Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123243 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Purwati Puji Lestari
Depok: Universitas Indonesia, 1992
S2468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Wahyuningtias
"Pandangan usia tepat untuk menikah (kekkon tekireiki) telah mengalami perubahan. Dewasa ini, perkawinan tidak terkonsentrasi pada batas usia yang sempit, dan usia rata-rata orang Jepang pertama kali menikah bertambah tinggi. Adapun orang-orang yang tidak ingin terikat dalam tugas dan tanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga lebih memilih untuk terus melajang (single life) atau hidup bersama tanpa menikah (cohabitation). Sikap mereka tersebut didasari atas keinginan untuk tidak mau disusahkan oleh kewajiban hukum dan sosial.
Penelitian ini mengkaji dan menganalisis pengaruh terbukanya peluang kerja di luar sektor tradisional dan tampilnya pekerja wanita dalam angkatan kerja terhadap usia dan minat berumah tangga, keinginan pasangan suami-istri untuk mempunyai anak, dan pola hubungan suami-istri serta sikap mereka terhadap kelangsungan rumah tangga. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini, berkisar antara tahun 1990-2003."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Putu Sendratari
"Asumsi dasar dalam memulai studi ini diawali dengan adanya anggapan bahwa istri petani hanyalah sebagai orang kedua dalam urusan ekonomi rumahtangga, sedangkan suami diberi tempat sebagai pencari nafkah utama/pertama. Padahal kenyataan menunjukkan bahwa sumbangan istri petani dalam kegiatan nafkah dapat dilihat secara nyata dalam berbagai kegiatan yang menghasilkan uang. Nilai yang menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah utama pada kasus dimana sebenarnya istri yang menjadi orang pertama dalam ekonomi rumahtangga jelas merupakan pemutarbalikkan fakta. Untuk meluruskan anggapan/mitos tersebut maka penelitian ini dilakukan.
Istri petani yang menampilkan sumbangan ekonomi rumahtangga dan dipilih dalam penelitian ini adalah perempuan saudagar yang ada di desa Candikuning, Tabanan, Bali. Pilihan terhadap perempuan saudagar didasarkan pada pertimbangan bahwa mereka tergolong dalam kelompok wanita pedesaan yang masih luput dari perenoanaan pembangunan. Padahal mereka merupakan subyek penentu dalam menyalurkan produksi sayur yang ada di desa Candikuning. Secara budaya, mereka juga dikondisikan agar bertanggung jawab terhadap urusan rumahtangga. Tuntutan terhadap kegiatan ekonomi pasar dengan kegiatan rumahtangga jika tidak ditangani dengan baik akan dapat meniinbulkan konflik dalam diri perempuan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka menarik untuk diteliti strategi kebertahanan yang dilakukan oleh perempuan saudagar di desa Candikuning. Pertanyaan yang ingin dicari jawabannya adalah "mengapa perempuan saudagar di desa Candikuning memilih pekerjaan sebagai pedagang sayur dampai ke luar desa ?; bagaimana bentuk-bentuk strategi kebertahanan yang dilakukan dalam usaha berdagang dan kegiatan rumahtangga. ?; selanjutnya apakah dengan melakukan kegiatan berdagang akan nemberikan peningkatan otonomi bagi perempuan saudagar ?"
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan langkah- larigkah metodo logid yaitu menentukan informan secara purposive dan teknik snowball sampling. Pengumpulan data dengan ears observasi, wawancara mendalam serta penggunaan dokumen. Analisis data dilakukan sepnajang berlangsungnya penelitian dengan bertolak dari informasi empiris. Selanjutnya dibuat kategori-kategori yang dirangkai secara sistematis dan logis.
Termuat dalam penelitian ini adalah, bahwa perempuan saudagar di desa Candikuning memilih pekerjaan: sebagai pedagang disebabkan beberapa hal, pertama faktor tradisi. Masuknya beberapa perempuan dalam ekonomi pasar yaitu perdagangan, bukan hal yang baru tetapi telah didahului oleh pengalu. Mereka telah ada sebelum masuknya Jepang yaitu sekitar tahun 1920an, dengan membawa barang dagangan ke pelabuhan Buleleng. Mereka yang menjadi pengalu tidak terbatas hanya laki laki tetapi perempuan juga turut serta. Tradisi bepergian ke luar desa dilanjutkan oleh perempuan saudagar. Di samping faktor tradisi, faktor ekonomi menjadi pendorong sehingga memilih bekerja sebagai saudagar. Kehidupan yang miskin dan pilihan yang terbatas membuat informan memanfaatkan potensi alam desa Candikuning untuk menentukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan ketrampilannya. Faktor lain yang tidak bisa diabaikan adalah dukungan nilai budaya. Ditinjau dari aspek budaya Bali Tidak ditemukan adanya batasan yang tegas tentang pekerjaan yang "pantas" dan "tidak pantas" dilakukan perempuan sehingga perempuan Bali uuiumrcya tidak mengalami kesulitan jika hendak memasuki peluang kerja yang ditempat lain bisa jadi merupakan pekerjaan laki-laki (seperti di Aceh, perempuan hampir tidak diberi kesempatan untuk turut serta dalam dunia perdagangan).
