Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60953 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Chlorolignin compound in pulp and paper wastewater are toxic and mutagenic.The pulp and paper wastewater consisting chlorolignin are harmful if discharged to the receiving water without treatment
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Nathaniela
"Kurkumin adalah senyawa tautomerik berwarna kuning dengan berbagai aktivitas farmakologis. Kurkumin memiliki sifat fisikokimia yang kurang baik, yaitu bioavailibilitas dan kelarutan dalam air yang rendah. Oleh karena itu, kurkumin perlu didegradasi menjadi bentuk senyawa lain yang lebih stabil secara fisikokimia. Salah satu degradasi yang dapat dilakukan adalah degradasi secara enzimatis. Kurkumin merupakan senyawa yang dapat didegradasi oleh enzim peroksidase. Enzim peroksidase pada kapang Chaetomium globosum dan Phanerochaete chrysosporium mampu mengoksidasi Mn2+ seperti MnP dan senyawa non-fenolik potensial redoks tinggi seperti LiP. Parameter produksi kapang, seperti media dan waktu peremajaan serta kultivas dapat mempengaruhi aktivitas enzim peroksidase yang dihasilkan dalam mengoksidasi substrat kimia. Parameter optimum diharapkan dapat menghasilkan aktivitas degradasi kurkumin yang baik. Kapang Chaetomium globosum dan Phanerochaete chrysosporium >masing-masing dilakukan optimasi peremajaan dan kultivasi menggunakan komposisi media yang mengandung lignin, yaitu serbuk batang bambu kuning, daun nanas madu, dan tandan kosong kelapa sawit. Crude enzim peroksidase diuji aktivitasnya pada hari ke-7, 10, dan 14 dalam mengoksidasi MnSO4 dan veratril alkohol, serta dihitung bobot keringnya. Hasil optimasi menunjukkan bahwa peremajaan kedua kapang dilakukan selama lima hari. Kultivasi selama sepuluh hari . Bahan tambahan yang paling baik digunakan untuk pertumbuhan kapang Chaetomium globosum adalah serbuk batang bambu kuning dan kapang Phanerochaete chrysosporium adalah serbuk daun nanas madu. Kultivasi dilakukan kembali untuk memulai proses degradasi. Kromatogram kurkumin terbentuk pada waktu retensi 17 menit dengan parameter instrumen berupa fase gerak metanol : 0,3% larutan asam format (25:75), laju alir 0,3 ml/menit, dan panjang gelombang detektor sebesr 280 nm. Kurkumin yang terdegradasi oleh kapang Chaetomium globosum 178,795 danPhanerochaete chrysosporium tidak dapat dideteksi.

Curcumin is a yellow tautomeric compound that has many pharmacological activities. Curcumin has poor physicochemical properties, such as low bioavailability and water solubility. Therefore, curcumin degradation into another, more physiochemically stable substance is preferable. A degradation method available for use is enzymatic degradation. Curcumin is a substance that peroxidases can degrade. Peroxidase enzymes found on Chaetomium globosum and Phanerochaete chrysosporium molds can oxidize Mn2+, such as MnP, and high redox potential non-phenolic substrates, such as LiP. Mold production parameters, such as the culture media, waktu peremajaan and cultivation time, affect the produced peroxidase enzyme activity in oxidizing a chemical substrate. An optimum parameter is proposed to produce a superior curcumin degradation activity. In this study, Chaetomium globosum’s and Phanerochaete chrysosporium’s pre-cultivation and cultivation time were optimized using culture media that contain lignin, namely yellow bamboo stalk powder, pineapple leaf, and mpty fruit bunch. The oxidation activity of the crude peroxidase enzyme was tested on MnSO4 and veratryl alcohol on the seventh, tenth, and 14th days. The results showed that the best pre-cultivation and cultivation times are five and ten days, respectively. The best cultivation media for Chaetomium globosum and Phanerochaete chrysosporium