Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104132 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Mendiskusikan hak-hak sipil lesbian tentu saja tidak bisa dipisahkan begitu saja dengan pemahaman akan hak manusia pada umumnya. Sehingga deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh Majelis Umum PBB dalam resolusi 217 A (III) tertanggal 10 Desember 1948 masih sangat relevan digunakan sebagai dasar dan acuannya
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Selama ribuan tahun lamanya, manusia telah melontarkan pertanyaan bagaimana seseorang harus hidup (how ought i to live?") dan bagaimana seseorang harus menentukan mana yang baik dan mana yang buruk(how ought i to know what's right and what wrong?")
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Lesbian have not been sosiality accepted. This may be bacause from psychological, social, cultural and religius viewpoints,they have different known. ...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vinna Caturinata
"Penelitian ini berfokus pada keterkaitan antara dukungan sosial dengan coming Our pada lesbian dewasa muda. Penelitian ini termasuk penelitian kulitatif dan menggunakan 4 lesbian usia dewasa muda (20-40 tahun) sebagai subyek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan obeservasi. Dari analisis terhadap hasil wawancara, clisimpulkan bahwa coming our dan dukungan sosial pada lesbian dewasa muda dipcngaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi ekonomi, respon dari lingkungan, dan kcpribadian lesbian itu sendiri. Lesbian yang masih membutuhkan dukungan finansial dari orangtua, mendapatkan respon negatif dari lingkungan (penolakan atau dijauhi), serta kepribadian yang tertutup atau rendah diri menjadi terharnbat dalam coming out kepada lebih banyak orang. Lesbian tersebut kemudian hanya mendapatkan dukungan sosial dari scdikit orang, yaitu teman dekat yang mengetahui bahwa mereka adalah lesbian. Di sisi lain, lesbian yang telah dapat memenuhi kebutuhan linansialnya sendiri, mendapatkan respon positif dari lingkungan (diterima dan tidak ditentang), dan memiliki kepribadian yang terbuka atau tidak terlalu mempedulikan penilaian dari lingkungan menjadi semakin berani untuk coming out kepada lebih banyak orang. Lesbian tersebut kcmudian mendapatkan lebih banyak dukungan sosial. Namun demikian, mcreka tidak dapat menceritakan permasalahannya dengan lceluarga karena keluarga belum dapat menerima orientasi seksualnya. Hasil lain yang tampak adalah bahwa Pengalaman yang dipeisepsikan positif atau negatif dapat mempengaruhi lesbian untuk dapat atau justru menjadi terhambat dalam coming our. Selain itu, tampaknya pengaruh faktor keyakinan atau agama yang dianut terhadap coming out sebaiknya diteliti lebih lanjut mcngingat nilai-nilai atau norma agama masih kuat dianut di Indonesia.

This research focus on the connection between social support with coming out in young adult lesbians. This is a qualitative research using 4 (four) young adult lesbians (20-40 years) as research subjects. Data collection is done with interview and observational method. From interview analysis, the conclusion is that coming out and social support in young adult lesbians are influenced by several factors such as: economic condition, environmental response and the lesbian’s personality itseli Lesbians who still need financial support from their parents, who received negative response from their environment (rejection or avoidance), and have closed personality or low self esteem will experience difficulty in coming out process to more people; This kind of lesbians will received social support only from a small amount of people, such as their closest friends who already know that they are lesbians. On the other side, lesbians who can fulfill their own financial needs, who obtain positive response from their environment (acceptance or no rejection), and have open personality or don’t care much about judgements from their environment will become braver in coming out process to more people. This kind of lesbians will get more social support. Even so, they can’t share problems with their family because their family can’t accept their sexual orientation. Other results is lesbian’s negative or positive perception toward an experience can influence a lesbian to come out easily or can become an obstacle in coming out process. Beside that, belief or religious factor’s influence to coming out process still needs further research, since values or religious norms still strongly believed in Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T34139
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Fauzi
"Homoseksual lesbi hidup di Indonesia sebagai sebuah subkultur. Sebagai seorang manusia biasa tentunya seorang lesbian juga memiliki lingkungan sosial yang terdiri dari pranata-pranata seperti pranata pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. Namun tidak pada semua pranata ini tentunya mereka mampu menjadi diri sendiri, karena adanya sanksi sosial dari masyarakat sekitar ketika memiliki identitas sosial yang berbeda dari kebanyakan masyarakat. Untuk itu, mereka hanya mengaktifkan identitas sosial mereka sebagai seorang lesbian hanya pada pranata-pranata tertentu. Pengaktifan identitas ini kemudian menjadi sebuah landasan bagaimana sebuah subkultur berbatasan.
