Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42625 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gunadi
"Perkembangan pasar yang membutulikan produk siap minum terus bertambah, seiring dinamika dan mobilitas masyarakat yang semakin kompleks. Kebutuhan itu sendiri dapat terbagi menjadi dua hal, yaitu physical needs (manfaat, kepraktisan, dan kualitas) dan emotional needs (gengsi, lfesIyle, dan tren). Tetapi peningkatan biayabiaya primer/fixed (BBM, telpon, listrik, elpiji, sekolah, dsb) dapat mengakibatkan daya beli/demand melemah dan terjadinya perubahan pola konsumsi pasar (down sizing, brand/product switching). Persaingan yang semakin ketat dan semakin banyak dari minuman berkarbonasi seperti Coca-Cola dan Fanta, bisa menggerogoti pangsa pasar Teh Botol SOSRO dalam industri air minum dalam kemasan. Menyadari hal mi, SOSRO meluncurkan produk teh berkarbonat TEBS yang dikemas dalam botol berkapasitas 230 ml pada akhir tahun 2004. Produk mi merupakan varian kelima Teh SOSRO, setelah Teh flotol SOSRO, Teh Kotak SOSRO, Tea Frutty dan FruIt tea. Produk minuman bersodaJberkarbonasi dari pam kompetitor dari luar negeri seperti coca-cola, fanta, sprite, dan pepsi telah memiliki posisi tersendiri dalam pangsa pasar. Kemudian dipenuhi oleh produk dari dalam negeri seperti green sands dan bintang zero juga telah mempunyai posisi yang khusus dalam peta persaingan produk minuman bersoda/berkarbonasi. Suatu brand yang dikelola dengan baik diharapkan memiliki brand equity yang tinggi sehingga meningkatkan portofolio brand equity PT Sinar SOSRO secara keseluruhan. Atas dasar hal tersebut, penelitian mi akan menganalisis brand equity TEBS. Analisis dilalcukan terhadap faktor-faktor yang mempengariThi ekuitas suatu brand TEBS yaitu brand loyalty, brand awareness, perceived quality, brand associations, dan other proprietary assets. Penelitian mi menekankan pada konsep brand equity yang dikemukakan oleh David A. Aaker (1998) dalam bukunya "Managing Brand Equity, Capitalizing on the Value of a Brand Name" yang membagi brand equity menjadi lima variabel yaitu: BrandAwareness, Brand Association, Perceived Quality, Brand Loyalty, dan Other Proprietary Brand Assets. Metode pengambilan sampel menggunakan metode convenience sample karena memudahkan untuk mendapatkan data responden yang sesuai. Data didapat dan penyebaran kuesioner kepada konsumen TEBS dengan jumlah kuisioner yang dapat diolah Iebih lanjut sebanyak 120 buah. Uji realibilitas dan validitas kuesioner (khususnya pertanyaan yang berkaitan dengan vaniabel brand association dan brand awareness) di uji coba dengan croanbach alfa dan analisis faktor dengan bantuan software SPSS. Karakteristik demografi responden akan diikhtisarkan dalam bentuk distnibusi frekuensi, akan disajikan dalam bentuk pie chart. Untuk elemen brand awareness, dilihat persentase jawaban, sehingga dapat diketahui berapa persen dan responden yang aware/unaware, menempatkan TEBS sebagai top of mind, unaidedJrecall dan brand recognition TEBS didalam kategori produk minuman ringan bersoda. Untuk elemen brand association, dilakukan dengan memprosentasi asosiasi ya dan tidak. Untuk e1ernenperceivedqualiIy, pemyataan yang diperoleh pada saat reset eksplorasi ditanyakan kepada responden untuk diketahui sejauh mana kepentingan (importance) pemyataan tentang kualitas tersebut dan sejauh mana kualitas (performance) dari TEBS. Kemudian dilakukan uji analisis faktor dan selanjutnya dilanjutkan uji ANOVA. Untuk elemen brand loyally, dilakukan pengukuran rentang skala dengan mengelompokkan berapa persen responden yang tergolong brand switcher, habitual buyer, satisfied, liking the brand, serta berupa yang commited buyer dalam mengkonsumsi TEBS, sehingga dapat dirangkum tentang berapa jumlah responden dari masing-masing kategori, juga akan dilakukan uji ANOVA untuk mencari kemungkinan hubungan beberapa variabel secara deskriptif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa value dari ekuitas merek TEBS masih kecil. Hal mi disebebkan kontnibusi yang kurang kuat dan kurang merata pada semua elemen yang dianalisa berdasarkan pendapat dan pandangan dari customer dan target customer TEBS. Pasar minuman secara umum sudah sarat dengan produk yang sudah established khususnya produk minuman bersoda/berkarbonasi. Kompetitor seperti halnya coca-cola, fanta, sprite, pepsi yang merupakan produk internasional yang sudah cukup lama dikenal oleh konsumen minuman bersoda/berkarbonasi akan cukup sulit untuk digeser posisinya baik di dalam pangsa pasar maupun di dalam benak konsumen. Tingkatan awareness TEBS masih sangat rendah dan kurang menyasar pada target customer secara spesifik. Kebiasaan meminum teh masih mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi TEBS sehingga aspek rasa teh dalam kandungan TEBS menjadi pertimbangan bagi habitual buyer. Selain itu, faktor harga tidak terlalu dominan untuk menjadi alasan berpindah merck.

