Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139623 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saktya Wijaya
"Seiring dengan terjadinya krisis yang berkepanjangan di Indonesia sejak tahun 1997 dan menguatnya nilai tukar US Dollar terhadap Rupiah, membuat usaha yang bergerak di bidang Rumah Sakit mulai menemukan kesulitan dalam hal penekanan biaya. Kesulitan yang dihadapi antara lain berupa meningkatnya biaya pengelolaan, yaitu karena meningkatnya biaya operasional dan investasi. Harga obat dan bahan habis pakai lainnya juga meningkat, yang pada akhirnya hal ini sangat berpengaruh terhadap pasien. Keadaan ini mengharuskan usaha Rumah Sakit tersebut melakukan peningkatan efisiensi di segala bidang. Agar dapat meningkatkan efisiensi, maka perlu dilakukan pengendalian dalam sistem manajemen rumah sakit. Karena rumah sakit merupakan suatu kegiatan yang multi kompleks, maka unsur pengendalian menjadi sangat strategis dan sangat penting dalam penyelenggaraannya. Pengendalian sendiri dapat dilakukan berupa pengendalian intern yang dilakukan oleh Pimpinan Satuan Kerja atau Satuan Pengawas Internal, dan pengendalian eksternal yang dilakukan oleh pihak Akuntan Publik Beberapa hal yang membedakan rumah sakit dengan institusi lain adalah motivasi, pendanaan, jenis produk dan kegiatannya, dorongan untuk menyediakan pelayanan medik yang baik adalah ciri rumah sakit sedangkan dorongan untuk mendapatkan keuntungan merupakan ciri suatu usaha bisnis murni. Dengan adanya restrukturisasi Pertamina, Pertamina kembali kepada core bussiness yaitu minyak sedangkan untuk dapat melaksanakan layanan kesehatan mandiri dibentuklah perseroan terbatas (PT) oleh karena itu dibentuklah PT. RSPP. Dengan telah menjadi PT, maka PT. RSPP memerlukan suatu bagian yang bersifat independen dan memiliki kewenangan dalam melakukan pengawasan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mendalami sejauh mana peranan SPI di PT. RSPP dalam melaksanakan pengendalian terhadap kegiatan usaha dan memberikan informasi yang akurat dan tepat kepada manajemen puncak. Hal tersebut sangat penting bagi manajemen untuk pengambilan keputusan secara cepat dan tepat, serta agar di dalam mengelola perusahaan dapat tercipta sistem pengendalian manajemen yang baik Dari hasil penelitian tersebut, dapat diungkapkan kelemahan-kelemahan yang masih terjadi dalam proses pengawasan internal dan lalu disesuaikan dengan teori yang ada sebagai saran untuk perbaikan."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T24105
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johannes, Rene
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pasaribu, Pantas
"ABSTRAK
Sejalan dengan penyehatan dan penyempurnaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), timbul
dengan gencar isu mengenai komersialisasi dan privatisasi BUMN ¡su yang melanda dunia
dewasa ini. baik pro maupun kontra, permasalaliannya ada pada penngkatan produktivitas dan
efisiensi BUfvIN. Menghadapi permasalahan ini kemudian timbul berbagai kebijakan dan
strategi kemudian yang diterapkan dan ditingkatkan. Kebijakan yang ditempuh manajernen
antara lain dengan menìngkatkan segi pengawasan dan pengendalian.
Setiap manajemen instansi atau BUMN bertanggung jawab mengkoordinasi dan mengendalikan
semua operasi yang berbeda di bawah tanggung jawabnya dan mengusahakan agar memperoleh
hasil yang optimal dengan meminimaLisasikan kekurangan yang ada. Menurut lnstruksi
Presiden Nomor : 15 tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan. Sistem
pengendalian yang dterapkan oleh manajemen dapat meningkatkan efektivitas dan efísiensinya
meialui pengawasan melekat (built in control) dan pengawasan fungsional.
Terdapat berbagai ragam pengertian pengawasan. Pengertian melekat dimaksudkan kewajiban
pengawasan yang melekat pada diri si pengawas selaku pimpinan/atasan pada tiap tingkat
organisasi baik yang struktural maupun fungsional. Pengawasan fungsional adalah pengawasan
yang dilakukan secara fungsional oleh aparat pengawasan.
Tolak ukur penilaian kesehatan BUMN/perusahaan adalah rentabilitas, likuiditas, dan
soivabilitas (RLS).
Serta indikator tambahan yang ditetapkan dari tahun ke tahun dalam Pspat Umum pemegang
sabam/RUPS.
