Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155586 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teti Widiharti
"Obat merupakan komponen terpenting dalam pelayanan kesehatan, sehingga harus selalu tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup. Penggunaan obat secara rasional penting untuk menjamin akses obat, ketersediaan, dan mutu pelayanan kesehatan. Di Puskesmas, banyak terjadi peresepan dan penggunaan obat tidak rasional yang umumnya tidak disadari oleh tenaga kesehatan. Peresepan dan penggunaan obat yang tidak rasional meliputi polifamasi, penggunaan Antibiotika pada ISPA non pneumonia, dan penggunaan injuksi pada Myalgia.
Penelitian ini bertujuan Untuk mengelahui faktor-faktor yang berhubungan dengan peresepan obat tidak rasional oleh tenaga kesehatan di 15 Puskesmas Kota sukabumi Tahun 2006.
Desain peneiitian mqrupakan kombinasi studi kuantitatif dan kualitatif, dengan rancangan cross sectional untuk studi kuantilatif dan wawancara mendalam untuk studi kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen - instrumen kuesioner, form monitoring peresepan, fonn pemantauan ketersediaan obat, dan pedoman wawancam mendalam. Sedangkan Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat, dan analisis content dafam bentuk matrik hasil wawancara mendalam.
Sampel penelitian adalah seluruh populasi yaitu 74 orang tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter umum dan perawat yang melakukan pelayanan pengobatan di Puskesmas dengan resep yang ditulisnya Selama bulan april 2006 dengan diagnosa penygkit ISPA non pneumonia, Diare non spesifik, dan myalgia. Sebagai variabel terikat adalah penggunaan obat tidak rasional dan yariabel bebas adalah masa kerja, pengetahuan, sikap, pelatihan, permintaan pasien dan ketersediaan obat.
Hasil penelitian menunjukan bnhwa rata-rata peresepan obat tidak rasional di Puskesmas Kota Sukabumi adalah 49,74 %, dengan polifarmasi (79,47 %), Antibiotika (65,32%), dan Injeksi (4,43 %). Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa variabel pendidikan profesi, masa kerja, pengetahuan, sikap, pelatihan, dan permintaan pasien tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan peresepan obat tidak rasional, tetapi variabel ketersediaan obat berhubungan secara signifikan, dengan interpretasi semakin berlebih ketersediaan obat, semakin tidak rasional.
Hasil analisis content pada matrik hasil wawancara mendalam menunjukan bahwa faktor internal tenaga kesehatan seperti pengalaman pribadi, otoritas profesi, seni pengobatan, dan faktor eksternal yaitu kondisi penyakit dan perilaku pasien temyata berhubungan dengan peresepan obat yang tidak rasional.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah perencanaan pengadaan obat dengan metoda morbiditas dan ditindaklanjuti dengan Monitoring dan evaluasi peresapan obat yang lebih intensif, merancang pelatihan terprogram untuk meningkatkan pengetahuan bagi perawat dan peningkatan motivasi bagi tenaga dokter. Menyusun dan mensosialisasikan standar pengobatan dasar di Puskesmas terutama bagi perawat dengan dukungan legalitas sampai dengan tenaga dokter memadai. bagi Peneliti lain sebaiknya menggali variabel pemanfaatan dan kepatuhan pada buku pedoman pengobatan dasar dan tingkat pengetahuan pasien atau masyarakat."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T21126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iram Barida Masya
"Latar Belakang. Dukun bayi telah menjadi sumber daya manusia utama bagi para wanita selama proses persalinan, dimana pada sebagian besar negara negara berkembang khususnya pada wi!ayah yang terpencil sebagian besar proses persalinan masih dito1ong oleh dukun bayi. Dukun bayi memiliki peran yang berarti dalam hal kompetensi, budaya, empati dun dukungan psikososial saat persalinan dengan manfaat yang penting bagi ibu dan bayi baru lahir. Faktor ·-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan dukun bayi sebagal penolong persalinan adalah : geografi, umur, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, pemeriksaan antenatal, petugas pemeriksa antenatal, komplikasi adn tempat melahirkun.
