Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169712 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup RI, 1998
634.961 8 KEB
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Menteri Negara Lingkungan Hidup , 1998
634.9 LAP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Sulianti
"Local Birocracy Performance on The Controlling and to Meassures Forest and Land Fires (Case Study : at Pontianak and Sambas Districts West Kalimantan Province)
Forestry sectors has been playing important role on economics at West Kalimantan is 23,68% (BPS,2000). Forest in this province is categorized as protection forests, wildlife sanctuary, national park, limited production forest, production forest and converted areas, totally number 9,030 acre. Those natural resources is needs to be maintain and to preserve.
Forest and land fires is one of the cause of deforestation, often resulting in loss on several dimensions:such as economics, environmental, ecological, and social. According to Directorate Protection of Forestry Department (1998) in 1997 26.590,36 acres forest and land were on fires.This number included production forest 23.811 acres, ,wildlife sanctuary 1,378 acres. At national level West Kalimantan was on the third rank largest areas loss due to fire.
Local birocracy issued a policy in controlling and to measure forest and land fires. The policy carried out through institutions that were inter-related local birocracy. Institutions whose have responsibilities and duties in solving and handling the fires problems. Nonetheles, those institutions have not perform optimal yet in controlling and to measures, as much as expected. Therefore we need to study the main cause of non optimal performance institutions on local birocracy in controlling and to measure forest and land fires.This problem emerges research quoctions:
In which inter-related local birocracy to performed a role in controlling and to measure forest and land fires at both districts Pontianak and Sambas West Kalimantan?
How does local birocracy perform in controlling and to measure forest and land fires at both districts Pontianak and Sambas West Kalimantan?
What are the component to support local birocracy performance in controlling and to measure forest and land fires at both districts Pontianak and Sambas West Kalimantan?
The aim of this research are:
Inter-related local birocracy to performed a role in controlling and to measure forest and land fires at both districts Pontianak and Sambas West Kalimantan.
Local birocracy performance in controlling and to measure forest and land fires at both districts Pontianak and Sambas West Kalimantan.
The component to support local birocracy performance in controlling and to measure forest and land fires at both districts Pontianak and Sambas West Kalimantan.
This study refered to organizational structure, human resources, budgets, programmes, and facilities as supporting element on local birocracy performance.
Input elements are organizational structure, human resources, budgets, programmes and facilities. Those inputs later on became variables, which indicate local birocracy performance in controlling and to measure forest and land fires.
This research used survey method by using secondary data. Generally,this research used analytical descriptive methods and using ex post facto. In order to analyze raw data, this research used scaling techniques. Refers to goal achivement on each variables, the point of view of analysis is to know about performance of local birocracy at two districts; Pontianak and Sambas.
The conclusions could be drawn from this research are:
Inter-related local birocracy to performed a role in controlling and to measure forest and land fires at both districts Pontianak and Sambas West Kalimantan, are: Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan and Dinas Kehutanan dan Perkebunan and Dinas Pertanian dan Kehutanan.
Local birocracy performance at Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan and Dinas Pertanian dan Kehutanan in Pontianak districts categorized less succes; whereas at Sambas districts, performance at Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan categorized not success and at Dinas Pertanian and Kehutanan less success in in controlling and to measures forest and land fires
3_ Component to support local birocracy performance in controlling and to measure forest and land fires at both districts Pontianak and Sambas West Kalimantan, are: organizational structure, human resources, budgets, programmes and facilities.
There are no decreasing number in forest and land fires and hotspots on 2002 mean vulnerability for forest and land fires in West Kalimantan province still high.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 12563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arif Qulvan Rindes
"Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, khususnya di Provinsi Jambi hampir
terjadi setiap tahun tetapi dengan intensitas dan luasan yang tidak selalu sama.
