Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177360 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Heryanto
"Bank Indonesia ("BI") has been willing to accelerate banking sector consolidation process to ensure the banking industry landscape is in accordance with the Indonesia Bank Architecture (API) by issuing Single Presence Policy. The policy is barring the ultimate shareholders of several banks, who control more than one bank in Indonesia to reduce their holdings, merger or consolidate its ownership or set up a unit of holding company. The implementation of Single Presence Policy is aimed to speed up the bank consolidation and encourage national banks to become more efficient and capitally stronger toward having internationally stronger competitive level. The policy is also viewed as an effort by BI to reduce the number of banks, which may make it easier for the central bank to supervise banks. Merger in general is a unification; meanwhile from legal point of view merger can be in the form of a Merger or a Consolidation. Merger is a legal action of one or more corporations to unify by way of getting into another established corporation where the unifying corporations becoming dissolved. Consolidation is a legal action of one or more corporations to unify by way of creating a new legal entity where all of the unifying entities are dissolved. Temasek Holdings is forced to merge two of its banks in Indonesia, the Bank International Indonesia (BIT) and Bank Danamon. Temasek controls 59% of Bank Danamon and 3 1 % of Bil. The merger of Bil and Bank Danamon would create a bank with projected total assets of almost Rp 180 trillion in 2008 and Rp 200 trillion in 2009 and ranked fifth in the country behind Bank Mandiri, Bank Central Asia, Bank Negara Indonesia (BNI), and Bank Rakyat Indonesia (BRI). Temasek has another bank dengan proyeksi jumlah aktiva sebesar Rp 180 triliun di tahun 2008 dan Rp 200 triliun di tahun 2009 dan menduduki peringkat kelima bank terbesar di Indonesia di bawah Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA), Bank Negara Indonesia (BNT), and Bank Rakyat Indonesia (BRI). Temasek juga memiliki anak perusahaan lainnya yaitu PT Bank DBS Indonesia (DBSI). Apabila Danamon, Bil dan DBSI digabungkan, maka akan membentuk bank yang lebih besar dari BRI. Konsolidasi Bank Danamon dan Bil menjadi suatu bank, Bank Danamon Internasional Indonesia ("BDII") hams mempertimbangkan tidak hanya aspek keuangan semata, narnun juga aspek hukum, dimana kedua bank tersebut juga merupakan perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat (publiclisted company banks). Merger kedua bank tersebut juga dip engaruhi oleh beberapa kebijakan Pemerintah seperti ketentuan BI, ketentuan Bapepam-LK dan ketentuan Dirjen Pajak. Apabila dicermati, persaingan yang terjadi di sektor perbankan ditentukan oleh kemampuannya untuk memperoleh dana pihak ketiga atau deposit yang murah. Dengan persaingan pasar, suku bunga pinjaman berada pada level yang sama. Bank yang dapat memperoleh dana murah karena jaringan kantor cabang dan sistem pembayaran kas handal yang dapat menikmati marjin bunga tinggi dan menguasai pangsa pasar. Oleh karena itu, bank hasil merger, BDII, hams memiliki strategi yang tepat dan kinerja yang baik untuk berkompetisi dengan bank-bank yang lebih besar, seperti Bank Rakyat Indonesia dengan jumlah cabangnya yang besar di wilayah pedesaan dan Bank Central Asia dengan jumlah cabangnya yang besar di wilayah pedesaan. Bagaimanapun, pilihan konsolidasi yang ditawarkan oleh BI dalam Peraturan Kepemilikan Tunggal, tidaklah sebaik pilihan untuk menjual kepemilikan saham atas salah satu bank, dalam hal mi Bil. Pilihan untuk menjual salah sam bank dianggap memiliki keuntungan bagi Temasek oleh karena diperkirakan, kontribusi BiT dalam BDII, bank hasil merger, tidak sebaik Bank Danamon stand-alone (Bank Danarnon tanpa merger). Selain itu, proposal merger diperkirakan akan menghadapi hambatan karena masih terdapat ketentuan-ketentuan Pemerintah yang bersinggungan. Faktanya, sampai saat mi belum ada bank publik yanng melakukan merger sejak diterbitkannya Peraturan Kepernilikan Tunggal Perbankan.

