Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130910 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Denny Eka Riskiyanti
2007
T23988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loveria Sekarrini
"Seksualitas dan kesehatan reproduksi adalah sebuah isu yang paling jarang untuk di bicarakan dan menjadi isu yang tabu di masyarakat. Secara psikologis remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan ingin mencoba hal yang baru. Isu seksualitas dan kesehatan reproduksi yang tabu untuk dibicarakan menjadikan remaja cinderung ingin mencoba-coba sehingga remaja menjadi beresiko pada perilaku seks yang beresiko dan berdampak pada kehamilan tidak di inginkan, married by accident, infeksi menular seksual, hiv dan aids serta masih banyak lagi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja di SMK Kesehatan di Kabupaten Bogor Tahun 2011. Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2011 dengan responden sebanyak 112 responden yang diambil secara simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang telah di uji coba terlebih dahulu.
Dari hasil analisis, didapatkan sebanyak 60,7% berperilaku seksual beresiko berat. Sebagian besar responden perempuan, pubertas normal, memiliki pengetahuan yang kurang, memiliki sikap positif. Sebagian responden tidak melakukan komunikasi aktif dengan orang tua (50%), sebagian besar responden melakukan komunikasi pasif dengan teman (61%). Mempunyai orang tua yang masih lengkap (92%). Sebanyak 53% responden memiliki orang tua dengan pola asuh demokratis. 96,4% yang menyatakan pernah mempunyai pacar. Usia rata-rata berpacaran 13 tahun. Lama pertemuan dengan pacar kurang dari 5 jam/minggu dan lebih dari 21 jam/minggu, variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual remaja yaitu paparan terhadap media, sedangkan variabel yang lain tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.
Di sarankan bagi pihak SMK untuk meningkatkan pengetahuan siswa dan melakukan kerjasama lintas sektor dalam memberikan penyuluhan untuk siswa dan orang tua disekolah. Bagi pemerintah/departemen terkait untuk penetapan kurikulum pendidikan seksualitas yang komprehensif. Bagi Dinas Kesehatan/ Puskesmas memberikan akses informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas serta dapat menjadi wadah remaja untuk berkonsultasi mengenai masalah kesehatan reproduksi remaja, khususnya tentang seksualitas.

Sexuality and reproductive healt is an issue that is rare to be talk and become a taboo issue in society. Psychologically adolescent have a high curiosity and wanted try something new. Taboo Sexuality and reproductive health issues are makes adolescent want to create new experiment about sexual behavior which may impact on on unwanted pregnancy, married by accident, sexually transmitted infections, hiv and aids and many more. This research was conducted to determine the factors associated with adolescent sexual behavior in SMK Health in Bogor Regency Year 2011.
This research hase been conducted with cross-sectional design. The data was collected in December 2011 with 112 respondents taken by multistage systematic random sampling. Data collected by using a structured questionnaire that has been tested and analyzed prior univariate and bivariate.
Based on the result, it showed 60,7% have high risk of sexual behavior. The majority of female respondents, have normal puberty, have less knowledge, have a positive attitude. Most respondents did not perform active communication with parents (50%), most respondents do passive communication with friends (61%). Still have both parent (92%). As many as 53% of respondents had parents with democratic parenting. 96.4% said they never had a boyfriend. The average age of respondents was 13 years old with an age range of 9-16 years. Meeting with the boyfriend/girlfriend have less than 5 hours / week and more than 21 hours/week, and that the variables that have a significant relation with adolescent sexual behavior that exposure to media and the other variables showed no significant relation.
Suggested for the vocational high school (SMK Kesehatan) to increase of students' knowledge and conduct cross-sector cooperation in providing counseling to students and parents in schools. For the government / departments to create and apply the curriculum of comprehensive sexuality education. For Public Health / Community Health Center provides access to information about reproductive health and sexuality and provide a chance for adolecents to consult about sexual reproductive health and right.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S1265
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Nahsty Raptauli
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status anemia pada remaja putri di Kota Depok. Desain penelitian menggunakan Cross-Sectional dengan menggunakan data sekunder Survei Anemia Remaja Putri Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011 yang analisisnya dilakukan selama bulan Oktober 2011? Januari 2012. Populasi pada penelitian ini adalah semua remaja putri siswi SMP/MTS dan SMU/MA di Kota Depok sedangkan sampelnya adalah remaja putri yang terpilih dari populasi tersebut berjumlah 367 orang.
