Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119084 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cicely Delfina H.
"ABSTRAK
Setiap investor pasti ingin memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi dari investasi yang dilakukannya. Untuk itu mereka akan berhati ? hati dalam memilih suatu keputusan mengenai dimana ivestasi akan ditempatkan. Semakin baik kinerja dari perusahaan maka diharapkan perusahaan tersebut akan lebih baik dalam usaha meningkatkan kekayaan pemegang sahamnya. Tetapi bagaimana cara mengukur kinerja suatu perusahaan kembali kepada masing ? masing investor untuk memilih salah satu dari sekian banyak metode penilaian perusahaan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai apakah kebijakan manajemen telah memberikan nilai tambah bagi pemegang saham adalah metode Economic Value Added (EVA) yang dikembangkan oleh G. Bennet Steward dan Joel M. Stern. EVA adalah suatu konsep yang berusaha menjembatani kesenjangan antara perhitungan Laba (Rugi) atas dasar akuntansi dengan nilai pemegang saham yang sebenarnya (true shareholder value). Konsep ini didasari oleh konsep residual income yang didefinisikan sebagai operating profit dikurangi dengan capital charges. Dalam karya akhir ini, penulis akan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) untuk menilai kinerja cabang PT Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart), sebuah perusaahaan yang bergerak dalam industri perdagangan, dan menyarankan strategi yang dapat ditempuh untuk meningkatkan penciptaan nilai pemegang saham.Dari hasil analisis karya tulis ini akhirnya ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Selama periode 2002 ? 2004 perusahaan telah berhasil memperoleh tingkat laba bersih yang semakin besar. Namun bila kinerja cabang hanya mendasar pada perhitungan Laba (Rugi) dan atau pertumbuhan tanpa mempertimbangkan faktor shareholder value dapat menyebabkan cabang mengorbankan shareholer value untuk mengejar pertumbuhan yang tinggi. 2. Perhitungan EVA untuk seluruh cabang Alfamart menunjukkan hasil yang berbeda dengan perhitungan laba bersih. Hasil EVA yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu memberikan nilai tambah yang positif sesuai harapan pemegang saham. 3. Strategi yang dapat digunakan oleh cabang agar diperoleh EVA yang positif adalah melakukan efisiensi dengan menghilangkan non value added activities sebagai penyebab besarnya biaya overhead, meningkatkan nilai bagi pelanggan dengan kualitas pelayanan yang lebih baik, dan brand equity yang lebih kuat. Atas dasar kesimpulan diatas, penulis menyarankan penggunaan EVA sebagai indikator kinerja tambahan atas indikator kinerja yang telah digunakan selama ini, dan agar EVA sebagai indikator kinerja dapat efektif, maka sistem kompensasi dan rewarding system dapat dikaitkan dengan kinerja cabang menurut EVA. Pada level operasional, cabang perlu lebih kreatif dalam menemukan cara ? cara untuk meningkatkan customer value. Selain itu cabang juga harus selekif dalam mengevaluasi pembukaan toko ? toko baru jangan sampai pembukaan toko tersebut menyebabkan shareholder value destruction."
Lengkap +
2007
T 23849
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jany Candra
"Perkembangan pasar modal ekuitas yang sangat pesat, mengglobal, dan sernakin terintegrasi rnenyebabkan perhatian terhadap nilai pemegang saham berkembang sangat pesat dan mengglobal. Pada perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat perhatian akan pentingnya nilai pemegang saham berawal dari gelombang akuisisi dan hostile take over yang menyadarkan para CEO akan bahaya dari pengabaian kepentingan pemegang saham. Sedangkan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia kesadaran akan pentingnya nilai pemegang saham didorong oleh kebutuhan akan modal yang salah satunya berasal dari investor pasar saham.
