Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61522 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutagalung, Gomgom Basa
"Perang selalu membawa dampak negatif yang sangat besar, misalnya: mematahkan semangat manusia, mengubur dalam-dalam nilai-nilai tradisional, adat-istiadat, menghancurkan moral, keadaan ekonomi, jiwa, idealisme dan masa depan manusia. Heinrich Böl yang mengalami perang dunia I dan II, sangat prihatin akan keadaan sosial di Jerman setelah perang dunia II selesai. Penelitian ini berusaha untuk menjelaskan kritik Böll terhadap keadaan masyarakat Jerman seusai perang dunia II dari sudut pandang sosiologi sastra. Dalam tulisan ini dijelaskan bagaimana hancurnya moral, jiwa, dan masa depan manusia oleh karena perang.

Wars have always brought huge negative impacts, for example: it breaks the human spirit, deeply buries traditional values and customs, and destroys morals, economy, souls, idealism and the future of the human race. Heinrich Böll, who experienced World War I and II, had been deeply concerned about the social conditions in Germany in the aftermath of the Second World War. This research tries to explain Böll?s criticism on the condition of the German society after World War II from the sociological approach. This writing explains how wars destroy morals, souls, and the human future."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Gomgom Basa
"Perang selalu membawa dampak negatif yang sangat besar, misalnya: mematahkan semangat manusia, mengubur
dalam-dalam nilai-nilai tradisional, adat-istiadat, menghancurkan moral, keadaan ekonomi, jiwa, idealisme dan masa
depan manusia. Heinrich Böl yang mengalami perang dunia I dan II, sangat prihatin akan keadaan sosial di Jerman
setelah perang dunia II selesai. Penelitian ini berusaha untuk menjelaskan kritik Böll terhadap keadaan masyarakat
Jerman seusai perang dunia II dari sudut pandang sosiologi sastra. Dalam tulisan ini dijelaskan bagaimana hancurnya
moral, jiwa, dan masa depan manusia oleh karena perang.
Wars have always brought huge negative impacts, for example: it breaks the human spirit, deeply buries traditional
values and customs, and destroys morals, economy, souls, idealism and the future of the human race. Heinrich Böll,
who experienced World War I and II, had been deeply concerned about the social conditions in Germany in the
aftermath of the Second World War. This research tries to explain Böll’s criticism on the condition of the German
society after World War II from the sociological approach. This writing explains how wars destroy morals, souls, and
the human future."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Suci Auliya
"Kekalahan Jerman pada Perang Dunia II memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan negaranya. Dampak yang muncul diantaranya adalah denazifikasi, keharusan membayar ganti rugi, kesulitan ekonomi, serta ketidakberdayaan masyarakat. Kesulitan untuk melayangkan kritik pun membuat masyarakat Jerman terpaksa menerima kebijakan sekutu. Meski begitu, Jerman berusaha bangkit dari keterpurukannya ketika mengalami kekalahan perang untuk kedua kalinya. Melalui penelitian ini, penulis mendiskusikan bagaimana cerpen “Die schwarzen Schafe” digunakan oleh Heinrich Böll dalam menampilkan kondisi Jerman Barat saat kalah Perang Dunia II. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Böll mengisahkan kehidupan tokoh utama di dalam cerpen, seorang kambing hitam, sebagai sebuah metafora untuk menampilkan kondisi Jerman Barat tepat saat kalah Perang Dunia II. Böll menampilkan kondisi masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi, dijauhkan dari lingkungan tempat tinggal mereka sendiri, dan nyaris kehilangan harapan akibat ketidakberdayaan mereka. Selain itu, perang tidak hanya berdampak pada masyarakat yang merasakan peperangan dan yang selamat setelahnya, tetapi juga akan berdampak pada generasi selanjutnya.

