Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115846 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trias Kuncahyono
"Inilah satu-satunya buku dimana saya menghabiskan waktu paling lama untuk membacanya ....:)
Bukan karena jumlah halamannya yang super tebal (cuma 301 halaman), atau bahasanya yang sulit, tapi karena saya berusaha memahami kata demi kata, kalimat demi kalimat, termasuk membuka beberapa ayat yang dikutip dari beberapa kitab suci (Injil dan Al Qur?an). Dua bab terakhir (Kota Suci Tiga Agama dan Jerusalem Milik Siapa) bahkan saya baca dua kali, karena bagi saya sangat terkait dengan fakta yang terjadi sekarang ini.
Tak terkira jumlahnya buku-buku tentang Jerusalem yang ditulis banyak orang. Para penulisnya pun beragam. Biasanya mereka menulis Jerusalem dari sudut panjang tertentu, sehingga jarang melihatnya secara utuh, dari segi sejarah, politik, dan kekuasaan.
Buku ini, beda. Trias Kuncahyono, wartawan senior Kompas, menuliskan buku ini sebagai perjalanan jurnalistik dipadu dengan sejarah lengkap tentang Jerusalem. Mulai dari sejarah tentang nama ?Jerusalem?, perjalanan kota ini sebagai kota ziarah agama samawi: Yudaisme, Kristen, Islam, sampai kepada mengapa kota suci ini menjadi konflik tak tertangguhkan antara Israel dan Palestina.
Dilengkapi dengan peta lokasi-lokasi penting, sangat membantu pembaca memahami wilayah-wilayah bersejarah yang sering diberitakan di televisi. Lalu bagaimana sejarah berbagai resolusi damai yang sudah puluhan kali dikeluarkan PBB dan ratusan kali pula dilanggar oleh Israel (paling sering) maupun Palestina, dan apa sebenarnya peran Amerika disana.
Secara pribadi, ada hal ?mengejutkan? dari pemahaman saya selama ini. Misalnya tentang karakter pemimpin Israel dan Palestina, yang entah kenapa tidak pernah match (nyambung) di tiap masanya. Tiap pimpinan seringkali memiliki penafsiran berbeda atas suatu resolusi, atau rancangan kesepakatan damai.
Seperti misalnya pada ?Perundingan Camp David?. Untuk pertama kalinya dalam sejarah perundingan, dibawah PM Ehud Barak, Israel bersikap lunak. Dalam perundingan itu, Ehud setuju menyerahkan kedaulatan sebagian besar daerah pinggiran Jerusalem Timur kepada Palestina serta menyerahkan kedaulatan atas Wilayah Muslim dan Kristen di Kota Lama dan ?pemeliharaan? atas tempat tersuci Yudaisme, Temple Mount, kepada Palestina. Belum pernah ada seorang pemimpin Israel yang melakukan hal itu, namun Barak melakukannya walaupun banyak protes dari warga Israel sendiri.
Akan tetapi, Yasser Arafat menolak keras usulan itu tapi tidak mengajukan alternatif lain. Arafat bilang: ?Jerusalem tidak hanya merupakan kotanya orang-orang Palestina, tetapi juga kotanya dunia Arab, umat Islam, dan Kristen. Jika saya mengambil keputusan mengenai Jerusalem, saya harus berkonsultasi dengan orang-orang Sunni dan Syiah, serta seluruh negara Arab.?
Pada saat itu, Bill Clinton secara terang-terangan mengungkapkan kekecewaannya atas sikap Palestina, karena dinilai tidak punya niat baik untuk mendiskusikan masalah-masalah yang ada, melainkan hanya meminta hak.
Sikap Arafat inilah yang kemudian diteruskan oleh para pemimpin Palestina berikutnya. Dihadapkan dengan Israel yang juga keras kepala dan lengkap dari segi persenjataan, maka tak heran, jika di mata dunia, Palestina memang selalu terzolimi.
