Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80138 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suardi Herik
"Konflik negara dengan warga Negara adalah salah satu fenomena yang terjadi pasca reformasi 1998. Perubahan politik ini memberikan dampak yang signifikan pada hubungan Negara dengan warga Negara dalam mengelola relasinya, sekaligus telah mengantarkan pada kesadaran untuk memperjuangkan semua hak sosial, politik maupun ekonominya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat konflik yang terjadi antar Negara dengan warga Negara pada kasus rencana proyek PLTN Muria yang rencana tapaknya di ujung lemah abang desa balong kecamatan kembang kabupaten jepara, Dengan mengajukan pertanyaan penelitian dimensi dan sebab apa yang terjadi pada konflik ini dan bagaimana peran kepemimpinan dalam mengatasi konflik ini.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif penelitian ini dilakukan di Desa Balong dan Kabupaten Jepara. Pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran dokumen , pengamatan dan wawancara mendalam. Data diabstraksi, dipilah dan dianalisis kemudian dilaporkan dalam pemaparan deskriptif. Sejumlah teori yang digunakan adalah tentang konflik, relasi Negara dan warga Negara serta teori kepemimpinan. Dari penelitian memperlihatkan hubungan antar faktor dalam peristiwa-peristiwa konflik cukup kompleks. Secara subtansial, faktor utama yang perlu dilihat dalam dinamika konflik adalah intesitas konflik - yakni tingkat kekerasaan- namun terbentuknya intesitas konflik secara terbatas dipengaruhi pula faktor lain dalam dimensi dinamika, yakni eskalasi, fluktuasi, peran aktor dan lembaga, serta karateristik lokal. Pada faktor sebab yakni ketimpangan, perubahan politik, eksploitasi, dominasi, dan pemberdayaan secara subtansi faktor eksploitasi dan pemberdayaan menjadi sebab utama dari konflik. Sedangkan peran kepemimpinan baik lokal maupun pusat belum meperlihatkan tindakan kepemimpinan -yakni speed, priority, dan fleksibility untuk menyelesaikan konflik yang berlangsung.
Dari gambaran penelitian nampak bahwa Dinamika dan sebab konflik merupakan gejala yang dapat di baca indikasi kemunculanya oleh sebab itu maka sebaiknya pemerintah dapat memperhatikan kemunculan indikator itu dan segera mengambil tindakan kepemimpinan untuk meredam dan mencegah kekerasan yang potensial terjadi. Dalam jangka panjang pemerintah harus memberikan Jaminan kepastian terhadap PLTN tidak hanya dalam jaminan teknologi, akan tetapi kepastian hukum dan kepercayaan secara institusional untuk mengelola proyek dengan potensi resiko besar. Dan terakhir ruang dialog agar dibuka dengan transparan dan akuntabel bagi semua stekholder."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T24972
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Bastori
"Kebutuhan listrik nasional pada masa mendatang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan industri. Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) menjadi alternatif dalam memenuhi kekurangan penyediaan listrik secara nasional. Oleh karena itu, kajian investasi dan skema pembiayaan PLTN menjadi cukup mendesak untuk dilakukan.
Hasil analisa terhadap PLTN dan pembangkit konvensional dalam studi ini menunjukkan bahwa PLTN cukup kompetitif terhadap pembangkit batu bara dan gas. Biaya produksi listrik PLTN jenis AP600 sekitar S32,12 per MWh sedangkan pembangkit batu bara diantara $29 - $32 per MWh dan pembangkit gas sekitar 532,68 per MWh pada discount rate 8% tanpa pajak karbon. Resiko bisnis PLTN mencakup biaya pertanggungjawaban nuklir terhadap lingkungan, resiko mundurnya penyelesaian proyek, dan premi asuransi investasi. Biaya pertanggungjawaban nuklir meliputi biaya resiko kecelakaan nuklir, asuransi properti dan para pekerja. Ada dua skema pembiayaan yang ditinjau dalam studi ini yaitu skema tradisional (modal dan pinjaman) dan Build Operate Transfer (BOT).