Market's growth which need ready-to-drink products are growing as well as complexity of dynamic and mobility people in Indonesia. Needs divided into two things, physical needs (benefit, practice, and quality) and emotional needs (lifestyle, and trend). However, increase of primary or fixed costs (gas, telephone, electricity, education, etc) cause weakening in power purchase and change market's consumption (downsizing, brand/product switching). This industry competition is getting harder and a lot of carbonated drinks like coca-cola and fanta gnaw Teh Botol SOSRO 's market share in packaged-drink products. SOSRO was concern about that and launched tea-carbonated called TEBS which bottled 230m1 capacity. TEBS is the fifth variant from Teh SOSRO after Teh Botol SOSRO, The Kotak SOSRO, Tea Frutty, and Fruit Tea. Competitor like coca-cola, fanta, sprite, and pepsi has had their own position in market share. The competitions also become more clutter by domestic products such as green sands and bintang zero. A well managed brand is expected to have high value of brand equty to increase PT Sinar SOSRO brand equity's poro'bliol totally. Based on that, this research is conducted to analyze which factors influence TEBS' brand equity. This research focuses on brand equity's concept by David A. Aaker (1998) in his book "Managing Brand Equity, Capitalizing on the value of a Brand Name" which divided brand equity into five variable, that are: Brand awareness, Brand Association, Perceived Quality, Brand Loyalty, and Other Proprietary Band Assets Convenience sampling method is used as sampling method to ease to get proper data. Questioners were collectedfrom TEBS' consumer but only 120 questioners able to process. Cronbach alfa and factor analysis are used in reliability and validity test. Characteristic of respondent's demography is provided in frequency distribution and pie chart form. Element of brand awareness measured by percentage of aware or unaware respondent, top of mind, unaided or recall and brand recognition-of TEBS as carbonated-drink product. Element of brand association measured by percentage the respondent's answer about TEBS-associations. Statement from element- of-perceived- quality was obtained in exploration research to find importance and performance of TEBS' perceived quality attribute. Then, the factor analysis was conducted followed by ANOVA- test: Brand loyalty is measured by -counting the percentage of-brand switcher, habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand, and committed buyer. The result of this research shows that the value of TEBS' brand equity is still low. This is, caused by the- weaker contribution- in- all- elements' that, analyze- based ontarget costumer and customers' opinion and perspective. TEBS' awareness level is still low and does not reach the right target yet. Cugtomer - habitfor- drinking-tea-is-still-affecting them-to-consume- TEES--so the-flavor aspect becomes main consideration for habitual buyer. On the other hand, price is not a dominant factor in brand switching."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23081
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faizza Femillya Fontessa
"Produsen menciptakan permintaan untuk produknya dengan selalu berusaha memposisikan diri mereka pada tingkat top of market. Bagaimanapun usaha yang dilakukan, produsen harus fokus pada penciptaan identitas merek. Merek menjadi salah satu alasan konsumen membeli produk. Karena merek yang baik di benak konsumen adalah yang mampu membangun kesadaran (awareness), asosiasi yang kuat, berkualitas dan kesetiaan (loyalty). Oleh karena itu, kebanyakan perusahaan fokus pada merek, melindungi posisinya dengan strategi yang tepat. Industri bar soap di Indonesia berkembang dengan pesat seiiring dengan meningkatnya kebutuhan. Berbagai macam merek bar soap yang dijual membuat konsumen memiliki referensi tersendiri dalam memilih bar soap. Karakteristik bar soap juga menjadi pertimbangan bagi konsumen yang cenderung