Hasil penelitian ini menyatakan prevalensi anemia pada remaja putri di Kota Depok Tahun 2011 sebesar 35,7%. Hasil uji statistik menujukkan hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ayah dengan status anemia pada remaja putri. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan tidak bermakna antara tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan orang tua, asupan protein hewani, asupan sayuran hijau, pola konsumsi, frekuensi makan, pantangan makanan, pola haid, tingkat pengetahuan anemia, tingkat pengetahuan TTD, dan konsumsi TTD dengan status anemia pada remaja putri di Kota Depok.
Namun berdasarkan presentase pada uji statistik dalam penelitian ini, beberapa variabel menunjukkan kecendrungan yang mendukung hipotesa, seperti ada perbedaan cukup tinggi antara ibu bekerja yang mempunyai anak anemia dengan ibu tidak bekerja yang mempunyai anak anemia yaitu sebesar 14,7%; ada perbedaan antara remaja putri yang frekuensi makan < 3 kali sehari menderita anemia dengan remaja putri yang frekuensi makan 3 kali sehari menderita anemia sebesar 12,5%; dan ada perbedaan antara remaja putri dengan pola konsumsi baik (asupan protein hewani dan sayuran hijau) menderita anemia dengan remaja putri dengan pola konsumsi kurang baik (asupan protein hewani dan sayuran hijau) menderita anemia yaitu sebesar 7%.

This study aims to determine the factors relating to the status of anemia in adolescent girls at the Depok city. The design of this study using the Cross-Sectional using secondary data Anemia Survey of pre-adolescents in Depok City in 2011 that his analysis conducted during October 2011 - January 2012. The population in this study were all young women student Junior High School/MTS and Senior High School/MA in Depok city, while sample was selected from young women, the population numbered 367 people.
The results of this study states the results of the prevalence of anemia in adolescent girls in the city of Depok in 2011 amounting to 35.7%. Statistical test results showed significant relationship between parental education level with the status of anemia in adolescents in the city of Depok. Statistical test results showed no significant relationship between parental education level, employment status parents, animal protein intake, intake of green vegetables, patterns of consumption, frequency of meals, food taboos, patterns menstruation, the level of anemia, the level of knowledge TTD, TTD and consumption with the status of anemia in adolescents in the city of Depok.
However, based on the percentage of statistical tests in this study, several variables showed trends support the hypothesis, as there difference is quite high among working mothers anemia have children with mothers who did not work children have anemia that is equal to 14.7%; there difference between the frequency of adolescent girls who ate <3 times a day suffer from anemia in young womem frequency of eating three meals a day of suffer anemia 12.5% and there is a difference between young women with consumption patterns of both (intake of animal protein and vegetable green) anemaia suffered by young women with pattern consumption is less well (intake of animal protein and vegetable green) suffer from anemia that is equal to 7%.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Nila Widiwisheni
"Saat ini anemia menjadi masalah gizi utama pada remaja di Indonesia. Pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja merupakan faktor yang memengaruhi kejadian anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi seimbang dengan kejadian anemia pada remaja putri. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 208 responden yang dipilih secara simple random sampling. Dari hasil uji Mann Whitney untuk variabel pengetahuan gizi seimbang menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, perilaku gizi seimbang dengan kejadian anemia (p value >0.05). Tetapi ditemukan adanya hubungan bermakna antara kejadian anemia dengan penghasilan orang tua. Penelitian ini merekomendasikan kerjasama sekolah dengan orang tua dan pelayanan kesehatan untuk memantau dan meningkatkan gizi remaja putri, edukasi gizi seimbang dan anemia serta monitoring pencegahan anemia.