Agar dapat meningkatkan RLS ini untuk mencapai predikat sangat sehat, maka perusahaan
has-us rneningkatkan efisiensi, kehematan, produktivitas dan efektivitas. Untuk mencapai hal
tersebut, salah satu jalan adalab dengan menìngkatkan pengawasan dan pengendalian
SPI dapat berperan positip dalam usaha peningkatan sistern pengendalian, dengan jalan
memberikan informasi kondisi kelemahan dan merekomendasikan berbagai perbaikannya. Jenis
audit yang dapat dilakukan dalam Audit Manajemen.
Pengawasan yang dimaksud adalah pengawasan fungsional dimana aparat SPI mempunyai
tugas pokok dibidang pemeriksaan.
Pemeriksaan tersebut tidak terbatas pada bidang keuangan tetapi juga meliputi bidang teknis
maupun bidang operasional.
Hal tersebut bukan berarti meneampuri urusan pelaksanaan. Hal ini sejalan dengan kedudukan
para pemeriksa atau pengawas tbngsional sebag4i orang-orang yang menjalankan fungsi staff
bukan fungsi line (pelaksana).
Saran tindak yang konstruktifdirnaksud sebagal problem solving yaitu memecahkan persoalan
persoalan yang dihadapi termasuk didalamnya masalah-masalah lama yang belum terpecahkan.
Banyak Perusahaan besar, Badan Pemerintah atau Instansi Pemerintahan Lainnya yang sudah
mempunyai SPI namun belum bisa diharapkan keampuhannya. Hal ini kemungkinan disebabkan
kualitas para pemeriksa kurang diandalkan ata pegawal yang tidak mencukupi atau organisasi
SPI kurang dikelola secara profesional. Terutama pada BUMN/lnstansi Pemerintah lainnya
kebocoran-kebocoran, atau penyelewengan-penyelewengan kenangan negara masih saja terjadi
cukup besar. Adanya kecenderungan bahwa para personil pemeriksa di SPI bukanlah tenaga
terpilij dan kapabel, dimana biasanya direkrut dari fungsi operasi yang tidak terpakai karena
melakukan suatu kesalahan atau kurang mampu melaksanakan tugas.
Sementara itu keberadaan SPI itu sendiri belum diterima sebagai nitra kerja dalam memecahkan
segala persoalan yang timbul dalam perusaiiaan oleh pimpinan perusahaan. Didalam prakteknya
SPI sering mendapat tantangan karena dinilai selalu mencari-cari kesalahan dalam melakukan
pemeriksaan.
Fenomena mengenai kualifikasi personil SPI ini memang menjadi the big trouble dítubuh SPI.
Semestinya seorang pemeriksa mempunyai wawasan yang luas dan mendalam atas segala
kegiatan yang diperiksanya. Namun pada kenyataannya masih banyak pemeriksa intern yang
buta akan seluk beluk kegiatan yang akan diperiksanya. Sehingga kadang-kadang pemeriksa
telah membuang-buang waktu hanya untuk mengenali obyek pemeriksaan. Hal itu akan
bertambah tidak menguntungkan dengan kualitas dan kapabilitas dan masing-masing pemeriksa
yang tidak merata babkan kurang memadai.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan suatu mekanisme yang dapat menciptakan
tercapainya kondisi para personil SPI dengan tingkat kualitas yang memadai.
Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah seperti dengan diberikannya pendidikan dan
fatihan secan berkesinambungan. Misalnya diberìkannya kursus atas setiap kegiatan di
perusahaan, seminar atau penataran pemeriksaan dan sebagainya. Disamping itu pemberian
kesempatan kepada para pemeriksa untuk meningkatkan kualitasnya dengan melanjutkan studi
formal alcan mendorong dapat segera terwujucjnya tingkat kualitas personil SPI yang memadai.
SPI PERTAMINA saat ini belum membuat mekanisme yang dapat menciptakan tercapainya
suatu kondisi dimana para pemeriksa sudah mencapai tingkat kualitas yang memadai, terutama
keharusari mengikuti pendidikan pemei-ìksaan dan kegiatan operasional yang diperiksa.
Rekrutmen tenaga pemeriksa di SPJ PERTAM[NA belum dilakukan secara efektif, terutama
untuk jabatan Rikina keatas tidak dilakukan melalui proses seleksi yang ketat yang dapat
menyaiing tenaga-tenaga yang kapabel sesuai dengan yang sudah ditetapkan dalam persyaratan
bagi pemeriksa di lingkungan SPI.
Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan adalah dengan
menerapkan sistem insentip bagi karyawan yang berprestasi tinggi, temasuk untuk para
pemeriksa SPI sehingga lebih mendorong SPI untuk meningkatkan kinerja menjadi lebih
produktif Seyogianya SPI PERTAMINA melakukan evaluasi petaksanaan reward dan
punishment.
Perlu adanya upaya dan Dirut untuk menjelaskan tugas dan fùngsi SPI kepada seluruh satuan
atau jajaran organisasi sedemikian nipa, sehingga benar-benar dimengei-ti dan dipahami, bahwa
petugas SPI dalarn melakukan tugasnya pada dasarnya adalah untuk kepentingan Direktur
Utama."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktariadie Rahmadhian Munajat
"Tingkat persaingan yang semakin ketat dalam industri perbankan Indonesia memaksa bank untuk memiliki tingkat kinerja yang optimal dari efisiensi dan efektivitas usahanya. Bank Rakyat Indonesia sebagai Bank pemerintah harus terus berusaha meningkatkan kinerja menjadi Iebih baik agar dapat menjalankan fungsinya sebagai agen pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Rakyat Indonesia sejak tahun 1995 mulai menggunakan management audit sebagai instrumen pencapaian strategi pengendalian dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas aktivitas perbankan pada Bank Rakyat Indonesia melalui Satuan Pengawas lnternnya. Kebijakan dan prosedur management audit yang diterapkan oleh Bank Rakyat Indonesia sudah cukup memadai dalam mengungkap kelemahan - kelemahan pada aktivitas perbankannya. Akan tetapi tanpa adanya kerjasama yang baik antara auditor dan pihak auditee maka hasil yang dicapai dari pelaksanaan management audit tersebut tidak dapat mencapai hasil yang optimal, oleh karenanya Satuan Pengawas Intern BRI harus terus meyakinkan auditee bahwa management audit dilaksanakan bukan untuk menghukum dan mencari kesalahan auditee akan tetapi tujuan utama dari management audit itu sendiri justru untuk meningkatkan efisiensi den efektivitas kinerja auditee dengan mencarikan solusi dan saran perbaikan yang tepat bagi permasalahan yang dihadapi oleh auditee."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19117
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adji Suratman
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Agar BUMN lebih berperanan dalam perekonomian Indonesia dan dapat menjaga momentum Pembangunan, maka BUMN harus bekerja secara effisien yang selama ini dianggap masih belum effisien. Agar BUMN dapat bekerja effisien maka diperlukan adanya sistem pengem=ndalian yang lebih memastikan bahwa organisasi telah melaksanakan strategi-strategi secara efektif dan efisien, mengingat keterbatasan manajemen (span of control) maka dalam peleksanaan pengendalian ini diharapkan pemeriksaan intern atau satuan pengawasan intern dapat lebih berperanan secara aktif dalam rangka untuk lebih meningkatkan pengendalian manajemen.
Hal yang menunjang efektivitas Satuan Pengawasan Intern dalam rangka meningkatkan pengendalian manajemen anatara lain:
1. Keberdadaan SPI secara struktural dibawah Direktur Utama
2. Adanya prosedur pengawasan yang berupa buku pedoman pemeriksaan pembuatan LHP operasional dan keuangan.
3. Adanya perencanaan yang berupa Program Kerja Pemeriksaan tahunan (PKPT)
Hal yang menghambat efektivitas Satuan Pengawasan intern dalam rangka meningkatkan pengendalian manajemen antara lain:
1. Jabatan pada Biro SPI masih banyak yang belum terisi
2. uraian tugas para pelaksana pemeriksaan masih belum jelas
3. Keberadaan Inspektorat Daerah sebagai kepanjangan tangan dari SPI untuk melaksanakan pemeriksaan di Kantor cabang Utama maupun kantor cabang tidak efektif
4. kebijakasanaan pengawasan sering berubah-ubah.
5. Pencatatan dan administrasi bukti yang relevan, Kertas Kerja pemeriksaan dan laporan belum menunjang mutu hasil pengawasan
6. Keterlambatan laporan hasil pemeriksaan dan informasi pada Direktur Utama sebagai akibat adanya inspektorat Daerah.
7. Kuantitas dan kualitas personil yang masih kurang. yang lebih banyak disebabkan karena:
- Tidak dipatuhinya ketentuan BPKP tentang persyaratan tenaga pemeriksa dilingkungan SPI BUMN/BUMD
- Rotasi dan mutasi tenaga pemeriksa yang sering terjadi.
