Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60559 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karlina Romasindah
"Photovoltaics atau panel surya telah banyak dikembangkan baik dalam bidang keilmuan maupun teknologi terapan. Panel surya memberikan pendekatan baru dalam perancangan bangunan sebagai sumber listrik yang ramah lingkungan. Di Indonesia, penelitian mengenai penggunaan panel surya sebagai teritisan belum pernah dilakukan. Semua penelitian panel surya yang pernah dilakukan mengenai optimasi kinerja panel surya pada atap miring dan kemiringan optimal panel surya pada atap miring dan kemiringan panel surya dengan sistem stand alone. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja panel surya yang optimal sebagai teritisan untuk menekan biaya listrik bangunan.
Kinerja yang optimal berarti susunan panel surya yang efektif menghasilkan energi terbesar. Efektivitas panel surya bergantung pada orientasi panel, kemiringan panel, bayangan pada panel, debu pada permukaan panel, dan jarak panel ke inverter. Dimensi bangunan, kondisi sekitar bangunan, dan total area untuk panel surya merupakan data penting yang dimasukkan ke dalam simulasi PVSYST untuk analisis.
Engineering center Universitas Indonesia dipilih sebagai studi kasus karena orientasi bangunan utara-selatan, terbebas dari bayangan bangunan sekitar, dan kebutuhan energi listrik di atas 80.000 watt. Bangunan dengan orientasi utara, teritisan tipe horisontal dengan kemiringan panel 25º menghasilkan energi lebih besar daripada orientasi timur, barat, atau selatan, serta teritisan tipe vertikal dengan kemiringan 10º atau 30º.
Pengaturan sel surya ada panel tidak ebrgantung pada ruang yang tersedia pada panel itu sendiri. Dengan ukuran 5,75 cm/sel, sel surya bisa digunakan pada semua elemen bangunan, terutama teritisan. Dengan menggunakan simulasi Autocad, panel dimensi 40 cm x 40 cm (36 sel surya) mampu menghasilkan 36% energi dari total kebutuhan energi.
36% energi dari total kebutuhan energi berarti engineering center Universitas Indonesia membutuhkan 580 panel surya sebagai teritisan. Pada investasi awal, 580 membutuhkan biaya lebih besar daripada listrik konvensional. Pada tahun 2018, pembayaran listrik konvensional dapat ditekan sebesar 30%.

Photovoltaics known as solar panel has been well broad in the research activity as well as practical utilization. Installation of the solar panel gives a new approaching to building design as well as it provides clean energy to building. In Indonesia, research about solar panels as sun shading had never been done. All research that have been done are about the optimize performance solar panels in slopped roof and also the optimum tilt for photovoltaics as stand alone system. So that, the main purpose of this research is finding the optimum performance of solar panel as sun shading to reduce building electricity cost.
Optimum performance means the effective solar panels array which produce the most energy. Solar panels effectivity depend on panels, dust on panel's surface, and solar panels distance to inverter. Building dimension, building surrounding condition, and total area for solar panel are significant datas for PVSYST simulation.
Engineering center University of Indonesia was chosen as case study because of the orientation (north and south), free of building shadow and the energy demand more than 80.000 watt. Building with north orientation, horizontal device sun shading with north orientation, and tilt 25º could produce more energy than east, west or south orientation, and also vertical device sun shading with tilt 10º or 30º.
Solar cell arrangement in modul do not depending on the available space of panel itself. Solar cell dimension is 5,75 cm/cell, so that it can be use in all building element, especially sun shading. By using Autocad simulation in solar cell array, solar panel with 36 solar cell in 40 cm x 40 cm solar panel could produce 36% energy of total energy demand.