Tujuan. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan masih tingginya pemanfaatan dukun sebagat penolong persalinan di Kabupaten Sukabumi tahun 2006. Metode. Penelitian ini merupakan penelltian kuantitatif dengan pendekatan desain potong lintang (cross sectional) Data yang dlgunakan pada penelitian ini adalah data primer hasil Survei Kelangsungan Hidup lbu dan Anak di Kabupaten Sukabumi tahun 2001-2006 yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Sampel yang diambil sebanyak 1.128 responden yaitu ibu yang melahirkan dalam 5 tahun terakhir. Teknik analisis yang digunakan adalah Uji Chi Square dan regresi logistik.
Hasil. Jumlah penolong persalinan dengan dukun ebesar 66.3 % sedangkan yang memanfaatkan tenaga kesehatan 33.7%. Responden yang tinggal di pedesaan 72% dan perkotaan 28%. Distribusi umur beresiko (<25 dan >35) sebesar 55.2% dan yang tidak beresiko 44.8%. pendidkan rseponden masih rendah yaitu 86.9% sedangkan yang berpendidikan tinggi 13.1%. Sebanyak 82.9% tidak bekerja, dan yang bekerja 17.1%. Status ekonomi sebagian besar berada di level miskin, yang berstatus kaya 41.7%. Petugas yang melakukan pemeriksaan ANC adalah dokter, bidan dan perawat. Responden yang melakukan pemeriksaan pada petugas kesehatan tersebut sebesar 82.2% dan yang tidak periksa 17.8%. Pemeriksaan antenatal disini tidak melihat frekuensi, responden yang melakukan ANC 90.2% dan yang tidak 9.8%.
Sebagian besar responden mengalami komplikasi 53%, semcentara yang tidak mengalami komplikasi sejumlah 46.3%. Rumah menjadi tren tempat melahirkan yaitu 87% dan hanya 13% yang melahirkan di sarana kesehatan. Pada proses analisis bivariat, yang berhubungan dengan pemanfaatan dukun sebagai penolong persalinan adalah faktor geografi, pekerjaan, pendidikan, status ekonomi, pemeriksaan antenatal, petugas pemeriksa antenatal dan tempat melahirkan. Selanjutnya dilakukan analisis multivariat untuk melihat variabel mana yang paling besar pengaruhnya terhadap pemanfaatan dukun sebagai penolong persalinan yaitu tempat melahirkan. Peran dukun bayi masih sangat besar sebagai penolong persalinan. Hal ini ditunjukkan dcngan tingginya angka melahirkan dengan dukun yaitu 66.3%. Faktor yang paling mempengaruhi adalah tempat melahirkan.

Background. Traditional birth attandent has become main human resource as women during delivery process, where most of developing countries especially rum] area most of the delivery process is using Traditional birth attandent support. Traditional birth attandent has significant role in competence, culture. empathy and psychosocial support during delivery with important benefit for mother and her newborn baby. Factors that related with using Traditional birth attandent as delivery support are geography, age, education, occupation, economical status, antenatal check up, antenatal check up officer, complication and birthplace.
Objective. To identify factors that related with high use of traditional birth attandent as delivery support in Sukabumi Regency at 2006.
Methods. This research is qualitative research with cross sectional design method. Data used in this research is secondary data from the result of Life Continuity Survey of Mother and Her Children in Sukabumi Regency at 2006 that performed by Center of Research and Development of Ecology and Health Status of Health Research and Development RI Health Department. Analysis technique used is Chi Square and Logistic regression.
Result. Total of delivery supports with shaman are 66.3%, while using health staff are 33.75%. Respondents who live in villages are 72% and in urban are 28%. Distribution of age risk (<25 and >35) is 55.2% and non-risk is 44.8%. Most of respondents' education still low that are 86,9%, while high educated are 13.1%. As much as 82.9% respondents not working and they who work are I?J%. Most of economies statuses of respondents are still in poor level. rich status are 41.?0/o. Staffs that still perform ANC check up are doctors) midwives and nurses. Respondents who perform check up to those health staffs are 86.2% and unchecked are 17.8%. Antenatal checks up do not observe frequency and quality, respondents who perform ANC are 90.2% and who not are 9.8%.
