Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119571 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Winarni
"Koagulasi terjadi karena adanya interaksi antara produk hidrolisa aluminum dengan kontaminan seperti partikel koloid. Berbagai spesies aluminum yang mungkin hadir pada kondisi tertentu perlu diperhatikan, mengingat bahwa mekanisme penurunan kekeruhan sangat tergantung pada spesies tersebut. PACl terdiri dari produk hidrolisa aluminum yang telah dibuat terlebih dahulu, dimana produk ini stabil pada pH di bawah 6 serta kurang sensitif dibandingkan dengan produk hidrolisa in situ yang dihasilkan dari alum. Keuntungan PACl dibandingkan alum diteliti sebagai fungsi dari pH dan dosis Al. Juga dibahas tentang kondisi spesifik dan spesies aluminum yang hadir dalam mekanisme koagulasi tertentu. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa PACl lebih efektif daripada alum pada rentang pH yang rendah dan pH tinggi, sedangkan penggunaan alum optimum pada kondisi netral.

Alum and PACl Coagulation. Coagulation occurs by interaction of aluminum hydrolysis products with the contaminant such as colloidal particles. It is necessary to consider the different aluminum species that may present during specific conditions, since the mechanism of turbidity removal is dependent upon them. PACl consists of preformed aluminum hydrolysis products, which are stable below pH 6 and less sensitive than in situ hydrolysis product, alum. The benefits of PACl relative to alum have been investigated as a function of pH and Al dosages. Specific conditions and aluminum species that exist during the certain mechanisms of coagulation are discussed. Results suggest that PACl is more effective than alum in lower pH range and high pH range, whereas alum is optimum in the neutral condition."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Ratri
"ABSTRAK
Mikroalga Chiorella pyrenoidosa merupakan salah satu mikroaiga yang digunakan sebagal bahan makanan tambahan (food supplement) maupun
campuran pakan ternak.
Penggunaan Chiorella pyrenoidosa sebagai bahap makanan terutama disebabkan karena kandungan proteinnya yang cukup tinggi yaitu 60 % berat kering sel.
Mikroalga Chiorella pyrenoidosa dapat dikembangbiakkafl di dalam medium Iimbah organik industri makanan seperti Iimbah call tahu, Iimbah tempe , Iimbah cair gula clan Iimbah cair kecap.Penggunaan Iimbah sebagal medium pertumbuhan adaah karena Iimbah tersebut masih mengandung berbagai protein clan mineral yang dierIukan untuk pertumbuhan mikroalga. Selain itu penggunaan Iimbah sebagal medium pertumbuhan merupakan satah satu cara pengolahan Iimbah secara biologis sehingga Iimbah tersebut tidak mencemari lagi saat dibuang ke Iingkungan.
Di dalam medium Iimbah call tahu Chiore/la pyrenoidosa membentuk sistem koloid berwarna hijau yang bermuatan negatif. Cara pemanenan yang biasa dilakukan adalah secara koagulasi dan flokulasi yaitu dengan menambahkan koagulan.
Dalam penelitian mi dilakukan penentuan kondisi optimum proses flokulasi dan koagulasi dengan rnenggunakan PAC ( Poly Aluminium Chloride) yang merupakan koagulan sntetik dan chitosan yang merupakan koagulan alam. Chitosan yang digunakan dibuat darl kulit udang dengan menggunakan metode yang diperoleh pada penelitian sebelumya. Dari 200 g Wit udang setelah mengatami proses deproteinasi dengan menggunakan NaOH 3,5 % (w/v) , demineralisasai dengan menggunakan HC I 1,25 M dan deasetilasi dengan menggunakan NaOH 60 % ( w/v) diperoleh chitosan sebanyak 53,26 g. Karakterisasi chitosan dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer IR.
Kondisi pertumbuhan yang optimal untuk Chiorella pyrenoidosa diperoleh pada konsentrasi Iimbah cair tahu 75% (v/v) yang dilengkapi dengan penerangan dan aerasi. Sedangkan kondisi optimal proses flokulasi dan koagulasi adalah pada pH 4 dan konsentrasi koagulan 50 ppm dengan menggunakan PAC serta pada pH 8 clan konsentrasi koagulan 50 ppm dengan menggunakan chitosan.