Persepsi tiap pembaca tentu tidak akan sama dalam memahami buku ini. Yang jelas, melalui buku ini kita akan makin paham bahwa Jerusalem memang harus menjadi milik Israel dan Palestina, dengan alasan yang sama-sama kuat. Dan rasanya tidak ada jalan lain kecuali perdamaian dengan pembagian wilayah. Ironisnya, disinilah Israel dan Palestina tidak menemukan titik temu, sehingga pertumpahan darah terjadi disana.
Satu yang ?melegakan? saya, sosok Anwar Sadat di buku ini tidak berbeda dengan yang saya kenal lewat biografinya. Andai banyak tokoh di Timur Tengah seperti Sadat....
----------------------------------
Risensi oleh: Kalarensi Naibaho
"
Jakarta: Kompas, 2008
915 TRI j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Untuk mengetahui benar tidaknya ada mafia peradilan yang dijalankan secara terorganisir dan sistematis memang merupakan pekerjaan yang pasti luar biasa sulit, hal tersebut disamping proses pembuktiannya sangat sulit karena dilakukan dengan sangat tertutup."
2005
TMHK-IV-6-Des2005-43
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Rahmadina
"Salah satu penyebab konflik dalam berbagai bidang kehidupan adalah keadilan (Van den Bos, 2003). Konflik keluarga yang tidak terselesaikan dengan baik dapat menimbulkan perilaku anti sosial, ketidakdewasaan dan tingkat percaya diri yang rendah pada remaja (Montemayor dalam Rice, 1990). Karena itu, penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara persepsi fairness dan konflik antara remaja akhir dengan orang tua. Melalui penelitian ini diharapkan orang tua maupun remaja dapat mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai penyebab konflik, sehingga dapat menghindari terjadinya efek negatif dari konflik yang tidak terselesaikan dengan baik.
Penelitian dengan tipe ex post facto field study ini, melibatkan 110 responden remaja akhir yang sedang berkuliah, bukan anak tunggal dan tinggal di wilayah Jabodetabek. Data diambil dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari dua skala. Skala pertama adalah skala untuk mengukur intensitas konflik antara orang tua dan anak yang berisi 28 item pernyataan. Skala kedua merupakan skala untuk mengukur persepsi fairness responden yang terdiri dari 37 item pernyataan. Hubungan antara kedua variabel diketahui melalui tes Pearson. Hasilnya, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi fairness dengan konflik.

One of major cause of conflict in everyday life is justice. Family conflicts that do not resolved well can cause antisocial behavior, immatureness, and low self esteem in adolescent (Montemayor in Rice, 1990). This research aims to find out the relationship between perceived fairness and conflict with parents in late adolescent. In hope that both of the parents as well as the adolescence can have proper knowledge of conflict causes to avoid negative effects of poorly resolved conflict.
This ex post facto field study involved 110 late adolescence. All of respondent are attending college, not the only child in the family and live in Jabodetabek area. To acquire data, researcher uses a questioner consist of two scale. The first scale use to measure conflict intensity between respondent and their parents consists of 28 items. The second scale use to measure perceived fairness consists of 37 items. Pearson test is used to measure the relationship between conflict and perceived fairness. The result is no significant connection between the two variables.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulio Utama Rizani
"Masyarakat Amerika pada tahun 1920-an adalah masyarakat yang sedang berkembang. Sehingga banyak ditemukan kontradiksi. Di satu sisi ditemukan persamaan yang mempersatukan mereka. Sementara itu di sisi lain muncul pula perbedaan - perbedaan dalam masyarakat tadi. Salah satu contoh persamaan tadi adalah munculnya pandangan bahwa sains dan teknologi merupakan penggerak terbesar bagi perubahan sosial. ilmuwan sendiri mendapatkan tempat yang terhormat di masyarakat. Universitas dan sekolah-sekolah menjadi tempat baru untuk mencari pencerahan hidup. Namun sayangnya pada saat itu pula ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa dengan semakin meluasnya pendidikan dan semakin tingginya kebebasan berpikir akan membuat