Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192971 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heri Nugroho
"Jakarta Pusat merupakan daerah dengan tingkat kemacetan lalu-lintas yang tinggi sehingga emisi polutan dari kendaraan bermotor tinggi pula. Salah satu polutan tersebut suspended particulate matter (SPM) dapat dipengaruhi oleh faktor meteorologi (curah hujan, kelembaban relatif udara, suhu udara, dan kecepatan angin). Suspended particulars matter (SPM dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dan asma.
Tujuan dari penelitian ini untnuk mengetahui keoenderungan konsentrasi SPM dan faktor meteorologi serta hubungan faktor meteorologi dengan prevalensi penyakit infeksi saluran pemapasan bagian atas dan asma di Jakarta Pusat tahun 2003 sampai dengan 2005.
Penelitian ini merupakan studi ekologi, yang mengaualisis data sekunder faktor meteorologi dan suspended particulate matter (SPM) dari badan meteorologi dan geofisika Jakarta dan data penyakit dari suku dinas kesehatan Jakarta Pusat berupa data penderita infeksi saluran pemapasan akut bagian atas dan asma pada puskesmas kelurahan di Jakarta Pusat tahun 2003-2005. Sampel dalam penelitian ini adalah prevalensi infeksi saluran pemapasan akut bagian atas dan asma per kelurahan per bulan. Analisis meliputi uji anova untuk mencari apakah ada perbedaan bermakna antar tahun diantara variabel yang diteliti. Analisis hubungan dilakukan dengan uji korelasi dan regresi.
Rata-rata konsentrasi suspended particulate matter untuk tahun 2003 sebesar 164,486 µg/m3 konsentrasi tertinggi pada bulan Juli sebesar 211,224 µg/m3 dan terendah sebesar 121,827 µg/m3 pada bulan Desember Rata-rata konsentrasi pada tahun 2004 sebesar 152,447 µg/m3 dan tertinggi pada bulan Juni sebesar 288,022 µg/m3 dan terendah 108,067 µg/m3 pada bulan Januari, sedang pada tahun 2005 rata-rata konsentrasi sebesar 296,147 µg/m3 dan tertinggi pada Bulan Mei sebesar 296,147 µg/m3 dan terendah pada bulan Februari sebesar 82,788 gg/ma. Tidak ada perbedaan yang bennakna konsentrasi SPM antara tahun 2003, 2004 dan 2005.
Rata-rata suhu udara sepanjang tahun 2003 - 2005 adalah 28,461°C dengan suhu minimum sebesar 27,465 ?C dan suhu maksimum 29,048 °C. Curah hujan sebesar 163,831 mm, curah hujan minimum sebesar 18,800 mm dan mal-Lsirnum 422,933 mm, rata-rata hari hujan sebesar 11,773 hari, hari hujan minimum 3,333 hari dan maksimum 22,333 hari, Kelembaban udara rata-rata sebesar 74,069%, kelembaban minimum sebesar 68,669 % dan maksimum 80,312 %. Kecepatan angin rata-rata 2,394 knot, kecepatan angin minimum 2,144 knot dan maksimum 2,874 knot.
Hasil penelitian didapatkan prevalen infeksi saluran pemapasan akut bagian atas tertinggi di Jakarta Pusat pada 2003 terjadi pada bulan Juli sebesar 0,0165, tahun 2004 pada Bulan Desember sebesar 0,0185 dan pada tahun 2005 Bulan Agustus sebesar 0,0204 Kecenderungannya semakin naik dari tahun 2003 - 2005. Prevalensi asma di Jakarta Pusat yang tertinggi pada tahun 2003 pada Bulan Agustus sebesar 0,000843, dan pada tahun 2004 pada Bulan Desember sebesar 0,000930 dan pada tahun 2005 pada bulan Maret sebesar 0,000980. Kecenderungan prevalensi asma tahun 2005 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Hubungan antara SPM dengan faktor meteorologi secara bersama-sama diuji menggunakan analisis regresi linear ganda menghasilkan nilai koefisien determinasi (R ) 0,319, artinya persamaan garis regresi yang dihasilkan dapat menerangkan 31,9 % variasi konsentrasi suspended particulate matter. Konsentrasi SPM = -2576,325 + 93,077 * suhu udara + 10,437 hari hujan + 1092,408 * kecepatan angin - 36,924 (suhu udara * kecepatan angin) - 4,940 (hari hujan * kecepatan angin) + e.