Bank Indonesia ("BI") has been willing to accelerate banking sector consolidation
process to ensure the banking industry landscape is in accordance with the Indonesia
Bank Architecture (API) by issuing Single Presence Policy. The policy is barring the
ultimate shareholders of several banks, who control more than one bank in Indonesia
to reduce their holdings, merger or consolidate its ownership or set up a unit of
holding company.
The implementation of Single Presence Policy is aimed to speed up the bank
consolidation and encourage national banks to become more efficient and capitally
stronger toward having internationally stronger competitive level. The policy is also
viewed as an effort by BI to reduce the number of banks, which may make it easier
for the central bank to supervise banks.
Merger in general is a unification; meanwhile from legal point of view merger
can be in the form of a Merger or a Consolidation. Merger is a legal action of one or
more corporations to unify by way of getting into another established corporation
where the unifying corporations becoming dissolved. Consolidation is a legal action
of one or more corporations to unify by way of creating a new legal entity where all
of the unifying entities are dissolved.
Temasek Holdings is forced to merge two of its banks in Indonesia, the Bank
International Indonesia (BIT) and Bank Danamon. Temasek controls 59% of Bank
Danamon and 3 1 % of Bil. The merger of Bil and Bank Danamon would create a bank
with projected total assets of almost Rp 180 trillion in 2008 and Rp 200 trillion in
2009 and ranked fifth in the country behind Bank Mandiri, Bank subsidiaiy which is PT Bank DBS Indonesia. A three-way merger of Bil-Danamon- DBS would create a bigger bank than BR!. The consolidation of Bank Danamon and Bli into a merged bank, namely Bank Danamon Internasional Indonesia ("BDII") may consider not only the financial aspects, but also the legal aspects, as those banks are also public-listed company banks. The merger shall be affected by several Government's regulations of BI, Bapepam-LK and Diijen Pajak. Looking further ahead, the battle of the banking sector is determined by the ability of banks to acquire cheap third-party liabilities or deposits. With market competition, lending rates are at the same level. However, it is the banks that can get cheap deposits because of their branch networks and cash payment systems that will earn large interest margins and gain market share. It is the challenge of the new merged bank, BDII to show strong growth strategy and enhance the performance to compete with higher level bank, such as Bank Rakyat Indonesia with its vast rural branch network and Bank Central Asia with its network in commercial urban centers. However, the consolidation option under BI's Single Presence Policy, shall not be as viable as the option to sell one of the bank, which is Bli. The option of selling is considered to have better outcomes for Temasek since BIT's contribution in BDII shall not be as superior as Bank Danamon stand-alone's performance. The synergy calculation has also shown negative value for each scenario. Temasek's ownership in Bil is also minimal comparing to its ownership in Bank Danamon. On the other hand, merger plan proposal shall be facing a long way journey, as there is still collision in the Government's regulation. In fact, there has not been any merger
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T 23068
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hafiah Puspitawati
"Terkait dengan kebijakan Single Presence Policy yang dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) no. 8/16/2006 tentang Kepemilikan Tunggal pada perbankan Nasional, tesis ini membahas mengenai keefektifan merjer yang dilakukan oleh Khazanah Nasional Berhad melalui CIMB Group Holdings Berhad yang memiliki saham mayoritas di PT. Bank Niaga Tbk. dan PT. Bank Lippo Tbk. menjadi PT. Bank CIMB Niaga Tbk. dari periode sebelum merjer (2006-2007), periode merjer (2008) dan periode setelah merjer (2009) melalui analisis rasio-rasio keuangan (horizontal dan vertical), tingkat kesehatan bank, metode EVA dan perhitungan sinergi yang dihasilkan. Tesis ini bermanfaat bagi investor sebagai pertimbangan pembuatan keputusan investasi, bagi perusahaan manfaat penelitian ini adalah memberikan kontribusi sebagai alat pengukuran kinerja perusahaan, dan untuk peneliti lain manfaat penelitian ini adalah bahan pertimbangan bagi untuk penelitian berikutnya.