Melalui interpretasi citra NOAA tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 dengan
menggunakan parameter hotspot, penelitian ini bertujuan membahas perubahan
pola sebaran hotspot dan karakteristik wilayah kebakaran hutan dan lahan di
Provinsi Jambi. Hasil analisis spasial dengan teknik overlay diperoleh bahwa
secara umum kebakaran di Provinsi Jambi memiliki pola yang mengelompok dan
lokasinya hampir selalu tetap setiap tahun. Wilayah yang terjadi kebakaran lebih
banyak terjadi di musim kering dan berada dekat dengan pemukiman penduduk,
dimana lokasi tersebut merupakan wilayah dengan vegetasi yang kurang rapat dan
dengan jenis tanah hasil pelapukan bahan-bahan organik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34141
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Kebakaran hutan dan/atau lahan di Indonesia telah terjadi sejak
abad 19. Kasus kebakaran yang paling signifikan terjadi pada
tahun 1982, 1997-1998, dan 2006. Kebakaran hutan ini
menghasilkan asap dalam jumlah yang sangat banyak dan dirasakan
juga oleh masyarakat di Malaysia dan Singapura. Adapun
pencemaran oleh asap ini dapat dikatakan sebagai pencemaran
udara lintas batas karena dihasilkan di wilayah Indonesia dan
dampaknya dapat dirasakan sampai ke Malaysia dan Singapura.
Penyebab dari kebakaran hutan dan/atau lahan yang menghasilkan
pencemaran asap lintas batas ini adalah terutama karena konversi
hutan dan/atau lahan menjadi lahan perkebunan. Cara konversi
hutan dan/atau lahan yang paling mudah dan murah adalah dengan
membakar hutan. Namun, melihat bahwa perusahaan perkebunan
merupakan penyebab utama kebakaran hutan, pemerintah Indonesia,
khususnya pemerintah daerah masih saja memberikan konsesi lahan.
Hal ini diperparah dengan tidak adanya mekanisme kontrol dan
sanksi yang tegas bagi para pelanggar. Upaya pemerintah dalam
menanggulangi masalah ini lebih dititikberatkan pada
penanggulangan kebakaran hutan, bukan pada upaya pencegahan.
Padahal dalam hukum internasional, suatu negara memiliki
kewajiban pada masyarakat internasional untuk menjaga wilayahnya
dan memastikan bahwa aktivitas dalam wilayahnya tidak mengganggu
negara lain. Sayangnya, sampai saat ini, Indonesia masih belum
dapat mengatasi masalah kebakaran hutan dan pencemaran udara
lintas batas. Masalah ini terus berulang setiap tahunnya dan
merugikan tidak hanya Indonesia, namun juga negara tetangga,
Malaysia, dan Singapura. Padahal, atas kegagalan ini, Indonesia
dapat dimintai pertanggungjawaban melalui forum internasional."
[Universitas Indonesia, ], 2007
S26212
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Qadarsyah Imami
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang strategi dan implementasi Program Desa Siaga Api terhadap kesadaran masyarakat atas bahaya kebakaran hutan dan lahan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi program dilakukan dengan melibatkan pemerintah, masyarakat dan perusahaan, pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan kebakaran dilakukan dengan bentuk sosialisasi dengan pemangku kepentingan, kampanye, program pertanian ekologis terpadu dan program masyarakat siaga api. Hasil perubahan masyarakat dari pelaksanaan program dihasilkan kesadaran masyarakat karena adanya penegakan sanksi hukum terhadap pembakar lahan oleh aparat pemerintah, program desa siaga api memiliki andil dalam memberikan kesadaran kepada masyarakat yang terlibat dalam program, selain itu adanya program sebelumnya yang memiliki tujuan pencegahan kebakaran. Faktor yang menjadi penghambat program adanya aturan pemerintah membolehkan membuka ladang dengan membakar dengan batas yang ditentukan sedangkan faktor pendukung program adalah komitmen perusahaan dalam menjalankan program. Peran program desa siaga api dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah mengisi kekosongan peran pemerintah dalam menanggulangi dan pencegahan kebakaran lahan.