Di akhir percobaan dilakukan pengukuran beberapa parameter dalam limbah cair tahu (COD,BOD, pH. zat organik clan padatan tersuspensi) Hasil pengukuran menunjukkan terjadinya penurunan nilai parameter-parameter tersebut sesuai dengan standar baku mutu Iingkungan untuk limbah cair tahu, kecuali nilai pH pada penggunaan PAC sebagal koagulan.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Juliana
"Sebagian besar PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) di Indonesia membuang lumpur hasil produksi langsung ke badan air. Pembuangan lumpur langsung ke badan air dapat menyebabkan kontaminasi biota air akibat zat kimia yang terkandung dalam lumpur. Selain itu, hal tersebut dapat memperburuk kualitas air baku PDAM yang menyebabkan masalah lain bagi PDAM, diantaranya adalah fluktuasi kekeruhan dan tingginya kandungan senyawa organik pada air baku. Guan, Chen, & Shang (2005) menyatakan bahwa lumpur IPAM yang dapat digunakan sebagai koagulan dan memberikan peningkatan penyisihan SS dan COD. Pemanfaatan kembali lumpur IPAM sebagai koagulan pendukung menjadi salah satu solusi aplikatif bagi PDAM yang belum memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur. Metode yang digunakan adalah jartest menggunakan koagulan alum (Al2(SO4)3) dengan matriks air baku Sungai Ciliwung dan air sintetis metilen biru. Pada matriks air baku terdapat 4 variasi, yaitu efek konsentrasi koagulan alum, konsentrasi lumpur alum, kombinasi koagulan alum dan lumpur alum, serta konsentrasi kekeruhan inisial. Setelah seluruh variasi dilakukan dilanjutkan identifikasi variabel bebas yang signifikan dengan desain full faktorial. Sedangkan pada matriks air sintetis biru metilen dilakukan efek konsentrasi koagulan alum, konsentrasi lumpur alum, dan konsentrasi lumpur alum kering. Hasil karakterisasi lumpur IPAM dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No 82/2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran, hasilnya nilai TSS, BOD, COD, Fe, dan Total koliform melebihi baku mutu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lumpur IPAM Citayam harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air. Kombinasi antara koagulan alum dan lumpur alum dapat menyisihkan kekeruhan sampai 94%, dengan nilai kekeruhan akhir 6,98 NTU. Nilai tersebut melebihi kriteria effluen sedimentasi di IPA Citayam, yaitu 2,52 NTU. Pada matriks air sintetis metilen biru, lumpur IPAM dapat menyisihkan COD sebesar 94% dengan konsentrasi lumpur alum 2%.

Most of Drinking Water Treatment Plant (DWTP) in Indonesia discharge their sludge directly to water body without any treatment. Chemicals that contained in sludge can affect aquatic life. It worsen raw water quality which causes other problems, including turbidity fluctuations and high content of organic compounds in raw water. It has been found that both SS and COD removal efficiencies could be improved by addition of alum sludge (Guan, Chen, & Shang, 2005). Reuse of alum sludge as a coagulant aid can be one of a solution for sludge treatment and disposal. Jar test were performed with alumunium sulphate as a coagulant (Al2(SO4)3) with Ciliwung River raw water and methylene blue synthetic water. There are 4 variations for the raw water, the effect of alum coagulant concentration, alum sludge concentration, combination alum coagulant and alum sludge, and  initial turbidity concentration. After all variations are carried out, the identification of significant independent variables is followed by a full factorial design. Whereas in the methylene blue synthetic water, only the effects of alum coagulant concentration, alum sludge concentration, and dry alum sludge concentration were carried out. The results of the characterization of IPAM sludge were compared with Government Regulation (PP No.82/2001). TSS, BOD, COD, Fe, and Total Coliform in alum sludge exceeded the quality standards. Thus, it can be concluded that the Citayam DWTP sludge must be processed first before being discharged into the water body. The combination of alum coagulant and alum sludge can remove turbidity to 94%, with turbidity value of 6.98 NTU. This value exceeds the sedimentation effluent criteria at Citayam DWTP, which is 2.52 NTU. In methylene blue synthetic water, alum sludge can remove COD by 94% with 2% alum sludge concentration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Fathul Karamah
"Membran mikrofiltrasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengolahan air bersih. Namun teknologi ini rentan terhadap pengotoran/fouling oleh partikel dalam air limbah yang berupa koloid yang mengakibatkan kinerja dan selektivitas dari membran dapat berkurang. Salah satu proses untuk mengurangi laju pengotoran dalam membran adalah proses koagulasi. Suhu dan pH merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses koagulasi. Variasi suhu yang dilakukan adalah suhu 30, 40 dan 50o C, sedangkan variasi pHnya adalah 5, 7 dan 9. Hasil menunjukkan bahwa kondisi optimum untuk tahapan koagulasi yang diperoleh adalah pada suhu 40oC dan pH = 5. Dengan bantuan tahapan koagulasi ini maka hasil yang diperoleh dalam proses pengolahan air menggunakan teknologi membran diantaranya fluks permeat tertinggi yang diperoleh mencapai 0,0238 m 3/m2. Jam dan persen rejeksi untuk TDS sebesar 56,52 % sedangkan persen rejeksi untuk COD sebesar 38,9 %.

