Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1399 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarawak: 2007
333MINV001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Sarawak: Peat Swamp forest Project UNDP/GEF, 2007
333MINV002
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Plymouth: 2000
333SIMN001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Hazebroke, Hans P
Kinabalu: Natural History Publication, 2006
363.68 HAZ g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Selangor : UNDP, 2006
333.72 UNI l (1);333.72 UNI l (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tipot, Endela
Selangor Darul Ehsan: Projek Hutan Paya Gambut, 2006
R 581.634 TIP t
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"A field survey was conducted in November 2013 to inventory invansive plant species present along the corridor of Kawah Ijen Nature Tourism Park exploratively. Result showed that there were 11 plant species found abundantly along the corridor. Typical native species were dominated by Cyathea contaminans, Casuarina junghuhniana and Vaccinium varingiaefolium. Three species were determined as invasive alien species i.e. Chrommolaena odorata, Acacia decurrens and Blumea lacera whereas five species were determined as native species but potentil invaders i.e Rubus moluccanusm, melastoma malabatrichum, Polygonum barbatum, Debregesia longifolia and Pteridium aquilinum. In term of tourism particularly on nature-based destinations enable moving in and out of invansive alien species due to opening the access of some natural protected areas. The environmental impact of an alien species whether it becomes invasive at its destination depends on its biological key point, what ecological role the species may play, and on additional factors such as its tolerance of the gross features of the environment in the new range."
JITUB 2:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ernita Sari
"Vegetasi mempunyai beberapa syarat tumbuh yang harus dipenuhi untuk dapat
hidup dengan optimal Faktor-faktor yang memungkinkan keberadaan suatu
vegetasi di suatu wilayah adalah faktor edafis, fisiografis, klimatis dan biotis
(Polunin, 1990).
Perubahan vegetasi sejalan dengan pertambahan ketinggian dari permukaan
laut (elevasi), namun masih banyak faktor-faktor iklim yang penting dalam
lingkungan pegunungan, terrnasuk jumlah dan penyebaran curah hujan, cahaya
dan singkapanlexposure lereng (Loveless, 1989).
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango sebagal wilayah penelitian
tergolong sebagal Hutan Hujan Tropis Pegunungan (Loveless, 1989), yang
memungkinkan terdapatnya variasi vegetasi hutan dalam zona sub montana,
montana maupun sub alpin (Novinita, 1992).
Permasalahan yang ingin diutarakan adalah bagaimana penyebaran vegetasi di
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, sehubungan dengan kondisi
ketinggian, curah hujan serta penyinaran matahari pada musim hujan dan
kernarau. Satuan analisis yang akan dipergunakan adalah lereng.
Yang dimaksud dengan vegetasi adalah tumbuhan yang belum mendapat
pengaruh, campur tangan, serta rekayasa manusia. Vegetasi yang akan diamati
diklasiflkasikan mengacu pada Dansereau (1957) dalam Cohn (1969), dan
Yamada 0977 yang kemudian diolah, yaitu : Vegetasi Al, lapisan pertama,
tinggi Iebihlsama dengan 25 m, batang kayu keras, Vegetasi AZ lapisan
kedua, tinggi kurang dari 25 m, pohon, batang kayu keras, tidak termasuk
conifer, Vegetasi B, lapisan kedua, tinggi kurang dari 25 m, batang kayu keras,
daun jarum/conifer, Vegetasi C, lapisan bawah, tinggi kurang dari 6 m, batang
keras atau lunak, (semak herba, perdu, pakis, palma, bambu), Vegetasi D,
lapisan bawah, tinggi kurang dari 6 m, menumpang pada tumbuhan lain (paku,
epifit, liana), Vegetasi E, lapisan bawah, tinggi kurang dari I m, (rumputrumputan,
alang-alang), Vegetasi F, lapisan bawah, tinggi kurang dari 0,1 m,
(lumut, jamur). Vaniabel yang akan dilihat adalah ketinggian dan faktor klimatis, yaitu curah
hujan serta penyinanan matahani pada musim hujan dan musim kemarau.
Penyinaran matahani yang akan dilihat adalah rata-rata lama penyinaran
matahari dalam 1 bulan. 100% berarti rata-rata tiap hari 8 jam.
Untuk menjawab permasalahan pada penehitian mi dilakukan penampalan peta,
dengan mengacu pada data-data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan
Geofisika, Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal PHPA Taman
Ui Nasional Gunung Gede-Pangrango, beberapa eneI itian -te dahu lu, serta
diperkuat meIaui survey lapangan dengan metode sampel yang mewakUi setiap
lereng. Hasil analisa akan disajikan secara diskriptif dengan bantuan peta, tabel
serta diagram.
Hasil yang diperoleh dari penelitian mi dapat diringkas menjadi:
- Setiap vegetasi mempunyai region tersendini untuk ditempat, dan
didominasi. Khusus vegetasi Al clan A2 mempunyai kesamaan, tenluas pada
region ketinggian, curah hujan clan lama penyinaran matahari pada kedua
musim yang sama, di setiap lereng.
- Setiap vegetasi tidak selalu menempati dan mendominasi region setiap
variabel yang sama pada lereng yang berbeda.