Adapun bentuk-bentuk strategi kebertahanan yang dilakukan oleh informan dalam usaha berdagnag adalah berpegangan pada prinsip pasar yaitu mengadakan ikatan dengan tengkulak dan petani. Bentuk lainnya adalah melakukan kerjasama antar sesama saudagar agar usaha tetap dapat berjalan. Pengembangan modal dilakukan dengan cara arisan di pasar, merintis usaha lain seperti beternak babi. Di samping berpijak pada prinsip pasar (orientasi mencari laba) ditemukan pula strategi yang bersandar pada kekuatan supernatural yaitu dengan melakukan ritus-ritus perdagangan.
Dalam strategi kebertahanan rumahtangga dilihat berdasarkan pola hubungan dengan suami, anak dan orang-orang di lingkungan desa. walaupun terdapat berbagai variasi tentang cara mempertahankan keharmonisan dengan suami namun semua informan mnengarah ke satu pandangan bahwa sebgai istri wajar memperhatikan kesenangan suami serta beradaptasi dengan profesi suami agar bisa berjalan seiring. Terhadap anak, strategi yang ditempuh adalah menyesuaikan dengan kebutuhan anak remaja dan dewasa namun tetap dalam kontrol ibu. Terhadap orang di lingkungan desa, strategi yang ditempuh dengan cara penyesuaian terhadap adat. Dalam urusan pekerjaan rumahtangga, ada ditemukan penolakan karana sudah merasa capek bekerja mencari uang seharian tetapi gejala umum bahwa perempuan larut dengan tanggung jawab sebagai pencari nafkah sekaligus melakukan pekerjaan rumahtangga.
Dengan uang yang dimiliki dan kegiatan berdagang, perempuan saudagar bisa menentukan beberapa hal yaitu mengatur usaha, menarik maupun memberhentikan tengkulak dan buruh, mengatur keuangan rumahtangga, termasuk mempekerjakan suami. Hal ini mencerminkan bahwa perempuan saudagar memiliki kekuasaan yang bersifat ideologis, remuneratif dan punitif. Hanya raja dalam pola kekuasaan terhadap suami masih tampak bahwa perempuan dalam kondisi tersubordinasi.
Temuan lain menunjukkan bahwa perempuan saudagar belum pernah mendapat pembinaan secara khusus tentang pengelolaan usaha berdagang. Padahal kenyataan menunjukkan masih banyak saudagar di desa Candikuning menghadapi masalah di sekitar Cara mengatasi persaingan, cara meningkatkan modal. Bahkan gangguan kesehatan masih mewarnai kehidupan perempuan saudagar."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Misbahul Pratiwi
"ABSTRACT
This research was conducted in Morodemak and Purworejo Village, Demak District, Central Java Province, Indonesia, by focusing on the problem faced by fisherwomen who go to sea as well as who process the catches-and the activism of Puspita Bahari (hsherwomen organization in Demak). This research seeks to show that women have contributed to the economic progress of coastal communities. This research became a personal research because the researchers have the opportunity to observe the activity of fisherwomen who go to sea and also in the research process, the researchers participated in the advocacy process to get recognition as fisherwomen. By using Naila Kabeer gender analysis, this research found that the complexity of the problems faced by fisherwomen are layers ranging from family, community, market until state levels. The issues of the division of labor, the biased bureaucracy and domestic violence are the three main topics that studied in this paper. Recognition of the identity of fisherwomen becomes an urgency and first step that should be realized in order to improve hsherwomen condition."