Microfiltration membrane are widely used in wastewater treatment. However, it is subjected to fouling that is caused by colloid particles in the wastewater. This fouling can affect the performance and selectivity of membrane. To reduce the fouling rate on membrane, pretreatment process is usually used, such as coagulation. Temperature and pH are two factors that affect the coagulation process. Variation of temperature is conducted at 30, 40 and 50oC, while the variation of pH is at 5, 7 and 9. The result shows that the optimum condition for coagulation process is at 40oC and pH of 5. With this coagulation process, the result of water treatment process using membrane technology reaches the highest performances with value of permeate flux is 0,0238 m 3/m2.hour and the % Rejection for TDS is 56,52 % and also % Rejection for COD is 38,9%."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Haraharp, Fitrah Humala
"ABSTRAK
Koagulasi adalah metode yang digunakan untuk menggumpalkan daging. Agen koagulan yang digunakan adalah enzim papain, transglutaminase dan rennin. Enzim papain tergolong protease sulhidril. Pada penggumpalan daging apabila dikenakan enzim papain maka terjadi reaksi pemutusan ikatan peptide sehingga protein terpotong-potong membentuk rantai yang lebih pendek. Komposisi penambahan agen koagulan yang dilakukan adalah 6 ml untuk setiap 100 gram daging ikan lele gerusan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui nilai-nilai untuk koagulasi menggunakan agen enzim papain, enzim transglutainase dan enzim rennin secara berurutan adalah kadar protein (16,01%; 16,03%; 17,21%), kadar air (72,44%; 70.98%, 72,5%), kadar serat kasar (0,4%; 0,56%; 0,29%) kadar lemak (7,88%; 7,75%; 8,85%), kadar karbohidrat (0,68%; 1,61%; 0,32%). Kemudian diketahui bahwa enzim transglutaminase paling baik dalam peran sebagai agen koagulan dibanding enzim lainnya. Diketahui transglutaminase memiliki kinerja lebih baik dalam menggumpalkan daging ikan lele, meskipun dikonsikan pada suhu 800C.

ABSTRACT
Coagulation is the method used to agglomerate meat. Coagulant agents used are papain, transglutaminase and rennin enzymes. Papain enzymes are classified as protease sulhydryl. In agglomeration of flesh when it is enriched papain enzyme then the peptide bond termination reaction occurs so that the protein is cut into shorter chains. The composition of the addition of coagulant agent is 6 ml for every 100 grams of scalloped catfish meat. Based on the results of the research, it is known that the values ​​for coagulation using papain enzyme agent, transglutainase enzyme and rennin enzyme are protein content (16,01%; 16,03%; 17,21%), moisture content (72,44%; 70.98%, 72.5%), crude fiber content (0.4%, 0.56%, 0.29%) fat content (7.88%, 7.75%, 8.85%), carbohydrate 0.68%; 1.61%; 0.32%). Then it is known that transglutaminase enzyme is best in the role of coagulant agent than any other enzyme. Known transglutaminase has better performance in catfish flesh, although dikonsikan at a temperature of 800C."