In relation with Single Presence Policy which stated in 'Peraturan Bank Indonesia' (PBI) no. 8/16/2006 about single ownership in banking industry, writer will analyze the effect of Merger of PT. Bank Niaga Tbk. and PT. Bank Lippo Tbk. to be PT. Bank CIMB Niaga Tbk. which majority owned by Khazanah Nasional Berhad (CIMB Group Holdings Berhad) in before merger period (2006-2007), merger period (2008) and after merger period (2009) with analysis of financial ratios (horizontal and vertical), banking health rate, EVA method and synergy calculation. This thesis is useful for investor as an investment decision making, for company as a measuring tool performance, for other researcher as a research material."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T30037
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Radityo Mahendra Hutomo
"Pada tahun 1997, terjadi krisis ekonomi di Indonesia membawa dampak besar bagi dunia perbankan. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut adalah melakukan restukturisasi di bidang perbankan, salah satunya dengan cara melakukan merger antar bank. Dalam pelaksanaan merger bank terdapat beberapa pihak yang terlibat, diantaranya adalah kreditor.
Kreditor seringkali dirugikan dikarenakan merger bank yang dilatarbelakangi oleh itikad buruk. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai perlindungan hukum bagi kreditor dalam merger bank di Indonesia dan untuk mengetahui apa saja upaya hukum yang dapat dilakukan apabila dirugikan dalam pelaksanaan merger bank.
Penelitian dengan metode Juridical Normative ini akan menjelaskan mengenai perlindungan dan upaya hukum untuk kreditor dalam pelaksanaan merger bank. Contoh kasus terkait perlindungan kreditor dalam merger bank yaitu antara PT Bank IFI dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk juga akan dianalisa dalam penelitian ini. Penelitian ini pada akhirnya akan memberikan kesimpulan terkait perlindungan hukum untuk kreditor dalam pelaksanaan merger bank, serta memberikan saran demi terjaminnya kepastian hukum bagi para kreditor.

In 1997, the economic crisis in Indonesia had a huge impact on the banking world. The government rsquo s effort to resolve the problem was made restructuring in the banking sector, such as implement merger between commercial banks. In the implementation of bank merger there are several parties involved, one of them is the creditor.
Most of the time, creditors rights was harmed due to bank merger backed with bad faith. Therefore, the purpose of this thesis is to provide information about the legal protection for creditor in the bank merger in Indonesia and to know the legal remedies which can be done if felt disadvantaged by the implementation of bank merger.
This Juridical Normative research will explain the legal protection for creditor in the implementation of bank merger. Examples of case between PT Bank IFI and PT Bank Danamon Indonesia Tbk will be provided in this research. In the end, this research will provide conclusions regarding legal protection for creditor in the implementation of bank merger, as well as provide advice to ensure the legal certainty for the creditor.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
S69022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Jurnalis
"Menyusul pembekuan operasi terhadap tiga bank nasional swasta dengan berstatus Bank Beku Operasi (BBO) dan kepemilikan 4 bank yang dikuasai oleh pemerintah dengan berstatus Bank Take Over (BTO) dimana manajemen operasi bank tersebut diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) pads tanggal 4 April 19982.