Heteronormativitas sebagai sebuah konsep yang awalnya hadir pada relasi manusia heteroseksual ternyata juga hadir pada relasi homoseksual lesbi di Indonesia. Konsep yang lahir dari heteroseksual ini mengedepankan perbedaan, baik dari ciri fisik maupun peran di dalam hubungan hingga kepada karakter dari individu ketika menjalankan hubungan. Homoseksual lesbi kemudian tergolong ke dalam dua kategori, penganut heteronormativitas dan bukan penganut heteronormativitas. Pasalnya tidak semua lesbian kemudian menganut heteronormativitas, melainkan ada pula mereka yang lebih mementingkan kenyamanan dalam relasi berpasangan

Lesbian (a female homosexual) lives in Indonesia as a subculture. As a mere human being, a lesbian also lives in social environment that consist of institutions such as education institution, occupation, etc. However, they’re not and/or can’t become themselves in all institutions, because there are norms and social sanctions from the society who embraces heterosexual as a majority in social identity. Therefore, they activate their lesbian social identities only in certain institutions. This identity activation then becomes a foundation how a subculture is bounded.
Heteronormativity as a concept in heterosexual relations turns out in lesbian relations as well. A concept that is born from heterosexual emphasize differences, and it is come and formed by physical characteristics or roles in relationship. Lesbian then being classified into two categories, lesbian who embraces heteronormativity and lesbian who doesn’t embrace heteronormativity
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Nur Amalina
"Olahraga merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menjaga daya tahan tubuh, fisik, serta mental seorang individu. Olahraga dilakukan tanpa memandang gender seseorang, laki-laki maupun perempuan perlu untuk berolahraga. Selain laki-laki, olahraga futsal belakangan ini banyak diminati oleh kaum perempuan. Terdapat beberapa pandangan bahwa para atlet futsal putri merupakan perempuan yang maskulin, tomboi, bahkan lesbian, yang kemudian menjadi sebuah stereotip tersendiri bagi masyarakat. Skripsi ini menggunakan metode etnografi dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam serta observasi partisipatoris. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan antara atlet putri yang hanya sekedar melakukan doing serta yang mengaku menjadi being lesbian.

Sport is an activity that people do to maintain their body endurance, physical endurance, and their mentality. Regardless of someone rsquo s gender, whether males or females need to do sport. Beside males, nowadays futsal is a sport that is increasingly enthused among female futsal athletes. In the society, there are some thoughts that say a female futsal athlete has a masculine personality, tomboy, and even lesbian. Those thoughts then become a stereotype among the society. The method used in this ethnography research is deep interview and participant observation. The result of this thesis shows that there is some significant difference between doing lesbian and being a lesbian in female futsal athletes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S69042
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Bernadet Rosinta Nirmala
"Penelitian ini berangkat dari keinginan untuk memperkaya kritik sastra feminis Indonesia dengan deskripsi orientasi dan pilihan menjadi lesbian dalam teks naratif fiksi, serta keinginan untuk membongkar pengkotakan, mitos, stereotipe, peran, dan posisi perempuan. Yang dianalisis adalah bias sistem gender dalam menggambarkan identitas, relasi, pemikiran perilaku, dan komunitas tokoh lesbian. Sumber data adalah Lines, Kumpulan Cerita Perempuan di Garis Pinggir karya Ratri M. (2000) dan novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini (2000).