2017
S67630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Aditya Yuga Nugraha
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinetika pembentukan flok pada pengolahan air limbah pewarna buatan menggunakan proses koagulasi-flokulasi. Tawas dan Anionik Polyacrylamide (APAM) digunakan sebagai koagulan dan flokulan. Analisis kinetika yang digunakan adalah persamaan kinetika Avrami menggunakan fraksi penghilangan kekeruhan dan warna pada suhu 303 K, 323 K, dan 343 K untuk memngetahui kinetika pembentukan flok. Hasil uji jar menunjukan data optimum pada suhu 303 K dengan pH 6,5, dosis koagulan dan flokulan masing masing 30 ppm dan 1 ppm. Proses koagulasi-flokulasi selama 120 menit menunjukan penghilangan parameter kekeruhan (NTU) dan parameter warna (Gardner scale) masing-masing 90,8% dan 85,2 %. Data proses koagulasi-flokulasi pada parameter kekeruhan dan parameter warna masing masing mengikuti kinetika persamaan Avrami:
Y(T,t)_kekeruhan=1- exp{[-0,21exp(-(598,80)/(T))t(0,85)]}
Y(T,t)warna=1- exp{[-174,84exp(-(2928,20)/T)t(0,90)]}

The goal of this research is to better understand the kinetics of floc formation in artificial dye wastewater treatment utilizing the coagulation-flocculation method. Alum is used as a coagulant, while Anionic Polyacrylamide is used as a coagulant aid. To understand floc formation kinetics, the Avrami equation is utilized to examine turbidity and color removal at 303 K, 323 K, and 343 K. Jar test procedures were also performed in this study to identify the optimal tubidity and color removal. The best results were obtained at 303 K and a pH of 6,5. The optimal coagulant and flocculant dosages are 30 ppm and 1 ppm, respectively. At 120 minutes, turbidity removal (NTU) and color removal (Gardner Scale) were 90,8% and 85,2%, respectively. Data on turbidity and color parameters for coagulation-flocculation process respectively follow the kinetics of the Avrami equation:
Y(T,t)turbidity=1-exp{[-0,21exp(-(598,80)/(T))t(0,85)]}
Y(T,t)color=1-exp{[-174,84exp(-(2928,20)/T)t(0,90)]}
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Maani
"DIC ialah suatu keadaan yang timbul karena terjadinya pembekuan di dalam pembuluh darah secara luas, yang menghasilkan deposit fibrin di dalam mikrosirkulasi sehingga mengakibatkan skernik dan kerusakan organ. DIC bukan merupakan penyakit tersendiri tetapi merupakan komplikasi dan berbagai penyakit atau keadaan yang dapat mencetuskan pernbekuan darah. Pada DIC akut manifestasi kiinis yang paling sering dijumpai adalah perdarahan mulai dari yang ringan sampai berat, sehingga memerlukan penanganan yang cepat dan tepat. Untuk dapat menangani DIC dengan baik seorang klinikus perlu memahami patofisiologi DIC serta mengenali kelainan laboratorium yang sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis. DIC terjadi karena adanya aktivasi sistem pembekuan darah baik melalui jalur intrinsik, ekstrinsik atau langsung ke F X, protrombin atau fibrinogen. Proses pembekuan darah akan diikuti dengan proses fibrinolisis sehingga aktivitas trombin dan plasmin meningkat. Pada DIC akut terjadi keadaan dekompensasi karena kecepatan produksi trombosit dan faktor-faktor pembekuan tidak dapat mengimbangi konsumsi yang meningkat sehingga akan ditemui penurunan jumlah trombosit dan kadar fibrinogen, pemanjangan TT, PT dan APTT, DP terutama fragmen D dimer positif seta tes parakoagulasi positif. Pada DIC kronis biasanya terjadi keadaan terkompensasi atau overkompensasi sehingga hasil pemeriksaan laboratorium bervariasi, dapat sedikit menurun, normal atau meningkat. Diagnosis DIC ditegakkan berdasarkan keaadaan klinis dan kelainan laboratorium. Prinsip pengobatan DIC adalah memperbaiki keadaan umum,
mengobati atau menghilangkan penyakit dasar. Bila perlu diberikan trombosit dan faktor pembekuan hepanin dan antifibrinolitik.