manusia melupakan Tuhan. Ide-ide baru yang kritis membahas segala aspek kehidupan dianggap akan membuat generasi muda keluar dan jalur tuntunan kitab suci. Dan pada akhirnya akan membuat manusia melupakan agama dan Tuhan. Dari sinilah persoalan muncul, saat ada sekelompok masyarakat yang biasa disebut dengan kaum fundamentalis bereaksi terhadap perubahan. Kelompok ini banyak melakukan usaha perbaikan moral dan spiritual untuk mengembalikan agama sebagai dasar dari kehidupan manusia, bukan ilmu pengetahuan ataupun hal lain yang bersifat materialistik. Mereka berpendapat ada sebagian masyarakat Amerika yang sudah menyimpang dari esensi dan keyakinan tentang ajaran kitab sucinya. Kelompok ini dalam melakukan gerakan moralnya banyak mendengungkan isu-isu yang berkaitan dengan perbaikan ahlak dan pengembalian keyakinan masyarakat pada kitab suci. Salah satu contohnya adalah gerakan yang biasa di sebut dengan gerakan anti teori evolusi_ Inti dari gerakan ini adalah berupa pelarangan bagi pengajaran teori evolusi Charles Darwin di sekolah- sekolah negeri. Gerakan ini dimulai pada tahun 1921 dan mendapat tanggapan yang positif secara nasional, terutama dari penduduk di daerah mid/le-western. Gerakan ini mencapai puncaknya saat terjadi kasus pengadilan Scopes pada tahun 1925."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S12641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahfouz, Naguib
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000
892.73 MAH a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Inderaswari Dina Astuti
"Penelitian ini melihat perbedaan gaya penyelesaian konflik yang digunakan oleh siswa sekolah-rumah dan siswa sekolah-formal yang sedang berada pada tahapan perkembangan remaja. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 89 orang, yaitu 67 siswa sekolah formal dan 22 siswa sekolah rumah, kesemuanya adalah siswa SMA. Pengambilan partisipan penelitian ini menggunakan teknik incidental sampling Alat ukur penelitian ini mengadaptasi kuesioner Rahim dan Mager (1995). Berdasarkan uji signifikansi menggunakan independent sample t-test didapatkan hasil signifikansi dua ujung (2-tailed) dan signifikan pada l.o.s 0,05 yaitu gaya penyelesaian konflik jenis collaboration sebesar 0,009, gaya penyelesaian konflik jenis competition sebesar 0,002, gaya penyelesaian konflik jenis avoidance sebesar 0,022, dan gaya penyelesaian konflik jenis accommodation sebesar 0,048. Pada gaya penyelesaian konflik jenis compromise didapatkan hasil sebesar 0,892. Maka didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada gaya penyelesaian konflik jenis collaboration, competition, avoidance, dan accomodation antara siswa sekolah-rumah dengan siswa sekolah-formal dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada gaya penyelesaian konflik jenis compromise antara siswa sekolah-rumah dengan siswa sekolah formal yang berusia remaja.

This research investigate the differences of resolution conflict styles between adolescents? homeschoolers and formal school students. This research use quantitative method. Participants whose involved in this research were 89 adolescents, which consists of 67 adolescents? formal school students and 22 adolescents? homeschoolers. This research use incidental sampling technique. Instrument to measure conflict resolution styles in this research was adapted from Rahim and Mager (1995) conflict resolution questionnaire. Based on independent sample t-test technique, was found a significance 0,009 on collaboration style, 0,002 on competition style, 0,022 on avoidance style, and 0,048 on accommodation style. Those scores significance on l.o.s 0,05, means there is a significance differences on those styless between adolescents? homeschoolers and formal school students. On compromise type t score was 0,892 and was not found significance on this category between two groups of participants.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novri Susan
Jakarta: Kencana, 2009
303.6 NOV s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Suhendar
Bandung: Akatiga, 1998
333.3 END p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ekawarna
Jakarta: Bumi Aksara, 2018
155.904 2 EKA m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>