are yellow bamboo stalk powder and pineapple leaf. Cultivation was done further to start the degradation process. Curcumin chromatogram was obtained at a retention time of 17 minutes using 0.3% of methanol as the mobile phase, formic acid solution (25:75), a flow rate of 0.3 ml/minute, and a detector wavelength of 280 nm. The amount of curcumin degraded by the Chaetomium globosum and Phanerochaete chrysosporium molds were 178,795 and N.D. respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tandan kosong kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). merupakan limbah dari proses pengolahan Elaeis guineensis yang berpotensi sebagai bahan pakan ternak. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan Phanerochaete chrysosporium Burds.—biakan laboratorium Bioteknologi, BPPT, Serpong— dalam mendegradasi tandan kosong kelapa sawit. Penelitian bersifat eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Parameter hasil degradasi yang diamati adalah Neutral Detergent Fiber (NDF), Acid Detergent Fiber (ADF), lignin, aktivitas lignin peroksidase (LiP) dan mangan peroksidase (MnP). Fermentasi dilakukan dengan substrat padat secara still culture. Pengujian kadar NDF, ADF, lignin menggunakan metode Apriantono dkk. 1989 dan aktivitas enzim LiP serta MnP diuji menggunakan metode Fujian dkk. 2001 Hasil uji statistik anova dua faktor menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan pada kadar NDF, ADF, dan lignin (α=0,05). Hasil pengukuran kadar rata-rata NDF pada kelompok perlakuan dari minggu ke-0 sampai ke-4, secara berturut-turut, adalah 0,787 g; 0,778 g; 0,774 g; 0,766 g; dan 0,761 g. Penurunan kadar rata-rata NDF selama 4 minggu adalah 40,62%. Hasil pengukuran kadar rata-rata ADF pada kelompok perlakuan dari minggu ke-0 sampai ke-4, secara berturut-turut, adalah 0,572 g; 0,565 g; 0,439 g; 0,358 g; dan 0,327 g. Penurunan kadar rata-rata ADF selama 4 minggu adalah 42,531%. Hasil pengukuran kadar rata-rata lignin pada
kelompok perlakuan dari minggu ke-0 sampai ke-4, secara berturut-turut, adalah 0,154 g; 0,141 g; 0,113 g; 0,063 g; dan 0,053 g. Total penurunan kadar rata-rata lignin selama 4 minggu adalah 65,359%. Hasil aktivitas enzim LiP dan MnP (U/ml) yang dihasilkan dari minggu ke-1 sampai ke-4, masing-masing, adalah 48,9 dan 134,01; 77,59 dan 163,62 ; 82,15 dan 181,70; serta 82,77 dan 186,92."
Universitas Indonesia, 2007
S31460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This study was carried out to investigate the effect of biological treatment with Phanerochaete chrysosporium Burds fungi on the degradation process of chemical component of wood of Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) especially lignin, celullose and extractives and efficiency of the pulping process.
The white-rot fungus, P. chrysosporium Burds was cultured at 28 ° C, RH 65 % for 7 days under growth medium, and inoculated to wood chips of Sengon and incubated for 4 weeks. The chips were then analyzed of its chemical components and then cooked by kraft process with 3 variation of active alkali (16%, 14%,12%) and 3 variation of cooking time (2; 1,5; and 1 hour).
This study showed that fungal treatment could reduce the lignin content of wood chip from 26 % to 24 % and reduce the extractives content from 2,5 % to 1,7 %, and celullose content changed slightly. The highest screened yield (50,72 %) was reached on treated chips cooked with 16 % active alkali and 1,5 hours time cooking. The treated chips cooked with 14% active alkali and 1,5 hours cooking time has the same screened yield with untreated chips, 39,85% dan 39,32% respectively. The kappa number decreased from 7,97 to 2, 89. This means that bio-kraft pulping could reduce the active alkali requirement unto 12,5 % and reduce the cooking time unto 25 %."