Dalam, makalah ini dikemukakan lima kasus DIC pada penderita DHF derajat III dan IV dengan berbagai tingkat perdarahan dan petekia sampai hematemesis-melena. Diagnosis ditegakkan berdasarkan klinis dan laboratori Kelainan laboratorium jelas menunjukkan penurunan Jumlah trombosit dan kadar fibrinogen, Pemanjangan PT, APTT dan TT serta fragmen D dimer positif di dalam darah. Pada sediaan hapus ditemukan sel burr dan limfosit atipik pada sebagian besar kasus. Dan kelima kasus, dua meninggal kemungkinan karena perdarah yang tidak dapat diatasi.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman
"Kebutuhan air bersih di perkotaan akan meningkat seiring tahun karena pertumbuhan penduduk. Dengan kebutuhan air yang meningkat seiring tahun, PERUMDA Tirta Patriot sebagai perusahaan daerah yang melayani kebutuhan air bersih Kota Bekasi akan selalu berusaha untuk meningkatkan produksi air bersihnya. Dalam proses penjernihan air, koagulasi merupakan tahap awal yang krusial bagi keberhasilan proses-proses selanjutnya. Namun, proses koagulasi di IPA Teluk Buyung yang dimiliki PERUMDA Tirta Patriot belum maksimal karena pembubuhan dosis koagulan yang dibubuhkan tidak tepat (bukan dosis optimum) karena jarangnya dilakukan jar test. Hal ini menyebabkan dosis yang dibubuhkan tidak berubah padahal kualitas air baku yang masuk ke IPA sangat berfluktuatif. Hal ini juga yang membuat penyisihan kekeruhan di unit koagulasi tidak maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan pembuatan model efisiensi penyisihan kekeruhan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi (pH, kekeruhan, dosis jenis koagulan optimum). Untuk menentukan jenis koagulan yang optimum, dilakukan jar test dan pengambilan keputusan weighted sum method (WSM) pada koagulan alum, PAC, dan FeCl3 sehingga diperoleh PAC sebagai koagulan optimum dengan skor 5,6. PAC unggul karena memiliki efisiensi penyisihan kekeruhan hingga 99,81% dengan dosis 40 mg/L, memiliki penurunan pH yang paling kecil diantara ketiga koagulan, dan harga per liter air yang murah (Rp0,72/liter air). Berdasarkan hasil permodelan menggunakan RSM (Response Surface Methodology) dengan BBD (Box Behnken Design) diperoleh model penyisihan kekeruhan pada koagulan PAC dengan variabel bebas dosis, pH, dan kekeruhan dengan R2ajd =0,9965, R2preddiction = 0,9833, dan lack of fit test dengan signifikansi 0,2823 pada model kuadratik.

The need for clean water in urban areas will increase over the years due to population growth. With the need for water increasing over the years, PERUMDA Tirta Patriot as a regional company that serves the clean water needs of Bekasi City will always strive to increase its clean water production. In the water purification process, coagulation is a crucial initial stage for the success of subsequent processes. However, the coagulation process at the Teluk Buyung IPA owned by PERUMDA Tirta Patriot has not been maximized because the coagulant dosage applied is not correct (not the optimum dosage) due to the infrequency of jar tests. This causes the dosage to remain unchanged even though the quality of raw water entering the IPA fluctuates greatly. This also makes the removal of turbidity in the coagulation unit not optimal. To overcome this, it is necessary to model the efficiency of turbidity removal against factors that affect the coagulation process (pH, turbidity, optimum coagulant type dosage). To determine the optimum type of coagulant, jar tests and weighted sum method (WSM) decision making were carried out on alum, PAC, and FeCl3 coagulants so that PAC was obtained as the optimum coagulant with a score of 5.6. PAC is superior because it has a turbidity removal efficiency of up to 99.81% with a dose of 40 mg/L, has the smallest decrease in pH among the three coagulants, and has price per liter of water is cheap (Rp0.72/liter of water) . Based on modeling using RSM (Response Surface Methodology) with BBD (Box Behnken Design), a turbidity removal model was obtained for PAC coagulant with independent variables of dose, pH, and turbidity with R2ajd = 0.9965, R2preddiction = 0.9833, and lack of fit test with a significance of 0.2823 in the quadratic model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parningotan, Samuel
"Industri tekstil adalah salah satu kontributor utama pencemaran air, khususnya pencemaran zat warna. Pencemaran ini umumnya didominasi pada zat warna berjenis AZO yang memiliki dampak buruk bagi manusia dan lingkungan. Penyisihan zat warna AZO melalui pengolahan biologis konvensional menjadi tantangan akibat dari waktu proses yang lama serta sifat toksisitas yang dimiliki zat warna. Pada penelitian ini, penyisihan zat warna diteliti dengan menggunakan proses KFS, FLO, maupun kombinasi keduanya. Penelitian ini dilakukan pada alat jar test dengan menggunakan variasi dosis koagulan (10-80 mg/L), dosis H2O2 (42-1.680 mg/L), dan model kombinasi (KFS-FLO, FLO-KFS, dan FLO/KFS). Penyisihan zat warna Congo red sebesar 89% dicapai pada model kombinasi KFS-FLO pada kondisi 24 mg/L FeCl3, 280 mg/L H2O2, pH 8 (KFS) dan pH 3 (FLO). Hasil ini dibandingkan dengan persentase penyisihan pada kondisi terpilih di setiap masing-masing proses KFS (45%) dan FLO (62%). Selain memberikan efektivitas penyisihan yang tinggi, model kombinasi KFS-FLO menunjukkan penghematan biaya operasional akibat dari berkurangnya penggunaan H2O2 dan penyisihan yang sudah dilakukan koagulan pada proses KFS.

