobaan dilaboratorium dilakukan dengan memberi beban pada model struktur. Pembebanan dilakukan pada bagian spesimen sehingga perilaku spesimen sama dengan jika diberikan beban gempa siatis Pemhanding dari rangkaian mi adalah rangkaian monolit yang telah diuji sebelum ini dan memiliki spesifikasi mendekati dari rangkaian pracetak. Dilihat dari hasil yang didapat dari pengujian, rangkaian balok-kolom beton pracetak memiliki perilaku yang mendekati rangkaian monolit. Keruntuhan yang terjadi melalui pembentukan sendi plastis pada balok, sehingga dapat dikatakan sambungan pada balok dapat mendukung terbentuknya mekanisme keruntuhan balok. Dari kurva P-? yang diperoleh, dapat disimpulkan rangkaian memiliki rasio daktilitas, kekuatan struktur, kekakuan yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Pola retak adalah satu hal yang menjadi catatan, karena keberadaannya diluar perhitungan, terjadinya bounding failure membuat penulis menyimpulkan penggunaan bounding agent pada sambungan pracetak mutlak diperlukan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35520
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>