Anaemia is currently a major nutritional problem among adolescents in Indonesia. Knowledge, attitude and behaviour of adolescents are factors that influence the incidence of anaemia. This study aims to determine the relationship between knowledge, attitude and behaviour towards a balanced diet and the incidence of anaemia in adolescent girls. The study used a cross-sectional design with a total sample of 208 respondents selected by simple random sampling. The results of the Mann-Whitney test for the variable knowledge of balanced diet showed no relationship between knowledge, attitude and behaviour of balanced diet with the incidence of anaemia (p-value>0.05). However, there was a relationship between the incidence of anaemia and parental income. This study recommends school collaboration with parents and health services to monitor and improve adolescent girls' nutrition, education on balanced diet and anaemia, and monitoring of anaemia prevention. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Resqeisha Arditiamina
"ABSTRAK
Anemia didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana terdapat penurunan jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dalam sel darah merah yang lebih rendah dari normal. Remaja merupakan kelompok umur yang rentan untuk mengalami masalah gizi karena pada masa remaja terjadi lonjakan pertumbuhan (growth spurt) yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja usia 15-19 tahun di provinsi terpilih Sumatera. Lokasi penelitian berada di empat provinsi terpilih Sumatera yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Lampung. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari data Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2014. Variabel independen yang diteliti yaitu jenis kelamin, pola makan, status gizi IMT/U, pendidikan kepala keluarga dan daerah tempat tinggal. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 635 responden. Hasil penelitian didapatkan prevalensi anemia pada remaja usia 15-19 tahun di provinsi terpilih Sumatera sebesar 19,4% dengan prevalensi anemia tertinggi terdapat di provinsi Sumatera Selatan sebesar 28%. Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian anemia adalah jenis kelamin.

ABSTRACT
Anemia is defined as a condition in which there is a decrease in the number of red blood cells or the concentration of hemoglobin in red blood cells that is lower than normal. Adolescents are age group that is vulnerable to experiencing nutritional problems because during adolescence there is a growth spurt which causes an increase in nutritional needs. This study aims to determine the factors related to anemia in age 15-19 years in selected provinces of Sumatra. The research locations are North Sumatra, West Sumatra, South Sumatra and Lampung. This study use a cross sectional study design and the data use in this study are secondary data from the 2014 Indonesia Family Life Survey (IFLS) data. The independent variables studied are gender, diet, nutritional status of BMI / age, education of the head of the family and residential area. The number of samples in this study is 635 respondents. The results showed the prevalence of anemia in adolescents age 15-19 years in the selected province of Sumatra is 19.4% with the highest anemia prevalence in the province of South Sumatra at 28%. The variable that has a significant relationship with the incidence of anemia is gender.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dika Swadani Ekasari
"Rendahnya tingkat keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia serta besarnya potensi pemanfaatan Massive Open Online Course di Indonesia, mendorong PT ABC untuk mengembangkan suatu platform pelatihan secara daring yang diberi nama Pijar Mahir. Untuk mampu bersaing dengan platform pelatihan sejenis, PT ABC telah menyusun target berupa Monthly Active User (MAU), Gross Merchandise Value (GMV), serta nilai pangsa pasar (market share) dari Pijar Mahir. Namun, berdasarkan data pada tahun 2021 diketahui bahwa target Pijar Mahir tidak tercapai. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi kepada pengguna Pijar Mahir. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor pendorong dan penghambat yang dapat memengaruhi niat pengguna dalam mengadopsi platform Pijar Mahir serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian. Model penelitian dibangun dengan menggunakan gabungan konstruk dari teori Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 (UTAUT2) dengan konstruk Contents of Platform, Lack of Accessibility, Lack of Interactivity, serta Tradition Barrier. Sebanyak 106 data terkumpul dari hasil survei secara daring dengan menggunakan kuesioner, yang kemudian diolah dengan menggunakan PLS-SEM. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat dua faktor yang dapat mendorong niat pengguna untuk mengadopsi Pijar Mahir yaitu Contents of Platform dan Performance Expectancy. Selain itu juga terdapat dua faktor penghambat yang berpengaruh secara signifikan terhadap niat pengguna untuk mengadopsi Pijar Mahir yaitu Price Value dan Lack of Interaction. Berdasarkan faktor-faktor tersebut disusun tujuh rekomendasi bagi penyedia Pijar Mahir yang diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan niat adopsi dari para pengguna.