mengutamakan kecantikan ataupun kesehatan. Dove bar soap menjadi objek penelitian karena karakteristiknya yang unik dan merupakan merek internasional. Dove bar soap juga ditargetkan untuk konsumen wanita muda yang peduli dengan kelembapan kulit. Penelitian ini difokuskan pada ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek (brand awareness), asosiasi merek (brand association), kesan kualitas (perceived quality) dan kesetiaan merek (brand loyalty). Bagian kesadaran merek akan mengukur tingkat kesadaran dan pengetahuan responden terhadap logo Dove bar soap. Bagian asosiasi merek akan menentukan atribut yang dianggap berasosiasi dengan Dove bar soap. Bagian kesan kualitas akan membandingkan kinerja (performance) dengan tingkat kepentingan dalam memilih bar soap (importance). Bagian terakhir, kesetiaan merek akan menghasilkan piramida tingkat kesetiaan responden terhadap Dove bar soap serta keinginan mereka untuk merekomendasikan merek Dove kepada orang lain. Penelitian ini memberikan hasil bahwa tidak ada hubungan antara kategori respoden yakni saat ini menggunakan Dove bar soap, pernah menggunakan Dove bar soap dan tidak pernah menggunakan bar soap dengan tingkat kesadaran dan pengetahuan responden pada logo Dove bar soap. Pada bagian asosiasi merek menghasilkan bahwa Dove bar soap sangat berasosiasi terhadap atribut mengandung seperempat moisturizer. Pada bagian kesan kualitas, Dove bar soap harus memberi perhatian pada atribut kandungan sabun dan ketersediaan di toko (distribusi) karena nilai rata-rata tingkat kepuasan responden masih di bawah nilai ratarata tingkat kepentingannya. Pada bagian kesetiaan merek, Dove bar soap baru mencapai tingkat kepuasan (satisfied buyer), belum mencapai tingkat commited buyer. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendekatan intensif pada pembeli yang berpotensi agar setia pada merek Dove bar soap dan ingin merekomendasikan merek Dove bar soap pada orang lain."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Gayatri
"ABSTRAK
Semakin membaiknya kondisi perekonoman paska krisis moneter 1997, besarnya
prediksi pertumbuhan penumpang, dan keluarnya deregulasi mengenai kemudahan syarat
pendirian usaha menberi dampak pada bermunculankembalinya maskapai-maskapai
penerbangan lokal (rute domestik) yang semakin meramaikan dirgantara Indonesia dan sering
disebut-sebut sebagai ?Euphoria kedua? setelah tahun 1968.
Nama-nama maskapai penerbangan baru tersebut antara lain: ?Pelita Air Service, Lion
Mentari Airlines, Bayu Indonesian Air, Air Wagon Inlernasional, Airmark Indonesia Aviation,
dan Jatayu Gelang Samudra; Empat maskapai lain masih didalam proses perkenalan dan empat
maskapai penerbangan lainnya masih dalam proses perijinan.
Ketatnya persaingan di industri penerbangan Nusantara telah mengakibatkan sulitnya
mendiferensiasikan produk, sehingga untuk bisa dìpilih, peran merek kemudïan menjadi
dominan, artinya jika sebagian besar calon pengguna jasa penerbangan mengingat merek Merpati
sebagai nama yang pertama kali terlintas (top of mind) maka besar kemungkinan dengan
dukungan asosiasi dan perceived quality yang positif, maka Merpati akan menjadi pilihan mereka
dalam transportasi udara. Hal-hal yang masuk dalam kategori ?Brand Equity/ekuitas merek?
menurut Aaker tersebut (awareness, association, perceived quality, loyally & other propretary
assets) perlu diketahui nilainya sehingga pihak manajemen perusahaan yang besangkutan dapat
meniperoleh gambaran untuk mengambil langkah kedepan guna mengatasì atau mengantisipasi
posisi.
Ada banyak cara mengukur dan menganalisa ekuitas merek, salah satunya adalah bentuk
analisa berdasarkan persepsi customer, yang dapat diterapkan pada perusahaan penyedia jasa
seperti Merpati. Walaupun tidak diperoleh suatu angka/nilai ekuitas merek seperti jika dilakukan
perhitungan matematis berdasarkan Iaporan keuangan atau nilai saham, namun paling tidak hasil
penelitian ini dapat memberikan masukan posisi ekuitas merek dan Merpati dimata customernya
relatif terhadap pesaingnya.