Dari beberapa skenario yang dikaji dalam tesis ini, hasilnya menunjukkan bahwa skema pembiayaan konsorsium dan BOT merupakan alternatif yang patut dipertimbangkan bagi para pengambil kebijakan. Skema konsorsium cukup cocok bagi negara yang sudah berpengalaman dalam proyek PLTN dan skema BOT cocok bagi negara yang belum memiliki pengalaman dalam proyek PLTN."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16140
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Bastori
"Kebutuhan listrik nasional pada masa mendatang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan industri. Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) menjadi alternatif dalam memenuhi kekurangan penyediaan listrik secara nasional. Oleh karena itu, kajian investasi dan skema pembiayaan PLTN menjadi cukup mendesak untuk dilakukan.
Hasil analisa terhadap PLTN dan pembangkit konvensional dalam studi ini menunjukkan bahwa PLTN cukup kompetitif terhadap pembangkit batu bara dan gas. Biaya produksi listrik PLTN jenis AP600 sekitar 532,12 per MWh sedangkan pembangkit batu bara di antara $29 - $32 per MWh dan pembangkit gas sekitar $32,68 per MWh pada discount rate 8% tanpa pajak karbon.
Resiko bisnis PLTN mencakup biaya pertanggungjawaban nuklir terhadap ]ingkungan, resiko mundurnya penyelesaian proyek, dan premi asuransi investasi. Biaya pertanggungiawaban nuklir meliputi biaya resiko kecelakaan nuklir, asuransi properti dan para pekerja.
Ada dua skema pembiayaan yang ditinjau dalam studi ini yaitu skema tradisional (modal dan pinjaman) dan Build Operate Transfer (BOT). Dari beberapa skenario yang dikaji dalam tesis ini, hasilnya menunjukkan bahwa skema pembiayaan konsorsium dan BOT merupakan alternatif yang patut dipertimbangkan bagi para pengambil kebijakan. Skema konsorsium cukup cocok bagi negara yang sudah berpengalaman dalam proyek PLTN dan skema BOT cocok bagi negara yang belum memiiiki pengalaman dalam proyek PLTN.

In the future, national electricity demand increases according population and industry growth. Nuclear power plant is alternative to cover electricity deficit nationally. So, investment assessment and financing scheme for nuclear power plant are urgent to be done.
The result of analysis to nuclear and conventional in the study shows that nuclear power plant is competitive to coal and gas. Levelized cost of electricity (LCOE) for AP600 nuclear power plant is $32.12 per MWh but coal about 529 - $32 per MWh and gas $32.68 per MWh in 8% discount rate without carbon tax.
Nuclear power plant business risk consists of nuclear liability cost for environment, project delayed, and insurance premium of investment. Nuclear liability covers cost of nuclear accident risk, insurance premium for property and staff.
There are two financing scheme reviewed; traditional (equity and debt) and Build Operate Transfer (BOT) scheme. From some scenarios assessed in the thesis show that consortium and BOT financing scheme are alternatives can be considered by decision maker. Consortium scheme is suitable for experience country in nuclear power plant and BOT is suitable for not experience country.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T18637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada sistem kelistrikan PLTN, daya listrik disuplai menggunakan dua sistem transmisi luar yang pertama dari main transformer dan house service transformer dan kedua dari reserve transformet. Beban listrik pada sistem ini diklasifikasikan masing-masing sistem listrik dengan safety dan sistem listrik tanpa safety. Pada sistem bolak balik dengan safety dan tanpa safety masing-masing terdapat empat bus tegangan mengengah 6,9 kv dan empat bus sistem tegangan rendah 480v. Pada sistem arus searah dengan safety terdiri dari empat sistem daya 125 v dan sistem tanpa safety dengan dua sistem daya 125 v. Peralatan pada sistem kelistikan turbin generator utama GTG safety, GTG alternate, UPS dan sistem batrai dan lain-lain. Untuk melindungi peralatan dan bangunan dari gangguan sambaran langsung dan tidak langsung maka dipasang sistem pembumian netral dan penangkal petir dan untuk melindungi personel terhadap tegngan sentuh dipasang sistem pembumian peralatan dan stasiun."