Ada banyak model yang dikemhangkan untuk membantu manajemen untuk menilai apakah kebijakan mereka telah memberikan nilai tambah bagi pemegang saham, atau belum. Tetapi model yang paling banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan adalah model yang dikembangkan oleh G. Bennet Steward, dengan nama Economic Value Added (EVA). EVA adalah suatu konsep yang berusaha menjembatani kesenjangan antara perhitungan rugi laba yang atas dasar akuntansi dengan nilai pemegang saham yang sebenamya (true shareholder value). Konsep ini sebenanya bukan merupakan konsep yang baru, karena konsep ini didasari oleh konsep residual income yang didefinisikan sebagai operating profit dikurangi dengan charge. EVA adalab variasi dari residual income dengan penyesuaian pada cara menghitung pendapatan (income) dan capital. (Esa Makelinen, 1998).
Telah terdapat sangat banyak penelitian mengenai Economic Value Added. Topik yang paling menarik perhatian peneliti/ akademisi adalah bagaimana korelasi antara EVA dengan pergerakan Harga Saham. Hasil dari penelitian ini sangat beragam, ada yang menyatakan adanya korelasi yang signifikan dan ada juga yang tidak. Salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Lenh dan Makhija (1996) terhadap 241 perusahaan di Amerika Serikat selama kurun waktu 1987,1988,1992 dan 1993, yang menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang positif antara EVA dengan return saham dan juga korelasi antara Return On Asset, Return On Equity atas return saham, tetapi EVA memiliki korelasi lebih kuat daripada ROA dan ROE.
Karya tulis ini bertujuan untuk menilal kinerja cabang PT.SAR dalam menciptakan nilai pernegang saham dengan menggunakan EVA sebagai parameter, mengidentifikasi variabel variabel yang berpengaruh terhadap nilai pemegang saham (value driver), dan menyarankan strategi yang dapat ditempuh untuk meningkatkan penciptaan nilai pemegang saham.
Dari hasil analisa karya tulis ini akhirnya ditarik beberapa kesirnpulan sebagai berikut:
  1. Bila kinerja cabang hanya mendasar pada perhitungan profit/loss dan atau pertumbuhan tanpa mernpertimbangkan faktor shareholder value dapat menyebabkan cabang
    mengorbankan shareholder value untuk mengejar pertumbuhan yang tinggi.
  2. Walaupun secara relatif hasil perhitungan EVA antar cabang berkorelasi positif dengan laba rugi cabang yang bersangkutan, tetapi EVA dapat menunjukkan adanya shareholder value destruction yang tidak terlihat bila kinerja cabang hanya dianalisa atas dasar laba/rugi.
  3. Karena lebih dari 90% asset cabang adalah berupa kendaraan yang harus didepresiasi, maka pernilihan metoda perhitungan depresiasi atas asset kendaraan akan sangat mempengaruhi kinerja EVA suatu cabang. Secara teoritis sinking fund method merupakan metoda yang paling dapat menjelaskan realitas operasional PT.SAR, dan bila metoda sinking fund digunakan maka strategi pengadaan unit cabang akan sinergis dengan kebijakan kantor pusat yang mengharapkan komposisi unit kendaraan baru yang lebih dominan. Tetapi dari sudut tingkat kepraktisan maka metoda sinking fund masih sulit untuk dapat diterapkan.
  4. Strategi yang dapat digunakan oleh cabang untuk meningkatkan EVA adalah dengan meningkatkan nilai bagi pelanggan dengan kualitas pelayanan yang Iebih baik, brand equity yang lebih kuat, dan hubungan dengan pelanggan yang lebih dekat, sehingga pelanggan menjadi tidak terlalu sensitive terhadap harga, rneningkatkan utilisasi unit dengan perencanaan penjualan dan stok yang akurat, efisiensi biaya perawatan kendaraan, optimalisasi staf yang ada, outsourcing untuk pekerjaan yang membutuhkan investasi mesin yang mahal tetapi utilisasi rendah, selektìf dalam memilih kontrak dan melanjutkan kontrak.