The low level of hard skills and soft skills possessed by the Indonesia and also the large potential for the use of Massive Open Online Courses in Indonesia, trigerred PT ABC to develop online training platform called Pijar Mahir. To be able to compete with similar training platforms, PT ABC has set targets including Monthly Active User (MAU), Gross Merchandise Value (GMV), and market share value from Pijar Mahir. However, based on the data, in 2021, it is known that the targets have not been achieved. Therefore, it is necessary to evaluate the users of Pijar Mahir. This study aims to identify the drivers and barriers faced by users of Pijar Mahir, and examine how these factors influence the intention of Pijar Mahir adoption. Moreover, this study also provides recommendations based on research results. The research model was built using a combination of constructs from the theory of Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 (UTAUT2) with the Content of Platform, Lack of Accessibility, Lack of Interactivity, and Tradition Barrier. By conducting online survey, 106 data were collected and analyzed using PLS-SEM. The results indicate that there are two factors that drive user’s intention to adopt Pijar Mahir namely Contents of Platform and Performance Expectancy. While the factors that become barrier are Price Value and Lack of Interaction. Based on these factors, seven recommendations were made for Pijar Mahir’s provider which are expected to help increase the adoption rate of Pijar Mahir."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Romodhon
"Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan santunan kepada korban kecelakaan lalu lintas dan penumpang angkutan umum, perusahaan terus berupaya melakukan inovasi dengan cara memadukan perubahan proses bisnis dengan pemanfaatan teknologi informasi. Implementasi sistem verifikasi biaya medis merupakan salah satu contoh transformasi digital yang dilakukan perusahaan untuk mencapai misi perusahaan yang telah ditetapkan. Namun implementasi sistem ini belum berhasil mencapai target dan mempengaruhi kecepatan pembayaran santunan yang merupakan salah satu Key Performance Indicator perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan implementasi sistem verifikasi biaya medis dan diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada PT Jasa Raharja agar implementasi sistem verifikasi biaya medis pada periode selanjutnya dapat berhasil. Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif – kuantitatif, dan pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, analisis dokumen dan kuesioner. Identifikasi faktor tersebut menggunakan berbagai tinjauan pustaka untuk selanjutnya dilakukan validasi oleh pengguna sistem. Faktor penyebab kegagalan yang didapat dari hasil wawancara divalidasi dan diolah menggunakan open coding analysis untuk selanjutnya diolah secara kuantitatif dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Hasil dari penelitian ini didapatkan empat faktor antara lain proses, personil, teknologi dan organisasi serta 15 sub faktor yang menyebabkan kegagalan implementasi sistem verifikasi biaya medis di PT Jasa Raharja.

In order to improve the quality of compensation services to victims of traffic accidents and public transport passengers, the company continues to innovate by integrating changes in business processes with the use of information technology. The implementation of the medical expense verification system is one example of the digital transformation carried out by the company to achieve the company's mission that has been set. However, the implementation of this system has not succeeded in achieving the target and affects the speed of compensation payments which is one of the company's Key Performance Indicators. This study aims to identify the factors that cause the failure of the implementation of the medical cost verification system and is expected to provide recommendations to PT Jasa Raharja so that the implementation of the medical cost verification system in the next period can be successful. The research approach uses qualitative - quantitative methods, and data collection is carried out by interviews, document analysis and questionnaires. The identification of these factors uses various literature reviews for further validation by system users. The factors causing the failure obtained from the interviews were validated and processed using open coding analysis to be further processed quantitatively using the Analytic Hierarchy Process (AHP) method. The results of this study obtained four factors including process, personnel, technology and organization as well as 15 sub-factors that caused the failure of the implementation of the medical cost verification system at PT Jasa Raharja.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Afif Hardiyanto