Hubungan antara infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dengan suspendend particulate matter bermakna dengan kekuatan hubungan lemah (r = 0,123) berarah positif. Prevalensi infeksi saluran pernapasan akut dapat dijelaskan oleh varibel suspended particulate matter sebesar 1,5 %, peningkatan konsentrasi suspended particulate matter sebesar satu satuan menaikkan prevalensi infeksi saluran pernapasan akut bagian atas sebesar 0,00003 atau 3 per 100.000 penduduk.
Hubungan antara asma dengan suspended parriculate matter bermakna dengan dengan kekuatan hubungan yang Iemah (r = 0,078) berarah positif. Prevalensi asma dapat dijelaskan oleh variabel szupended particulate matter sebesar 0,6 %. Peningkatan suspended particulate matter satu satuan akan meningkatkan prevalensi asma sebesar 0,000013 atau 13 per 1.000000 penduduk.
Penanggulangan pencemaran SPM dapat ditempuh dengan pengawasan yang ketat terhadap gas buang kendaraan melalui uji emisi secara periodik serta pembatasan umur kendaraan yang beroperasi di jalan raya, bagi penduduk yang tinggal di daerah dengan kepadatan lalu-Iintas dnggi perlu mengambil waktu berlibur pada daerah yang tak terpolusi, untuk mengurangi pajanan yang terus-menerus, penyemprotan air secara periodik pada titik sumber debu saat musim kemarau seperti pada area pembangunan gedung."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T21153
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Widiatmoko
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S33838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Kamelia Amany
"Asma merupakan penyakit inflamasi saluran napas kronis yang ditandai dengan gejala pernapasan seperti mengi, dispnea, batuk, dan sesak dada. Selama pandemi Covid-19 (2020 – 2022) jumlah kasus asma di DKI Jakarta termasuk Jakarta Pusat mengalami penurunan jika dibandingkan dengan sebelum pandemi terjadi (2018-2019). Hal yang sama juga terjadi pada penurunan polusi udara (PM10) yang menjadi salah satu penyebab penyakit asma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsentrasi PM10, suhu udara, kelembaban udara, dan curah hujan dengan jumlah kasus asma di Jakarta Pusat pada waktu sebelum (2018-2019) dan selama (2020-2022) pandemi Covid-19 dengan menggunakan desain studi ekologi time-trend. Metode analisis dilakukan dengan uji beda ≥ 2 rata-rata, uji korelasi, dan uji regresi linear berganda. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, BMKG wilayah Kemayoran, dan website BMKG. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat perbedaan rata-rata kasus asma, konsentrasi PM10, dan curah hujan yang signifikan antara sebelum (2018-2019) dan selama (2020-2022) pandemi Covid-19 (p = 0,000; p = 0,023; p = 0,050). Selain itu, uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM10 (p = 0,156; r = 0210), suhu udara (p = 0,883; r = 0,019), kelembaban udara (p = 0,380; r = -0,115), curah hujan (p = 0,154; r = -0,186) dengan kasus asma seluruh tahun (2018-2022) di Jakarta Pusat. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu tidak terdapat hubungan signifikan antara konsentrasi PM10, suhu udara, kelembaban udara, dan curah hujan dengan kasus asma tahun 2018-2022.