  5. Karena 15% dari customer menyumbang 85% dari perputaran usaha, maka evaluasi terhadap 15% pelanggan utama dengan menggunakan EVA dapat membantu cabang untuk meningkatkan kinerja EVA-nya.
Atas dasar kesimpulan di atas, penulis menyarankan penggunakan EVA sebagai indikator kinerja tambahan atas indikator kinerja yang telah digunakan selama ini, dan agar EVA sebagai indikator kinerja dapal efcktif, maka sistem kompensasi dan rewarding system dapat dikaitkan dengan kinerja cabang menurut EVA. Pada level operasional. cabang perlu lebih kreatif dalam menemukan cara-cara untuk rneningkatkan customer value dengan cost yang dapat dipertanggungjawahkan dengan perhitungan EVA. Selain itu cabang juga harus lebili selektif dalam mengevaluasi perjanjian kerja sama dan kontrak sewa jangan sampai kontrak ataupun customer yang diperoleh hanya menyebabkan penghilangan nilai pemegang saham. Dan akhirnya penulis menyarankan bahwa SAR perlu mengembangkan dan melatih Setiap lini cabang mengenai EVA dan maknanya terhadap daya saing perusahaan."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T1264
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andry Rihardika
"ABSTRAK
Tesis ini meneliti reaksi investor pada peristiwa akuisisi PT Bank Internasional Indonesia Tbk oleh Malayan Banking Berhad. Metode penelitian ini menggunakan event study dengan tiga event penelitian Event pertama adalah pengumuman akuisisi, kedua pembatalan akuisisi dan keitiga pemberian kembali ijin akuisisi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa event pertama mendapatkanrespon yang positif dari investor BII dan yang negatif dari Maybank, event kedua tidak mendapatkan respon yang positif dari investor BII dan respon yang negatif dari Maybank. Event kedua tidak mendapatkan respon yang signifikan dari investor BII dan mendapatkan respon yang positif dari investor Maybank dan event ketiga mendapatkan respon yang postif dari investor BII dan respon negatif dari invenstor Maybank"
Lengkap +
2008
T25561
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Yefta Abednego
"Perjanjian Investasi Internasional terdiri dari Perjanjian Multilateral dan Bilateral. Perjanjian ini ditandatangani sebagai alat untuk memberikan jaminan perlindungan terhadap investor asing dan investasinya. Skripsi ini membahas dampak hukum bagi Indonesia dari keberadaan klausa penyelesaian sengketa penanam modal asing dan negara yang teracantum dalam Perjanjian Investasi Bilateral. Skripsi ini menggunakan metode penelitian normatif yuridis dan descriptive analysis sebagai bentuk penelitian. Skripsi ini menyimpulkan bahwa dampak hukum dari keberadaan pasal tersebut adalah dimana Indonesia telah melepaskan sebagian dari kedaulatannya sehingga penanam modal asing dapat menggugat negara dihadapan Arbitrase Internasional secara langsung. Hal ini berdampak pula pada berkurangnya kekuasaan negara dalam menerapkan peraturan untuk kepentingan publik. Lebih jauh, Skripsi ini menyimpulkan bahwa formulasi dari klausa tersebut tidak memberikan perlindungan terhadap Indonesia.
International Investment Agreement consists of Multilateral and Bilateral Investment Treaties. These treaties signed as instrument providing greater assurance for foreign investment and his investment. This thesis discusses the legal impacts of the investor-state dispute settlement clause stipulated in the Bilateral Investment Treaties for Indonesia and the legal protection for Indonesia by the existence of such clause. This thesis employs the juridical normative research methodology and uses descriptive analysis as type of research. The thesis concludes the legal impact is that since Indonesia has waived part of its sovereignty in the investor-state dispute settlement clause, foreign investor, hence, can have direct recourse against Indonesia in international arbitration. It curtails the sovereign power of the host state in enacting regulation for the public purpose, especially for matter related investment. Further, this thesis concludes that the formulation of the clause does not provide protection for Indonesia."