Penelitian dilakukan dengan melibatkan 100 responden user/non user Merpati yang
masing-masing diberikan pertanyaan dalam bentuk kelompok utama ekuitas merek (berdasarkan
Aaker), yaitu: Brand Awareness/kesadaran akan merek, Brand Associalion/asosiasi apa yang
melekat pada Merpati, Perceived Quality/persepsi mengenai kualitas. diukur dengan menanyakan
tingkat kepentingan (importance) dan kinerja (peijormance) dari Merpati, serta Brand Loyalty/pengkajian tingkat loyalitas customer Merpati.
Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan;
Pertama bahwa walaupun tingkat awareness tethadap Merpati tidaklah buruk, namun Merpati
hanya menduduki urutan kedua setelah Garuda yang menempati top of mind target customernya..
Hal ini disebabkan karena alasan historis, disamping memang Garuda lebib baik kualitasnya
dibanding Merpati sesuai dengan persepsi responden dan juga alasan gencarnya promosi dan
Garuda yang mengangkat slogan?Kini Lebih Baik?, sementaia Merpati dirasa masih kurang
?greget: promosìnya kepada target customer. Mandala dan Bouraq memiliki brand awareness
dari responden yang juga cukup baik, sebingga dapat dijadikan patokan untuk mulai
memperlakukan mereka sebagai pesaing bukan lagi pengikut (follower).
Kedua, Dari 19 (sembilan belas) asosiasi yang dikaitkan dengan Merpati, hanya 5 (lima) asosiasi
yang temyata berkaitan erat dengan Merpati, yaitu: ?harga tiket murah?, ?milik BUMN?,
?jaringan domestik yang luas?, serta ?mencakup seluruh nusantara?. Lima sub brand Merpati
yang diharapkan berasosiasi kuat justu tidak ada yang masuk kedalam bagan asosiasi tersebut.
Namun demikian pada pertanyaan mengenai perusahaan diperoleh beberapa pernyataan yang
potensial untuk kembali ditanyakan melalui penelitian lebih lanjut apakah itu berkaitan dengan
Merpati, antara lain: Ukuran perusahaan, kepedulian kepada customer, popularitas, profesional
dan lain-lain.
Ketiga, Dari analisa Perceiveq QuaIity, atribut layanan yang paling perlu mendapat perhatian
karena posisinya dalam matrik performance-importance ada pada kuadran IV (Importance tinggi
sementara performance rendah) adalah: kecepatan pengantaran bagasi ke ban berjalan, kecepatan
dan ketepatan konekdi ke penerbangan selanjutnya, penanganan komplain bagasi, On Time
Performance secta staff bandara yang tanggap. Sedangkan berdasarkan analisa regresi antara
kepuasan dengan masing-masing atribut pada titik pelayanan menunjukan hasil sebagal berikut:
pada pre-flight secara keselurulian dengan signifikan berturut-turut dan yang pengaruhnya
terbesar ke yang terkecil adalah: Kemudahan booking tiket, keramahan petugas bagian reservasi
bandara, Jumlah frekwensi penerbangan, dan ketanggapan karyawan bandara. Pada In-flight
berturut-turut adalah tersedianya sarana hiburan, Ketanggapan awak kabin , Jarak yang lebar
antara kursi penumpang Pramugari/a cekatan, On time performance. Dan untuk post-flight atribut
yang berpengaruh adalah: Penanganan keluhan/komplain, Ketepatan koneksi untuk penerbangan
lanjutan, Kecepatan pengantaran bagasi ke ban berjalan, penerimaan bagasi Iengkap. Setelah
dilakukan pemisahan bagi pengguna dan non pengguna Merpati, hasilnya tidak begitu jauh
berbeda kecuali pada pre-flight. Titik pelayanan post-flight adalah titik yang nilal
Performancenya paling tinggi dibanding titik lain, dan jika dikelompokkan berdasarkan dimensi,
atribut-atrobut yang hampir seluruhnya sama dengan titik post flIght tersebut masuk kedalam
dimensi layanan reliability/ keterandalan. Kedua hasil menunjukkan intepretasi yang relatif sama
dengan analisa matriks performance importance.