Penelitian ini menemukan bahwa pertimbangan dan keputusan untuk menjadi lesbian merupakan pilihan hidup, pilihan politis, proses pembelajaran, dan merupakan bakat alamiah atau genetis. Lesbian dicitrakan sebagai perempuan yang otonom dan sadar akan eksistensinya, tidak ragu untuk melakukan perlawanan dan pendobrakan terhadap nilai-nilai budaya.
Debat di seputar peran jender atau peran feminin dan maskulin dalam semua cerita tidak mendapat porsi yang signifikan karena tidak merupakan pembagian yang kaku dan mutlak kebenarannya. Semua teks menunjukkan komitmen untuk melawan patriarki dan seksisme dengan melakukan dekonstruksi budaya heteropatriarkal, terutama heteroseksual. Dengan menampilkan ide dan mitos yang berbeda, teks juga membuka wacana bagi budaya androgini, mengakomodasi model peran yang beragam, mempromosikan persaudaraan, dan menumbuhkan kesadaran.

Content Analysis from Feminist Perspective and Deconstruction of Lesbianism Thinking on Fiction Narrative Texts in Lesbian's Subject MatterThis research is intended to enrich feminist literary critique in Indonesia by describing the orientation and choice to be lesbian, who was found in fiction narrative texts, and by deconstructing myths, stereotypes, roles, and positions of women.
I analyse gender system bias in describing lesbians' identities, relations, opinions, attitudes, and communities. Sources of data are Lines, Kumpulan Cerita Perempuan di Garis Pinggir by Ratri M. (2000) and Tartan Bumi by Oka Rusmini (2000).
This research finds that consideration and decision to be lesbian are choice of life, politics' choice, learning process, and nature or genetic. Lesbians' images are autonomous, aware of their existence, strongly to resist, and deconstruct cultural values.
Debates regarding gender roles or feminine and masculine roles in the texts are not important, because those roles are discussable and flexible. All of texts show the commitment to fight patriarchy and sexism by deconstructing heteropatriarchal culture, especially heterosexual. Texts are open for androgyny's culture, various role models, promoting sisterhood and consciousness raising by presenting different ideas and myths."
2001
T9015
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Ahdiati
"Tesis ini membahas tentang kebangkitan dan transformasi dalam perjuangan kaum feminis lesbian di Amerika tahun 1990-an. Tujuan yang ingin dicapai dalam tesis ini adalah memahami hakekat dan tujuan perjuangan kaum feminis lesbian di Amerika pada tahun 1990-an yang merupakan kebangkitan dan tranformasi yang sudah dirintis sejak tahun 1960-an.
Tesis ini memantaatkan model tahapan gerakan sosial yang diambil dari pemikiran Warner E. Gettys dan prinsip multikulturalisme sebagai kerangka teorinya untuk menganalisa bentuk atau pola kebangkitan dan transformasi dalam perjuangan kaum feminis lesbian di Amerika tahun 1990-an.
Tesis ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai metodologi penelitiannya. Sedangkan metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan melalui metode analisa sejarah untuk menemukan pola perjuangan kaum feminis lesbian di Amerika tahun 1990-an.
Hasil penelitian tesis ini adalah bahwa perjuangan kaum feminis lesbian di Amerika tahun 1990-an merupakan kebangkitan dari perjuangan di tahun-tahun sebelumnya dimana kebangkitan tersebut menjadi dasar bagi kaum feminis lesbian untuk mentransformasikan bentuk perjuangannya dari gerakan sosial separatis menjadi gerakan politik praktis. Kebangkitan dan transformasi tersebut menjadi sarana bagi kaum feminis lesbian untuk melembaga dan mendapat legitimasi dari masyarakat Amerika secara keseluruhan. Sedangkan keberhasilan kaum feminis lesbian melalui kemenangan Tammy Baldwin untuk melembaga dalam pemilihan anggota kongres tahun 1998 memberikan peta kekuatan baru dalam sistem politik di Amerika, khususnya dalam Kongres Amerika.
Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari multikulturalisme yang diyakini dan dianut oleh masyarakat Amerika, yaitu kesetaraan dalam perbedaan dan perbedaan dalam kesetaraan.
This thesis discusses the resurgence and transformation in the struggle of the lesbian feminists in the United States of America during 1990s. The aim of this thesis is to understand the nature and the goals of the struggle itself since 1960s.
This thesis takes `the patterning of social movement' from Warner E. Gettys and the principle of multiculturalism as the theoretical framework of this thesis to analyze the form or pattern of the resurgence and transformation in the struggle of the lesbian feminists in the United States during 1990s.
This thesis uses a qualitative approach as its methodology and a library research through historical analysis as its method to find the patterns of the struggle of the lesbian feminists in the United States of America during 1990s.
The result of this thesis is that the struggle of the lesbian feminists in the United States during 1990s constitutes the resurgence and transformation of the struggle of the lesbian feminists in the previous years. The resurgence itself becomes a reason for the lesbian feminists to transform the form of their struggle, i.e. from social separatist movement into practical-political movement. The resurgence and transformation becomes the medium for the lesbian feminists to be institutionalized and get legitimacy from the American society. The success of the lesbian feminists through Tammy Baldwin's win in the process of the 1998 congressional election gives a new power map in the American political system, especially in the US Congress.
The success of the lesbian feminists in their struggle cannot be apart from multiculturalism that shelters the lives of the Americans, i.e. equality in difference and difference in equality.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11087
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meuthia Adira Fitrilia
"Realitanya, manusia merupakan sebuah insan yang memiliki keragaman dalam diri. Keragaman ini menimbulkan adanya bentuk interaksi sehingga menciptakan sebuah peristiwa atau isu di dalam kehidupan sosial. Salah satunya adalah munculnya komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transeksual) yang telah legal di Belanda. Pelegalan ini menimbulkan kebebasan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat, salah satunya adalah dalam bidang periklanan. Penelitian ini akan mengkaji lebih spesifik tentang pasangan lesbian yang ditampilkan dalam sebuah tayangan iklan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pasangan lesbian di Belanda direpresentasikan dalam iklan komersial. Penelitian ini akan menggunakan analisis semiotika John Fiske dengan teori codes of television yang dibagi menjadi tiga tingkatan yakni level realitas, level representasi dan level ideologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan lesbian di Belanda dapat direpresentasi melalui bentuk tingkatan interaksi yang tercipta. Selain itu, terdapat pula bentuk ‘gender role’ yang terlihat pada masing-masing individu perempuan yakni maskulinitas serta feminitas.

In reality, humans are human beings who have diversity within themselves. This diversity gives forms of events or issues in society, one of which is the appearance of LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, and Transsexual) that are legalized in the Netherlands. This legalization creates freedom in every aspect of people's lives, one of which is in the field of advertising. This research will examine more specifically about lesbian couples who are featured in an advertisement. The purpose of this research was to find out how lesbian couples in the Netherlands are represented in commercial advertisements. This research will use John Fiske's semiotic analysis with the theory of codes of television, divided into three levels: the level of reality, the level of representation and the level of ideology. The results showed that lesbian couples in the Netherlands can be represented from the level of interaction that created. Furthermore, this research also found a form of gender roles in each woman figure called masculinity and femininity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Chairani
"Sebagai perempuan yang menjalani hidup dengan identitas lesbian pada masyarakat yang heterosentris dengan dominasi parriarki yang kuai mempakan pilihan yang sulit. Tidak mudah bagi mereka untuk mengartikan identitas secara positif sementara lingkungan mereka masih memberikan penilaian yang negative. Pada kasus tertenlu mereka menginternalisasikan homophobia yang mereka pelajari dari lingkungan sehingga membawa pengaruh yang negatif terlmdap penyesuaian psikologis memka (Greene dalam Greene&I-Ierek, 1994). Permasalahan kesehalan mental yang dialami oleh lesbian bukan konsekuensi langgung dari identitas seksualnya tetapi sebagai konsekuensi dari identilas yang sudah terlanjur terstigma di mala masyarakat yang heterosentris. Dampak siigma yang perlahan terhadap pengalaman lesbian terlihat jelas melalui model teoritis dari pembentukan idenlitas (Bohan, 1996). Gambaran penem aan identitas lesbian diperoleh melalui waaancara dengan panduan model anam tahapan penerimaan identitas dari VC.Cass. Peneliti juga akan menggunakan tes kepribadian sebagai alat diagnostik untuk menangkap kompleksitas dari penghayalan tersebut.