Most of respondents suffering complications are 53.7%, while who does not are 46.3%. Houses become trends of give birth that are 87% and only 13% giving birth in health medium. In bivariate analysis process, one that related with using shaman as delivery support is antenatal check up staffs and birthplace. Next, performed multivariate analysis to observe the highest affecting variables toward using shaman as delivery support, which is birthplace.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32031
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Elida Hairunida Br.
"Posyandu berguna untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku kunjungan ke posyandu pada ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Dengan sampel 298 ibu balita yang dipilih secara acak di 20 posyandu.
Hasil penelitian didapatkan ibu balita yang berperilaku baik berkunjung ke posyandu masih rendah sebanyak 39,9%. Ada 5 variabel yang secara statistik berhubungan dengan perilaku kunjungan ke posyandu yaitu lebih banyak pada ibu yang berpendidikan dibawah SMP, berpengetahuan baik, bersikap positif, memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) serta membutuhkan pelayanan posyandu.
Disarankan untuk melakukan dan meningkatkan monitoring upaya promosi kesehatan dengan supervisi langsung ke posyandu dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang kegiatan yang ada di Posyandu.

Posyandu is useful to empower communities and to provide the easiest of obtaining basic health services. The objectives of this study was conducted to determine the related factors with the behavior visits to posyandu on toddlers mothers in the working area of health center Depok Pancoran Mas in 2012. This study was a descriptive with cross sectional design. There were 298 samples of toddlers mothers randomly chosen in 20 posyandu.
The results obtained are wellbehaved toddler mothers as much as 39.9%. There are five variables that were statistically related with the behavior visits to posyandu namely: there were more on educated mothers under Junior School, good knowledge, positive thinking, the ownership of Health Child Card (KMS) and the needs to posyandu.
It is further recommended to perform and improve the monitoring of health promotion efforts with direct supervision to posyandu and provide counseling to the public about the existing activities in posyandu.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanik Sri Wahyuni
"Latar belakang: Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan pemerintah yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu, merata dan terjangkau. Sampai saat ini implementasi kegiatan puskesmas belum menunjukkan hasil yang optimal, hal ini tercermin dari belum optimalnya pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara aspek individu, aspek kemampuan dan aspek kebutuhan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Sumber Rejo Kota Balikpapan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, menggunakan rancangan Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dan sampel adalah seluruh penduduk dewasa yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sumber Rejo Kota Balikpapan. Jumlah sampel 104 responden, tekhnik pengambilan sampel adalah cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan secara wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji Chi Square.
Hasil: Responden yang memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam 3 bulan terakhir sebanyak 64,4%, responden terbanyak pada rentang umur 17-55 tahun sebanyak 55,4%, pendidikan responden terbanyak SMA sebanyak 38,5%, sebanyak 79,8% responden tidak bekerja, 59,6% responden menyatakan adanya ketersediaan tenaga kesehatan, 60,6% responden menyatakan aksesibilitas yang mudah, 73,1% menyatakan memiliki asuransi dan 53,8% responden menyatakan tidak tahu tentang persepsi sakit. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan tenaga kesehatan dan persepsi sakit dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Kesimpulan: Ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan tenaga kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan (p=0,020) dengan estimasi risiko 2,875 dan pada variabel persepsi sakit juga mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan (p=0,008) dengan estimasi risiko 3,308.

Background: Public Health Center is the vanguard of the government health service that aims to provide comprehensive health services, integrated, equitable and affordable. Until now the implementation of health centers have not shown that optimal results, it is reflected from the non optimal utilization of the public health centers.
Objective: This study aimed to determine image and the relationship between the individual aspects, aspects of ability and aspects of the need for utilization of health services in Sumber Rejo health centers of Balikpapan city.
Method: The study is a descriptive study, using Cross Sectional design with quantitative approach. Population and the sample is the entire adult population residing in the working area of the Sumber Rejo Health Centers, Balikpapan city. Number of samples 104 respondents, the sampling technique is random cluster sampling. The data was collected by interview using a questionnaire. Analyzed using Chi Square test.