8. Perilaku tenaga pemeriksa dan manajemen objek yang diperiksa kurang mendukung. Perilaku yang kurang mendukung disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
- Motivasi tenaga pemeriksa yang rendah. Rendahnya motivasi ini karena kurangnya penghargaan
- SPI tempat buangan sementara
- SPI selalu mencari-cari kesalahan
- Budaya yang berorientasi keatasan, menyebabkan orang lebih takut diperiksa atasan dan lebih memperhatikan saran dari atasan. Dan yang lebih parah lagi akan mengikuti apa yang diperbuat atasan. Padahal ada kecenderungan yang sering menyimpang dari ketentuan adalah atasan/pejabat tinggi. Celakanya tenaga pemeriksa takut memeriksa atasan dengan obyektif.
Dengan memperhatikan hal diatas dapat disimpulkan bahwa Satuan Pengawas intern atau pemeriksa intern kurang efektif peranannya dalam meningkatkan pengendalian manajemen.
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Suhardianti
"Manajemen Audit merupakan salah satu bentuk pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa intern (internal audit) , disamping finansial audit. Dalam BUMN/D fungsi internal audit dalam perusahaan dilakukan oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI), yang mana keberadaannya diharuskan oleh pemerintah (PP No.3 tahun 1983).Agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, dalam pelaksanaannya SPI diawasi oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Adapun fungsi dibentuknya SPI dalam perusahaan adalah untuk membantu pimpinan perusahaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara ekonomis, efisien dan efektif. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk melihat efektif/tidaknya pelaksanaan manajemen audit yang dilakukan oleh SPI, khususnya terhadap fungsi personalia. Penilaian in! didasarkan dari sudut pandang BPKP, yaitu sejauh mana SPI telah mematuhi peraturan-peraturan yang digariskan dalam melaksanakan pemeriksaan tersebut. Agar dapat memperoleh gambaran penulis setelah yang lebih jelas mengenai pelaksanaan tersebut, melakukan studi lapangan pada PT . (Persero) II X" , memahami teori yang mendasarinya melalui studi literature Pengamatan yang dilakukan penulis meliputi semua tahaptahap pelaksanaan manajemen audit yan~ lazim, yaitu mulai dari tahap perencanaan pemeriksaan sampai dengan t~hap pelaporan pemeriksaan. Agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai mutu pelaksanaan manajemen audit yang dilakukan oleh SPI PT (Persero) "X", pengamatan yang dilakukan tidak berhenti sampai pada tahap pelaporan saja tetapi dilanjutkan lebih jauh dengan melihat tindak lanjut yang dilakukan manajemen atas saran tindak yang diberikan sebagai hasil dari pemeriksaan yang dilakukan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, dalam pelaksanaannya SPI PT (Persero) "X" dipandang cukup efektif dalam menjalankan fungsi internal audit, khususnya dalam melaksanakan manajemen audit. Dalam arti SPI PT (Persero) "X" secar~ relatif telah mematuhi peraturan dan ketentuan serta prosedur yang diwariskan, baik peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah maupun yang ditetapkan oleh perusahaan itu sendiri. Untuk lebih dapat meningkatkan hasil pemeriksaan, dan agar SPI benar-benar .dapat membantu manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan, dibutuhkan peran sert. semua pihak baik pihak manajemen maupun pihak pemeriksa."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Wiryawan
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
S19386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Indriawati
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Heru Cahyono
"SPI dibentuk dalam struktur pengendalian intern BUMN, sebagai bagian dari upaya pemerintah meningkatkan daya pengawasan pimpinan perusahaan atas operasi perusahaan, sehingga perusahaan mengarah pada pencapaian tujuan utama perusahaan yaitu sebagai sumber pendapatan negara dan agen pembangunan. Dalam membina penerapan SPI, Pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan, instrukti, dan melalui BPKP menerbitkan Pedoman Pemeriksaan. Tetapi keberhasilan penerapan SPI dalam struktur pengendalian intern BUMN juga sangat bergantung pada kesadaran serta dukungan manajemen perusahaan dan anggota SPI, serta kompetensi anggota SPI itu sendiri. Kesimpulan skripsi ini adalah anggota SPI belum dianggap dan menganggap dirinya sebagai profesional yang harus memiliki keahlian dan pengalaman dalam pemeriksaan dan pengawasan. Ketentuan Pemerintah dan Norma yang berlaku dianggap sebagai standar maksimal, padahal mengingat karakteristik operasi tiap-tiap BUMN berbeda dan Norma bersifat umum, maka seharusnya Norma diperlakukan sebagai standar minimal."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S19001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>