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2017
305 JP 22:4 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rauli
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur`aeni Marta
"This research entitled Cirebon district`s Woman Workers worked in Saudi Arabia in 1983-1990. The beginning of 1983 is determined as the starting point of this researches. Since sending all Woman Workers officially to Saudi Arabia was coordinated by the government, it is effected the number of Woman Workers to Saudi Arabia, meanwhile in 1990 was become deadline of the research. When the Gulf War happened, it brought impact to the Indonesian`s Woman Workers included Cirebon district. The purpose of this research is to analyze the Cirebon`s Woman Workers have become workers in Saudi Arabia since 1983 - 1990 and explore the problems that emerged and faced by Cirebon`s. Therefore, which could be a useful input and information to the government for giving better attention to the fate of Woman Workers that working in informal sector overseas, in the Saudi Arabia in particular. The Cirebon district is known as one of producer of rice in northern shore of Java. Ironically, majority of its people are poor, it caused this district as one of the biggest source of Woman Workers is being sent to Saudi Arabia. Mostly, they are farmers. But, their activities in farming is less than before after implementation of intensification and modernization of farming sector. Especially, for the Woman Workers. The development program is purposed to increase the production quantity less attention to the social and economy impact. The plantation of International Rice (IR) and the use of huller machine have marginally the Woman Workers are dominant than men, particularly at the harvest time. But when the program implemented the Woman Workers were replaced by men. The limited skill and low education of the woman workers in Cirebon make them difficult to enroll the government and private institution, while the opportunity to work in the farming fields are also limited. The decision of Minister of Manpower No.149/Men/83 which make easier procedure of sending workers to Saudi Arabia without payment charges, is providing opportunities for their subsistence by going to Saudi Arabia particularly they are also Moslem in majority. So, the motive of Woman Workers from Cirebon to Saudi Arabia is not only for economic purpose but also for eschatological reasons. In fact, delivering Cirebon`s Woman Workers to work in Saudi Arabia is definitely different with hoped. According to them who work in Saudi Arabia, generally in informal sector. In this sector, their right and obligation is depended on the employer. Therefore, their position is vulnerable which at the end have created many problems in personally, family, and the neighborhood.

Penelitian ini berjudul Tenaga Kerja Wanita Kabupaten Cirebon Yang Bekerja di Arab Saudi Tahun 1983-1990. Tahun 1983 dijadikan batasan awal karena sejak saat itu pengiriman TKW ke Arab Saudi dilakukan secara resmi oleh pemerintah, yang berdampak pada peningkatan jumlah pengiriman TKW ke Arab Saudi, sedangkan tahun 1990 dijadikan batasan akhir penelitian ini karena pada tahun tersebut terjadi perang teluk yang kemudian berdampak pada TKW asal Indonesia, termasuk TKW asal Kabupaten Cirebon. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa tenaga kerja wanita Kabupaten Cirebon bekerja menjadi TKW di Arab Saudi pada tahun 1983-1990 dan memaparkan permasalahan-permasalahan yang muncul dan dialami oleh TKW asal Kabupaten Cirebon pada tahun tersebut, sehingga dapat dijadikan rujukan oleh pemerintah agar dapat lebih memperhatikan nasib TKW yang bekerja pada sektor Informal di luar negeri khususnya di Arab Saudi. Kabupaten Cirebon merupakan salah satu penghasil beras di kawasan Pantura. Ironisnya, mayoritas penduduknya adalah miskin, akibatnya daerah ini merupakan salah satu kantong pengirim tenaga kerja ke Arab Saudi terbanyak dari kawasan Jawa Barat. Mata pencaharian penduduk daerah ini mayoritas adalah buruh tani. Namun aktivitas mereka pada bidang pertanian semakin tergeser setelah diterapkannya program intensifikasi dan modernisasi pertanian, terutama tenaga kerja wanita. Program peningkatan jumlah produksi secara kuantitatif ini kurang memperhatikan dampak sosial ekonomi. Penanaman bibit baru yang merupakan hasil penelitian berteknologi tinggi, dan penggunaan mesin huller ternyata telah memarjinalkan tenaga kerja wanita dari sektor pertanian. Sebelum penerapan program tersebut, aktivitas tenaga kerja wanita lebih dominan dibandingkan tenaga kerja laki-laki, terutama pada waktu panen dan pengolahan padi pasca panen. Namun setelah penerapan program tersebut, terutama penggunaan mesin huller, tenaga kerja wanita tidak lagi digunakan, dan digantikan oleh tenaga kerja laki-laki dan mesin. Terbatasnya keterampilan yang dimiliki dan rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja wanita Kabupaten Cirebon, menyebabkan mereka sulit memasuki lembaga-lembaga formal pemerintah maupun swasta. Sementara kesempatan tenaga kerja wanita bekerja di bidang pertanian terbatas. Adanya Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 149/Men/83 yang isinya mengatur tata cara pelaksanaan