Lengkap +
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S53890
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
D. Guntara Dwinugraha
"Kinerja perusahaan adalah hal yang sangat penting bagi pemilik perusahaan yaitu pemegang saham, arena modal yang ditanamkan berupa uang yang diinvestasikannya diharapkan dapat memberikan imbal hasil yang sepadan secara berkesinambungan.
Terdapat beberapa pengukuran kinerja berdasarkan angka akuntansi dalam laporan keuangan yang selama ini umum digunakan dan merijadi tolok ukur kinerja seperti return on equity (ROE) atau return on investment (ROI). Kelemahan dari pengukuran dengan menggunakan accounting performance measurement tersebut antara lain adalah adanya berbagai macam metoda pencatatan yang diperkenankan, dan mempengaruhi laba sehingga menimbulkan distorsi ekonomis.
Hal lain adalah bahwa biaya modal sebenamya mencerminkan resiko yang dihadapi pemilik modal dalam melkukan investasinya dan karenanya penilaian kinerja yang memperhitungkan biaya modal selayaknya dipakai sehingga dapat diketahui apakah biaya modal tersebut dapat tertutupi oleh return yang didapat atau tidak.
Salah satu metode penilaian kinerja yang dikembangkan oleh Stem Stewart & Co dari Amerika Serikat adalah Economic Value Added (EVA), yang memiliki kelebihan antara lain dengan menghilangkan distorsi ekonomis dari standar akuntansi serta memasukan biaya modal kedalam perhitungannya sehingga hasilnya dapat digunakan untuk melihat kemampuan penciptaan nilai tambah.
Jika pendekatan ROE atau ROI hanya sampai pada laba yang diraih maka EVA bergerak lebih lanjut mengurangi laba dengan biaya modal sehingga hasilnya adalah, manajemen maupun pemegang saham dapat lama-sama melihat dengan jelas apakah terjadi penciptaan nilai tambah (value added) ataukah sebaliknya. Jika EVA adalah positif maka berarti manajemen mampu menciptakan nilai tambah, memberikan peningkatan nilai kekayaan pemegang saham. Sebaliknya jika EVA adalah negatif maka itu menunjukan adanya pengurangan nilai (value) bagi pemegang saham.
Sampai dengan saat ini belum banyak perusahaan di Indonesia yang menerapkan perhitungan EVA guna mengukur kinerjanya, sehingga menjadi menarik untuk diteliti bagaimana sebenarnya gambaran kinerja suatu perusahaan apabila perhitungan EVA diterapkan. Untuk maksud tersebut maka sebuah perusahaan publik yang bergerak dibidang properti khususnya Pusat Perbelanjaan dari Hotel yaitu PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) dipilih guna penelitian dalam karya akhir ini.
Darn hasil penelitian ini yang mencakup kurun waktu tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 menunjukan bahwa manajemen PT Plaza Indonesia Realty Tbk dapat dikatakan cukup memiliki kinerja yang baik pada tahun 2000, tahun 2001 dan tahun 2002 karena walaupun terdapat nilai EVA yang negatif pada tahun-tahun tersebut namun nilai negatif tersebut senantiasa terus mengkecil. Di tahun 2003 manajemen dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik karena berhasil menciptakan nilai tambah dengan adanya nilai EVA yang positif untuk tahun 2004 karena nilai EVA kembali negatif dan cukup signifikan maka dapat dikatakan terjadi penurunan kinerja manajemen.
Dengan dapat, terukurnya nilai tambah yang diciptakan oleh manajemen maka disarankan agar penilaian kinerja dengan pendekatan konsep EVA ini dapat digunakan untuk melengkapi metode penilaian kinerja lainnya yang selama ini telah dipakai oleh perusahaan sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif bank bagi manajemen maupun pemegang saham.

Company performance is very significant for the owners, to wit, shareholders because they expect favorable and continuous return on investment.
Performance measured by accounting statement can be reflected by among others return on equity (ROE) or return on investment (ROI). The weakness of accounting performance measurement is caused by tolerance to various posting and recording methods thereby affecting profit and resulting in economic distortion.