Selain tindakan likuidasi, dengan tujuan untuk membentuk sinergi yang lebih balk, pemerintah menganjurkan agar bank melakukan merger. Salah satu merger yang dilakukan adalah merger antara delapan bank yang berstatus Bank Take Over (BTO) pada tanggal l Maret 2000 dengan Bank Danamon. Atas pelaksanaan merger tersebut, BPPN bekerjasama dengan Project Merger, menyampaikan bahwa biaya yang diperlukan dalam merekapitulasi diperkirakan sekitar Rp 25 - 30 triliun.
Alternatif yang dimiliki bank dalam upaya memenuhi ketentuan permodalan itu, antara lain melalui penjualan saham di pasar modal, penyertaan modal, penyertaan modal pihak ke tiga (bank asing maupun domestik) dan penggabungan perusahaan atau merger. Melihat kondisi perdagangan saham di pasar modal yang sampai kini masih pada posisi kontraksi maka alternatif merger merupakan solusi yang tepat.
Hasil akhir dari merger sering dikaitkan dengan pertambuhan aset dan modal yang dipandang sebagai prasyarat mutlak guna menghadapi persaingan global. Hampir seluruh bank yang pada saat ini berada diperingkat atas, merupakan bank hasil merger.
Menurut Pradjoto, suatu hal yang tidak mengherankan oleh karena pertumbuhan aset yang tinggi memang mustahil dilakukan tanpa memacu proses pertumbuhan yang cepat. Sementara proses pertumbuhan yang cepat mustahil untuk tanpa melewati resiko yang demikian besarnya. Itulah sebabnya merger dilihat sebagai salah satu jalan pintas yang lebih aman.4
Merger sebagai salah satu bentuk penyatuan perusahaan pada mulanya dipraktekkan di Amerika Serikat yang kemudian diilcuti di negara-negara lain termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri praktek penggabungan dua atau lebih perusahaan dikenal cukup lama, meskipun tidak dalam arti merger murni berupa penggabungan dua atau lebih perusahaan yang otonom kedalam satu perusahaan otonom lainnya.5
Didalam praktek hukum perusahaan di Indonesia istilah business combination atau juga business amalgation, diterjemahkan secara babas sebagai penggabungan perusahaan, yang terdiri dari merger (penggabungan perusahaan), konsolidasi (peleburan perusahaan) dan akuisisi (pengambilalihan perusahaan).6
Berdasarkan uraian tersebut di atas, permasalahan yang akan diteliti di dalam tesis ini adalah praktek 8 (delapan) Bank Take Over merger dengan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. yang secara khusus dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa raja yang melatarbelakangi proses merger 8 (delapan) BTO dengan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk.?
2. Bagaimana proses merger 8 (delapan) BTO dengan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk.?
3. Apakah proses merger 8 (delapan) BTO dengan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk., telah sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Undang-undang Perbankan?
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T18916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Novendra Paruntungan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan bank yang melakukan merger terkait kebijakan kepemilikan tunggal dengan uji beda dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bank yang dilihat dari sisi keuntungan/pengembalian terhadap asset yang diproksikan dengan ROA dengan metode regresi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan bank-bank yang merger karena kebijakan kepemilikan tunggal yang di keluarkan Bank Indonesia tahun 2006. Periode yang diambil dari pengamatan ini adalah empat tahun sebelum merger dan empat tahun sesudah merger. Untuk uji beda, metode yang digunakan adalah uji dua sampel berpasangan periode sebelum dan sesudah merger dengan menggunakan alat uji Paired Samples T-Test untuk variabel yang datanya berditribusi normal, dan alat uji Two Related Sample Wilxocon untuk variabel yang datanya tidak berdistribusi secara normal. Dengan variable 1 Rasio Pemodalan CAR, 2 Rasio Likuiditas LDR, 3 Rasio Pengembalian