Keempat atau bagian terakhir dari analisa Ekuitas merck adalah ?loyalitas merek?, terbagi
didalam lima kategori. Pada tingkatan pertama, yaitu switcher/customer yang suka berpindah
karena harga, terdapat sejumlah 27%customer yang rata-rata berpindah jika ditawarkan kurang
lebih 23% potongan harga oleh maskapai lain Tingkat kedua, habitual menjaring sejumlah
48,64% dari customer dengan makna ganda apakah mereka menggunakan Merpati karena
memang kebiasaan (baik) atau keterpaksaan (buruk). Selanjutnya 24% merasa puas
menggunakan Merpati, namun pada matriks perpindahan terlihat cukup jelas sebesar 46% dan
customer Merpati yang tidak loyal menggunakan Merpati. Angka ini cukup besar untuk sebuah
perusahaan, terutama yang bergerak dibidang jasa, sebab jika dihitung dari jumlah penumpang,
nilai teisebut cukup besar. Dalam jangka panjang akan mungkin terjadi pengikisan pasar
Merpati, sebab walaupun masih terdapat 31% customer yang merasa puas akan layanan Merpati,
namun hanya sebesar 7% yang commited/berkomitmen untuk terus menggunakan jasa
penerbangan Merpati bagi perjalanan domestik mereka.
Dari keseluruhan analisa dapat disimpulkan bahwa Merpalti perlu berbenah diri untuk
meningkatkan citranya dimata pelanggan, sebab bukan tidak mungkin kondisi persaingan akan
semakin menajam, bukan surut seperti yang diprediksikan sebelumnya oleh manajemen Merpati,
antisipasi dini dan tindakan preventif perlu dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi. Ekuitas merek merpati dapat dikatakan masih dibawah Garuda berdasarkan
persepsi target customernya, padahal masih berasai dari satu negara dan dìbawah naungan
kementrian yang sama, maka bagaimana kondisj jika pesaing asing bebas masuk dan beroperasi
di wilayah Indonesia.
Beberapa saran/masukan untuk merpati adalah: Meningkatkan program promosi
Perusahaan untuk menggalang kesadaran customer target lebih besar, Mengembangkan asosiasi
yang berkaitan dengan Merpati agar tercipta satu image perusahaan yang baik; menanamkan
filosofi ?total customer services? pada setiap lini organisasi sehingga peningkatan perceived
quality konsumen bisa meningkat, dan akan berdampak pada loyalitas customer terhadap
Merpati Asosiasi yang berkait cukup kuat dapat dijadikan sebagai point of dfference antara
Merpati dengan pesaingnya. Dan sebagai Iangkah awal perbaikan, berbagai atribut yang penting
untuk diperhalikan sebaiknya segera dijalankan untuk memperbaiki dan memenuhi keinginan
customer yang merupakan aset terbesar sumber penghasilan dan sebuah perusahaan layananhjasa
seperti Merpati.
"
2002
T2016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadi Ari Nugroho
"ABSTRAK
Penelitian ini memiliki fokus untuk mengkaji ekuitas merek The Goods Dept
dengan menggunakan pendekatan customer experience. Penelitian ini difokuskan
pada dua aspek ekuitas merek brand awareness dan brand image. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus.
Informan utama merupakan pelanggan The Goods Dept. Sumber data diperoleh
dari wawancara, pengamatan, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini
menggambarkan bagaimana para informan mengkontruksi ekuitas The Goods
Dept berdasarkan customer experience sebagai department store bercitrakan
lifestyle store dan merupakan representasi kaum urban Jakarta. Penelitian ini juga
diharapkan menyumbang kajian lebih lanjut akan customer experience dalam
ekuitas merek, Secara praktis, kajian ini diharapkan bermanfaat bagi industri
retail bagaimana perencanaan strategi branding berbasiskan pengalaman
pelanggan, menghadapi kompetisi bisnis ritel fashion yang sangat kompetitif.

ABSTRACT
This research focused on assessing brand equity The Goods Dept due to customer
experience. This study focused on two aspects of brand equity: brand awareness
and brand image. This research used a qualitative approach with a descriptive
case study method. The customer is the key informants Goods Dept. Sources of
data obtained from interviews, observations, and documentation. The results of
this study illustrate how the informants construct equity The Goods Dept. Base on
customer experience The Goods Dept perceive as a lifestyle store and a
representation of the Jakarta urban community. This study is also expected to
contribute to further studies will customer experience in brand equity, in practical
terms, this study is expected to benefit the retail industry how branding strategy
planning based on customer experience, the face of competition retail business is
highly competitive fashion."
