Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211699 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Johny Wahyuadi Mudaryoto
Jakarta: UI-Press, 2007
PGB 0424
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Trethewey, Kenneth R. (Kenneth Richard), 1950-
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991
620.112 TRE ct (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lamria Mora Dhea Friskila
"Korosi yang diakibatkan oleh karbon dioksida masih menjadi tantangan terbesar di dunia industri, terutama pada industri minyak dan gas. Jenis korosi ini memiliki perilaku yang tidak dapat diprediksi. Dalam penelitian ini akan diuji senyawa berbahan dasar quaternary ammonium salts (QASs) sebagai inhibitor pada logam ASTM A 106 Grade B pada larutan 3.0 wt% NaCl dan injeksi gas CO2. Investigasi ini dilakukan dengan menggunakan teknik polarisasi potensiodinamik dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Data yang diperoleh akan menjadi acuan dalam menentukan jenis isoterm adsorpsi dari inhibitor ini. Pada pengujian ini juga dilakukan karakterisasi permukaan guna mengetahui mekanisme penghambatan yang terjadi. Karakterisasi permukaan yang dilakukan adalah Scanning Electron Microscope (SEM) dan Energi Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS). Hasil yang didapat menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu kerja, semakin baik penghambat bekerja. Selanjutnya, inhibitor ini mengikuti tipe Langmuir dalam proses adsorpsi isotermnya dan nilai energi bebas Gibbs yang didapat menunjukkan bahwa proses inhibisi berlangsung secara kimia dan fisik. Hasil karakterisasi permukaan menunjukkan bahwa inhibitor bekerja dengan baik dalam menurunkan tidak ada oksigen, yang merupakan faktor utama terjadinya korosi karbon dioksida.

Corrosion caused by carbon dioxide is still the biggest challenge in the industrial world, especially in the oil and gas industry. This type of corrosion has unpredictable behavior. In this study, compounds based on quaternary ammonium salts (QASs) will be tested as inhibitors on ASTM A 106 Grade B metal in a 3.0 wt% NaCl solution and CO2 gas injection. This investigation was carried out using potentiodynamic polarization techniques and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). The data obtained will be a reference in determining the type of adsorption isotherm of this inhibitor. In this test, surface characterization was also carried out to determine the inhibition mechanism that occurred. The surface characterizations were Scanning Electron Microscope (SEM) and Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS). The results obtained indicate that the higher the working temperature, the better the inhibitor works. Furthermore, this inhibitor follows the Langmuir type in the adsorption isotherm process and the obtained Gibbs free energy values ​​indicate that the inhibition process takes place chemically and physically. The surface characterization results showed that the inhibitor worked well in reducing the absence of oxygen, which is the main factor of carbon dioxide corrosion."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Sumedi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wida Ridawati
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Sadeli
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Tisnaya Tirta
"Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi pengaruh completion fluid (CF) di dalam sumur minyak terhadap laju korosi pada tubing dengan cara perhitungan indeks korosgfitas yang dikomparasikan dengan metode polarisasi. Data yang dihasilkan dapat digunakan untuk menentukan CF yang baik dan penggunaan material yang tepat, sehingga dapat ditenrukan sistem pengendalian korosi pada rubing yang berada dalam sumur minyak. Sampel air CF yang digunakan sebanyak 3 buah Iain diukur indeks korosifitasnya. Untuk sampel tubing pengukuran laju korosinya dilakukan dengan metode polarisasi, dimana sampel yang diuji terdapat 2 buah yaitu, baja karbon dan baja Cr 13%. Sampel rubing diukur Iaju korosinya terhadap