Result: Total of Respondents who use health services in 3 last months 64.4%, most respondents in the 17-55 year age range much as 55.4%, respondents most high school education as much 38.5%, 79.8% of respondents did not work, 59 . 6% of respondents said the availability of health personnel, 60.6% of respondents said the easy accessibility, 73.1% claimed to have insurance and 53.8% of the respondents did not know about the perception of pain. The results of statistical tests showed that are significant relationship between the availability of health personnel and the perception of pain with health care utilization.
Conclusion: There was a significant association between the availability of health personnel with health care utilization (p = 0.020) with the estimated risk of 2.875 and there was a significant association between the pain perception with health care utilization (p = 0.008) with the estimated risk of 3.308.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ai Irmayati
"Tempat yang ideal untuk persalinan adalah fasilitas kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga yang siap menolong bila sewaktu-waktu terjadi komplikasi persalinan, minimal di Puskesmas PONED (pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar ). Puskesmas Bojong Rawalumbu adalah salah satu dari 7 Puskesmas Poned di Kota Bekasi, namun hasil capaiannya masih sangat rendah. Pada tahun 2011, dari 1535 ibu yang bersalin di pelayanan kesehatan, hanya 20 orang ibu yang memanfaatkan pelayanan persalinan puskesmas Bojong Rawalumbu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan pelayanan persalinan puskesmas Bojong Rawalumbu serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan instrumen kuesioner. Pemilihan sampel dilakukan secara cluster sampling dengan jumlah sampel 103 ibu yang yang bersalin pada januari- desember 2012 di wilayah kelurahan Bojong Rawalumbu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya 19,4% responden yang menggunakan pelayanan persalinan puskesmas Bojong Rawalumbu . Dari analisis bivariat dengan CI 95 % dan pvalue <0,05 didapatkan variable sikap, biaya persalinan, keterpaparan informasi serta dukungan keluarga, tokoh masyarakat, teman dan tetangga menunjukkan hubungan bermakna dengan penggunaan pelayanan persalinan puskesmas Bojong Rawalumbu.
Dari penelitian ini disarankan agar puskesmas Bojong Rawalumbu meningkatkan promosi melalui media cetak dan meningkatkan penyuluhan tentang persalinan yang aman pada ibu hamil dan keluarganya dengan melibatkan tokoh masyarakat dan kader posyandu untuk meningkatkan pengetahuan masarakat.

The ideal place for childbirth service is well equipped health facilities and health workers that are ready to help if complications of childbirth happen at anytime, at least in PONED (basic emergency obstetric and neonatal service) Health Center. Bojong Rawalumbu Health Center is one of the 7 PONED Health Centers in Bekasi, but the result of its performance is still very low. In 2011, from 1535 mothers who gave birth at health care, only 20 mothers who use the maternity service in Bojong Rawalumbu Health Center.
The purpose of this study is to determine the utilization of maternity service at Bojong Rawalumbu health center and the factors that influenced it. The research design used was a cross sectional and questionnaire as the instrument. The sample collection method is cluster sampling that was taken from 103 mothers who gave birth on January to December 2012 in Bojong Rawalumbu area.
This study showed that only 19.4% of respondents who use the maternity service at Bojong Rawalumbu health center. From bivariate analysis with 95% CI and p values <0.05, we found attitudes variable, maternity service costs, exposure information and the support from family, community leaders, friends and neighbors that showed significant association with the utilization of maternity service at Bojong Rawalumbu health center.
This study recommends Bojong Rawalumbu health center to improve promotional information through printed media and to increase education about safe childbirth for pregnant women and their families by involving community leaders and kaderposyandu to improve publik knowledge.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S53320
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rosdiana
"Cakupan Peran Serta Masyarakat di Kabupaten Subang masih rendah, salah satu penyebab dari permasalahan tersebut berhubungan dengan kemampuan manajerial kepala Puskesmas.