580 AGR 19 (1-4) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Konsep unggun terfluidisasi telah banyak diaplikasikan oleh dunia industri,
terutama indushi kimia dan pembakaran batubara. Konsep ini telah memberikan
dampak yang positif baik dari segi hasil proses maupun emisinya. Dalam aplikasinya
sebagai proses mula untuk pembakaran batubara, mempercepat proses pembakaran
batubara dan emisi gas buangnya teiah mengurangi dampak polusi.
Pengujian unggun terfluidisasi dengan memakai tiga jerm batubara, yaitu:
Bangko, Adam dan SRC Biasa dengan dua variasi diameter 215 s/d 300 pm dan 300
s/d S00 pm. Pengukuran dilakukan dengan alat uji untuk mendapatkan pengaruh
variasi diameter pada jenis batubara yang berbeda terhadap kecepatan fluidisasi
minimum.
Kecepatan fluidisasi minimum didaparkan dengan cara memplot data hasil
pengukuran jatuh tekanan terhadap kecepatan iluida Kemudian kecepatan Huidisasi
minimum ketiga batubara dibandingkan sehingga dapat diketahui bahwa batubara
Adare lebih mudah teriluidisasi dibandingkan balubara Bangko dan batubara Bangko
lebih mudah terfluidisasi dibandingkan batubara SRC Biasa.
Untuk batubara yang sejenis tetapi berbeda diameter didapatkan bahwa yang
berdiameter 215 s/d 300 μn lebih mudah terfluidisasi dibandingkan yang
herdiameter 300 s/d 500 μm. Sehingga dapat diketahui bahwa ukuran diameter
mempengaruhi kecepatan Huidisasi minimum. Semakin kecil ukuran diameter maka
semakin mudah terfluidisasi
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S37126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atha Hamzah
"ABSTRAK
Gasifikasi kayu menggunakan reaktor unggun terfluidisasi merupakan salah satu contoh yang bagus dalam pengolahan biomassa untuk produksi syngas. Ketersediaan kayu yang cukup banyak membuat kayu merupakan salah satu jenis biomassa yang sering digunakan sebagai bahan baku gasifikasi. Reaktor unggun terfluidisasi memiliki pencampuran dan keseragaman suhu yang baik, dimana hal tersebut dapat mengurangi tingkat sensitivitas dari fluktuasi variabel seperti laju medium gasifikasi, laju biomassa, maupun komposisi biomassa. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model dua dimensi untuk proses gasifikasi kayu dalam reaktor unggun terfluidisasi dan mengetahui pengaruh dari perubahan variabel menggunakan pemodelan dengan komputasi pendekatan numeris. Model matematis mencakup persamaan neraca massa, neraca energi, neraca momentum untuk fasa padat maupun gas. Pendekatan euler-euler digunakan dalam persamaan neraca momentum dengan turbulensi dua fasa RANS k-ɛ. Gas hidrogen dan karbon monoksida merupakan produk utama dari proses ini. Konversi char didapatkan sebesar 35 persen dengan komposisi gas produk 12,65 vol persen persen CO, 4,35 vol persen CO2, 20,4 vol persen H2, 2,2 vol persen CH4, dan 60,4 vol persen N2 menggunakan udara sebagai media gasifikasi pada suhu 723 K. Suhu media gasifikasi berbanding terbalik dengan gas hidrogen yang terbentuk, hal tersebut disebabkan karena adanya reaksi hidrogen dengan char. Sedangkan produksi gas karbon monoksida berbanding terbalik dengan kuantitas oksigen di dalam reaktor. Oksigen berlebih akan mengakibatkan reaksi berubah dari reaksi pembakaran tidak sempurna yang menghasilkan karbon monoksida, menjadi reaksi pembakaran sempurna yang menghasilkan karbon dioksida.