Thematic Apperceprfon Test (T AT) aclalah salah satu alat kepribadian yang memakai prinsip proyeksi Grorh-Mamai (1984) menjelaskan bahwa TAT sangat bergantung kepada metode interpretasi kualitatif dan lebih menilai kekhasan siltuasi kehidupan individual yang bersifat saal ini (here and now) dibandingkan dengan slruktur kepribadian yang mendasar. TAT merupakan teknik unluk menginvesligasi dinamika kepribadian yang termanifestasi dalam hubungan interpersonal dan dalam interprestasi bermakna terhadap lingkungan (Bellak, 1993). Dalarn memaharni individu secara unik dan menyeluruh harus dilihat dari konteks serta pengalaman soslalnya di lingkungan. Semenlara identitas merupakan perasaan unik seseorang terhadap dirinya yang melekal pada dirinya Smara tidak langsung hasrat yang lumbuh selama in.i lmtuk mengekspresikan identitasnya serta membuka diri sepenuhnya kepada publik berkaitan dengan gambaran kepribadian serta keadaannya pada sam ini. Gambaran penerimaan idenlitas yang sudah dijalani oleh lesbian hingga saat ini dapat melengkapi kebutuhan tidak sadar, konsepsi lingkungan orang-orang di dalamnya dan dimensi kepribadian subyek yang terungkap dari TAT.
Pendekatan yang digunakan dalam TAT bersifat idiogralik arau berd arkan keunikan individu. Pada dasar ini pala penelili akan menggunakan pendekaian kualitatif sebagai melode penelitian terhadap tiga orang perempuan yang mengidenliflkasilcan dirinya sebagai lesbian. Hasil penelitian memperlihalkan bahwa secara umurn TAT memb-erikan gambaran subyek yang Iebih mendalam alaupun mempertajam infomaasi dari anamnesa Pengalaman serta penghayatan subyek terhadap identitas lesbian yang tidak terungkap secara mendalam pada gambaran penerimaan idenliias yang diperoleh melalui anamnesa, temyata terproyeksi melalui TAT. Tampalmya derajal dan lingkatan penerimaan identilas liap subyek mernpengaruhi gambaran konsep diri. , persepsi terhadap figur orang tua, penerimaan identitas lesbian, hubungan interpersonal dengan orang Iain, persepsi terhadap lingkungan serta cara mereka menangani konllik secara keseluruhan yang tertangkap baik dan anamnesa dan TAT.
Ketiga subyek merailiki gambaran konsep diri yang berbeda-beda dan unik dan berkailan dengan identitas lesbian yang melelzat pada diri mereka. Dua dari subyek memiliki kebuluhan dalam menjalin aliliasi emosional, dan mengajarkan kelenarikan tersebut secara jelas kepada perempuan yang menonjol. Kebuluhan ini memiliki konflik dengan superego. Salah satu dari mereka memiliki superego yang menglmkum secara parah dengan nuansa agrmi yang ditunjukan kepada dirinya maupun arang lain. Hakikat kecemasan dari lcedua subyek di atas adalah kehilangan kasih sayang dan ditinggalkan. Sementara subyek yang lain merasa bahwa dirinya berbeda dan tidak puas dengan dirinya saat ini. Kebutuhan utamanya adalah dikasihi, dimengerti, bergantung, dan didukung oleh Iingkungannya (N-Succoronce) dan memberikan kasih sayang yang dalam (N-Nurruronce) yang dimanifestasikan dalam bentuk yang ekslrim dan hal ini memberikan tendensi masokis pada dirinya. Kedua kebutuhan mama ini mempakan sumber konflik yang bermakna dari dalam dirinya. Keeemman dari subyek ini adalah penolakan dari lingkungan. Semua subyek memiliki hubungan yang tidak dengan kedua orang tua mereka dalam derajat yang berbeda-beda. Sikap mereka lerlihat melalui penolalian, ambivalensi, hingga kebencian tahadap figur orang tua.