Berkaitan dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan manajerial kepala Puskesmas dalam penggerakan masyarakat di Kabupaten Subang pada Tahun 2006. Dengan mempelajari hubungan antara kemampuan manajerial kepala Puskesmas tersebut dengan faktor internal yang terdiri dari Umur, Pendidikan dan Lama kerja serta faktor eksternal yang terdiri dari Supervisi, Pelatihan, Umpan balik dan Sarana kerja.
Dalarn penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dimana data yang dikumpulkan berupa data primer yang didapat melalui kegiatan wawancara mend alam dan Focus Group Discussion dengan informan dari Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas dan Tokoh Masyarakat, sedangkan data sekunder diperoleh melalui kegiatan penelusuran dokumen baik di tingkat Dinas Kesehatan maupun Puskesmas yang menjadi lokasi penelitian.
Dari wawancara mendalam dapat diketahui bahwa rendahnya cakupan peran serta masyarakat dipicu oleh beberapa permasalahan mendasar, selain karena kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan yang ada masih sangat terbatas, kemampuan manajerial kepala Puskesmas sebagai pimpinan tertinggi di wilayah kerjanya juga rata-rata masih kurang, mereka belum mampu memaksimalkan potensi yang ada untuk membantu pelaksanaan program Puskesmas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari ketiga faktor internal yang diteliti ternyata faktor yang tampak cenderung berhubungan dengan kemampuan manajerial kepala Puskesmas dalam penggerakan masyarakat adalah faktor lama kerja. Sedangkan dari keempat faktor eksternal temyata tidak ada satupun yang mempengaruhi kemampuan manajerial kepala Puskesmas dalam penggerakan masyarakat.
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini ditujukan kepada pihak Dinas Kesehatan sebaiknya mempertimbangkan faktor-faktor tersebut diatas terutama lama kerja pegawai dalam pengangkatan Kepala Puskesmas di wilayah kerjanya. Disamping itu sebaiknya pihak Dinas lebih menyeimbangkan porsi pelatihan antara pelatihan teknis medis dengan pelatihan manajemen, khususnya mengenai manajemen dalam peningkatan peran serta masyarakat.

Public Cooperation in health sector in Subang distric still far from adequate, one of the causes from those problems related with Puskesmas chief managerial ability.
Related with those cases then done research that aim to get the view about related factors related with Puskesmas chief managerial ability in moving society Subang distric in year 2006. By learn the relation between Puskesmas chief managerial ability along with internal factor that consist of Age, Education, and Working Length and also external factor that consist of Supervision, Training, Feedback and Working tools.
In this research, approach that used is qualitative approach, where collected data is primary data that got from deep interview activity and Focus Group Discussion with informant from Health Agency, Puskesmas Chief and Public Figure, while secondary data got from document study activity whether in Health Agency or Puskesmas that become research location.
From deep interview also known that public cooperation in health sector still far from adequate those cases triggered by some basic problems, besides quality and quantity of health source that still limited, Puskesmas chief managerial ability as highest leader in his working area even still low, they not yet can maximize available potency to help in conduct Puskesmas program.
Research result be known that from three researched internal factor obviously factor that affect Puskesmas chief managerial ability in moving society is working length. While from four external factors obviously no one that affect Puskesmas chief managerial ability in moving society.
Suggestion that can be submitted based on this research result showed to Public Health office is better considering those factors especially employee working length in giving position of Puskesmas Chief in his working area. Besides, Agency should balance training portion between medical techniques with management training, especially about management in improving public role.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisna Agustiyah
"Skripsi ini membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Puskesmas untuk pengobatan rawat jalan di Kota Sukabumi oleh Pegawai Negeri Sipil menggunakan kartu Askes. Faktor-faktor yang diteliti dikategorikan ke dalam Faktor Predisposisi (Jenis Kelamin, Umur, Status perkawinan, Pendidikan, Pangkat/golongan, Pengetahuan dan persepsi), faktor Kemampuan (Jarak dan kepesertaan asuransi lain) serta faktor psiko - sosial yaitu kecenderungan memilih sarana kesehatan yang digunakan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian Cross Sectional yang dilaksanakan pada bulan Desember Tahun 2012.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa faktor umur tua, pendidikan rendah dan kecenderungan memilih Puskesmas lebih banyak memanfaatkan kartu Askes di Puskesmas. Berdasarkan hasil penelitian, PT. Askes dan Dinas Kesehatan diharapkan untuk berkoordinasi dalam meningkatkan mutu layanan dengan harapan persepsi peserta Askes terhadap pelayanan kesehatan menjadi lebih baik.