Asthma is a chronic inflammatory airway disease characterized by respiratory symptoms such as wheezing, dyspnea, coughing and chest tightness. During the Covid-19 pandemic (2020-2022) the number of asthma cases in DKI Jakarta including Central Jakarta has decreased compared to before the pandemic occurred (2018-2019). The same thing also happened to the decrease in air pollution (PM10), which is one of the causes of asthma. This study aims to determine the relationship between PM10 concentration, air temperature, air humidity, and rainfall with the number of asthma cases in Central Jakarta before (2018-2019) and during (2020-2022) the Covid-19 pandemic using an ecological study design (time-trend). The method of analysis was carried out by means of ≥ 2 difference test, correlation test, and multiple linear regression test. This study used secondary data from the DKI Jakarta Provincial Health Office, the BMKG for the Kemayoran area, and the BMKG website. The results showed that there were significant differences in average asthma cases, PM10 concentrations, and rainfall before (2018-2019) and during (2020 – 2022) the Covid-19 pandemic (p = 0.000; p = 0.023; p = 0.050). In addition, the correlation test showed that there was no significant relationship between PM10 concentration (p = 0.156; r = 0210), air temperature (p = 0.883; r = 0.019), air humidity (p = 0.380; r = -0.115), rainfall (p = 0.154; r = -0.186) with asthma cases throughout the year (2018-2022) in Central Jakarta. The conclusion in this study is that there is no significant relationship between PM10 concentrations, air temperature, air humidity, and rainfall with asthma cases in 2018 – 2022."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nilam Sari
"Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang masih sering ditemukan dalam kehidupan masyarakat. Kasus ISPA terus meningkat dari 7,2 juta kasus pada tahun 2007 hingga lebih dari 18,79 juta kasus pada akhir tahun 2011. PM10 adalah salah satu penyebab gangguan ISPA. Partikel ini merupakan salah satu zat pencemar di udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pajanan debu PM10 dengan kejadian ISPA pada petugas dan pedagang kios terminal, serta karakteristik individu dan faktor iklim di Terminal Kampung Rambutan. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran PM10 secara langsung di 5 titik dengan menggunakan alat Haz Dust EPAM 5000 serta wawancara dengan kuesioner terkait ISPA.
Hasil analisis t-test menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara PM10 dengan kejadian ISPA di Terminal Kampung Rambutan dengan p=0,000. Kebijakan yang mengikat mengenai pengaturan mobilitas kendaraan serta penghijauan masih perlu ditegakkan di Terminal Kampung Rambutan.

Acute Respiratory Infection (ARI) is a disease that is often found in people's lives. ARI continued to increase from 7.2 million cases in 2007 to more than 18.79 million cases by the end of 2011. PM10 is one of the causes of respiratory disorders. This particle is one of the contaminants in the air that produced by motor vehicles.
This study aimed to determine the incidence of PM10 for workers, as well as individual characteristics and climatic factors in Kampung Rambutan Terminal. The design of study is cross-sectional. Data collection was done by direct measurement of PM10 in 5 points using the tool Haz Dust EPAM 5000 and interview with questionnaires related ARI.
Analysis of t-test indicate that there is a significant relationship between PM10 and ARI incidence in Kampung Rambutan Terminal with p = 0.000. Policies about greening and mobility vehicles still need to be enforced in Kampung Rambutan Terminal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47326
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Agustin
"Particulate Matter (PM10) dan Nitrogen dioksida (NO2) diketahui sebagai faktor pemicu timbulnya asma. PM10 dapat masuk ke dalam pernapasan manusia. Nilai ambang batas PM10 adalah 150 μg/m3. Konsentrasi PM10 rata-rata tahunan di Jakarta Pusat mulai dari tahun 2007 hingga 2011, ada yang melebihi nilai ambang batas, yaitu pada tahun 2010 dan 2011. Sedangkan nilai ambang batas NO2 adalah 0,05 ppm. Terdapat nilai konsentrasi NO2 rata-rata tahunan yang melebihi nilai ambang batas, yaitu pada tahun 2008.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkorelasikan PM10 dan NO2 dengan jumlah asma di Jakarta Pusat 2007-2011. Desain studi yang digunakan adalah studi ekologi dengan menggunakan data sekunder dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat dan Badan Meteorologi dan Geofisika.