CF CaCl2, spent Polyphospat, campuran CaCl2 dengan Orthopospat, yang pengujiannya dilakukan pada temperatur ruang dan temperatur 90°. Hasil perhitungan indeks korosifiras sampel spent Polyphospar adalah Ll = -4,024 dan R1 = 10, 548; indeks korosifitas sampel CF CaCl2 kedalaman 2000 m adalah LI = 2,083 dan RI = 2,334; indeks korosifitas sampel CF kedalaman 1000 m adalah Ll = 2,159 dan RI = 2,182 Dari pengajian palarisasi baja karban mempunyai ketahanan korosi yang cukup pada Iingkungan CF CaCl2 dengan laju korasi pada temperatur ruang 20 mpy dan 31 mpy pada temperarur 90°, sedangkan pada lingkangan spent Polyphospat kerahanan korosinya buruk dengan laju karosi sebesar 170 mpy dan pada lingkungan campuran CaCl2 dan Orthophospai menunjukkan ketahanan korosi yang dikategorikan tidak dapat diterima akibar laju korosi yang terlalu besar yaitu, 450 mpy. Untuk baja Cr 13% di lingkungan spent Polyphospar mempunyai ketahanan korosi yang baik sekali pada temperatur ruang dengan laja korosi 3-5 mpy, sedangkan pada temperatur 90° ketahanan korosinya baik dengan laju korosi 7-13 mpy dan pada lingkungan CF CaCl 2 ketahanan korosinya luar biasa dengan laju korosi 0,01 - 0,008 mpy, sedangkan untuk lingkungan campuran CaCl2 dan Orthophospat ketahanannya korosinya baik dengan Iaju korosi 10-16 mpy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djawadi
"Telah dilakukan penelitian khusus pada baja ASSAB-709 akibat perlakuan panas (diannil), kemudian dilengkung (ditekuk) dengan variasi jari-jari dan dimasukan dalam medium korosif yang dapat menyebabkan terjadinya korosi , kelelahan bahan (fatigue), dan kegagalan (fracture). Adapun media yang digunakan dengan sistim kabut garam (salt spray) dengan kandungan larutan 5% NaCl dalam ruang korosif selama 120 jam atau 32 hari tidak kontinyu, menggunakan mesin kabut garam merk: Weiss Technik, Tegangan 220 volt, 50 Hz Capasitas 3 KVA, buatan Jerman.
Dalam pelaksanaanya menggunakan 2 metode:
1. NDT - Non Destructive Test.
2. DT - Destructive Test.
Untuk menganalisa kerusakan digunakan beberapa cara yaitu:
- Uji mekanis termasuk; tank (tensile stress), tumbuk (impact) dan kekerasan (Vickers)
- SEM (Scanning Electron Microscope)-EDAX untuk menganalisa morfologi permukaan, dan pemetaan unsur.
- EPMA (Electron-Probe Analyzer) ; untuk komposisi/unsur kimia.
Dari hasil penelitian dan percobaan dimaksudkan dapat memberi masukan untuk penentuan pemilihan material yang tepat guna."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar Husin
"Paduan Aluminium 6201 adalah paduan yang khusus dipakai untuk kawat penghantar. Oleh karena lingkungan pemakaiannya seringkali menerima beban tarik yang cukup besar dan bersifat korosif, maka untuk memenuhi kriteria ini paduan tersebut harus diberikan perlakuan panas penguatan (precipitation hardening). Dalam penelitian ini proses perlakuan panas (artificial-aging) paduan Aluminium 6201 dilakukan pada temperatur antara 140°C-200°C dengan waktu "aging" selama 4 (empat) jam.
Hasil pengamatan pengaruh temperatur aging terhadap kekuatan-tarik dan kekerasan menunjukkan, harga optimum terjadi pada temperatur "aging" antara 155°C-170°C. Sedangkan pengaruh temperatur "aging" terhadap laju korosi, menunjukkan laju terendah terjadi pada temperatur aging antara 140°C-155°C.
Dari hasil pengamatan dengan "SEM-EDAX" menunjukkan bentuk korosi merupakan kombinasi antara "pitting" dan "intergranular" dan umumnya paduan Aluminium 6201 tidak tahan terhadap unsur Cl (chloride) yang terdapat didalam elektrolit disamping unsur yang lain seperti Si, Fe, Mn, Cu, dan Cr yang bersifat lebih katodik terhadap matrik aluminium. Sedang unsur Mg dan Zn bersifat lebih anodik.
Hasil pengamatan dengan EPMA pada produk korosi menunjukkan makin tinggi temperatur "aging" makin banyak distribusi unsur paduan yang muncul ke permukaan sampel uji seperti Fe, Mg, Cu, Zn, Cl, K dan 0 yang berarti laju korosi maksimum lebih mungkin terjadi pada temperatur "aging" maksimum 200°C. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Sadeli
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>