The defeat of Germany in World War II has had a negative influence on the country and society. Denazification, the necessity to pay reparations, economic hardships, and societal impotence are some of the consequences. The German people were also constrained to accept the Allies' policies since it was difficult to criticize them. Nonetheless, Germany attempted to recover from the agony of a second war defeat. Through this research, the author discusses how Heinrich Böll used the short story "Die schwarzen Schafe" to depict West Germany's condition after World War II. The qualitative descriptive method is used in this research, together with a sociology of literature approach. The findings reveal that Böll uses the life of the main character in the short story, a black sheep, as a metaphor for West Germany at the time it lost World War II. Through this short story, Böll depicts the condition of people who are experiencing economic difficulty, are alienated from their own environment, and have nearly given up hope due to their inability to defend themselves. Furthermore, war will have an impact not only on those who lived through the conflict and those who survived, but also on future generations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ainul Qalbi
"Perang selama ini dalam pemikiran masyarakat awam dikenal sebagai suatu peristiwa yang memilukan, tidak adil, dan sebagai sebuah tragedi kemanusiaan. Namun, perang sebenarnya dapat menjadi suatu peristiwa yang adil. Dalam upaya mencapai keadilan tersebut, Agustinus mencetuskan sebuah teori yang mengatur apa saja yang boleh maupun yang tidak boleh dilakukan oleh pihak-pihak yang berperang, yang dikenal sebagai Just War Theory. Ada pun teori ini dikembangkan lebih lanjut oleh Michael Walzer pada abad 20. Just War Theory yang dikembangkan oleh Walzer ini menjadi alat analisis yang akan penulis pergunakan untuk membuktikan pelaksanaan Perang Dunia II di Eropa sebagai sebuah perang yang adil.

War is commonly known as an event that only brings misery, injustice, and a tragedy of humanity. But, war actually can become an event which is just. In order to make war as a just war, Augustine arranged some theories that can make a war become a just war, which is known as “Just War Theory”. In the 20th century, Michael Walzer has successfully developed the just war theory into a whole new level. In my opinion, this theory can become an instrument to prove that there are justice that contained in World War II in European Region, and this war is a just war that happened in the 20th century."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soenarjati Djajanegara
"A number of literary works may be classified as social criticism, raising issue that are fell to disturb or oven threaten deeply rooted values. Some of the writing have received positive response, mainly from contemporary authorities, as concrete actions have been taken to address. In the history of American literature Nathaniel Hawthorne's The Scarlet Letter may be the earliest novel lo criticize a fanatically religious society. Published In 1850, the work tells of an illicit relationship between a priest and a married woman, amid a society that radically follows pious norms. Though this society lived some 1 50 years before his time, Hawthorne must have felt the relevance the story bore in his days. In fact, even today radicalism can hardly be tolerated. Other novels discussed in this treatise are those that have significant impact on people, including the authorities, inducing them lo lake remedial actions or at least lo question their disposition hitherto. Harriet Beecher Stowe's Uncle Tom's Cabin (1853), for example, sparked the Civil War The Jungle [1910} by Upton Sinclair caused the government to issue the Food and Drug Act. Some thirty years later John Steinbeck published his phenomenal The Grapes of Wrath, describing victims of the Great Depression and inducing President Roosevelt to instruct banks to provide soft loans to farmers badly stricken by the crisis, In 1 949 Richard Wright wrote Native Son, raising the racial discrimination issue, a social problem which persists till today This writing concludes with the novel The Color Purple (1963) in which feminist writer Alice Walker very aptly deals with the gender issue."
2005
JSAM-X-1-JanJun2005-14
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vestianty Nurlestari Ningrat
"Perang sangat berdampak buruk bagi keseluruhan hidup setiap orang. Dampak buruk tersebut, seperti kehilangan keluarga tercinta, tidak memiliki kehidupan yang layak, dan khususnya bagi pemuda adalah pupusnya masa depan. Hal-hal inilah yang tergambar dalam novel Der Zug war pünktlich karya Heinrich Böll yang berlatarbelakangkan masa Perang Dunia II saat Jerman mengalami Kriegswende. Skripsi ini akan membahas mengenai dampak perang terhadap masyarakat, konflikkonflik yang terjadi dalam novel dikaitkan dengan teori habitus, lingkungan, dan modal Pierre Bourdieu, dan kritik sosial yang ingin disampaikan oleh Böll terkait dengan masalah perang.