PRIMA 6:11 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Sistem kelistrikan pembangkit listrik tenaga nuklir. Pada sistem iini daya listrik disuplai dari2 sistem transmisi luar.yang pertama dari main transformer dan house service masing-masngsistem listrik dg safety dan sistem list tanpa safety.Pd sistem bolak balik dengan safety dan tanpa sfety masin2 trdapt embat bus tegangan menengah 6,9 KV dan empat bus sistem tegangan rendah 480 V. Pada sistem arus searah dg safety terdiri empat sistem daya 125 V dan sisitem tanpa safety terdiri dari dua sisitem daya 125V. Peralatan pada sisitem kelistrikan ini turbin generator utama, GTG safety, GTG alternate, UPS dan sisitem bateri dll. Untuk melindungi peralatan dan bangunan ini trdapat gangguan sanbaran langsubg dan tdk langsung dipasang sisitem pembunian netral dan peneangkal petir dan untuk melindungi personil thd tgangan sentuh dipasang sisitem pembumian peralatan dan pemumian stasiun. Sistem pembumian penangkal petir dihubungkan kesistem pumbumian stasiun."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Santhani
"Pembangunan PLTN di Indonesia dan dunia masih menjadi kontroversi, hal ini disebabkan oleh keamanan dan keselamatan PLTN yang masih diragukan. Kecelakaan nuklir di Chernobyl pada tahun 1986 dan kejadian bencana PLTN Fukushima tahun 2011 menunjukan standar keselamatan dan kemanan yang sangat ketat pada kontruksi dan pengoperasian, ternyata tidak dapat menghindari bencana kebocoran radioaktif. International Atomic Energy Agency IAEA adalah badan yang mengawasi perkembangan energi nuklir di dunia, terutama negara berkembang.
Pada tahun 2009 IAEA telah melakukan evaluasi kesiapan Indonesia dalam pembangunan PLTN pertama, berdasarkan evaluasi tersebut menyimpulkan bahwa dari 19 kriteria yang telah ditetapkan hampir semua isu area infrastruktur dapat ditindaklanjuti untuk membuat keputusan selanjutnya berlanjut ke Fase II, kecuali komitmen negara, manajemen dan keterlibatan stakeholder. Dalam penelitian ini, Penulis akan menganalisa kembali 19 multikriteria yang ditetapkan IAEA untuk pembangunan PLTN pertama di Indonesia berdasarkan kondisi saat ini.
Berdasarkan hasil penelitian, Indonesia belum siap membangun PLTN pertama, terutama pada kriteria komitmen negara, keselamatan, keamanan, perencanaan kedaruratan serta keterlibatan stakeholder. Namun apabila Indonesia menganggap PLTN sangat mendesak untuk dibangun, perlu ada upaya yang dilakukan untuk memenuhi standar IAEA yaitu komitmen tegas Pemerintah, pemilihan lokasi dan teknologi yang tepat, komitmen perlindungan keamanan dan keselamatan, peningkatan SDM, pengelolaan limbah radioaktif, keterbukaan informasi dan sosialisasi nuklir, subsidi serta penyiapan dana keadaan darurat.

There is still a controversy about the development of nuclear power that shows concern for its security and safety aspects. The catastrophic nuclear accident happened in Chernobyl 1986 and Fukushima 2011 suggested that a very strict safety and security standard on construction and operation apparently could not prevent radioactive leak disaster. International Atomic Energy Agency IAEA is the organization that oversees the development of nuclear energy in the world, especially developing countries.
In 2009, IAEA has conducted an assessment on Indonesia 39 s readiness for its first nuclear power plant. The assessment concluded that 19 nuclear infrastructure issues, Indonesia still has pending issues on state commitment, management and stakeholder involvement. In this study, the author would like to reanalyze the 19 nuclear infrastructure issues which set by the IAEA for Indonesia rsquo s first nuclear power plant based on Indonesia current conditions.
The study itself suggests that Indonesia is unlikely to be ready to build the plant. This is due to numerous unmet nuclear infrastructure standards, especially in state commitment, management, safety, security, emergency planning and stakeholder involvement aspects. However, if the construction of nuclear power plant is urgently needed, the government has to make efforts to meet IAEA standards in several aspect, such as state commitment, proper location and technology selection, security and safety protection, human resource development, radioactive waste management, information disclosure and nuclear socialization, subsidies and preparation of emergency funds.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Nurmayady
"ABSTRAK
Pembelajaran PLTN masih terus dilakukan diantaranya pembelajaran melalui simulator PLTN. Pada seminar telah dibahas mengenai pemodelan putaran turbin dan generator. Pada tesis ini akan dibahas mengenai pengendalian frekuensi sistem tenaga listrik. Frekuensi sistem tenaga listrik erat kaitannya dengan putaran turbin generator, oleh karena itu penegdalian frekuensi pada tesis ini akan mengacu pada pengendalian putaran turbin dan generator. Persamaan matematis dari penelitian seminar yang lalu, dimanfaatkan untuk membentuk sistem pengendalian. Dengan memberikan input variasi beban dilihat karakateristik putaran turbin dan generator. Lalu dibuat sebuah pengendalian PID ( Proporsional Integral Diferential ) agar frekuensi cepat kembali ke posisi normalnya. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian dalam rangka pembuatan simulator PLTN.