pengerahan tenaga kerja ke Arab Saudi, termasuk pembantu rumah tangga, dengan persyaratan yang mudah dan tanpa dipungut bayaran membuka kesempatan bagi wanita pedesaan Kabupaten Cirebon untuk dapat menyelamatkan dan memenuhi kebutuhan subsistensinya (push-factor). Selain itu pergi ke Arab Saudi merupakan dambaan masyarakat Kabupaten Cirebon yang mayoritas beragama Islam (pull-factor). Oleh karenanya motivasi wanita Kabupaten Cirebon menjadi TKW ke Arab Saudi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh faktor keyakinan agama yang bersifat eskatologis. Pengiriman tenaga kerja wanita ke Arab Saudi, kenyataannya jauh berbeda dengan apa yang diharapkan. Tenaga kerja wanita Kabupaten Cirebon yang bekerja di Arab Saudi, umumnya pada sektor informal. Pada sektor ini hak dan kewajiban TKW sepenuhnya tergantung majikan. Akibatnya posisi TKW lemah dalam hubungannya dengan majikan. Kondisi ini kemudian memunculkan berbagai masalah yang tidak hanya berdampak pada individu TKW, juga keluarga dan masyarakat sekitarnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T39661
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Metty Karuni Devi Pendit
"Dalam kehidupan sehari-hari terutama di kota Jakarta, semakin banyak ditemukan wanita yang bekerja di luar rumah. Wanita bekerja yang telah menikah dan memiliki keluarga ini menjalankan peran ganda sebagai ibu, istri, ibu rumah tangga dan peketja. Semakin banyak peran yang dijalankan maka semakin banyak kesulltan yang dialami. Kesulitan yang dialami dalam memenuhi kewajiban peran disebut sebagai role strains (Johnson & Johnson dalam Mattlin. 1987). Role strains merupakan salah satu stresor. Pearlin & Schooler (1978) mengemukakan bahwa ada 4 kategori strains yaitu parental strains, occupational strains, marital strains dan household economics strains.
Untuk mengatasi kesulitan ini diperlukan adanya suatu upaya yang disebut dengan coping. Dalam penelitian ini. akan dibahas mengenai coping pada wanita berperan ganda. Klasifikasi coping yang digunakan adalah menurut Pearlin & Schooler (1978) dan Hall (dalam Unger & Crawford, 1992). Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran tentang role strains yang dialami oleh wanita berperan ganda; bagaimana perasaan yang dirasakan sebagai akibat dat^t'fole strains] dan bagaimana coping yang dilakukan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan wawancara dan direkam. Penulis menggunakan pedoman wawancara sebagai kerangka berpikir dalam melakukan wawancara. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu accidental sampling terhadap subyek dengan karakteristik: wanita bekerja yang telah menikah dan memiliki suami yang beketja; berusia sekitar 30 tahun; memiliki anak balita; pendidikan terakhir minimal SLA; waktu beketja lebih dari 40 Jam dalam seminggu; dan tinggal bersama suami. Penulis melakukan wawancara terhadap 33 orang, namun hanya 25 orang yang dapat dianalisis lebih lanjut.
Penelitian ini menghasilkan bahwa parental strains dan occupational strains paling banyak dialami oleh subyek penelitian ini. Kesulitan ini banyak dialami oleh subyek karena wanita berperan ganda ingin memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak balitanya namun ia Juga ingin mempertahankan karir yang telah dibina sejak sebelum menikah (Cardozo, 1986). Sedangkan marital strains dan household economics strains sedikit dialami oleh wanita berperan ganda. Penulis menduga bahwa sedikitnya marital strains yang dialami karena wanita telah lama terikat dalam hubungan perkawinan dengan suami dibandingkan dengan anak. Anak diasumsikan sebagai orang yang belum dapat mandiri/ masih tergantung pada ibu. Household economics strains yang rendah terjadi karena adanya ketergantungan pada pembantu di masyarakat Indonesia (terutama Jakarta). Perasaan yang banyak dirasakan oleh wanita berperan ganda sebagai akibat dari strains yang dihadapi adalah takut, khawatir, rasa bersalah dan bingung.
Coping menurut Pearlin & Schooler yang paling banyak digunakan adalah self-reliance, optimistic action, seeking of advice or help dan negotiation in marriage. Sedangkan coping menurut Hall yang paling banyak digunakan adalah reactive role behavior dan personal role redefinition."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Damsar
"ABSTRAK
Pembangunan yang dilaksanakan pada masa semenjak 1965 telah merubah infrastruktur material dan struktur sosial yang ada sebelumnya. Keadaan ini akan memberi dampak terhadap seluruh aktifitas kehidupan masyarakat, termasuk pola pembagian kerja secara seksual. Pertanyaan penelitian ini adalah mengapa terjadi perubahan pembagian kerja secara seksual dalam industri kerajinan tanah liat? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab sebelumnya a. Perubahan apa yang terjadi pada pembagian kerja secara seksual dalam industri kerajinan tanah liat? b. Bagaimana sebab-sebab muncul pembagian kerja secara seksual dalam industri kerajinan tanah liat? c. Perubahan infrastruktur material dan struktur sosial apa yang telah terjadi selama proses pembangunan? Serta reaksi simbolik masyarakat terhadap perubahan infrastruktur material dan struktur sosial tersebut? dan apa dampaknya terhadap pembagian kerja secara seksual dalam industri kerajinan tanah liat?