terhadap Aset ROA, 3 Rasio Pengembalian terhadap ekuitas ROE, 5 Rasio Pendapatan Bunga Bersih NIM, 6 Rasio Biaya Manajemen BOPO dan 7 Rasio Resiko Kredit NPL. Untuk uji regresi, metode yang digunakan sama dengan yang digunakan oleh Ramadan, Kilani dan Kaddumi 2011 Mili, Trimeche 2014 dengan menggunakan variable spesifik bank, spesifik industri dan makroekonomi dan tambahan 1 variabel dummy yang menjelaskan sebelum dan sesudah merger. Hasil penelitian menunjukan bahwa, sebelum dan sesudah merger untuk ROA ada 4 bank yang menurun dan 1 bank meningkat secara signifikan, untuk ROE ada 1 bank yang meningkat dan 2 bank menurun signifikan, untuk CAR ada 4 bank yang menurun dan 1 bank meningkat signifikan, untuk LDR ada 5 bank yang naik signifikan, untuk NPL ada 5 bank yang menurun signifikan dan 2 bank meningkat signifikan, untuk NIM 3 bank menurun signifikan dan untuk BOPO ada 1 bank meningkat dan 1 bank menurun signifikan. Sedangkan hasil yang mempengaruhi ROA secara signifikan berdasarkan hasil regresi adalah merger, modal CAR, deposit rasio LDR biaya operasional BOPO dengan faktor lain konstan. Sedangkan hasil regresi yang mempengaruhi CAR secara signifikan adalah variabel merger dan ROA.

This research aims to know the comparative financial performance of banks that do a single ownership policy related to the merger with different test and analyze the factors that affect the performance of the banks seen from the advantages reversion against the asset diproksikan with ROA with regression method. The sample used in this study is the ratio of the banks financial merger since a policy of sole proprietorship issued Bank Indonesia in 2006. The period of observation is taken from the four years before the merger and four years after the merger. For a different test, the methods used are two assay sample pair the period before and after the merger by using the tool test Paired Samples T Test for a data variable berditribusi is normal, and a test of Two Related Sample Wilxocon to a variable whose data is not Gaussian, normally. With variable 1 ratio of the Pemodalan CAR, 2 Liquidity Ratio LDR, 3 the ratio of returns against assets ROA, 3 the ratio of returns against equity ROE, 5 the ratio of the net interest income NIM, 6 the Management Fee Ratio BOPO and 7 Credit Risk Ratio NPL. For regression test, the method used is the same one used by Ramadan, Kilani and Kaddumi 2011 Mili, Trimeche 2014 using the variable specific bank, specific industry and macroeconomic and an additional 1 dummy variables that explain the before and after the merger. Research results show that, before and after the merger to ROA there are 4 banks are declining and the bank significantly increased 1, to ROE is no 1 bank which rose and 2 banks decreased significantly, to CAR there are 4 banks are declining and the bank increased significantly, to LDR have 5 bank rose significantly, to the NPL exists 5 banks decreased significantly and 2 banks increased significantly, to the bank 39 s decreasing 3 significant NIM and for bank 1 BOPO increased and decreased significantly the bank 1. While the results affect the ROA is significantly based on the results of the regression is the merger, capital CAR, the deposit ratio LDR operating expenses BOPO and other factors constant. While the regression results that affect the CAR significantly is variable mergers and ROA.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T47031
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julyanti Anastasia Ritauli
"Merjer antar bank bukanlah suatu hal baru di Indonesia. Dalam dunia perbankan, baik skala nasional maupun manca negara, altematif merjer adalah merupakan salah satu alternatif strategi yang dipandang efektif guna memperbaiki kondisi kesehatan perbankan di sebuah negara. Langkah strategi merjer ini merupakan tindakan yang dapat digunakan untuk melakukan peningkatan pertumbuhan dan perkembangan suatu perusahaan.