Capital cost reflects risks the investor is pored to and therefore performance assessment which takes into account capital cost is advisable to learn whether or not the return is adequate to cover the capital cost.
Stern Stewart & Co. develops a performance assessment method so called Economic Value Added (EVA) which proves to be superior, among others, in eliminating economic distortion from accounting standard and including capital cost into the calculation. The result will indicate the potential to generate value added.
If ROE or ROI approach only goes as far as earning, EVA goes farther to earning less capital cost thereby allowing the management and shareholders to learn whether or not there is a generation of value added. If EVA is positive, the management is able to generate value added and increase the assets of the shareholders. Otherwise, there is a decrease in value to the shareholders.
There have not been many companies in Indonesia adopting the EVA method to measure their performance. Therefore it is interesting to study how EVA works on performance measurement to that end, a public company operating in property, particularly Shopping Center and Hotel, to wit, PT Plaza Indonesia Realty Tbk. (PLIN) - was selected to be the corpus of this most recent work.
The study reveals that from 2000 to 2004 PT Plaza Indonesia Realty Tbk. performed quite well in 2000, 2001 and 2002 despite the negative EVA The negative value has, however, been decreasing. In 2003, the management performed well because they managed to generate positive EVA. In 2004 the EVA was again negative significantly and its performance decreased.
Therefore EVA method is recommended in addition to the other measurement methods for more comprehensive idea to the management and shareholders.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Guntur Syahputra
"Internet merupakan media informasi yang memiliki keunggulan dibandingkan media informasi yang lainnya. Dalam sektor pariwisata, wisatawan sebagai konsumen sangat membutuhkan informasi perihal daerah wisata yang akan dikunjunginya. Selain itu Internet juga berperan dalam hal memberikan dukungan layanan, seperti pemesanan tiket dan hotel, pembayaran terhadap travel agent.
Responden dalam penelitian ini adalah wisatawan yang sedang mengunjungi daerah wisata. Wilayah sampel meliputi kawasan candi Borobudur, candi Prambanan dan keraton Kesultanan Yogyakarta. Ada 138 responden yang berasal dari 22 negara dari benua Eropa, Amerika, Asia dan Australia.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari penggunaan intemet, khususnya milik Departemen Pariwisata Indonesia oleh wisatawan yang berkunjung ke Indonesia menurut Usia, Tingkat Pendidikan dan Jenis kelamin. Jenis media informasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah Buku, Brosur agen perjalanan, Majalah, Koran dan TV. Sedangkan jenis website yang diteliti adalah website Milik pemerintah dan bukan milik pemerintah. Website yang bukan milik pemerintah terdiri atas website industri pariwisata dan bukan industri pariwisata. Website industri pariwisata terdiri atas website Hotel, Maskapai Penerbangan dan Agen Perjalanan.
Analisis data yang dilakukan dengan menerapkan metode analisis deskriptif dan analisis inferensial. Untuk metode analisis inferensial diterapkan model regresi logistik untuk menguji hipotesis tentang pengaruh Usia, Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin terhadap status penggunaan internet dan status penggunaan website pariwisata Indonesia.
Hasil penelitian adalah proporsi wisatawan yang menggunakan internet untuk mencari informasi pariwisata Indonesia tinggi untuk semua kategori yang dibentuk oleh variabel Usia, Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin. Hasil ini dikarenakan internet bukanlah sesuatu yang asing bagi wisatawan. Sedangkan untuk proporsi wisatawan yang menggunakan website pariwisata Indonesia kecil, hasil ini dikarenakan sulitnya mengakses website tersebut di luar negeri, nama domain yang tidak familiar.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa Faktor Usia dan Tingkat Pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap status penggunaan internet untuk memperoleh informasi wisata Indonesia. Tetapi tidak memiliki pengaruh untuk status menggunakan website pemerintah Indonesia. Sedangkan untuk variabel jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap status menggunakan internet untuk memperoleh informasi wisata lndonesia dan status menggunakan website Pariwisata Indonesia."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T16979
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hartinah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi antara pengguna dan petugas t erhadap kualitas j asa penelusuran informasi ilmiah di PDII - LIP I. Kualitas jasa diukur dan aspek sumberdaya manusia, hasil penelusuran, ketepatan waktu dan biaya. Penelitian ini juga melihat profit pengguna dan petugas, dan urutan pentingnya masing-masing aspek.