36% energy of total energy demand mean that engineering center University of Indonesia need 580 solar panels as sunshading. In the beginning investment, 580 solar panel spend more money than conventional electricity (PLN). In the year 2018, conventional electricity payment could be reduce 34% off.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24618
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Duli Asih
"Teknologi semakin berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir, demikian pula dengan semakin tingginya kebutuhan akan energi. Namun, kebutuhan tersebut tidak sebanding dengan ketersediaan energi yang ada. Hal ini mendorong dilakukannya penelitian yang mendalam dan meluas mengenai kemungkinan penggunaan sumber energi baru dan terbarukan. Teknologi panel surya diprediksi akan dapat mengatasi masalah energi khususnya energi listrik. Dalam tulisan ini, sebuah penelitian dilakukan untk menganalisis kinerja panel surya PV-A 255W yang dioperasikan pada daerah beriklim tropis seperti Indonesia dimana temperatur udara dan radiasi yang relatif tinggi akan mempengaruhi temperatur panel dan karakteristik secara signifkan. Pengaruh temperatur dan radiasi akan direpresentasikan dalam kurva karakteristik I-V dan P-V. Karakteristik PV tersebut akan dianalisis menggunakan pemodelan pada MATLAB Simulink berdasarkan persamaan matematis yang membentuk kurva karakteristik PV.
Berdasarkan hasil simulasi, diketahui nilai koefisien arus I­SC­, tegangan VOC dan daya Pmax secara berturut-turut sebesar 0,56%/oC, -0,31 %/oC dan -0,4%/oC. Koefisien tersebut dapat digunakan untuk mengkalkulasi rentang perubahan arus, tegangan, daya dan energi keluaran panel surya pada temperatur dan radiasi tertentu pada suatu titik di permukaan bumi. Diketahui bahwa sebuah PV-A 255W dapat menghasilkan energi listrik maksimum sebesar 308,2 kWh.. Selain itu, penggunaan karakteristik panel dapat mebantu dalam menentukan dan membandingkan konsep konfigurasi sistem PV-Inverter seperti Central Inverter, String Inverter dan AC-Module yang dihubungkan untuk menyuplai sistem beban 5 kWac khususnya pada daerah beriklim tropis.

The technology has been extremely developed over the years and for that reason, the demand of energy availability is also increasing. In contrast, it is not comparable to the availability of energy. This problem has led to the needs of further yet comprehensive researches in the possibility of usage of new and renewable energy source. Solar panel technology (Photovoltaic) has been predicted to be able to resolve future's energy problem and supply in electricity. A research has been conducted in order to analyze solar panel performance of PV-A 255W which is operated in tropical areas like Indonesia in which relatively high ambience temperature and average radiation significantly affect PV's temperature and characteristics, those will be represented on I-V and P-V characteristics curve. PV's characteristics on high temperature would be analyzed using PV modeling through MATLAB Simulink based on mathematical equations that form PV's characteristic curve.
Based on PV simulation, it is known then that temperature-dependence coefficients of short circuit current, open circuit voltage (VOC), and maximum output power (Pmax ) consecutively as high as 0,56%/oC, -0,31 %/oC and -0,4%/oC. Those coefficients can be used to calculate the ranges of change in PV current, voltage, output power and average output energy of certain data temperature and radiance at earth's surface's certain point. It is acquired that a single PV-A 255W module could generate up to 308,2 kWh of electricity on average. Besides that, using PV's characteristics could enable in configurating and comparing suitable PV-Inverter system concept like Central Inverter, String Inverter and AC-Module to be connected to supply 5 kWac system or load in tropical areas.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60464
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairiah Dewi
"Setiap pengguna panel surya ingin panel surya yang dimilikinya mampu memroduksi daya listrik sebesar mungkin. Daya listrik yang besar menunjukkan bahwa kinerja dari panel surya tersebut optimal. Untuk mengoptimalkan kinerja panel surya, pada umumnya ada tiga cara yang digunakan yaitu solar tracker, konsentrator, dan reflektor. Skripsi ini membahas tentang kinerja sebuah panel surya dengan reflektor datar. Semakin besar radiasi cahaya matahari yang terpapar pada sebuah panel surya maka daya listrik yang dihasilkan panel surya tersebut akan semakin besar. Cahaya pantul dari reflektor membuat peningkatan radiasi cahaya matahari yang terpapar pada permukaan panel surya.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pengaturan sudut reflektor dan pemilihan jenis material reflektor yang tepat membuat kinerja panel surya semakin optimal. Pada skripsi ini digunakan dua macam material reflektor, yaitu stainless steel mirror dan aluminium foil dengan variasi sudut kemiringan reflektor dari setiap material adalah 15, 30, 45, 60, dan 75 derajat. Hasil pengukuran memperlihatkan bahwa material reflektor yang berbahan aluminium foil lebih baik daripada stainless steel mirror.