Secara umum, dari tahapan penerimaan identitas yang dikemukakan oleh Cass (dalam Bohan, I996), dan subyek mencapai tahapan keempat (ldentity Accepronoe) dan sisanya baru mencapai iahap ke dua (Identity Comparison). Subyek yang sudah mencapai tahap ldonmy Comparison, masih memililci inremahzed homophobic yang masih kuat terhadap lesbian Dua subyek Iainnya yang sudali pada tahap Idenriryrficceprance memiliki perbedaan dalam darajat pengungkapan diri yang mereka lakukan. Salah salu dari mereka hampir tidak mernbaiasi dirinya dalam mengimgkapkan identitas lesbiannya, some-mam yang Iainnya menggunakan passing sebagai heleroseksual kepada kalangan tertentu. Tidak semua subyek dapat memprayelsikan kelertarikan seksual mereka melalui lema dalam TAT.
Ada dua orang subyek yang memproyeksikan ketertarikan homoseksualnya dengan jelas dalam tema cerita, sememara yang lainnya cenderung untuk merepresi kebutuhan tersebut dan mernproyeksikannya dalam benrul: yang lain, yaitu mourning terhadap ideal loss. Hubungan inlerpersonal para subyek juga terkait dengan lingkalan penerirnaan idenituas mereka. Dua orang subyek dengan tahapan identity memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan ternan-teman rnereka yang berasal dari komunitas gay emu lesbian Namim salah seorang dari mereka yang masih membatasi pengungkapan dirinya, memproyeksikan bahwa orang-orang yang berada di lingkungannya tidak mudah memahaminya dan menanggapinya secara berbeda. Tetapi pada subyek dengan tahapan penerimaan identity Comparison masih memiliki perasaan inrerriolized homophobia.
Pada subyek dengan lahapan Identity Acceptance merasa bahwa lingkungan mereka cenderung mendukung mereka dan tidak pemah mengalami reaksi negatif terhadap ideniilas lesbian yang mereka sandang Namun salah seorang dari mereka yang masih membatasi pengungkapan idmtilm lesbiannya masih mengesankan bahwa Iingkungannya meagecewakan dan tidak memuaskan seperti apa yang ia harapkan. Pada subyek yang dengan derajal penerimaan dirinya yang lebih tinggi dapai andang lingkungannya cukup proporsional, dimana rentangnya dan menyenangkan hingga tidak menyenangkan. Sementara subyek yang masih mengalami internalized homophobia memandang lingkungannya dengan kesan yang negalif dimana lingkungannya tidak mendukung dirinya sehubungan dengan identitas lesbiannya. Tiap subyek memiliki kekhasan dalam menangani konllik. Pada subyek yang memiliki inremmlized homophobia cenderung tidak adelcual dalam menangani konfliknya dimana ia menggunakan penyelesaian melalui agresi yang ditujukan kepada dirinya Hruroyeksi) maupun orang lain. Pada subyek yang membzuasi pengungkapan identitas lesbian memiliki penyelesaian konflik yang represif dan denial. Sememara pada subyek dengan derajal penerimaan idmtitas yang Iebih tinggi tampaknya memiliki keeendenmgan unluk menggunakan mekanisrne perlahanan intelektual dan isolasi emosi.