War has greatly damaging effects to human life. Those effects are such as loss family, no decent life, and especially no future for youth. Those descriptions have been reflected in novel Der Zug war pünktlich by Heinrich Böll which has World War II when German had Kriegswende as the backgorund of the story. This novel attempt to notify the readers about the effects of war as Böll’s ctitics towards war. This thesis discusses the effects of war to the people; conflicts that occured in this novel are related to habitus, field, and capital theories from Pierre Bourdieu; and Böll’s social war critics.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mandalyca Marcella Puteri
"Karya ilmiah ini membahas masalah sosial yang terjadi di Korea pada pasca Perang Korea melalui karya ceritapendek Dua Generasi yang Teraniaya Sunan Idae karya Ha Geun Chan ??? . Konflik ideologi yangterjadi di Semenanjung Korea memuncak dengan pecahnya perang antara Korea Selatan dan Korea Utara yangterjadi pada tahun 1950. Kejadian tersebut juga membawa luka dan kepedihan mendalam di hati masyarakatKorea. Selain itu, perang yang terjadi menimbulkan masalah-masalah sosial di Korea. Penggambaran darikeadaan Korea tergambar jelas melalui hasil karya sastra Korea pada era selepas perang, salah satunya adalahcerpen Dua Generasi yang Teraniaya Sunan Idae karya Ha Geun Chan ??? . Konflik cerita yangmenggambarkan permasalahan sosial yang muncul pada masyarakat Korea, menjadi pembahasan utama dalamkarya ilmiah ini. Perang Korea yang terjadi pada tahun 1950 membawa masalah-masalah sosial, khususnyaterhadap keluarga Korea yang menjadi tentara sukarelawan pada masa perang. Berdasarkan hasil analisis daridata yang diperoleh terdapat tiga masalah sosial yang terjadi yaitu, terpisahnya anggota keluarga yang menjaditentara sukarelawan Korea akibat peperangan yang terjadi, penderitaan batin dan fisik, serta pandangan suramdari korban Perang Korea terhadap masa depan.