Untuk reflektor stainless steel mirror sudut kemiringan reflektor yang menghasilkan kinerja panel surya optimum pada pagi, siang, dan sore berturut-turut adalah 75, 30, dan 60 derajat dengan kenaikan daya listrik yang dihasilkan panel surya berturut-turut adalah 21,503%, 15,481%, dan 4,564% dari kondisi panel surya tanpa reflektor sedangkan untuk reflektor aluminium foil sudut kemiringan reflektor yang menghasilkan kinerja panel surya optimum pada pada pagi, siang, dan sore berturut-turut adalah 75, 45, dan 75 derajat dengan kenaikan daya listrik yang dihasilkan panel surya berturut-turut adalah 31,581%, 12,138%, dan 22,973% dari kondisi panel surya tanpa reflektor. Penggunaan reflektor menyebabkan karakteristik dari panel surya berubah.

Solar panel user wants its solar panel is able to producing electric power as much as possible. Producing large electrical power shows that solar panel has optimal performance. To optimizing the performance of solar panel, there are generally three ways i.e. by using solar tracker, concentrator, and reflector. The focus of this study is discussing the performance of a solar panel with a flat reflektor. A larger amount of sunlight radiation exposures on a solar panel make the electric power generated by that solar panel will be greater. Reflected light from the reflector makes increasing the amount of sunlight radiation exposures on the surface of solar panel.
The measurement results show that to obtain an optimal solar panel performance, reflector tilt angle adjustment and a good reflector material sclection are required. In this study used two kinds of reflector materials, there are stainless steel mirror and aluminium foil and for each material, the reflector tilt angle will be varied at 15, 30, 45, 60, and 75 degrees. The measurement results show that aluminium foil reflector is better than stainless steel mirror reflector.
For stainless steel mirror reflector, reflector tilt angle at 75, 30, and 60 degrees respectively for morning, afternoon, and evening, produces optimum solar panel performance with increasing power output of solar panel respectively are 21,503%, 15,481%, and 4,564% from solar panel without reflector conditions. For aluminium foil reflector, reflector tilt angle at 75, 45, and 75 degrees respectively for morning, afternoon, and evening, produces optimum solar panel performance with increasing power output of solar panel respectively are 31,581%, 12,138%, and 22,973% from solar panel without reflector conditions. By using reflector, the characteristics of solar panel are changed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46448
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Januardi
"Penggunaan energi terbarukan sebagai sumber pembangkitan energi listrik terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, di Indonesia sendiri belum banyak pembangkit listrik yang memanfaatkan energi terbarukan ini sebagai sumbernya. Padahal kita ketahui bahwa Indonesia memiliki potensi energy terbarukan yang sangat besar. Salah satu potensi energi terbarukan yang sangat besar di Indonesia adalah cahaya matahari. Dengan photovoltaics sebagai alat yang menyerap dan mengubah energi matahari menjadi energi listrik maka energi listrik yang dihasilkan dari sumber energi matahari tersebut diperkirakan sangat besar hasilnya. Namun, modul photovoltaics ini sangatlah rentan terhadap kondisi lingkungan sekitarnya sehingga dapat memengaruhi energi listrik yang dihasilkan. Maka dari itu, diperlukannya perhitungan performa modul PV untuk memprediksikan besar energi yang akan dihasilkan suatu modul PV pada kondisi lingkungan tertentu sehingga kita dapat menentukan tipe modul PV yang akan digunakan.