This study examined the factors associated with the utilization of outpatient treatment at the health centers in Sukabumi by civil servants using Askes card. The factors examined are categorized into Predisposing (Gender, Age, marital status, education, social stratification, knowledge and perception), enabling (distance and other insurance participation) and psychosocial factors the tendency to choose facilities of health care service is used. This research is a quantitative study with cross-sectional design that was conducted in December 2012.
This study found that the older age, lower education and a tendency to use health facilities is Puskesmas is more use Askes card in Pusblic Health Centers. It is suggested PT Askes and the Ministry of Health coordinate their services in order to improved perception of the Askes participants on health care service.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45544
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Maretha H.
"Tingkat keaktifan posyandu sangat bergantung pada peran serta kader dalam menyelenggarakan kegiatan rutin posyandu di masing-masing posyandu, LKMD sebagai pengelola dan masyarakat sebagai pemakai dari pendukung Posyandu. Pada tahun 2009 dari jumlah posyandu di Puskesmas Jatimulya yaitu 52 buah dan hanya 25% yang aktif melaksanakan kegiatan rutin posyandu. Faktor yang menyebabkan misalnya rendahnya peran serta kader. Diduga peran serta kader tersebut berhubungan dengan tanggapan kader terhadap kunjungan masyarakat ke posyandu. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan kader terhadap kunjungan masyarakat di posyandu serta faktor-faktor yang berhubungan di Puskesmas Jatimulya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi Tahun 2011.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang (cros sectional). Variabel terikat penelitian ini adalah tanggapan kader terhadap kunjungan masyarakat di posyandu, sedangkan variabel bebasnya adalah faktor internal (umur, lama menjadi kader, jarak rumah ke posyandu, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan kader terhadap tugasnya di posyandu dan sikap kader terhadap tugasnya di posyandu) dan faktor eksternal (dukungan tokoh masyarakat, pelatihan kader dan dukungan puskesmas). Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap 75 kader dengan instrumen berupa kuesioner. Pengumpulan data dan analisis data oleh peneliti dilakukan pada Bulan Mei - Juni 2011. Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer dengan analisis univariat (menghitung proporsi dan frekuensi) dan bivariat (crosstab).
Persentase tanggapan kader terhadap kunjungan masyarakat di posyandu Puskesmas Jatimulya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi adalah tanggapan kader yang baik sebesar 57,3% dan tanggapan kader yang kurang sebesar 42,7%. Faktor-faktor internal dan eksternal yang berhubungan secara statistik dengan tanggapan kader terhadap kunjungan masyarakat di posyandu Puskesmas Jatimulya antara lain pendapatan kader dengan nilai p 0,036 ( < p 0,05 ), sikap kader terhadap tugasnya di posyandu dengan nilai p 0,029 ( < p 0,05 ) dan dukungan TOMA dengan nilai p 0,029 ( < p 0,05 ). Sedangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang tidak berhubungan secara statistik antara lain umur kader, lamanya menjadi kader, jarak tempat tinggal, pendidikan, status pekerjaan, pengetahuan kader, pelatihan kader dan dukungan puskesmas.
Diharapkan adanya kerjasama antara kader, tokoh masyarakat, petugas puskesmas dan petugas dinas kesehatan dalam penyelenggaraan kegiatan posyandu dan mendukung dalam usaha peningkatan tanggapan kader terhadap kunjungan masayarakat di posyandu.