2012
T31053
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leonard
"Ekuitas merek sebuah produk berdasarkan persepsi pelanggan sangat penting diketahui karena hal itu memberikan perhedaan tersendiri dnlam usaha persaingan, dan terhadap pemhangunan nilai merek serta keberhasilan pengelolaan merek. Pemhangunan nilai merek produk ritel SPBU di tengah meningkatnya jumlah merek behan bakar minyak SPBU global yang masuk ke industri minyak dan gas di Indonesia rnemiliki peran besar dalam menghadapi iklim persaingan yang semakin tinggi dan cepat seperti saat inL Ekuitas merek berhasis pelanggan (customer-based brand equity I CBBE) yang positif dapat membawa kepada pendapatan yang lebih besar, biaya yang lebih rendah, dan keuntungan yang Jebih besar dan pada akhirnya membawa kepada sustainable competitive advantage atau keunggulan daya saing lestari bagi perusahaan.

Customer-Based Brand Equity of a product is critical to be recognized for il provides any differential effect in the framework cf competitiveness, and its contribution toward brand value establishment and also lo the success of managing a brand. The brand value development of station retail product in the mid of increasing amount of global branded fuel entering Indonesian oil and gas industry hold a great role to overcome higher and faster competitive market recently. Positive customer-based brand equity can lead to greater revenue. lower cost. and higher profit which finally deliver to sustainable competitive advantage to the company."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T32367
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Haris Budiman
"ASPIRA merupakan merek yang dikeluarkan oleh PT. Astra Komponen Indonesia, dan mencakup berbagai jenis suku cadang sepeda motor seperti: kampas rem, shock breaker, hingga oli. Merek ASPIRA sebelum bulan Februari tahun 2001, merupakan satu-satunya merek yang dicap sebagai komponen asli untuk sepeda motor merek Honda. Namun sejak bulan Februari 2001, menyusul dengan perubahan kepemilikan saham di PT. Astra Honda Motor, yang Sebelumnya saham mayoritas dimiliki oleh PT. Astra lnternasional dan sisanya dimiliki Honda Jepang, selanjutnya menjadi 50% milik :PT. Astra Internasional dan 50% milik Honda Jepang. maka pihak PT. Astra Honda Motor mulai mengeluarkan produk komponen sepeda motor merek Honda dengan menggunakan merek Honda Genuine Part.
Sehingga di pasar yang dulunya hanya mengenal merek ASPIRA sebagai satu-satunya merek onderdil asli untuk sepeda motor Honda, kini dikenal pula merek Honda Genuine Part. Hal ini tentu saja mempenganihi persepsi konsumen dalam memilih onderdil asli untuk sepeda motor Honda-nya.
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu (1) Mendeskripsikan tingkat kekuatan merek ASPIRA di benak konsumen, (2) Mendeskripsikan persepsi konsumen produk suku cadang sepeda motor terhadap nilai dari produk-produk merek ASPIRA, (3) Menguji seberapa besar dan kekuatan hubungan antara variabel-variabel pembangun merek ASPIRA dengan variabel pengetahuan konsumen terhadap merek tersebut dan ( 4) Memberikan rekomendasi untuk strategi pemasaran bagi merek ASPIRA dalam rangka meningkatkan pengetahuan terhadap merek ASPIRA berdasar pengetahuan tentang hubungan-hubungan antara variabel tersebut.
Obyek yang diteliti meliputi hubungan antara variabel-variabel pembangun merek ASPIRA dengan variabel-variabel pengetahuan merek konsumen (brand knowledge). Penelitian ini terutama untuk lima jenis suk.ll cadang sepeda motor yang memiliki angka penjualan tinggi untuk merek ASPIRA yaitu kampas rem, piston, gear depan/belakang, kabel, dan ring set. Model yang digunakan adalah model ekuitas merek berbasis konsumen (Customer-based brand equity). Model ini dikemukakan oleh Kevin Lane Keller dalam buk.'Unya betjudul "Strategic Brand Management" yang diterbitkan tahun 1998. Teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (I) Statistik deskriptif sederhana. (2) Uji Chi-Square dan (3) Uji Korelasi kanonik.
Hipotesa dari penelitian ini adalah bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara kelompok variabel unsur pembangun merek (unsur-unsur merek, stimulus pemasaran dan leverage dari perusahaan) dan kelompok variabel pengetahuan terhadap merek (brand knowledge) meliputi tingkat kekuatan dan persepsi terhadap merek.