ABSTRACT
Wood gasification in bubbling fluidized bed is one of the most reliable biomass utilization to produce syngas. Wood is commonly used as a gasification feedstock due to its availability. Bubbling fluidized bed reactors have excellent mixing and temperature uniformity which contribute to reduce sensitivity from variable fluctuation such as gasifying medium flow rate, feedstock flow rate, and biomass composition. The purpose of this research is to develop two-dimensional model of wood gasification in bubbling fluidized bed and to investigate the effect of variable to its producer gas composition using modelling with numerical approach. Mathematical model covers mass balance equation, energy balance equation, and momentum balance equation for solid phase and gas phase. Euler-euler approach with RANS k-ɛ two-phase turbulence is used to determine momentum balance equation. The main products from this process are hydrogen and carbon monoxide. 35 persen char conversion obtained with 12,65 vol persen CO, 4,35 vol persen CO2, 20,4 vol persen H2, 2,2 vol persen CH4, and 60,4 vol persen N2 producer gas composition using air at 723 K as a gasyfying agent. Due to reaction between char and hydrogen, gasifying temperature inversely proportional with hydrogen produced. While carbon monoxide produced is inversely proportional with quantity of oxygen in reactor. Excess oxygen will turn the reaction from incomplete combustion that produce carbon monoxide to complete combustion that produce carbon dioxide."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Octo Adhi Widodo Pryhanto
"ABSTRAK
Pencemaran oleh limbah cair industri yang mengandung senyawa fenolik
memerlukan penanganan khusus sebelum aman dibuang ke lingkungan Salah satu
upaya yang dilakukan untuk mengurangi konsentrasi senyawa fenolik dalam limbah
cair tersebut adalah pengolahan dengan metode ?oksidasi cepat dan intensif?
menggunakan oksidator kuat, yaitu ozon. Senyawa-senyawa fenolik tersebut akan
teroksidasi oleh ozon menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak berbahaya bagi
lingkungan seperti karbondioksida, asam asetat, asam oksalat dan asam-asam
organik lainnya.
Dalam penelitian ini, dilakukan penyisihan senyawa fenolik dengan teknik
ozonasi dalam kolom sistem injeksi ozon berganda (multi injection ozonarion
column, MOC). Senyawa-senyawa fenolik yang digunakan adalah fenol dan 4-
klorofenol dengan konsentrasi sekitar 20 mg/L yang diharapkan dapat mewakili
kondisi limbah cair yang sebenamya dan industri. Kondisi urnpan senyawa fenolik
tersebut dibuat pada suasana basa (pH 9-10 dan 10-I I) sesuai dengan kondisi pH
optimal untuk reaksi oksidasi senyawa fenolik yaitu pada pH 3-11 (Tomiyasu er al.
Langlais el a1.,l991; Ledon @m_ Sawyer & Martell, 1992; Freshour er al.
1996). Larutan yang mengandung senyawa fenolik dialirkan 560313 kontinyu dalam
reaktor kolom selama 12 jam dengan laju alir 12 L/hari atau 0,5 L/jam. Konsentrasi
senyawa fenolik keluaran reaktor kolom dianalisis menggunakan metode
aminoantipirin dengan spektofotometer.
Hasil uji reaksi penyisihan senyawa-senyawa fenolik selama 12 jam, baik
untuk fenol atau 4-klorofenol didapatkan penunman konsentrasi, yaitu dari
konsentrasi I8-23 mgL pada awal percobaan menjadi sekitar 0,13-0,26 mg,/L pada
aknir peraobaan. Penurunan konsentrasi senyawa fenolik diikuti oleh penurunan pH
larutan sebagai akibat terbentuknya senyawa-senyawa antara yang bersifat asam,
selain itu diikuti pula kenaikan kadar oksigen terlarut. Percobaan penyisihan 4-
klorofenol menggunakan ozon menghasilkan besar % penyisihan pada akhir
percobaan yang relatif lebih kecil dibandingkan pada penyisihan fenol. Untuk dua
variasi pH 9-10 dan pH 10-ll didapatkan penyisihan fenol masing-masing sebesar
99,252 % dan 99,28l% sedangkan larutan 4-klorofenol didapatkan masing-masing
sebesar 98,786 % dan 98,998%_"
2000
S50816
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winarto Kurniawan
"ABSTRAK
Dari keseluruhan aktivitas manusia, kegiatan industri dan pertambangan memberikan kontribusi yang paling besar dalam proses pencemaran. Salah satu diantara senyawa buangan industri yang berbahaya adalah fenol, yang memiliki sifat toksisitas tinggi baik terhadap manusia maupun biota akuatik. Mengingat bahaya yang ditimbulkannya, perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum air buangan yang mengandung fenol dapat dilepas ke lingkungan.