ABSTRACT
Studies about NPP is still undarway, including studies through nuclear power plant simulator. In the seminar research has been discussed about the turbine and generator modeling spin. This research will be discussing about the rotation and frequency control. Mathematical equations from the past research will be use to form the control system. By providing various input load, viewed from characteristic of the spin from turbine and generator. Then a control were made in order to make frequency and its fast spin, returned to its normal position. This research is a part of the research in order to manufacture nuclear power plant simulator."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27933
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Nurmayady
"Pembelajaran PLTN masih terus dilakukan diantaranya pembelajaran melalui simulator PLTN. Pada seminar telah dibahas mengenai pemodelan putaran turbin dan generator. Pada tesis ini akan dibahas mengenai pengendalian frekuensi sistem tenaga listrik. Frekuensi sistem tenaga listrik erat kaitannya dengan putaran turbin generator, oleh karena itu penegdalian frekuensi pada tesis ini akan mengacu pada pengendalian putaran turbin dan generator. Persamaan matematis dari penelitian seminar yang lalu, dimanfaatkan untuk membentuk sistem pengendalian. Dengan memberikan input variasi beban dilihat karakateristik putaran turbin dan generator. Lalu dibuat sebuah pengendalian PID ( Proporsional Integral Diferential ) agar frekuensi cepat kembali ke posisi normalnya. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian dalam rangka pembuatan simulator PLTN.

Studies about NPP is still undarway, including studies through nuclear power plant simulator. In the seminar research has been discussed about the turbine and generator modeling spin. This research will be discussing about the rotation and frequency control. Mathematical equations from the past research will be use to form the control system. By providing various input load, viewed from characteristic of the spin from turbine and generator. Then a control were made in order to make frequency and its fast spin, returned to its normal position. This research is a part of the research in order to manufacture nuclear power plant simulator."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T40932
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yarianto Sugeng Budi Susilo
"Dalam rencana pembangunan PLTN di Ujung Lemahabang, Kabupaten Jepara. Jawa Tengah, perlu dilakukan kajian yang mendalam dari aspek keselamatan baik faktor internal maupun faktor eksternal. Kondisi meteorologi merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keselamatan penduduk di sekilar PLTN dari bahaya radiologik akibat emisi efluen radioaktif dari PLTN ke udara Kondisi meteorologi di sekitar PLTN akan mempengaruhi perjalanan efluen radioaklif di atmosfir dan merupakan parameter yang sangat penting bagi lepasan radioaktif dari PLTN ke lingkungan dan juga ke manusia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pola sebaran efluen radioaktif yang diemisikan PLTN melalui media udara berdasarkan kondisi atmosfir di sekitar Ujung Lemahabang. Selain itu tujuan penelitian ini adalah menentukan wilayah kritrs sebaran zat radioaktif di sekitar calon lokasi PLTN.
Dalam penelitian ini data meteorologi yang digunakan adalah data sekunder hasil I Pemantauan Newjec Inc. dari bulan Agustus 1994 sampai bulan Juli 1995. Data meteorologi diperoleh melalui pemantauan secara langsung dan kontinyu. Data tersebut meliputi data suhu, kecepatan dan arah angin. serta curah hujan. Variabel lain adalah stabilitas udara, yang tidak dipantau secara langsung tetapi dapat dihitung melalui lapse rate suhu. Masing-masing variabel diklasifikasikan dalam kisaran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan International Atomic Energy Agency (IAEA) dan dihitung frekuensi kejadiannya dalam setahun pengukuran.
Penelitian mengenai pola sebaran efluen radioaktif di sekitar PLTN akan dilakukan dalam radius sampai 10 km, dan wilayah yang dikaji dibagi dalam ring dan sektor. Setiap ring mempunyai pertambahan radius (increment) sebesar 100 m dari titik lepasan efluen. Wilayah kajian juga dibagi dalam 16 sektor, dengan sudut masing-masrng sektor sebesar 22,5°.