Dari hasil penelitian, tingkat kekuatan (brand recall) merek ASPIRA relatif kuat. Hal ini dapat dilihat dari jurnlah responden yang menyebutkan merek ASPIRA di urutan pertama (top of mind) lebih besar dibanding yang menyebut di urutan ke-2 atau ke-3. Kekuatan ini juga dapat dilihat relatif besar jika dibanding merek lain, merek ASPIRA menempati urutan pertama sebagai top of mind yaitu mencapai 38 orang, sedang di urutan kedua (13 orang) adalah Astra dan ututan ketiga (10 orang) yaitu Honda Genuine Part. Merek ASPIRA juga relatif dikenal luas oleh pengguna sepeda motor dari berbagai merek sepeda motor.
Image merek ASPIRA relatif baik, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian, secara keseluruhan, 85% responden memberikan penilaian positif (setuju hingga sangat setuju) terhadap persepsi niiai (perceived value) dari produk merek ASPIRA."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Dwiyanto
"Merek sebagai suatu aset yang sangat berharga untuk memberikan identitas terhadap produk, tidak akan pernah habis untuk dibicarakan. Baik dilihat dari segi ekonomi maupun dari segi hukum, hal ini sangat menarik, mengingat permasalahan di bidang ini selalu timbul dari waktu ke waktu. Sengketa merek yang pada intinya hanya memperebutkan kata-kata yang hampir sama yang terdapat di dalam suatu merek semakin bertambah baik yang sampai ke pengadilan maupun tidak. Banyaknya sengketa merek ini menimbulkan pertanyaan bagi banyak kalangan, apa sebenarnya yang menyebabkan adanya kondisi seperti itu. Beberapa pihak beranggapan bahwa pengaturan pengenai kriteria persamaan pada pokoknya yang terdapat dalam Undang-undang Merek di Indonesia selama ini masih terialu luas untuk ditafsirkan sehingga dalam praktek, pengambilan keputusan permohonan pendaftaran merek sering dijumpai adanya perbedaan pendapat di kalangan mereka sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan cara menganalisa pendapat para pemeriksa merek pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), Departemen Hukum dan HAM serta pendapat para hakim dalam putusannya mengenai sengketa merek. Di samping itu perbandingan dengan prinsip-prinsip hukum yang terdapat di dunia internasional khususnya di bidang HKI juga akan menjadi acuan dalam menganalisa konflik-konflik yang terjadi. Dari basil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan pendapat para pengambil keputusan permohonan pendaftaran merek selama 'ini lebih banyak disebabkan adanya perbedaan penafsiran Undang-undang Merek. Hal ini karena belum dibuatnya peraturan pelaksanaan yang menjelaskan lebih lanjut bagaimana seharusnya menilai adanya persamaan diantara merek. Juklak tersebut sangat penting untuk mengatasi perbedaan yang ada, tetapi juga harus diingat karena pendaftaran merek ini bersangkutan dengan prinsip standar yang terdapat di dunia internasional, maka dalam pembuatan peraturan selanjutnya harus disesuaikan dengan standar-standar tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Putri Nagari
"Dilihat dari perkembangan telekomunikasi sampai saat ini, telekomunikasi jelas telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat modern. Di Indonesia, layanan telekomunikasi dilayani oleh jaringan yang secara urnum dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu, jaringan PSTN, jaringan bergerak, dan jaringan internet. Masing-masing jenis jaringan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Tantangan yang harus dihadapi adalah penggelaran jaringan baru yang memiliki kelebihan-kelebihan tersebut tanpa mengabaikan kekurangan yang ada. Tantangan tersebut dijawab oleh infrastruktur jaringan baru yang disebut dengan Next Generation Network. NGN menawarkan solusi yang dapat melayani berbagai jenis layanan dengan ukuran yang besar melalui saluran transmisi berkapasitas broadband dan pengiriman informasinya berbasis paket namun memiliki jaminan QoS yang tinggi sehingga transmisi yang efektif dan efisien dapat dicapai. Untuk merealisasikan NGN, migrasi jaringan yang masih menerapkan circuit-switched menjadi jaringan berbasis paket perlu dilakukan. Dalam skripsi ini akan dibahas mengenai langkah-langkah migrasi jaringan PSTN menuju NGN. Pada tahapan migrasi akan dikhususkan pada tahapan penambahan komponen utama NGN - softswitch. Dalam hal ini, jaringan PSTN existing akan diperbaharui menjadi jaringan berbasis paket yang siap menerapkan NGN. Hal ini dilakukan dengan mengganti beberapa switching point dengan softswitch. Data jaringan PSTN existing akan diambil data pada operator PSTN PT. X untuk wilayah II. Dari data tersebut akan dianalisis kesenjangan antara target NGN Telkom dengan data jaringan eksisting berdasarkan kapasits El dan BHCA di Trunk Gateway dan konvergensi internet/telephony. Setelah itu, penulis memberikan rekomendasi langkah-langkah yang harus dilakukan berikutnya untuk mencapai target NGN.