Ketiga subyek terlihal masa Ideruigv Foreclosure yang cukup panjang, yaitu sekitar 10 hingga 15 tahun hingga akhimya tumbuh perasaan nyaman pada diri mereka Stagnasi ini sangat diwamai oleh mekanisme perlahanan denial, represi dan supresi. Pada maaa lemebut,1erlil:|aI adanya keeenderungan bunuh diri pada pada ketiga subyek. Temuan ini didulrung oleh hasil risa membuktikan bahwa individu homoseksual pada periode remaja atau dewasa muda cenderung untuk mengalami masalah psikologis, khususnya kasus pereobaan bunuh diri dan penyalahgunaan 221 (Gonsiorelg 1995). Derajal penerimaan subyelc lerlihai berkembang pesar ketika mereka menemukan dan bergabung dalam komunilas lesbian. Sepertinya merelra menerima dukungan sosial yang lebih bennakna dari komunitas. Komunitas ini berfungsi sebagai exrendadjizmify dan dukungan sosial yang diperoleh oleh lesbian berkaitan dengan penyeeuaian serta kebahagiaan yang lebih baik (Berger daiam Donelson,l999). Kemuclian lesbian dapal mempenahanlmn say'-esteem mereka melalui keterlibatan dalamkomunitas lebian (Crocker & Major dalam D’Augel|i 8: Gameis, 1995). Selain itu komak dengan komunitas berarli dapat mengadopsi idenlitas kelompok yang memberikan role model dan dapat mmghilangkan perasaan isolasi sosial serta keterasingan (Kurdek dalam D’AugelIi & Gamets, 1995).
Penggunanan TAT terbukti mengimgkaplmn lebih dalam serta memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai penghayatan lesbian terhadap idenlitas yang mereka pilih. Peneliti tidak sekedar menangkap dorongan tidak sadar subyek namun juga memperoleh dinamika hubimgan aktual para subyek dengan orang-orang yang ada di lingkungannya serta bagaimana mereka hubungan interpersonal tersebut Misalnya pada kann 9 GF yang memiliki stimulus mine sibling rivalry dan hubungan antar perempuan, ternyata mampu merstimulasi subyek unluk mengungkapkan ketertarikan homoseksual mereka saai ini dan bagaimana merelca menangani perasaan tersebut. Penemuan ini konsisten dengan pcnjelasan Bellak (1993) bahwa keimggulau TAT lerletak pada kemampuannya dalam mencetuskan isi dan dinamika hubungan intapersonal serta pola-pola psikodinamik Hal ini juga dapai dijelaskan melalui asumsi utama dalam menginterpretasi TAT menurut Lindley (dalam Bellak, 1993) dimana dalam mencerilakan sesuatu melalui orang ketiga, subyek dapat mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh cerita Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan agar TAT dapat digunakan sebagai alat diagnostik dalam pemeriksaan psikologis amu proses konseling Psikolog dapat berperan dalam mendampingi klien lesbian dalam me-ngenali dan menerirna identitas lesbian mereka. Pendampingan ini secara. tidak langsimg akan berdampak dalam memaksimalkan fungsi imerpersonal Serta mengintegrasikan identitas rnereka dengn baik di tengah masayarakal yang didominasi heteroseksual, Peneliian ini dilakulmn pada jumlah subyek yang relarif Milan Oleh karena itu perlu diadalcan penelilan lmalilaiif lanjutan pada sampel yang Iebih besar dengan titik salurasi yang terpenuhi unluk keragaman basil.
Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat mendapalkan gambaran l»:epribadian subyek secara utuh serta bagairnana merelsa menangani penerimaan ideniitas lesbian yang melekal pada diri mereka. Penerimaan identitas bagi lesbian merupakacn sushi prosm yang hams dijalani rnereka seumur hidup. Untuk lerus mempertahankan integrasi identitas mereka secara posilif mereka disarankan unluk tidak lagi membamsi pengungkapan diri mereka dengan orang lain. Selain itu mereka juga terlibat dan terus aktif dalam komunilas lesbian agar dapat meningkalkan self esteem dan menghindari murka."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>