Pada skripsi ini digunakan dua metode perhitungan performa PV, yaitu Sandia PV Array Performance Model dan Five Parameters Model, dimana kedua metode ini akan dibandingkan satu sama lain. Sehingga didapat bahwa metode Five Parameters merupakan metode perhitungan performa PV yang paling optimal dan efisien yang dapat digunakan pada daerah tropis karena hanya membutuhkan input data yang sedikit namun memberikan hasil prediksi keluaran energy listrik yang cukup presisi, yaitu 56,58 Wdc untuk mono-crystalline PV, 52,7 Wdc untuk poly-crystalline PV, dan 43,29 Wdc untuk thin film PV, dengan input data yang sedikit. Metode five parameters juga dapat menghasilkan kurva karakteristik (I-V) pada kondisi operasi modul PV yang lebih presisi.

The use of renewable energy as a source of electric energy generation continues to increase every year. However, in Indonesia itself has not many power plants that utilize renewable energy source. And we all know that Indonesia has the potential of renewable energy is very large. One of the renewable energy potential that very large in Indonesia is sunlight. With photovoltaics as a tool that absorb and convert solar energy into electrical energy, the electrical energy generated from solar energy sources are expected very big results. However, photovoltaics module is particularly vulnerable to environmental conditions that can affect the electrical energy produced. Therefore, the need for PV module performance calculations to predict the amount of energy that will be produced by a PV module in a certain environment so that we can determine the type of PV modules that will be used.
In this study used two methods of calculating the performance of PV, those are Sandia PV Array Performance Model and Five Parameters Model, where both methods will be compared with each other. In order to get that Five Parameters method is the most optimal and efficient method in calculating PV performance that can be used in tropical region as it only requires less input data but may predicted electrical energy output with sufficient precision, those are 56,58 Wdc for mono-crystalline PV, 52,7 Wdc for poly-crystalline PV, and 43,29 Wdc for thin film PV, with less data input. Five parameters method can also produce the characteristic curve (I-V) on a PV module operating conditions more precise.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Utomo Putra
"Atap rumah menjadi salah satu tempat terbaik untuk meletakan panel surya, tetapi energi matahari yang didapatkan akan sangat bergantung pada sudut azimuth panel Azs dan sudut kemiringan panel terhadap matahari. Sehingga perlunya perhitungan secara matematis untuk mendapatkan energi maksimal pada sudut azimut dan sudut kemiringan yang diinginkan. Metode explanatory digunakan untuk mengetahui hubungan antara sudut matahari pada koordinat 6,2o lintang selatan dengan energi matahari yang diterima panel. Penelitian dilakukan dengan menghitung energi yang diterima pada masing ndash; masing desain atap rumah. Hasil dari perhitungan menampilkan bahwa, pada luas atap 38,31 m2, desain atap rumah berbentuk pelana dengan Azh = 90o,270o dan = 20o mendapatkan rata-rata energi matahari sebesar 4.411 W.jam/m2/hari. Sehingga desain atap rumah pelana akan mendapatkan energi listrik 20.548 W.jam/hari.