Strategi merjer yang ada di Indonesia juga merupakan salah satu agenda dalam regulasi Bank Indonesia sebagai bank sentral yang tertuang dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Dalam struktur perbankan ini, termasuk didalamnya juga wacana kepemilikan tunggal (single presence policy) untuk bank yang mempunyai kepemilikan saham mayoritas yang lama. Hal ini yang menjadikan motif daripada rencana merjer yang nantinya akan dilakukan oleh PT Bank Danamon Tbk (Bank Danamon) dan PT Bank Intemasional Indonesia Tbk (BII} dimana kedua bank tersebut dimiliki oleh Temasek Holding Singapura sebagai kepemilikan atas saham mayoritas pada masing-masing bank tersebut. Dengan adanya wacana single presence policy, maka hal ini juga akan mendukung adanya konsolidasi perbankan diantara bank-bank yang ada di Indonesia. Dalam proses merjer ini, sebuah perusahaan harus melakukan suatu feasibility study untuk melihat kelayakan daripada proses merjer ini. Pada saat proses merjer antara kedua bank ini, diperlukan analisis yang matang, skaah satu bentuk analisis fundamental dimana perusahaan harus melakukan valuasi untuk mengetahui penilaian perusahaan dan kelayakan harga saham dari BII. Dalam hal ini BII adalah sebagai perusahaan target. Penilaian perusahaan tersebut dalam penulisan ini dilakukan dengan metode Discounted Casf Flow, di mana penilaian ini dilakukan dengan menentukan proyeksi arcs kas babas (Free Cash Flow to Equity) sebagai dasar untuk menilai kelayakan nilai pasar dari saham BII. Berdasarkan analisis fundamental yang dilakukan dengan pendekatan FCFE model, akan diperoleh nilai intrinsik saham sebesar Rp218 per lembar saham yang dapat dijadikan patokan bagi investor apakah nantinya harga yang terjadi dipasar adalah harga yang undervalued atau overvalued. Dengan diketahuinya nilai wajar dari saham ini, maka akan dapat ditentukan nilai daripada perusahaan BII dimana nantinya akan dapat ditentukan harga beli dalam hal proses merjer dan akuisisi dengan Bank Danamon.
Setelah penentuan dari kalayakan harga saham BII, kemudian ditentukan metode pencatatan akuntansi yang digunakan dalam proses merjer ini. Dalam tulisan ini metode yang digunakan adalah metode pooling of interest di mana nilai laporan keuangan dari merjemya dua bank ini merupakan penjumlahan dari masing-masing akun dari tiap-tiap bank setelah sebelunmya dilakukan jurnal penyesuaian untuk akun investasi pada perusahaan target, dalam hal ini adalah BII. Berdasarkan laporan keuangan yang dihasilkan dengan metode pooling of interest ini maka dilakukan penilaian atas kinerja PT Bank Danamon Hasil Merjer yang merupakan suatu bank hasil merjer daripada Bank Danamon dan BII. Penilaian dilakukan dengan melakukan analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan di dunia perbankan. Selain itu penilaian dari bergabungnya kedua bank ini dapat dilihat daripada nilai sinergi dari bank hasil merjer (PT Bank Danamon Hasil Merjer). Dalam penghitungan nilai sinergi ini diperlukan nilai daripada perusahaan setelah merjer dikurangkan dengan nilai perusahaan dari masing-masing Bank Danamon dan BII. Diharapkan dengan adanya sinergi positif yang dihasilkan dalam penggabungan Bank Danamon dan BII ini akan dapat mendorong pertumbuhan sektor riil dalam perekonomian Indonesia, terutama pada masa pemulihan dunia perbankan Indonesia paska krisis ekonomi global tahun 1998.

Merger between banks is not a new thing in Indonesia. In banking industry, nationally or internationally, merger is one kind of alternative for effective strategy in order to have a healthy and better condition in banking industry of a nation. This merger strategy can be used as a tool to boost the growth and development in a business. Merger strategy in Indonesia is also one kind of program for Bank Indonesia, as regulator for Indonesian banking industry. Such program is reflected in "Arsitektur Perbankan Indonesia" (API) or Indonesia Banking Architecture. The structure included the draft of single presence policy which intended for bank who?s the owner has the same shareholder majority. This motive can be a trigger for PT Bank Danamon Thk (Bank Danamon) and PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BID which the two banks is owned by Temasek Holding Singapore which has shareholder majority in two banks in Indonesia. The draft of single presence policy also supports banking consolidation in Indonesia.