Penelitian ini dilakukan di Desa Galo Gandang Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Pengumpulan data primer dan sekunder secara intensif dilakukan pada akhir Februari sampai Juni 1992. Fokus waktu yang dilihat adalah masa Orde Baru dan memperbandingkannya dengan masa sebelum Orde Baru, ini dilakukan untuk memahami suatu proses perubahan. Dalam melakukan penelitian, pertama kali dilakukan sensus terhadap seluruh rumahtangga yang ada di Galo Gandang selanjutnya dilakukan wawancara mendalam terhadap sejumlah informan kunci.
Hasil penelitian ini berkesimpulan bahwa pembangunan adalah proses perubahan sosial yang direncanakan untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu. Ini berarti pembangunan, bagi pelaksananya, merupakan hasil interpretasi terhadap kenyataan yang ada. Pembangunan dilakukan karena ada sesuatu hal yang problematis. Hal yang problematis ini diinterpretasikan dan dicari jalan keluarnya. Pencarian jalan keluar, dengan melakukan suatu pembangunan, merupakan suatu usaha untuk mengintegrasikan hal yang problematis ke dalam hal yang non problematis.
Pembangunan yang dilaksanakan di Galo Gandang telah menyebabkan perubahan atau pergeseran pada sebagian infrastruktur material dan struktur sosial yang ada sebelumnya. Faktor-faktor infrastruktur material dan struktur sosial serta perubahan yang terjadi didalanya dan faktor super struktur budaya merupakan faktor yang bermain dalam proses interpretasi para aktor terhadap hal yang problematis dalam pembagian kerja secara seksual.
Proses interpretasi dilakukan lewat interaksi dan konversasi, para aktor mengeksternalisasikan diri dalam bentuk tindakan. Seiring dengan perjalanan waktu, tindakan tersebut mengalami pembiasaan dan berlanjut menjadi institusi bila terjadi tipifikasi dari tindakan pembiasaan yang dilakukan secara bersama, seperti yang terjadi pada pembagian kerja secara seksual dalam pekerjaan membuat genteng dan batu bata pada masa pembentukannya. Namun, tidak semua habitualuisasi berlanjut pada institusi, masuknya pria dalam penyediaan bahan baku berupa pasir pada pekerjaan membuat gerabah misalnya. Institusi berupa pola pembagian kerja secara seksual, seperti pria membuat batu bata wanita membuat genteng, merupakan sesuatu yang bersifat umum, eksternal, dan coersive.
Melalui proses sosialisasi, pembagian kerja secara seksual, seperti pria membuat batu bata wanita membuat genteng, dialami sebagai data subyektif dalam kesadaran aktor yang terlibat di dalamnya. Dengan demikian, terlihat bahwa pembagian kerja secara seksual dikonstruksi secara sosial.
Ada beberapa perubahan pembagian kerja secara seksual dalam industri kerajinan tanah liat di Galo Gandang. Dalam industri gerabah terjadi dua perubahan yang berhubungan dengan pembagian kerja secara seksual yaitu masuknya pria dalam kegiatan pemasaran dan kegiatan penyediaan bahan baku gerabah, sebelumnya hanya dilakukan wanita. Sementara itu, perubahan yang berhubungan dengan pembagian kerja secara seksual dalam industri batu bata adalah masuknya wanita dalam kegiatan membuat batu bata, semula hanya dilakukan pria.
Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa tautan hubungan antara patron dan klien dimotivasi oleh klien yaitu sebanyak 3 (75%) dari 4 kasus, sisanya dimotivasi oleh patron. Juga ditemukan bahwa perekrutan pekerja didasarkan atas saling kenal.
Penelitian ini merekomendasikan bahwa perlu dipertimbangkan variabel hubungan anak-bapak angkat dalam pemilihan lokasi penelitian. Temuan penelitian akan lebih kaya dan menarik apabila dilakukan di dua lokasi yang berbeda tetapi masih dalam konteks budaya yang sama. Dan akan lebih menarik, apabila dilakukan kajian lintas budaya. Di samping itu, metode penelitian ini dapat juga dipergunakan dalam penelitian yang lain."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>