This paper discusses the social problems that occur in Korea after the Korean War through the work of shortstories The Suffering of Two Generations Sunan Idae by Ha Geun Chan. Ideological conflict in the Korean Peninsula culminated with the outbreak of war between South Korea and North Korea, which occurred in 1950.These events also bring wounds and deep pain in the hearts of Korean society. Moreover, wars cause socialproblems in Korea. The portrayal of the Korean state clearly illustrated by the work of Korean literature in theera after the war, one of which is a short story The Suffering of Two Generations Sunan Idae by Ha GeunChan . Conflict stories that illustrate the social problems that arise in Korean society, becoming a majorissue in this paper. Korean war in 1950 brought social problems, especially for families Korean army. Based onthe obtained data there are three social issues that occur ie, separation of families who become Korean volunteerarmy that happened as a result of war, mental and physical suffering, and the bleak outlook of the Korean Warcasualties on the future."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
M. Melly Kosasih
"ABSTRAK
Tesis ini berjudul "Pergeseran nilai yang dialami oleh generasi muda Amerika Serikat yang terlibat dalam Perang Dunia I, seperti tercermin dalam novel-novel karya John Dos Passos, E.E. Cummings dan Ernest Hemingway."
Adapun novel-novel yang dimaksud adalah One Man's Initiation: 1917 dan Three Soldiers karya John Dos Passos, The Enormous Room karya E.E. Cummings, dan The Sun Also Rises dan A Farewell to Arms karya Ernest Hemingway. Ketiga pengarang ini termasuk ke dalam periode yang sama dalam Kesusasteraan Amerika, yaitu periode setelah Perang Dunia I atau yang dikenal dengan Periode 1920-an (The Twenties). Ketiganya mempunyai pengalaman yang sama ikut terlibat dalam Perang Dunia I sebagai anggota unit ambulans Amerika di Eropa.
Setelah upaya damai yang dilakukan oleh Amerika terhadap tindakan Jerman gagal, Amerika akhirnya masuk ke dalam ajang Perang Dunia I terhitung tanggal 6 April 1917. Slogan perang Presiden Wilson pada saat itu adalah bahwa dunia harus dibuat aman bagi demokrasi (Smith, 1985: 518). Kemenangan pihak Jerman akan mengancam demokrasi di seluruh dunia. Kongres memberlakukan Selective Service Acts untuk membentuk bala bantuan bagi Eropa. Tiga juta wajib militer dan dua juta sukarelawan merupakan kekuatan Amerika di Eropa.
Di medan perang, para pemuda Amerika tiba-tiba dihadapkan pada keadaan yang jauh berbeda dari bayangan mereka: mereka mengalami ketakutan yang demikian besar dan tidak dapat mengerti akan tujuan dari operasi yang mereka lakukan. Idealisme perang hilang, dan patriotisme memudar dengan dilakukannya desersi. Demikian pula setelah perang usai, mereka menunjukkan perilaku yang kontras dengan nilai budaya tradisional Amerika. Mereka banyak yang tinggal di Paris, menjalani hidup berkelompok. Pesimisme melanda mereka. Pandangan mereka tentang perang dan negara mereka pun jauh berbeda dari generasi yang mendahului mereka.
Masalah pergeseran nilai ini merupakan salah satu fenomena yang menonjol pada jamannya dan sangat menarik untuk dikaji. Mengapa generasi muda Amerika yang terlibat dalam Perang Dunia I mengalami pergeseran nilai? Situasi dan kondisi seperti apakah yang mendasari terjadinya pergeseran nilai tersebut?
Dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, dapat disimpulkan-bahwa yang menjadi pokok masalah dalam penulisan ini adalah dampak keterlibatan generasi muda Amerika dalam Perang Dunia I terhadap pelestarian nilai tradisional Amerika.
Nilai tradisional yang akan dibahas di sini adalah nilai yang berhubungan dengan peperangan. Adapun nilai yang dimaksud adalah idealisme perang, patriotisme, dan optimisme. Karena pergeseran nilai ditunjukkan oleh adanya perubahan sikap terhadap perang dan nilai-nilai terkait, dalam menganalisis data saya akan membahas sikap masing-masing tokoh dalam menghadapi situasi, kejadian dan masalah yang menyangkut peperangan, serta menelaah faktor yang menyebabkan timbulnya sikap tersebut dalam diri mereka."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Hendradjuanita
"ABSTRAK
Huhungan Sastra, Sastrawan dan Masyarakat Norbert Oellers berpendapat: Literatur entsteht and wirkt in konkreten gesellschaftlichen Situation : und ist von diesen abhaengig. Bla diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kalimat tersebut berbunyi: Sastra terja_di dan mempunyai pengaruh dalam situasi masyarakat yang konkrit dan tergantung kepadanya. Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Wil_liam Henry Hudson seperti yang dikutip oleh Andre Hardjana menyatakan bahwa sastra pada hakekatnya ada_lah suatu pengungkapan kehidupan melalui bahasa. Sastra merupakan pengungkapan baku (yang sebenarnya) dari : apa yang telah dialami orang tentang kehidupan, apa yang te_lah dipermenungkan, dan dirasakan orang mengenai segi_segi kehidupan yang paling menarik minat secara langsung lagi kuat2_

"
1984
S14641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratidina Sekar Pembayun
"Pendidikan merupakan fondasi dasar suatu bangsa dalam membangun karakter sebuah bangsa. Sistem pendidikan yang diterapkan dalam setiap negara berbedabeda tergantung pemerintah masing-masing. Swiss dikatakan sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, namun Peter Bichsel dalam buku kumpulan esainya yang berjudul Schulmeistereien mengkritik sistem pendidikan negara Swiss pada kurun waktu 1970-an. Skripsi ini membahas mengenai kritik sosial yang dikemukakan Peter Bichsel dalam tiga esainya mengenai sistem pendidikan di negara Swiss dengan menggunakan pendekatan bahasa sebagai kapital simbolik.

Education is the basic foundation of a nation in building the character of a nation. The education system is applied in each country vary according to their respective governments. Switzerland is said to be one of the best educational system in the world, but Peter Bichsel in the book of his collected essays entitled Schulmeistereien criticize the educational system of Switzerland during the period of the 1970s. This thesis discusses the social critic of Peter Bichsel presented in three essays which talked about educational system in Switzerland by using the approach methode of language as symbolic power."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1943
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>