Roof becomes one of the best places to install solar panels, but the solar energy obtained will depend on the angle of the azimuth panel Azs and the tilt angle of the panel against the sun. Mathematical calculation is needed to obtain the maksimum energy with spesific azimuth angle and tilt angle. The explanatory method is used to determine the relationship between the sun angle at latitude angle of 6.2o with solar energy received by the panel. Research is done by calculating the energy received at each roof design. The results of the calculations show that, on the roof area of 38,31 m2, the design of a saddle roof with Azh 90o, 270o and 20o obtains an average solar energy of 4.411 Wh m2 day. So, the saddle roof design will get electrical energy of 20.548 Wh day. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Adnan Sriyadi
"Energi sinar matahari sebagai sumber daya alam yang banyak terdapat di negara yang dilewati garis khatulistiwa contohnya seperti di Indonesia. Penggunaan energi matahari di Indonesia masih sangat sedikit sekali sehingga harus lebih banyak lagi pengunaanya mengingat makin menipisnya bahan bakar fossil. Nelayan adalah salah satu kelompok yang dapat memanfaatkan energi sinar matahari sebagai sumber listrik penggerak kapal. Saat ini pengunaan bahan bakar fossil masih jadi yang terbesar yang digunakan oleh para nelayan. Penelitian ini dilakukan untuk mendesain pengunaan panel surya sebagai sumber listrik pada kapal nelayan ukuran 5 GT. Energi matahari yang diserap oleh panel surya diubah menjadi energi listrik kemudian disimpan dalam baterai. Energi listrik yang disimpan dalam baterai akan diambil oleh motor listrik yang berfungsi menggerakan kapal

Solar energy as a source of natural resources are many in a country which passed by the equator such as Indonesia. Consumption this energy is still very few in Indonesia once so as to be more consumption remember the lack of fossil fuel. Fishers are one of a group which can use solar energy of a ship as a source electricity. Now, using of fuel fossil still so the largest used by the fishermen. This report is written to design using solar panel converted into electrical energy then stored in a battery. Kept in baterry of electricity to be taken by electric motor that serves moving ship."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kirana Rashifa Zahra
"Energi surya merupakan sumber energi alternatif yang berkelanjutan dan dapat memberikan dampak baik bagi lingkungan. Energi surya dapat berkontribusi dalam mengurangi polusi dan emisi gas kaca yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil. Memaksimalkan potensi dari sistem panel surya diperlukan untuk mendapatkan efisiensi daya tertinggi yang dapat diberikan oleh panel surya. Namun, terdapat beberapa hal yang dapat mengurangi efektivitas daya dari panel surya, seperti radiasi matahari yang bervariasi sepanjang hari. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kondisi langit yang sedang berawan dan variasi sudut datangnya sinar matahari. Selain itu, suhu juga berpengaruh dalam efisiensi daya, karena semakin tinggi suhu yang dimiliki oleh panel surya, tegangan yang dihasilkan akan semakin rendah. Oleh karena itu, diperlukan algoritma Maximum Power Point Tracking (MPPT) dengan teknik Perturb and Observe yang dapat secara terus menerus melacak titik daya maksimum yang dapat diberikan oleh panel surya. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan produksi energi yang dihasilkan. Algoritma MPPT akan diintegrasikan pada Solar Charge Controller (SCC) yang dilengkapi dengan Internet of Things (IoT) agar pengguna dapat melakukan monitoring sistem secara real-time. Pada penelitian ini, dilakukan 2 pengujian, yaitu pengujian karakteristik panel surya untuk mengetahui titik daya maksimum dari panel surya yang digunakan serta pengujian implementasi algoritma P&O untuk mengetahui performa pelacakan titik daya maksimum menggunakan algoritma P&O. Akurasi yang dihasilkan dari membandingkan titik daya maksimum dari kedua pengujian tersebut untuk panel surya 10W dengan iradiasi 280 W/m2, 340 W/m2, 385 W/m2, 450 W/m2, dan 1470 W/m2, secara berturut-turut adalah 70,09%; 80,47%; 98,07%; 91,39%; dan 94,76%. Sementara itu, untuk panel surya 85W dengan iradiasi 478 W/m2—485 W/m2, 553 W/m2—560 W/m2, dan 680 W/m2—685 W/m2, secara berturut-turut adalah 84,99%; 85,47%; dan 89,94%.