- Keanekaragaman vegetasi adalah sebagal benikut:
- Keanekaragaman vegetasi maksimal
lereng utara,
pada region montana (meliputi ketinggian 2.000 - 2.400 rn), yaitu vegetasi
Al, A2, C, D, E, F, dengan curah hujan sedang pada kedua musim, serta
lama penyinaran matahani sedang clan tinggi pada kedua musim.
lereng timur,
pada region montana (meliputi ketinggian 1.700 - 1.800 rn), yaltu vegetasi
Al, A2, B, C, D, E, F, dengan curah hujan tinggi pada musim hujan, curah
hujan sedang clan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran
matahari rendah clan sedang pada musim hujan, Oan lama penyinaran
matahari sedang pada musim kemarau.
lereng s&atan,
pada region sub montana (meliputi ketinggian 1.000 - 1.100 m), dan region
montana (meliputi ketinggian 2.100 - 2.400 rn), yaitu vegetasi Al, A2, B, C,
D, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah
hujan rendah clan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran
matahani rendah clan sedang pada musim hujan, lama penyinaran matahari
sedang clan tinggi pada musim kemarau.
lereng barat,
pada region montana (meliputi ketinggian 2.100 - 2.400 m), yaltu vegetasi
Al, A2, B, C, D, E, F, dengan curah hujan sedang pada musim hujan clan
curah hujan rendah clan sedang pada musim kemarau, serta lama
penyinaran matahari rendah clan sedang pada kedua musim.
- Keanekaragaman vegetasi minimal:
lereng utara,
pada region sub alpin (meliputi ketinggian 2.800 - 3.019 m), yaitu vegetasi
C, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah
hujan rendah, sedang clan tinggi pada musim kemarau, serta lama
penyinaran matahari rendah padá kedua musim.
lereng timur,
pada region montana (meliputi ketinggian 1.500 - 1.700 m), yaitu vegetasi
A2, B, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada kedua musim, serta lama penyinaran matahari rendah clan sedang pada musim hujan, lama
penyinaran matahari sedang pada musim kemarau.
lereng selatan,
pada region sub alpin (meliputi ketinggian 3.000 - 3.019 m), yaitu vegetasi
C, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah
hujan rendah dan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran
matahari rendah pada kedua musim.
lereng barat,
pada region sub alpin (meliputi ketinggian 2.800 - 3.019 m), yaitu vegetasi
C, E, F, dengan curah hujan sedang pada musim hujan, curah hujan rendah
dan sedang pada musim kemarau, serta lama penyinaran matahari rendah
pada kedua musim."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aca Sugandhy
"ABSTRAK
Pelestarian dan pemanfaatan kekayaan hayati kawasan fungsi lindung diperlukan bagi keseimbangan Iingkungan dan keberlanjutan pembangunan dalam pemenuhan kebutuhan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara pengelolaannya adalah dengan penetapan Taman Nasional.
Indonesia adalah negara kepulauan yang dinilai mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) baik di ekosistem daratan maupun lautan. Potensi kaanekaragaman hayati tersebut termasuk yang ada di kawasan taman nasional sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan dan obat-obatan dan ekowisata (ecotourism). Segara bioregional Indonesia terbagi dalam tujuh biogeografik region yaitu bio-regional Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Dalam Setiap bio-regional tersebut telah ditetapkan sejumlah taman nastonal.
Taman nasional adalah satu kawasan nasional yang ditetapkan sebagai salah satu kawasan konservasi fungsi ekosistem dan keanekaragaman hayati. Sebagai salah satu dari kawasan fungsi lindung yang merupakan subsistem dari suatu ruang wilayah mempunyal peran yang sangat strategis bagi pembangunan berkelanjutan.
Obyek penelitian adalah Taman Nasional menurut UU No. 5 tahun 1990 yaitu kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami; memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dlkembangkan sebagal pariwisata alam; merupakan kawasan yang dapat dibagl ke dalam zona Inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan zona lainnya.

ABSTRACT
The conservation and utilization of biodiversity in the preservation area are needed for the environmental balance and sustainable development to meet the basic need and society welfare. One of the management effort is to designate the national park.
Indonesia is an archipelagic country which has domain the most richness of the biodiversity resources (mega biodiversity country) not only in the terrestrial ecosystem but also in the marine environment. The biodiversity potential includes those in the national park, is not USBU yet in an optimal way not only in direct use but also in an indirect way for meeting the need such as foods, clothes, shelters, medicines and ecotorism. Indonesia bio-region consist of seven biogeography region l.e. bioregional Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Maluku, dan lrian Jaya. In each bioregion consist of numbers of national park.
National park is a national area designated as an ecosystem and biodiversity conservation area. As one of the preservation area in a subsystem of the regional spatial structure it has a very strategic role for sustainable development.
As an object chosen for this study, a national park according to the Government of Indonesia Law Number 5 year 1990 is ah area which meet the criteria interalia as follows: appropriate size of land to maintain the sustainability of the natural ecological process; it has a unique and specific natural resources; it has one or more untouched ecosystem; it has an original natural conditions which are potential for developing the ecotourism. Internally national park area can be divided into various zone based on the function and it's structure of the ecosystem."
Depok: 2006
D720
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>