Penelitian ini menghasilkan hubungan yang kuat dan negatif antara curah hujan dan kelembaban dengan konsentrasi PM10, kuat dan positif dengan lama penyinaran matahari, dan tidak signifikan dengan kecepatan angin. Tidak dihasilkan hubungan signifikan antara faktor iklim dengan konsentrasi NO2, antara konsentrasi PM10 dan jumlah asma, namun didapatkan hubungan sedang dan signifikan antara NO2 dan jumlah asma.
Curah hujan dan kelembaban tidak signifikan dengan jumlah asma. Kesimpulan dari penelitian ini, tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM10 dengan jumlah kasus asma (p > 0,05), tetapi ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi NO2 dengan jumlah kasus asma (p = 0,048).
Particulate Matter (PM10) and Nitrogen dioxide (NO2) are known as trigger factors of asthma. PM10 can enter human respiration airway. The threshold limit value of PM10 is 150 μg/m3. From the yearly average PM10 concentration calculation in Jakarta Pusat from 2007 to 2011, it was found that in 2010 and 2011, the concentration of PM10 was more than threshold limit value. NO2 can be inhaled and also enter human respiration airway. The thresold limit value of NO2 is 0,05 ppm. From the yearly average NO2 concentration calculation in Jakarta Pusat from 2007 to 2011, it was found that in 2008, the concentration of NO2 was more than threshold limit value.
This study aimed to correlate the concentration of PM10 and NO2 with the total of asthma case. Ecological study with secondary data from Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat and Badan Meteorologi dan Geofisika, are used for this study.
The result of this study are, there is a strong and negative relationship between rainfall and humidity with the concentration of PM10, strong and positive with solar radiation, but not significant with wind speed. There is no significant relationship between climate factors with the concentration of NO2 and between the concentration of PM10 with asthma, but there is a moderate and negative relationship between the concentration of NO2 and asthma.
There is no significant relationship between rainfall and humidity with asthma. In conclusion, there is no significant relationship between the concentration of PM10 with the total of asthma case (p > 0,05), but there is a significant relationship between the concentration of NO2 with the total of asthma case (p = 0,048)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Minerva Nadia Putri A.T
"Hasil pengukuran kualitas udara di Kecamatan Pademangan tahun 2006-2010 dinyatakan kurang baik. Konsentrasi SO2 dan SPM selalu mengalami peningkatan dan penurunan secara fluktuatif, bahkan beberapa konsentrasi SPM telah melampaui baku mutu. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsentrasi SO2 dan SPM dengan jumlah kejadian ISPA pada penduduk di Kecamatan Pademangan pada dua periode musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Desain studi yang digunakan adalah studi ekologi menurut waktu dengan metode uji korelasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara SPM dan SO2 dengan ISPA pada musim kemarau dan musim hujan. Namun terdapat hubungan yang bermakna antara SO2 dengan ISPA pada kelompok H4 yaitu selama musim hujan di bulan Desember 2008 sampai dengan Februari 2009, (pvalue = 0,010).

The measurement result of air quality in Pademangan district year 2006-2010 is stated as in ungood condition. The concentration of SO2 and SPM always fluctuactly increase and decrease, evenmore some of SPM concentration is exceed the maximum value level. This research is aimed to know the correlation between the concentration rate of SO2 and SPM and the occurence of ARI in Pademangan district in two season period, dry and rainy season. The design study used was ecological study according to seasoning time using the corelation test.
The result showed that there was no correlation between the SPM and SO2 with the occurence of ARI. But there is a meaningful relation between SO2 and upper respiratory toward group H4, in a rainy season on December 2008 through February 2009, (pvalue = 0,010).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniatun
"Kejadian penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara manusia dan perilakunya serta komponen lingkungan yang memiliki potensi penyakit (Achmadi, 2014). Penelitian ini bertujuan melihat hubungan konsentrasi PM2.5 terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pedagang di Terminal Bus Senen. Hasil penelitian ini menunjukkan konsentrasi PM2.5 mencapai 219 µg/m3. Didapatkan pedagang dengan ISPA sebesar 28% dari 93 sampel. Terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan kejadian ISPA (p=0,027). Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara paparan PM2.5 , umur, status gizi, status merokok dan durasi kerja. Selanjutnya diperlukan pemantauan uji emisi kendaraan dan pemantauan kualitas udara.