Solar energy is a sustainable alternative energy source and can have a good impact on the environment. Solar energy can contribute in reducing pollution and gas emissions produced by fossil fuels. Maximizing the potential of a solar panel system is necessary to obtain the highest power efficiency that solar panels can provide. However, there are some things that can reduce the power effectiveness of solar panels, such as solar radiation that varies throughout the day. This can be caused by several factors, such as cloudy sky conditions and variations in the angle of occurrence of sunlight. In addition, temperature also affects power efficiency, because the higher the temperature owned by solar panels, the lower the voltage produced. Therefore, a Maximum Power Point Tracking (MPPT) algorithm with the Perturb and Observe technique is needed because it can continuously track the maximum power point that can be provided by solar panels. This is done to maximize the production of energy produced. The MPPT algorithm will be integrated into the Solar Charge Controller (SCC) equipped with the Internet of Things (IoT) so that users can monitor the system in real-time. In this study, 2 tests were carried out, namely testing the characteristics of solar panels to determine the maximum power point of the solar panels used and testing the implementation of the P&O algorithm to determine the maximum power point tracking performance using the P&O algorithm. The accuracy resulting from comparing the maximum power points of the two tests for 10W solar panels with irradiation of 280 W/m2, 340 W/m2, 385 W/m2, 450 W/m2, and 1470 W/m2, respectively are 70.09%; 80.47%; 98.07%; 91.39%; and 94.76%. Meanwhile, for 85W solar panels with irradiation of 478 W/m2—485 W/m2, 553 W/m2—560 W/m2, and 680 W/m2—685 W/m2, respectively are 84.99%; 85.47%; and 89.94%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avadiana Rahmi Putri
"Beberapa kegiatan, di medan operasional, berlokasi pada tempat yang tidak memiliki sumber listrik yang memadai, meskipun begitu, kegiatan-kegiatan ini membutuhkan sumber daya untuk mengisi peralatan-perlatan krusial. Pada kegiatan operasional contoh nya radio dan radar, untuk itu dibutuhkan sebuah pengisi daya baterai yang dapat mengisi daya menggunakan sumber tenaga yang dapat didapatkan dimana saja, yaitu matahari, yang kita ketahui dapat ditemukan dimanapun. PANTER telah disesuaikan dengan spesifikasi tegangan dan arus yang dibutuhkan untuk mengisi alat komunikasi pada PANTER utamanya adalah handy talkie.
Dalam pembuatan PANTER digunakan metodologi penelitian berupa literatur dengan sumber jurnal, ataupun buku, konsultasi baik dengan pembimbing maupun sumber lain untuk mengetahui informasi mengenai penggunaan handy talkie pada kegiatan medan operasional utamanya, setelah itu dilakukan perancangan menurut spesifikasi yang telah dicocokkan dengan handy talkie. Setelah perancangan dilakukan lah eksperimen dan pengujian untuk menganalisis data yang di dapat. Hasil yang di dapat adalah charger mengisi daya baterai dengan tegangan 8.4 Volt dan arus 0.25 Ampere dengan lama pengisian 7 jam.

Some activities, such as military activities, are located in places where there is no adequate power source, but these activities require resources to replenish crucial equipment. In the case of military activities, examples of these important devices are radio and radar, it is necessary for a charger that can charge using a source of energy that can be obtained anywhere, the sun, which we know can be found anywhere. PANTER has been adjusted to the voltage and current specifications required to charge the communication tool, PANTER rsquo s main device to charge is a handy talkie.