Salah satu alternatif proses pengolahan limbah fenol adalah teknik ozonasi, yaitu oksidasi senyawa fenol dengan menggunakan ozon. Pemakaian teknik ini kini telah berkembang pesat di berbagai bidang, terutama dalam bidang pengolahan air minum dan air limbah. Pesatnya perkembangan ini disebabkan karena sifat oksidator ozon yang kuat, sehingga mampu mensterilkan mikroorganisme, menghilangkan warna dan bau, serta mengoksidasi limbah baik organik maupun anorganik.
Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap kinerja penyisihan senyawa fenol dengan teknik ozonasi menggunakan kontaktor kolom sistem injeksi berganda secara kontinu. Pengamatan dititikberatkan pada suasana basa, dengan variasi konsentrasi fenol awal (5 dan 10 ppm) serta pH awal (9-10 dan 10-11). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penyisihan limbah fenol pada suasana ini berjalan cepat dengan tingkat penyisihan fenol berkisar diantara 95,01% sampai 99,22%."
2000
S49171
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Reaktor unggun terfluidisasi cenderung berperilaku tidak stabil dan suhunya berosilasi (Choi and Ray, 1985). McAuly melakukan pemodelan campuran sempurna yang disederhanakan terhadap reaktor polietilen fasa gas yang hasilnya tidak berbeda jauh dengan hasil pemodelan Choi dan Ray, dengan demikian pemodelannya dapat digunakan dengan tepat untuk memodelkan reaktor polietilen unggun terfluidisasi fasa gas dalam skala industri.
Dengan memakai model McAuley, dalam studi ini, perilaku keadaan tunak untuk model pencampuran sempurna mengindikasikan bahwa ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi untuk laju umpan katalis antara 0.80 dan 5.5 Kg/jam. Untuk laju alir katalis dibawah 0.80 kg/jam hanya ada satu keadaan tunak pada suhu rendah dan diatas 5.5 kg/jam keadaan tunak hanya bisa terjadi pada suhu tinggi. Stabilitas reaktor hanya terjadi pada suhu rendah dan suhu tinggi saja, sedangkan pada suhu menengah kondisi reaktor tidak stabil. Ketidakstabilan berawal dari titik Hopf-bifurcation yaitu pada Iaju alir katalis, Fc sebesar 4.35 kg/jam.
Pengaruh kondisi operasi berupa Iaju alir umpan tidak terlalu sensitif terhadap stabilitas dan pola kondisi tunak reaktor kecuali pada suhu rendah, samakin besar Iaju alir umpan semakin besar interval Iaju alir katalis yang masih mungkin untuk reaktor beroperasi stabil. Sedangkan besamya energi aktivasi katalis memberikan pengaruh yang cukup besar terutama pada suhu sedang dan suhu tinggi.
Untuk Ea ≤ 5000 hanya ada kondisi tunak tunggal. Distribusi triangular konstanta deaktivasi kd memberikan titik Hopf-bifurcation, untuk kd antara 0.008709375 dan 0.089996875, terjadi pada Fc antara 4.31 dan 6.52 kg/jam atau sekitar 98.34 % sedangkan untuk distribusi uniform dengan interval kd yang sama memberikan peluang 85.09 %."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49076
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>