ABSTRACT
This thesis discusses about the strategy and implementation of Desa Siaga Api Program in changing community behaviour to reduce the dangers of forest and land fires. The research used qualitative approach with descriptive design. The results of this study indicate that the strategy of the concept was involving government dan community to synergize with company. Fire prevention and countermeasure programs were implemented by some activities such as socialization with stakeholders, campaigns, integrated ecological agriculture program and masyarakat siaga api program. The results of implementation were the appearance of community interest to the program and also the elevation of their knowledge about integrated ecology farming and the program had changed community farming pattern. Government policy that allow community to slash and burn in farming was obstacle factors of the program, in contrast stakeholder rsquo s role in reinforcing strictly Inpres no 11 Th. 2015 and company rsquo s commitment to keep running the program were the supporting factor. The role of this program as the form of Corporate Social Responsibity was filling the gaps of the government 39 s role in tackling and preventing land fires"
Depok: 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwarsono
"ABSTRAK
Kebakaran hutan dan lahan telah menjadi ancaman cukup serius bagi masyarakat
secara global pada dua dekade terakhir karena kontribusinya terhadap rusaknya
ekosistem, peningkatan emisi karbon, penurunan keanekaragaman hayati,
gangguan kesehatan, dan kerugian ekonomi. Kalimantan merupakan daerah yang
rawan terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui model identifikasi burned area yang paling sesuai diaplikasikan di
Kalimantan dengan menggunakan citra MODIS serta mengkaji sebaran burned
area secara spasial (spatial distribution). Identifikasi burned area dilakukan
dengan menggunakan indeks vegetasi (NDVI), indeks kebakaran (NBR), dan
nilai reflektansi dari citra MODIS. Analisis sebaran secara spasial dilakukan
dengan menumpangsusunkan (overlay) antara burned area dengan variabelvariabel
penutup lahan, curah hujan, elevasi, kemiringan lereng, jenis tanah, dan
jarak dengan permukiman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari semua
model, model NBR memberikan tingkat akurasi paling tinggi, yaitu sebesar 0,635
atau 63,5%. Luas total burned area di Kalimantan pada tahun 2011 sekitar
343.290 ha. Sebaran spasial burned area di Kalimantan sebagian besar berada
pada suatu wilayah yang mempunyai karakteristik; (a) curah hujan bulanan
kurang dari 200 mm/bulan, (b) jenis tanah Tropohemists, Tropaquepts, atau
Quartzipsaments, (c) penutup lahan semak/belukar, sawah, hutan, atau
ladang/tegalan, (d) elevasi di bawah 100 meter dpl, (e) datar dengan kemiringan 0
? 3%, dan (f) relatif dekat dengan permukiman.

Abstract
Forest and land fire has been a serious threat for global communities since two
last decades because their contribution to ecosystem damages, carbon emission
increasing, biodiversity decreasing, healthy interfering, and also economic lost.
Kalimantan is the prone area of the forest and land fire. Objectives of the research
are to find out the appropriate identification model of burned area derived from
MODIS imagery and to analyze their spatial distribution. The burned area
identification was developed by using the variabels extracted from MODIS
imagery such vegetation index (NDVI), burn index (NBR), and reflectance values.
Then, the spatial distribution was analyzed by using overlay methods between
burned area and variabels of rainfall, landcover, elevation, slope, soil type and the
distances from settlements. The research concludes that among several models,
the NBR model show the highest accuracy, that is 63,5 %. Total of the burned
area in Kalimantan for 2011 was about 343,290 hectares. The burned area spatial
distribution in Kalimantan mostly located on the regions which have
characteristics; (a) rainfall less than 200 mm/month, (b) soil type of Tropohemists,
Tropaquepts, or Quartzipsaments, (c) landcover of shrublands, paddy fields,
forests, or croplands, (d) elevation less than 100 metres asl, (e) flat regions with
slope about 0 ? 3%, and (f) relatively near from settlements."
2012
T31221
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>