"Wakaf belum menjadi instrumen utama keuangan syariah di Indonesia. Indeks Literasi Wakaf (ILW) Indonesia di tahun 2020 masih dalam kategori rendah. Wakaf di Indonesia sendiri selama ini masih terkonsentrasi di wakaf tanah dan belum digunakan untuk keperluan produktif. Padahal, preferensi masyarakat sudah mulai bergeser untuk melakukan wakaf menggunakan uang. Salah satu produk yang dapat mengakomodasi keinginan tersebut adalah produk wakaf dalam asuransi syariah. Apalagi kondisi pandemi akibat Covid-19 meningkatkan pengeluaran masyarakat untuk kebutuhan konsumsi sektor kesehatan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensi menggunakan produk wakaf asuransi syariah. Penelitian dilakukan menggunakan desain Theory of Planned Behaivour dengan menambahkan variabel tertentu. Analisis dilakukan menggunakan metode Partial Least Square­-Structural Equation Modeling. Hasil analisis menunjukkan variabel social concern dan religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel attitude. Selain itu, variabel subjective norms dan perceived behavioral control juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel intensi. Akan tetapi, variabel attitude tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel intensi. Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan literasi dan minat masyarakat untuk menggunakan produk wakaf dalam asuransi syariah dan menjadi referensi bagi lembaga wakaf dan asuransi syariah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

Waqf has not yet become the main instrument of Islamic finance in Indonesia. The Indonesian Waqf Literacy Index (ILW) in 2020 is still in the low category. Waqf in Indonesia itself is still concentrated in land waqf and has not been used for productive purposes. Meanwhile, people's preferences have begun to shift to waqf using money. One product that can accommodate this desire is waqf products in sharia insurance. Moreover, the pandemic condition due to Covid-19 has increased public spending for the consumption needs of the health sector. Therefore, this study aims to analyze the factors that influence the intention to use Islamic insurance waqf products. The research was conducted using the Theory of Planned Behavior design by adding certain variables. The analysis was carried out using the Partial Least Square-Structural Equation Modeling method. The results of the analysis show that social concern and religiosity have a positive and significant effect on attitude. In addition, subjective norms and perceived behavioral control variables also have a positive and significant effect on intention. However, attitude does not have a significant effect on the intention. The results of this study are expected to increase literacy and public interest in using waqf products in sharia insurance and become a reference for waqf institutions and sharia insurance to increase public participation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idham Latif
"Dari Studi Evaluasi Manfaat tahun 2001 (SEM 2001) oleh Balitbangkes Depkes RI di Indramayu, 74% responden penelitian menyatakan bahwa pengobatan TB boleh dihentikan setelah merasa sembuh meskipun baru beberapa minggu/bulan minum obat/berobat TB. Hal itu berarti sebagian besar masyarakat Indramayu ?berpengetahuan salah? menyatakan boleh menghentikan pengobatan TB. Fakta tersebut merupakan masalah yang dianggap penting untuk diatasi, mengingat angka Case Notivication Rate tuberkulosis di Indramayu dari tahun 1999 s/d 2001 terlihat adanya peningkatan, disamping itu angka kesembuhan tiga tahun terakhir masih belum optimal. Tingginya proporsi pengetahuan masyarakat yang salah tentang pengobatan TB tersebut, kemungkinan menjadi ancaman bagi keteraturan pengobatan penderita TB.
Atas alasan tersebut, penulis melakukan penelitian dengan menganalisis data sekunder basil SEM 2001, dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan tentang penghentian pengobatan TB. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional/potong lintang, dengan sampel anggota rumah tangga yang berumur di atas 15 tahun dari rumah tangga terpilih SEM 2001. Jumlah sampel minimal yang diperlukan untuk mencapai tingkat kepercayaan 95%, tingkat kemaknaan 5% (a=0,05), dan kekuatan uji 90% yaitu sebanyak 3.338 responder, dengan presisi 0,0242.
Hasil penelitian menujukkan bahwa, proporsi pengetahuan masyarakat yang ?menyatakan salah? boleh menghentikan pengobatan TB adalah sebesar 67%. Dan ke enam variabel independen yang diteliti, empat diantaranya berhubungan dan bermakna secara statistik, yaitu faktor: keterpaparan media komunikasi (p=0,0000, 0R=13,732, 95% CI: 10,142-18,592), keterpaparan sumber informasi petugas kesehatan (p=0,0000, OR=11,765, 95% CI: 8,220-16,840), pendidikan (p=,0000, OR=2,952, 95% CI: 2,327-3,744), dan pekerjaan (p=0,0000, OR=1,416, 95% CI:1,180-1,700). Dari perhitungan dampak potensial, disimpulkan bahwa faktor keterpaparan media komunikasi memberikan kontribusi sebesar 88,28%. Berdasarkan temuan penelitian, Departemen Kesehatan hendaknya meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang bertujuan untuk mendekatkan dan mengintensifkan. keterpaparan media komunikasi kepada masyarakat tentang program penanggulangan TB. Kegiatan tersebut antara lain penyebarluasan informasi tentang penanggulangan TB dalam bentuk kampanye dengan menggunakan media komunikasi seperti: TV/radio/koran/poster/spanduk/leaflet yang menjangkau wilayah terkecil, yaitu desa/kelurahan.