The textile industry is one of the main contributors to water pollution, especially dye pollution. This pollution is generally dominated by AZO-type dyes which harm humans and the environment. Removal of AZO dyes through conventional biological treatment is a challenge due to the long processing time and the toxicity of the dyes. In this study, dye removal was investigated using the CFS, FLO, or a combination of both processes. This research was conducted using a jar test using various coagulant doses (10-80 mg/L), H2O2 doses (42-1,680 mg/L), and combination models (CFS-FLO, FLO-CFS, and FLO/CFS). Congo red dye removal of 89% was achieved in the CFS-FLO combination model at conditions of 24 mg/L FeCl3, 280 mg/L H2O2, pH 8 (CFS), and pH 3 (FLO). This result is compared with the percentage of removal under selected conditions in each of the CFS (45%) and FLO (62%) processes. In addition to providing high removal effectiveness, the combined CFS-FLO model shows operational cost savings as a result of reduced H2O2 usage and coagulant removal in the CFS process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tegar Budi Aguta
"Membran elektrolit padat berbahan selulosa asetat memiliki proses fabrikasi yang lebih ramah lingkungan dan dapat terdegradasi secara alami. Fokus dalam penelitian ini adalah proses fabrikasi separator baterai padat berbasis selulosa melalui metode pemisahan fase terinduksi nonsolvent (NIPS) dengan pelarut aseton dan non-pelarut air. Dalam penilitian ini akan diselidiki pengaruh variasi komposisi aseton dalam bak koagulasi, mulai dari 0%, 25%, 50% hingga 75%(v/v) terhadap morfologi serta performa membran. Pengujian yang dilakukan berupa uji tarik, porositas, rasio penyusutan, penyerapan elektrolit, sudut kontak, Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), dan Scanning Electron Microscopy (SEM) dan menghasilkan kesimpulan bahwa peningkatan komposisi asetan dalam bak koagulasi meningkatkan terjadinya proses pemisahan, yang memicu peningkatan porositas, penyerapan elektrolit, hidrofisilitas, kemampuan pembasahan, dan konduktivitas ionik, namun menurunkan kekuatan tarik. Perubahan struktur yang terjadi akibat perubahan komposisi aseton dalam bak koagulasi dibuktikan dengan perubahan morfologi membrane melalui Scanning Electron Microscopy (SEM).

Solid electrolyte membranes made from cellulose acetate have a fabrication process that is more environmentally friendly and can be degraded naturally. The focus of this research is the fabrication process of cellulose-based solid battery separators through the nonsolvent induced phase separation (NIPS) method with acetone as solvent and water as non-solvent. This research will show the effect of variations in the composition of acetone in the coagulation bath, ranging from 0%, 25%, 50% to 75% (v/v) on the morphology and performance of the membrane. The tests carried out were tensile test, porosity, shrinkage ratio, electrolyte uptake, contact angle, Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), and Scanning Electron Microscopy (SEM) and resulted in the conclusion that the composition of the increased acetate in the coagulation bath enhances the demixing process, which increases porosity, electrolyte absorption, hydrophilicity, wetting ability, and ionic conductivity, but decreases tensile strength. Structural changes that occur due to changes in the composition of acetone in the coagulation bath are evidenced by changes in membrane morphology through Scanning Electron Microscopy (SEM)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>