Disease events are the result of interactive relationships between humans and their behavior and environmental components that have potential diseases (Achmadi, 2014).. This study aims to look at the correlation between PM2.5 with Incident Acute Respiratory Infection (ARI) at Merchant of Terminal Bus Senen. The results of this study showed PM2.5 concentration reached 219 µg/m3. Acute Respiratory Infection was found 28% of 93 samples. There were significant correlation between the length of work and the incidence of ARI (p = 0.027). There were no significant correlation was found with PM2.5 exposure, age, nutritional status, smoking status and duration of work. Furthermore, monitoring of vehicle emission testing and air quality monitoring."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Satriani Sakti
"Kota Bekasi merupakan kota yang padat dan berbatasan dengan Ibukota DKI Jakarta. Pencemaran udara di Kota Bekasi mayoritas disebabkan oleh kegiatan transportasi. Konsentrasi zat pencemar udara yang cenderung mengalami peningkatan akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan terutama bagi kesehatan saluran pernapasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara ambien (parameter NO2, SO2, dan TSP) dengan kejadian ISPA di Kota Bekasi tahun 2004-2011. Desain studi yang digunakan adalah studi ekologi time trend dengan sampel penelitian 6 Kecamatan. Data kualitas udara diperoleh dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi. Data kasus ISPA diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi.
Variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi adalah TSP (p value = 0,029; r = - 0,226). Hasil uji regresi linear ganda menunjukkan bahwa variabel SO2, TSP, dan interaksi antara NO2 dengan SO2 mempengaruhi kejadian ISPA (p value = 0,004; r = 0,369). Persamaan garis regresi yang menjelaskan variabel-variabel yang mempengaruhi ISPA adalah jumlah kasus ISPA = 651,09 + 5,054 (konsentrasi SO2) ? 0,512 (konsentrasi TSP) ? 0,042 (NO2 * SO2).
Untuk mencegah peningkatan jumlah kasus ISPA dan peningkatan konsentrasi zat pencemar di udara sebaiknya dilakukan kerjasama lintas sektor oleh Pemerintah Kota Bekasi dalam hal uji emisi kendaraan bermotor, uji emisi cerobong asap industri, penambahan jumlah pepohonan di sepanjang jalan raya, penyelesaian masalah di titik-titik kemacetan, promosi bahan bakar gas, dan penyuluhan kesehatan.

Bekasi city is densely populated city and bordering the capital city DKI Jakarta. Air pollution in Bekasi city is caused by transportation activity. Increasing of air pollutant every year can cause negative effect to health especially respiratory health.
This study aims to determine the relationship between ambient air quality (parameter NO2, SO2, TSP) with ARI occurrence in Bekasi city in 2004-2011. The study design used is time trend ecological study with 6 subdistrict as sample. Air quality data is obtained from Environmental Management Agency of Bekasi city. ARI cases data is obtained from Departement of Health of Bekasi city.
Based on correlation and regression analysis, TSP has a significant correlation with ARI occurrence (p value = 0,029; r = - 0,226). The result of multiple linear regression test show that SO2, TSP, and interaction between NO2 with SO2 affect ARI occurrence (p value = 0,004; r = 0,369). The equation of multiple linear regression which describe the variables that affect ARI is ARI cases = 651,09 + 5,054 (SO2 concentration) ? 0,512 (TSP concentration) ? 0,042 (NO2 * SO2).