Perhitungan sebaran efluen menggunakan metode Gaussian dan konsentrasi terintegrasi waktu (Time Integrated Consentration=TIC). Perhitungan dilakukan secara serempak dengan menggunakan pemodelan dan simulasi komputer berdasarkarl data stalistik meteorologi.
Verifikasi program dilakukan dengan uji keluaran, yaitu hasil eksekusi program dibandingkan dengan perhitungan secara manual dengan nengambil beberapa sampel. Hasil verifikasi menunjukkan kesesuaian untuk sernua program. Karena hasil eksekusi program menunjukkan hasil yang sama dengan perhitungan secara manual (sesuai dengan yang diharapkan).
Hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut. Pola disperse di Ujung Lemahabang digambarkan dalam bentuk kurva 2 dimensi dengan sumbu horisontal menyatakan jarak dan sumbu vertikal menyatakan konsentrasi terintegrasi waktu per laju emisi. Perilaku kurva menunjukkan mula-mula terjadi kenaikan konsentrasi terhadap jarak untuk semua arah sektor dengan puncak TIC/Q berada pada radius sekitar 200-300 meter dan kemudian rnengalami penurunan secara asimtotis. Nilai TIC/Q untuk I-131 terbesar terjadi pada sektor NNW dengan jarak 220 meter dan TIC/Q adalah 52.92 detik/m2. Efluen radroaktif lebih terdispersi ke bagian udara dari tapak Ujung Lemahabang yaitu ke arah pantai dan laut. Arah dan kecepatan angin serta stabilitas udara berpengaruh terhadap pola sebaran efluen. Transformasi radioaktivitas tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai TIC/Q.
Dilihat dari faktor kekritisan individual, sebaran efluen radioaktif yang relatif paling kritis adalah ke arah sektor SSW, S, dan WSW pada radius 1-2 km. Dalam radius 0-1 km tak ada penduduk yang menetap sehingga bukan merupakan daerah kritis baik individual maupun kolektif.
Dilihat dan faktor kekritisan kolektif, maka wilayah pada ring 5-10 km sektor SSW dart S adalah yang paling besar nilainya yang disebabkan jumlah populasi yang sangat besar, kemudian diikuti wilayah pada ring 1-2 km dengan sektor SSW. Wilayah pada ring antara 2-5 km sektor S dan pada ring 1-2 km sektor S. Sebagian besar wilayah path ring 5-10 km mempunyai faktor kekritisan kulektil yang relatif kecil kecuali pada sektor S dan SSW.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah (1) konsentrasi radioaktif mula-mula bertambah dan mencapai nilai maksimum pada jarak sekitar 200-300 meter, dan kemudian turun secara asimptotis: (2) variabel atmosfir berpengaruh terhadap sebaran efluen radioaktif: (3) Waktu paro radionuklida tidak begilu berpengaruh terhadap pola sebaran efluen; (4) pada umumnya dengan pertambahan jarak maka faktor kekritisan individual semakin kecil; (5) dosis ekivalen efektil terbesar melalui jalur inhalasi secara langsung untuk 1-131 dari lepasan PWR 1000 adalah sebesar 1,7.10-' mSv/tahun. dan masih jauh di bawah ketentuan BATAN yaitu 5 mSv/tahun.

The Planning of Nuclear Power Plants (NPP) Development that will be built at Ujung Lemahabang, Jepara Regency. Jawa Tengah Province, needs deep and comprehensive assessment from both internal and external safety aspect. Meteorological condition is one of external factors affecting population safety at _ the vicinity of Nuclear Power Plants from radiological impact caused by emission of radioactive effluent released by Nuclear Power Plants into the atmosphere. Meteorological condition in NPPs vicinity affect radioactive effluent fate in the atmosphere_ The meteorological parameters are very important in affecting the transport of radioactive releases from NPP to the environment and thereby to man.
The objectives of the research are (1) establishment of dispersion pattern of radioactive effluent discharge into the atmosphere released by NPP at the vicinity of Ujung Lemahabang site (2) identification of critical areas of radioactive dispersion at the vicinity of Ujung Lemahabang site.
The meteorological data cover temperature, wind direction, wind speed and rainfall, The meteorological data used in the research are the secondary data resulted from monitoring in 1 year duration started from August 1994 up to July 1995 conducted by Newjec inc. These data were obtained by continuous and direct monitoring. Other variable affecting the fate of radioactive effluent at atmosphere is atmospheric stability. This variable is not monitored directly. but it can be calculated based on temperature lapse rate_ Each variable is classified according to International Atomic Energy Agency (iAEA) guidance Assessment of dispersion pattern of radioactive effluent in the NPP site and its vicinity is conducted in the area within 10 km radius. The Area is divided into 100 rings and 16 sectors. Distance between rings is 100 m starting from release point. The angular width of each sector is equal to 11/8 radians (22.5°).