Hipotesis dalam penetitian ini adalah (1) ada perbedaan persepsi antara pengguna dan petugas pada aspek sumberdaya manusia; (2) ada perbedaan persepsi antara pengguna dan petugas pada aspek hasil penelusuran; (3) ada perbedaan persepsi antara pengguna dan petugas pada aspek ketepatan waktu dan (4) ada perbedaan persepsi antara pengguna dan petugas pada aspek biaya.
Responden pengguna berjumlah 144 orang sedangkan petugas berjumlah 7 orang. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner ?ServQual? yang dimodifikasi. Data diolah dan hipotesis dianatisis dengan menggunakan Uji-t dengan bantuan program SPSS.
Penelitian memberikan hasil sebagai berikut: (1) dilihat dari pengguna: jenis pengguna terbanyak adalah mahasiswa, permintaan informasi terbanyak adalah bidang ilmu kimia, penggunaan hasil penelusuran terbanyak digunakan untuk penelitian, alur pemesanan terbanyak menggunakan surat dan pengguna tersebar di seluruh wilayah Nusantara baik di Pulau jawa maupun luar Pulau Jawa; (2) dilihat dari petugas: petugas terdiri dari disiplin ilmu teknik kimia, pertanian, biologi, farmasi dan hukum, semua golongan III A keatas dengan masa kerja di bagian penelusuran antara 1-7 tahun; (3) tidak ada perbedaan yang bermakna antara persepsi pengguna dan persepsi petugas pada aspek sumberdaya manusia, hasil penelusuran dan ketepatan waktu kecuali pada aspek biaya yang harus dibayar untuk mendapatkan informasi ilmiah; (4) urutan persepsi pengguna terhadap kualitas jasa penelusuran yang diberikan PDII LIPI berturut-turut adalah terhadap hasil penelusuran, sumberdaya manusia, ketepatan waktu dan biaya yang harus dikeluarkan."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Mudjiyanto
"Tersebarnya informasi kepada publik secara cepat, murah, mudah dan senantiasa berorientasi pada pemenuhan kebutuhan publik merupakan kata kunci dalam penyelenggaraan pemerintah yang baik (good government), khususnya dibidang komunikasi dan informasi. Salah satu elemen bagi terciptanya pelancaran arus informasi kepada publik adalah memberdayakan Iembaga yang hertugas memberikan iayanan informasi kepada publik. Humas di Lembaga Informasi Nasional (LIN) mempunyai tugas melakukan urusan hubungan masyarakat.
Dalam tesis ini, obyek penelitiannya adalah pelayanan informasi kepada publik, dan tempat penelitian adalah Subbag Humas LIN. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana keberadaan Humas di LIN sebagai penyediaan dan penyebarluasan informasi kepada publik untuk mewujudkan masyarakat yang berbudaya infonnasi dan mendorong terciptanya pemerintah yang baik (good government).
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2005 - Juli 2005, dengan tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan subyek penelitian adalah individu dan penarikan sampelnya melalui snowball samplig. Data dihimpun melalui indepth interview berdasarkan guide interview, probing, dan berdiskusi. Sebagai data sekunder digunakan produk penerbitan di humas LIN serta hasil-hasil penelitian kehumasan.
Secara umum temuan penelitian Humas di LIN dalam penyebarluasan informasi kepada publik masih memfokuskan pada publik internal. Pelayanan publik eksternal bersifat pasif.