Based on Benefit Evaluation Study in 2001 (BES 2001) by the Bureau of Health Research and Development in Indramayu, 74% of the respondents said that tuberculosis treatment can be stopped if the patient feels recovered after consuming TB drugs for a few weeks/month. It shown that most of Indramayu people wrongly stated that they are allowed of quitting the TB treatment at any time. This fact becomes an important problem to be solved considering that tuberculosis Case Notification Rate in Indramayu from 1999 to 2001 was increased. In addition the cure rate for the last 3 years is still not optimal. This high rate proportions of the knowledge of the community that allowing self-stopping TB treatment will affect the regularity of treatment. Therefore, a study was conducted to analyze the secondary data obtained from BES 2001 in order to know factors related to the knowledge explaining the allowance of self quitting the treatment. This study uses cross sectional design with the sample of household members aged over 15 years or over from those elected by BES 2001. The samples, at least, should be 3.338 respondents in order to achieve confidence level 95%, significance level 5% (a=0,05), and power of the test 90%, for precision 0,0242. The research shows that the proportion of the knowledge of the community wrongly stated allowing to self-stopping tuberculosis treatment is 67%. Based on the six variables been studied, statistically, there were four variables significantly related i.e: the expose of media of communication (p=0,0000, OR=13,732, 95% CI: 10,142-18,592), the expose of health information by health staff (p=0,0000, OR=11,765, 95% CI: 8,220-16,840), education (p=0,0000, OR=2,952, 95% CI: 2,327-3,744), and job (p=0,0000, OR=1,416, 95% CI:1,180-1,700). From potential impact calculation, it is concluded that the expose of the media of communication contributing 88,28%. Based on the research result, it is recommended that the Health Department should improve the service on communication, information and education in order to make it access to the community and to intensify the expose of media of communication on tuberculosis problem. The following efforts include dissemination of information, on tuberculosis infection by using certain media like TV/radio/newspaper/ poster/banner/leaflet in order to cover the entire area including village and hamlet.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T4035
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Drajat Ari Cahyadi
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi risiko likuiditas pada perbankan konvensional dan syariah di Indonesia. Faktor-faktor dalam penelitian ini dibandingkan untuk mengukur efek pada risiko likuiditas, yang meliputi faktor internal dalam bentuk ukuran bank (SIZE), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (RoA), Non Performing Loan/Financing (NPL/F), Pembiayaan terhadap Total Aset (FIN), Equity to Total Asset (ETA) dan faktor eksternal (variabel makroekonomi) dalam bentuk Gross Domestic Product (GDP), Inflasi (INF) dan suku bunga (INT). Sementara itu, untuk mengukur likuiditas, penulis menerapkan pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Financing Gap to Total Asset Ratio (FGAPR). Regresi panel data dari 50 bank konvensional dan 11 bank syariah dari 2012 hingga 2016 dianalisis untuk mengevaluasi hubungan mereka dengan tujuan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi risiko likuiditas dapat diidentifikasi, diukur, dan diantisipasi oleh manajemen dalam mengelola risiko likuiditas bank

This research is conducted to analyze the factors that influence liquidity risk in conventional and sharia banking in Indonesia. Factors in this study were compared to measure the effect on liquidity risk, which includes internal factors in the form of bank size (SIZE), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (RoA), Non Performing Loan / Financing (NPL / F), Financing to Total Assets (ETA), Equity to Total Assets (ETA) and external factors (macroeconomic variables) in the form of Gross Domestic Product (GDP), inflation (INF) and interest rate (INT). Meanwhile, to measure liquidity, we apply the Loan to Deposit Ratio (LDR) and Financing Gap to Total Asset Ratio (FGAPR) approach. The panel data regression from 50 conventional banks and 11 sharia banks from 2012 to 2016 were analyzed to evaluate their relationship with the aim that factors affecting liquidity risk can be identified, measured, and anticipated by management in managing bank liquidity risk."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>