To prevent the increasing of ARI cases and increasing of pollutant concentration, the government of Bekasi city should make cross-sectors corporation to do vehicle emission test, industry emission test, adding the amount of trees along the road, problem solving in traffic jam area, fuel gas promotion, and health promotion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurafni Ellizhona Fajrin
"ISPA merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang tinggi di Indonesia. Pencemaran udara dalam ruang menjadi salah satu sumber penyebab kejadian penyakit pada saluran pernapasan karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di dalam ruang. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui gambaran dan hubungan Particulate Matter 10 (PM10) udara dalam ruang dengan kejadiaan gejala ISPA pada balita di Desa Sukaraja Kulon dan Sukaraja Wetan Kabupaten Majalengka tahun 2013. Penelitian ini menggunakan disain studi cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah penduduk yang memiliki balita dan tinggal di sekitar industri genteng dan jalan. Metode pengambilan sampel yang dipakai adalah purposive sampling. Penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara PM10 dengan kejadian gejala ISPA pada baita. Namun, gambaran PM10 sangat dipengaruhi oleh ventilasi rumah dan kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat.

Acute Respiratory Infection (ARI) is an infectious disease it is the most common couse of infant morbidity and mortality in Indonesia. Indoor air pollution to be one the couse of respiratory disease becouse most of the times spent in room. This research aims to determine the relationship of Particulate Matter 10 (PM10) as an indoor air pollutant with occurance symptoms of ARI among young children aged < 5 years in Desa Sukaraja Kulon and Sukaraja Wetan, Majalengka year 2013. The research uses cross-sectional study design. The respondents in this study were resident who have children and live around the roof tile industry and road. The sampling method used was purposive sampling. This research indicated no significant association between PM10 with symptoms of ARI in infants. However, the distribution of PM10 showed the high level in the air, it is strongly influence by the ventilation space and density of occupants which are not eligible."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Anggraeni
"Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang menempati posisi pertama dari sepuluh besar penyaldt berdasarkan Laporan Tahunan Puskemas. Hal ini berhubungan dengan kondisi fisik rumah, kualitas udara dalam rumah antara lain PM10, dan karakteristik balita penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar PM10 dan faktor lingkungan rumah yang mempengaruhi kejadian ISPA pada balita.
Rancangan penelitian ini adalah kasus kontrol dengan populasi balita di wilayah Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang yang menjadi sampel adalah balita yang terpilih dengan sampel acak secara sistimatika dari Laporan Bulanan (LB1) Puskesmas dengan sampel 195 balita, terdiri Bari kasus 65 dan kontrol 130 dimana sampel kasus adalah balita ISPA sedangkan sampel kontrol adalah tetangga kasus yang tidak menderita ISPA dan berjenis kelamin sama. Data yang dikumpulkan dengan pengukuran adalah kadar PM10, kelembaban, suhu dan pencahayaan sedangkan data variabel lainnya dengan observasi dan wawancara mengg unakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil analisis chi square terdapat empat variabel yang berbeda bermakna pada balita yang tinggal di rumah memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat yaitu kadar PM10 kelembaban, pencahayaan dan suhu pada tingkat kemaknaan 5% dengan kejadian ISPA balita, yaitu PMIQ dengan nilai p = 0,000 (5,21:2,7 - 10,04), kelembaban dengan nilai p = 0,001 (3,02: 1,57 - 5,81), pencahayaan dengan nilai p = 0,000 (15,06: 6,77 - 33,49), dan suhu dengan nilai p = 0,000 (36,49:10,85 -122,71).
Variabel ventilasi, jenis lantai, kepadatan hunian, bahan bakar, asap rokok, that nyamuk bakar, status gizi dan imunisasi tidak bermakna secara statistik karena mempunyai nilai p > 0,05.
Hasil analisis regresi logistik secara stafistik tidak ditemukan adanya interaksi antara variabel yang diteliti, tetapi suhu rumah ditemukan sebagai faktor pengganggu antara PM10 dengan kejadian ISPA.
Dari penelitian ini sangat penting disarankan untuk mengurangi sumber pencemaran kualitas udara dalam rumah terutama bagi Dinas Kesehatan Kabupaten agar secara rutin memantau secara kondusif kondisi dan standar kualitas udara dalam ruang dan saran bust Puskesmas agar mengaktilkan klinik sanitasi untuk memberikan penyuluhan dan pendidikan tentang hubungan kondisi lingkungan rumah dengan ISPA."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>