The Integrated Health Care (IHC) level of activity is very dependent on the participation of cadres in carrying out routine activities in their respective posyandu Posyandu, LKMD as the manager and the users of the supporters of IHC. In 2009 the number of IHC in Jatimulya Health Care is 52 pieces and only 25% are actively carrying out routine activities posyandu. Factors causing such low participation of the cadres. Anticipated participation is associated with a cadre of volunteers to visit the community response to the posyandu. Therefore, the purpose of this study was to determine cadre responses toward the community visit in Integrated Health Care and factors is associated in Jatimulya Health Care Tambun Selatan, Bekasi in 2011.
This study used a cross-sectional research design (CROs sectional). The variable is bound this study is the response of volunteers to visit the community during that session, while the independent variables are the internal factors (age, length of the cadre, the distance IHC to home, education, occupation, income, knowledge cadre on duty during that session and attitude toward his job at posyandu cadre) and external factors (support of community leaders, cadre training and support centers). The study was conducted by an interview of 75 cadres in the form of a questionnaire instrument. Data collection and data analysis conducted by researchers at the May-June 2011. Data analysis was performed using computer software with univariate analysis (calculate proportions and frequencies) and bivariate (crosstab).
Percentage response cadre of community visits in health centers posyandu Jatimulya South Tambun Bekasi District is a good response cadre of 57.3% and less response cadre of 42.7%. Internal factors and external that are statistically associated with response to the visit of community volunteers in IHC Jatimulya Health Center, among others, the income of cadres with p value 0.036 ( < p 0.05 ), attitude toward his job at posyandu cadre with p value 0.029 ( < p 0 , 05 ) and support of community leader with p value 0.029 ( < p 0.05 ). While internal factors and external that are not associated statistically among other cadres age, duration of a cadre, a distance of residence, education, employment status, knowledge of cadres, cadres training and support health centers.
Expect to cooperation between cadres, community leader, health centers official and health centers district for Integrated Health Care activities and support for increasing cadre responses toward The community visit in Integrated Health Care.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S234
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Theresia Rhabina Noviandari
"Jamkesmas di Wilayah Puskesmas Kota Jambi Tahun 2011 Jamkesmas merupakan program pemerintah untuk menjamin kebutuhan kesehatan masyarakat miskin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Jamkesmas. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Populasi penelitian ini adalah masyarakat Wilayah kerja Puskesmas Pal Merah I Kecamatan Jambi Selatan. Responden penelitian ini adalah 100 orang yang dipilih secara acak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 54% responden memanfaatkan Jamkesmas. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan Jamkesmas diperlukan adanya dukungan keluarga dan petugas kesehatan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, mempermudah aksesibilitas, Serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang program Jamkesmas melalui sosialisasi yang efektif.

Jamkesmas is a govemment program for poor people to keeping their health needed. The purpose of this research is to find some factors related to utilization of Jamkesmas. This Study is a quantitative research which uses cross Sectional design. The population Was community in public health service of Paal Merah I area. 100 respondents were selected by random sampling. The results show 54% respondents used Jamkesmas. In order to increase utilization of Jamkesmas, people need supports from their family and health servants to using health service, easier accessibility, and more information about Jamkesmas."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rustam Sadeli
"Di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, selama empat tahun terakhir terjadi 33 kasus KLB Diare, dengan 4.200 penderita, dan dengan jumlah kematian 17. Diare akut disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme. Umumnya dalam KLB diare, khususnya di Tasikmalaya, yang jadi penyebab tersering adalah kuman vibrio kholera. Banyak faktor yang berperan dalam peristiwa KLB diare, seperti kurangnya kualitas kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, kurangnya penggunaan air bersih, faktor adat istiadat dan perilaku masyarakat, dan juga faktor program atau kegiatan kesehatan. Sistem Kewaspadaan Dini-Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) Diare adalah salah satu kegiatan penting dari program Pencegahan dan Penanggulangan Diare (P2 Diare).