Calculations of effluent dispersion employ Gaussian and Time integrated Concentration (TIC) method. Calculations are executed simultaneously by computer modeling and simulation based on meteorological statistic data.
Verification of computer programme is conducted by output test The results of programme execution are compared with manual calculation at some sample points. The results for all programmes execution match with the results of manual calculation.
Pattern of radioactivity dispersion at Ujung Lernahabang site and its vicinity iie distance from release point and the vertical axis represents TICIQ value. TICIQ increases with radii for all sectors and reach its peak value at about 200-300 meter from release point. TICIQ then go down and curves will reach some asymptotes. The highest TICIQ value of 52.92 s2/m' occurred at NNW sector and 220 meters radius from release point. Radioactive effluent is more dispersed to Northern sectors that are occupied mostly by sea.
Wind direction, atmospheric stability, and wind velocity influence the pattern of effluent dispersion. Radioactivity transformation does not significantly influence pattern of dispersion of radioactive effluent.
All of the SSW, S, and WSW sectors in the region within 1-2 km radii have the highest value of individual criticality factor compared to other cells. In the 0-1 km radii there is no permanent population. therefore this region does not both individually and collectively critical.
The regions within 5-10 km ring and SSW and S sectors have the highest value of collective criticality factor compared to other cells because these cells have the highest number of population. The above collective criticality factor then are followed by regions that occupied by 1-2 km ring and SSW sector, 2-5 km ring and S sector and 1-2 km ring and S sector in descending order. Generally, most of the regions within 5-10 km ring have low collective criticality factor, except for S and SSW sectors.
The conclusions of the research are (1) concentration of radioactive increase with increasing radius and reach maximum value at about 200-300 meters from release point and then go down asymptotically: (2) atmospheric variables significantly influence the pattern of radioactive effluent dispersion: (3) the half life of radionuclide do not significantly influence pattern of dispersion of radioactive effluent; (4) generally, the further the distance of a certain point from the release point. the less critical the area will be; (5) the highest of effective dose equivalent of direct inhalation for 1-131 released by PWR 1000 is 1.7.10'' mSv/year. This value does not exceed the annual dose limits recognized by BATAN of 5 m5v/year.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Akmalsyah
"Penelitian ini menganalisis kelayakan investasi teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dengan desain Molten Salt Reactor (MSR) di Bangka Belitung menggunakan metode Value at Risk (VaR). Kajian ini bertujuan untuk menilai kelayakan ekonomi PLTN MSR dan mengidentifikasi risiko yang berdampak pada parameter investasi. Analisis menggunakan data primer dan sekunder, melibatkan model keuangan arus kas yang didiskontokan, dan simulasi Monte Carlo dengan 10.000 iterasi pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil menunjukkan bahwa PLTN MSR secara ekonomi layak dengan nilai NPV proyek sebesar $338,7 juta, IRR 13,06%, Profitability Index 1.40, dan discounted payback period 11,19 tahun. Risiko utama yang diidentifikasi meliputi waktu konstruksi yang berkepanjangan, persepsi publik, gangguan pasokan bahan bakar, perubahan kebijakan, dan efisiensi termal. Penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi pengembangan energi nuklir di Indonesia sebagai bagian dari target net zero emission 2060.

This study assesses the investment feasibility of Molten Salt Reactor (MSR) technology for Nuclear Power Plants (NPP) in Bangka Belitung using the Value at Risk (VaR) method. It aims to evaluate the economic viability of MSR NPPs and identify risks impacting investment parameters. The analysis employs primary and secondary data, a discounted cash flow financial model, and a Monte Carlo simulation with 10,000 iterations at a 95% confidence level. The results reveal that MSR NPPs are economically viable, with a project NPV of $338.7 million, an IRR of 13.06%, Profitability Index 1.40, and a discounted payback period of 11.19 years. Key identified risks include prolonged construction time, public perception, fuel supply disruptions, policy changes, and thermal efficiency loss. This research significantly contributes to advancing nuclear energy development in Indonesia as part of the 2060 net zero emission target. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>