In the making, PANTER used research methodology in the form of literature with journal source, or book, consultation with counselor and other sources to know information about the use of handy talkie on its main military activity, after that done by design according to specification which have been matched with handy talkie. After the design is done the experiment and testing to analyze the data in the can. The result is a charger that charges battery with voltage 8.4 Volt and current 0.25 Ampere with 7 hours charging time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Shabila Dinniyah
"Saat ini, banyak aplikasi teknologi berbasis sumber energi alam dan ramah lingkungan. Bagaimanapun, kekurangan yang sering ditemukan pada sumber energi alam adalah intensitasnya yang tidak menentu. Hal ini juga berlaku pada tenaga matahari pada panel surya, dimana intensitas cahaya yang masuk tidak selalu sama di setiap waktu. Intensitas cahaya dapat dipengaruhi berbagai faktor seperti cuaca yang mendung. Perubahan intensitas cahaya ini berujung pada perubahan besar tegangan yang dihasilkan panel surya. Dengan buck-boost converter, nilai tegangan keluaran dapat diatur menjadi lebih besar atau lebih kecil, menjadi nilai tegangan yang diinginkan. Nilai tegangan yang dihasilkan diatur oleh pemrograman mikrokontroler, yang mengatur lebar pulsa pada PWM. Laporan skripsi ini membahas perancangan buck-boost converter untuk panel surya, dengan mengambil studi kasus di Gedung Pusat Inovasi LIPI di Cibinong, Bogor. Regulasi tegangan keluaran yang dihasilkan merupakan faktor utama dari analisa keberhasilan perancangan buck-boost converter, dengan persentase efisiensi berkisar dari 90 hingga 99%.

Currently, there are plenty of technological applications that utilizes a natural, environmental-friendly source of energy. However, a disadvantage often found in natural energy sources is that the intensity produced is uncertain. This occurance is also found in solar panels, wherein the light intensity that enters is not always equal. Light intensity may be affected by various factors such as ones on gloomy or sunny weathers. This irregularity on light intensity leads to deviation of voltage output produced by the solar panel. With the use of buck-boost converters, the amount of output voltage may be set to higher or lower than the input voltage, enabling us to maintain the desired output voltage. The amount of output voltage produced is controlled by a microcontroller program which regulates pulse widths produced by PWM signals. This final project report discusses about the designing of a buck-boost converter for solar panels, with a case study in Gedung Pusat Inovasi LIPI, Cibinong, Bogor. The regulation of output voltage is the main aim in analizing the success of the design created, with an efficiency of 90 to 99%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63924
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumokoy, Stieven Netanel
"Salah satu faktor penentu diperolehnya jumlah energi surya yang maksimal dengan menggunakan panel surya adalah dengan menentukan sudut arah pemasangannya (tilt Angle). Beberapa rekomendasi pemasangan sudut panel surya dengan elevasi tinggi dipandang kurang relevan terhadap kondisi area tropis yang seakan tegak lurus dengan matahari. Sudut pemasangan panel surya yang optimum di daerah tropis dipandang perlu dilakukan karena daerah tropis memiliki kharakteristik kondisi lingkungan yang berbeda dibanding dengan belahan bumi yang lain. Besar sudut optimum panel surya direpresentasikan dengan persamaan 1.15875 X + 0.001075718 Y(X merupakan lintang dan Y merupakan bujur bumi), dengan nilai RMSE 2.398 dan R square 0.979. Dari hasil perbandingan jenis panel surya, thin film terlihat lebih efektif dibanding dengan monocrystalin dan polycristalin dalam pertimbangan terhadap rata-rata suhu lingkungan di daerah tropis.

One of determinant factor in gaining maximum solar energy collected by Photo Voltaic Panel depended on the tilt angle of the panel. Some recommendation of high elevation tilt angle was not too relevant in tropical area as upright with sun. Optimum tilt angle on tropical area need to do, because tropical area has a special environtment characteristic than other earth hemisphere. The Optimum tilt angle on tropic area represented by the equation 1.15875 X + 0.001075718 Y (X for latitude and Y for longitude), which the RMSE 2.398 and R square 0.979. The comparison result of different type solar panel is thin film was greater than monocrystalin and polycrystalin based on tropic ambient temperature average."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T45262
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>