Pada prinsipnya, kegiatan SKD-KLB Diare merupakan kegiatan pengamatan, suatu sistem yang menghasilkan informasi dan merupakan bagian dari sistem informasi kesehatan. Informasi tersebut sangat penting, dan mungkin mampu mencegah KLB diare dan mengurangi tingkat kesakitan dan kematian, karena informasi tersebut dapat berfungsi sebagai "tanda dini" yang mampu mendeteksi KLB diare di tahap awal, dan sebagai penuntun untuk menyarahkan kegiatan pencegahan atau kegiatan lain yang diperliikan informasi diperoleh dengan melakukan proses dan analisis berbagai macam data yang sengaja dikumpulkan. Informasi tersebut sebagai output SKD dihasilkan dari berbagai macam sumber data. Maka output SKD tersebut dihasilkan oleh aktivitas kelompok antara petugas-petugas kesehatan atau bersarna leader.
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi yang menggambarkan kinerja Puskesmas di Kabupaten Tasikmalaya dalam kegiatan SKD-KLB Diare dan untuk menggetahui faktor yang berhubungan, dan faktor yang menentukan kinerja tersebut, yang dibutuhkan untuk perbaikan. Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik, dengan rancangan potong lintang. Penelitian dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya di mana sebagai unit analisis adalah Puskesmas. Seluruh Puskesmas sebagai populasi diambil sebagai sampel penelitian.
Hasil penelitian menenjukan bahwa dalam kinerja SKD-KLB Diare, tidak satupun Puskesmas yang termasuk kategori "baik", jumlah Puskesmas berkategori "kurang?, hampir dua kali lebih banyak dari pada Puskesmas dengan kategori "sedang". Penelitian mengidentifikasi faktor-faktor utama yang menetukan kinerja Puskesmas dalam SKD-KLB Diare yaitu faktor insentif, pengetahuan/pemahaman tugas dari tenaga surveilan, pembinaan dari DT II dan pembinaan di Puskemas.
Penelitian ini menyarankan langkah untuk perningkatan kinerja melalui upaya perbaikan pada faktor penentu tersebut.

In district of Tasikmalaya, as in generally district of Indonesia, diarrhea disease is still a mayor public health problem, because diarrhea is the most widely spread among communicable disease, endemism, with high morbidity and mortality. Diarrhea, was also the main caused of communicable disease's outbreak. In destrict of Tasikmalaya, during period of the last four years, there were 33 cases of diarrheal outbreaks, total 4,200 cases of diarrhea and total of death was 17. Acute diarrhea caused by various microorganism. Generally, in outbreak of diarrhea, especially in district of Tasikmalaya, the most frequent aetiology was Vibrio Cholera.
Many factors were considered in diarrhea! outbreak, such as poor environmental and basic sanitation, with lack of clean and safe water supply, factors of manners, custom and community behavior, and also public health program and its activities. Early Warning System for Diarrheal Outbreak was the important activities in Diarrhea! Control! Program. In essence, Early Warning System, as the surveillance, was a part of health information system that produced health information. The information was very important, and probably was able to prevent outbreak and minimize the grade of morbidity and mortality, because the information was able to function as "early" warning sign to detect diarrheal outbreak in early stage, as guidance to direct the action for prevention or other activities required. The information as the output of Early Warning System, was produced by z processing and analyzing a number of certain data, which purposely collected, and was got from various data resources. So, the output of system was produced by activities of a group, either between health workers or with volunteers.
The objective of this research was to obtain the information described the performance of Community Health Center (Puskesmas) in district of Tasikmalaya, in Early Warning System for Diarrheal Outbreak, and to indentify the factors related and determined the performance, which need for improvement. This study was descriptive-analytic in nature, with the cross-sectional design. This study was conducted in district of Tasikmalaya, and Community Health Center (Puskesmas) was the unit of analyzed. All Community Health Center (Puskesmas) were used as population sample.
The result of-this research indicated that, there was none of Community Health Center (Puskesmas) has "good" grade category in performance in Early Warning System, and number of Community Health Center (Puskesmas) with "less-- grade category approximate twice more than the "moderate" grade category. The research identified the main factors determined the performance of Community Health Center (Puskesmas) in Early Warning System. Those were incentive, knowledge and skill of surveillance, supervision and care of District Health Departement and chief of Community Health Center (Puskesmas). This research recommended to improve the performance of Community Health Center (Puskesmas) in Early Warning System, by improvement in these determinant factor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>