In merger process, a company should perform feasibility study to asses the fair value of the merger. This thesis makes the use of fundamental analysis where a company performs the valuation in order to know the value of the firm and the fair market value of BII's shares. In this course, BII is the target company. Valuation process of target company (BII) is performed by determining Free Cash Flow to Equity (FCFE) method as a base to determine the fair value of BII's shares.
Based on the fundamental analysis with FCFE model, this thesis obtains share intrinsic value by Rp21 S per share that can be used as a reference to investor to determine whether current market value is overvalued or undervalued. By knowing the fair value of the share price, then the value of the firm can be determined and eventually purchase price in merger and acquisition process with Bank Danamon can be determined.
After determining the fair value of BII's shares, then the thesis describes accounting method for merger process. In this thesis, the method used is pooling of interest. This method employ sum of each account in financial statements of new entity as a merger company. Before the sum of the accounts, there is adjustment journal made in investment account in Target Company, which is BII.
As a result of pooling of interest method, then th financial analysis is made for financial statement of PT Bank Danamon Hasil Merjer (new entity as a result of Bank Danamon and BII merger). The analysis utilizes the key financial ration which commonly used in banking industry.
Besides the valuation described above, the value of the merger between Bank Danamon and BII can be seen in synergy value. Synergy value is a result of difference value between value of the firm of merged entity (PT Bank Danamon Hasil Merjer) and value of the firm of each entity (Bank Danamon and BII).
At last, it is expected that the positive synergy value as a result of merger between Bank Danamon and BII will contribute the development for real sector in Indonesian economic condition, particularly in the Indonesian banking recovery from global economic crisis in 1998.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivon Novianti
"Merger merupakan alternatif strategi yang lazim digunakan untuk melakukan peningkatan pertumbuhan dan perkembangan suatu perusahaan. Dengan adanya konsolidasi perbankan yang dilakukan Bank Indonesia melalui Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan adanya wacana Single Presence Policy yang dikeluarkan Bank Indonesia memungkinkan terjadi merger antara Bank Niaga dan Bank Lippo yang pada dasarnya dimiliki oleh perusahaan yang lama.
Sebelum melakukan merger, perusahaan harus melakukan penilaian untuk mengetahui penilaian perusahaan dan kelayakan harga saham dari Bank Lippo sebegai perusahaan target. Ada beberapa metode penilaian perusahaan yang umumnya digunakan oleh perusahaan penilaian perusahaan, yaitu metode capitalization of maintainable future earnings dan discounted casf flow yang didasarkan alas proyeksi keuangan serta metode net asset, market value dan metode liquidation yang didasarkan atas data historis.
Pencatatan akuntansi yang dapat digunakan dalam merger adalah metode pooling of interest dan purchase method. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pooling of interest, sehingga penggabungan laporan konsolidasi Bank Niaga dan Bank Lippo paska merger merupakan penggabungan harta, kewajiban dan ekuitas dari masing-masing perusahaan yang melakukan penggabungan usaha.
Setelah dilakukan merger, dilakukan penilaian terhadap kinerja Bank Niaga pasca merger. Penilaian dilakukan dengan melakukan analisis terhadap strategis bisnis dan analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan di perbankan.
Kinerja pasta merger juga dapat dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap sinergi perusahaan pasta merger. Sinergi diperoleh dengan melakukan perhitungan value of the firm Bank Niaga pasca merger dengan value of the firm Bank Niaga dan value of the firm Bank Lippo sebelum melakukan merger. Hasil yang positif menunjukkan bahwa penggabungan usaha tersebut dapat memberikan sinergi yang positif untuk pertumbuhan dan perkembangan perusahaan di masa yang akan datang.