Jenis penyediaan informasi berupa penerbitan majalah INFO LIN dan selebaran, sedangkan sumber informasi didapat dari kegiatan Menkominfo, Ketua LIN, Satker-Satker dan UPT LIN, artikel komunikasi dan informasi, kamus teknologi informasi, dan pengetahuan umum. Jenis informasi yang dibutuhkan dan dicari publik intenal adalah kebijakan dari pimpinan, kegiatan Kominfo dan LIN, menginstal dan mengoperasikan internet. Untuk publik eksternal seperti UU pokok pers, UU penyiaran, artikel pers, kehumasan, kebebasan informasi, tupoksi Kominfo, dan LIN serta menanyakan cara pengelolaan informasi layanan.
Kecenderungan feed back yang muncul dari publik internal dan eksternal bersifat positif terhadap pelayanan operasional LIN, dan tampilan penerbitan di Humas LIN. Feed back melalui surat kabar belum ada, karena LIN belum diketahui masyarakat Iuas.
Kedudukan struktur organisasi Humas di LIN berada pada level Eselon IVa yaitu Subbag Humas mempunyai tugas melakukan urusan hubungan masyarakat. Yang menjadi pendukung adalah masih tingginya integritas petugas humas dalam pelayanan informasi kepada publik. Hambatannya ada perbedaan persepsi diantara pimpinan terhadap Tupoksi humas sehingga berimplikasi terhadap pelayanan informasi."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
[, ]: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25404
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrochman Wirabuana
"Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan strategis bank, bank dimungkinkan menggunakan pihak penyedia jasa teknologi informasi dalam menyelenggarakan kegiatan teknologi informasi bank. Penggunaan pihak penyedia jasa teknologi informasi dapat mempengaruhi risiko bank antara lain risiko operasional, hukum, reputasi dan stratejik. Dalam hal penyelenggaraan teknologi informasi bank dilakukan oleh pihak penyedia jasa teknologi informasi, bank harus memiliki prinsipprinsip penggunaan penyedia jasa teknologi informasi, salah satunya adalah penggunaan penyedia jasa teknologi informasi harus didasarkan pada hubungan kerja sama secara wajar, dalam hal pihak penyedia jasa teknologi informasi merupakan pihak terkait dengan bank. Hubungan kerja sama secara wajar adalah kondisi dimana transaksi antar pihak bersifat independen sebagaimana pihak yang tidak terkait, antara lain memiliki kesetaraan dan didasarkan pada harga pasar yang wajar sehingga meminimalisasi terjadinya benturan kepentingan. Pihak terkait adalah perseorangan atau perusahaan yang mempunyai hubungan pengendalian dengan bank, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui hubungan kepemilikan, kepengurusan, dan/atau keuangan. Pokok permasalahan yang akan dibahas adalah mengenai penerapan perjanjian kerjasama secara wajar antara bank umum dengan pihak terkait dan konsekuensi hukum bagi bank umum apabila tidak menerapkan arms length principle pada perjanjian penggunaan penyedia jasa teknologi informasi dengan pihak terkait.

In order to increase the effectiveness and efficiency of achieving banks strategic objectives, banks are allowed to use information technology service providers in carrying out banks information technology activities. The use of information technology service providers can influence bank risks including operational, legal, reputation and strategic risks. In the event that the implementation of bank information technology is carried out by the provider of information technology services, banks must have the principles of using information technology service providers, one of which is the use of information technology service providers must be based on arms length principle, in the event that the provider of information technology services is a party related to the bank. Arms length principle is a condition where transactions between parties are as independent as unrelated parties, including having equality and based on fair market prices so as to minimize conflicts of interest. Related parties are individuals or companies that have control relationships with banks, both directly and indirectly, through ownership, management, and or financial relationships. The main issues to be discussed in this research are implementation against the arms length agreement between commercial banks with related party and legal consequences for commercial banks if they dont implement arms length principle into the agreement on use of information technology service provider with related party.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T54544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>