User interface on this system are installed on user's handholds. The programming language that is used on creating this user interface is Java 2 Micro Edition (J2ME), which is a development of JA VA programming language that has been adjusted to cope with the resource limitation of handheld. The handheld that were referred here are smart phones that have been equipped with Bluetooth connection. Smart phones are selected as the user interface for this system because its familiarity to users from all ages. VeRAS meets the requirements of pervasive computing generally, which demands minimum user interaction to the system, but maintain its maximum benefit for the user while holds the principal of good user interface. This is proven by the profile feature of the system so that VeRAS accomplish user tasks on specific time, given the user is within the server's Bluetooth area. The simple yet intituitive VeRAS user interface is capable of controlling lamps and TV easily The system performance analysis shows that the system requires around 15 seconds to detect user's present and establishes connection. However, if the whole system has already connected, the system performs in real time manner.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Billy Audra Banggawan
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang bagaimana customer engagement berkontribusi dalam membangun consumer loyalty pada merek perbankan di Indonesia melalui variabel Service Brand Evaluation, Brand Trust dan Brand Loyalty. Dalam penelitian ini, customer engagement dilihat dari identification, enthusiasm, attention, absorption, dan interaction. Sedangkan untuk service brand evaluation, dilihat dari service quality, perceived value dan customer satisfaction. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang melibatkan 265 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa customer engagement memiliki pengaruh signifikan dalam membangun consumer loyalty.

ABSTRACT
This research discusses about the analysis of customer engagement in Building konsumer loyalty in bank brands through Service Brand Evaluation, Brand Trust and Brand Loyalty variables. In this research, customer engagement is seen through identification, enthusiasm, attention, absorption and interaction. And for service brand evaluation is seen through Service quality, perceived value and customer satisfaction. This quantitative research involved 265 respondents. The Result shows that customer engagement have significant impact in building consumer loyalty."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Janova Evi Lavita
"Skripsi ini menganalisis unsur-unsur yang mempengaruhi ekuitas merek berbasis konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi unsur ekuitas merek berbasis konsumen pada Telkomsel operator jaringan seluler di Jakarta. Elemen faktor yang diteliti adalah Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Persepsi Kualitas, Kepercayaan terhadap Merek, dan Loyalitas terhadap Merek.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode Nonprobability sampling, wilayah penelitian di Jakarta. Teknik dari pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner, data yang diperoleh dari 110 responden, diolah dengan menggunakan SPPS 17,0 menggunakan metode Pearson Corellation, Cochran, Uji Asumsi Klasik, dan Regresi Berganda.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kesadaran Merek, Loyalitas terhadap Merek dan Kercayaan terhadap Merek memilik dampak yang positif dalam Ekuitas Merek Berbasis Konsumen pada Telkomsel, sedangkan Asosiasi Merek dan Persepsi Kualitas tidak mempengaruhi secara positif dalam Ekuitas Merek Berbasis Konsumen pada Telkomsel.

This essay analyzes the elements that affect the consumer-based brand equity. The purpose of this study was to analyze the factors that affect the elements of consumer-based brand equity on the mobile network operator Telkomsel in Jakarta. Factor elements that researched are Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, Brand Trust, and Brand Loyalty.
This research uses research methods descriptive with technique sampling using method Non-probability sampling, territory research in Jakarta. Technique of data collection is done through the deployment questionnaires, the data obtained from the 110 respondents, processed with using the SPPS 17.0 using method Pearson Correlation, Cochran, Test Assumptions Classical, and Multiple Regression.
From the results of this study concluded that Brand Awareness, Brand Loyalty and Brand Trust in a positive effect on Consumer-Based Brand Equity on Telkomsel, while the Brand Association and Perceived Quality does not affect positively the Consumer-Based Brand Equity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>