Merge is one the alternatives strategy for improving and expanding growth of the company. Banking consolidation policy issued by Government Banking with Arsitektur Perbankan Indonesia (API) and Single Presence Policy issue have make possibility for PT. Bank Niaga Tbk and PT. Bank Lippo Tbk to make consolidation between them, because both of the company have the same ultimate shareholders.
Before merge, the company must make valuation for the fair value of the stock price and value of the firm of the target company. There are some methods which usually used by Appraisal Company, capitalization of maintainable future earnings and discounted cash flow which is based on projection of financial performance. Net asset, market value and liquidation method which is based on historical data.
There are two accounting method which can be used for consolidation, pooling of interest method and purchase method. This research is using pooling of interest method. So the consolidation report between PT. bank Niaga Tbk and PT. Bank Lippo Tbk is a combination of asset, liabilities and equities from the company who made combination.
After merge, we must make performance valuation for the company after merge. Valuation is involved analysis of business strategy and analysis of financial report using financial ratios usually using in banking industry.
Performance after merger also can value with the synergy of the company. Synergy is the difference between value of the combined firm and the sum of the value of the firm as separate entities before merge. The positive values means that there are synergies for the company after merge and the company have possibility to growth in the future.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Ahadi
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1996
S22942
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Mayangsari
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heydi Rininta
"Tesis ini membahas tentang praktek dari penerapan strategi pada pengumuman Merjer dan Akuisisi dengan objek Industri keuangan di Indonesia pada tahun 2008-2013. Perusahaan pembeli ("pembeli" atau "yang melakukan penawaran" atau "objek perusahaan") di artikan disini sebagai perusahaan terdaftar pada BEI (yang merupakan perusahaan yang berasal dari Indonesia maupun luar negeri) yang terlibat dengan transaksi merjer dan akuisisi dengan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di Indonesia selama periode tahun 2008-2013. Tujuan dari tesis ini adalah untuk mengidentifikasi strategi apakah yang diterapkan oleh para perusahaan pembeli tersebut dalam melakukan pengumuman merjer dan akuisisi dan apakah strategi tersebut berperan dalam perubahan harga saham perusahaan tersebut. Adapun hasil dari penelitian ini adalah: (1) Adanya hubungan antara quantitative-future oriented disclosure strategy dengan kenaikan harga saham; (2) tidak ada hubungan antara kenaikan harga saham yang lebih tinggi dengan mengimplementasikan future-oriented disclosure strategy dibandingkan dengan retrospective disclosure strategy; (3) Credibility disclosure strategy suatu perusahaan tidak memiliki efek yang jelas dalam kenaikan harga saham perusahaan; (4) tidak ada hubungan antara kenaikan dividen yang dibagikan dengan kenaikan harga saham (5) stock repurchase disclosure strategy dapat berperan dalam kenaikan harga saham.

This thesis discussed the practice of Mergers and Acquisitions ("M&A") announcements strategy particularly in the financial services industry in Indonesia, with the case study of Bank BRI and Bank Niaga. The acquirers ("the acquirers" or "the bidders" or the "object companies") are defined here as publicly listed companies (Indonesian company or overseas company) who are involved in M&A transaction with Indonesian financial services company during the period of 2008-2013. The aim of the study is to identify what are the strategies acquirers implement towards the announcement of their M&A deals and does the strategy have the effect on their share price movement. This study has found that(1) there is a relationship between quantitative-future oriented disclosure strategy with the increase in share price; (2) implementing a future-oriented disclosure strategy rather than retrospective disclosure strategy not always result in higher increase in share price; (3) there is not enough evidence to conclude that credibility disclosure strategy has effect on the increase of share price of the acquirer; (4) implementing an increase in dividend payment not always result in increase of an acquirer's share price (5) stock repurchase disclosure strategy might have an effect on increase in acquirer's share price.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T44195
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>