Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174405 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iwan Djuanda
"ABSTRAK
Ruang lingkup, bahan dan cara penelitian : Telah dilakukan penelitian retrospektif di Departemen Patologi Anatomik FKUI RRSUPN CM. Sampel diambil dari Arsip Departemen PatoIogi Anatomik dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2003. Gambaran histologik melanoma malignum dinilai uang, yaitu tipe Nodular Melanoma, tipe Superficial Spreading Melanoma dan tipe Acral Lenligineous Melanoma.
Dilakukan pewarnaan ulang HE dan imunoperoksidase dengan menggunakan antibodi Ki67. Penghitungan jumlah mitosis dilakukan dengan menghitung jumlah mitosis/kuadrat milimeter pada 10 LPB secara acak. Penilaian ketebalan tumor dilakukan menurut Breslow. Perkalian antara ketebalan tumor dan jumlah mitosis dilakukan untuk penentuan indeks prognosis. Penghitungan positifitas Ki67 pada inti sel yang berwarna coklat tua dilakukan pada 500 sel secara acak. Untuk mengetahui hubungan berbanding terbalik antara ekspresi Ki67 dengan indeks prognosis dilakukan uji korelasi non parametrik 2x2 dengan uji Pearson. Uji korelasi parametrik dilakukan dengan uji Tukey dan Duncan.
Hasil dan kesimpulan: Dan 20 kasus MM (11 kasus NM, 5 kasus ALM dan 4 kasus SSM), didapatkan 17 kasus MM (10 kasus NM, 4 kasus ALM dan 3 kasus SSM) yang positif mengekspresikan Ki67, 3 kasus yang tidak mengekspresikan Ki67 terdiri atas 1 kasus NM, 1 kasus ALM dan I kasus SSM. Dua puluh kasus MM menunjukkan 12 kasus dengan Breslow > 4 mm (8 kasus NM dan 4 kasus ALM), sedangkan 8 kasus dengan Breslow < 4 mm (3 kasus NM , 1 kasus ALM dan 4 kasus SSM).
Pada 4 kasus SSM 3 kasus mengekspresikan Ki67 positif 1 dan 1 kasus tidak mengekspresikan Ki67. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan bermakna antara ketebalan tumor Breslow dengan indeks proliferasi Ki67. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa antibodi monoklonal Ki67 sebagai petanda proliferasi dapat digunakan sebagai indikator dalam memprediksi prognosis dan kemungkinan terjadinya early metastasis pada penderita MM yang mempunyai nilai ketebalan Breslow rendah, seperti pada jenis SSM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faramitha Nur Izzaty
"Latar Belakang : Melanoma malignum (MM) merupakan tumor ganas yang berasal
dari proliferasi sel melanosit dan dapat ditemukan pada kulit, mukosa dan okular. Angka mortalitas MM cukup tinggi, terutama pada stadium lanjut yang ditandai dengan metastasis. Metastasis MM dipengaruhi berbagai faktor risiko yang dapat berbeda pada MM kulit, mukosa dan okular, salah satunya yaitu proses imunologi tumor yang dapat dinilai dari Tumor Infiltrating Lymphocyte (TIL). Komponen TIL yang berperan dalam proses penghindaran sistem imun pada MM adalah sel T regulator dengan penanda yang paling spesifik sampai saat ini adalah Foxp3. Hubungan Foxp3 dengan stadium MM masih kontroversial dan sampai saat ini belum ada penelitian mengenai hubungan Foxp3 pada TIL dengan stadium MM di Indonesia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik klinikopatologik dan ekspresi Foxp3 pada TIL dengan stadium MM. Metode: Penelitian analitik pada sediaan MM di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM selama periode Januari 2010 hingga Desember 2021. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara total sampling dari kasus yang memenuhi kriteria inklusi sesuai perhitungan besar sampel untuk masing-masing kelompok. Pemeriksaan imunohistokimia menggunakan antibodi primer monoklonal Foxp3. Data imunoekspresi dianalisis untuk mengetahui hubungannya dengan stadium MM. Hasil: Didapatkan 54 kasus MM, 19 kasus diantaranya merupakan MM kulit, 29 kasus MM okular, dan 6 kasus MM mukosa. Mayoritas kasus (63%) merupakan stadium lanjut.
Tebal tumor dan mitosis berhubungan dengan stadium klinis MM kulit dan keseluruhan.
Jenis kelamin perempuan, tebal tumor >2 mm, mitosis >16/10 LPB, adanya invasi limfovaskular dan invasi perineural umumnya mempunyai ekspresi Foxp3 yang rendah.
Pada MM kulit dan MM keseluruhan, ekspresi Foxp3 yang rendah ditemukan pada
stadium klinis lanjut meskipun tidak didapatkan hubungan yang signifikan.
Kesimpulan: Tebal tumor dan mitosis berhubungan dengan stadium klinis MM kulit dan keseluruhan. Karakteristik klinikopatologik tidak berhubungan signifikan dengan ekspresi Foxp3

Background: Malignant melanoma (MM) is a malignant tumor originating from
proliferation of melanocyte cells and can be found in skin, mucosa and ocular. The
mortality rate for malignant melanoma is quite high, especially at advanced stage
characterized by metastases. Various risk factors can predispose MM into metastases,
which can be different in cutaneous, mucosal and ocular MM, one of which is the
immunological process of the tumor which can be assessed from Tumor Infiltrating
Lymphocyte (TIL). TIL components that play a role in the process of avoiding the immune
system in malignant melanoma are regulatory T cells, whose the most specific marker so
far is Foxp3. The association of Foxp3 with clinical stage of malignant melanoma is still
controversial and until now there has been no research on the association of Foxp3 in
TIL with clinical stage of MM in Indonesia.
Aims: This study aims to determine the association between clinicopathological
characteristics and Foxp3 expression in TIL with MM clinical stage.
Methods: Analytic study on malignant melanoma diagnosed at Anatomical Pathology
Department FKUI/RSCM during January 2010 until December 2021. Sampling was
carried out by total sampling from cases that met the inclusion criteria according to the
calculation of the sample size for each group. Immunohistochemical examination using
Foxp3 monoclonal primary antibody. Immunoexpression data were analyzed to
determine its relationship with clinical stage of malignant melanoma.
Result: There were 54 cases of MM: 19 cases were skin MM, 29 cases of ocular MM, and
6 cases of mucosal MM. Majority of cases (63%) were in advanced stages. Tumor
thickness and mitosis associated with clinical stage of cutaneous and overall MM. Female
gender, tumor thickness >2 mm, mitoses >16/10 HPF, presence of lymphovascular
invasion and perineural invasion generally had low Foxp3 expression. In cutaneous MM
and overall MM, low Foxp3 expression was found at advanced clinical stage although
no significant association was found.
Conclusion: Tumor thickness and mitosis associated with clinical stage of cutaneous and
overall MM. Clinicopathological characteristic was not statistically significant with
Foxp3 expression. Low Foxp3 expression was associated with advanced clinical stage
although no statistically significant association was found.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anthony Japnanto
"Astrositoma ialah tumor primer pada bagian intrakranial yang muncul dari sel astrosite otak. Penelitian ini menggunakan metodologi studi retrospective cohort yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia dan indeks proliferasi AgNOR pada pasien astrositoma. Dengan menganalisa data dari 48 pasien pada penelitian ini, dan menggunakan metodologi Spearman’s rho test, data data tersebut dianalisa. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa indeks proliferasi AgNOR dan usia menunjukan korelasi satu sama lain (p < 0.01). Akan tetapi hubungan antara 2 variabel tersebut tidak kuat (koefisien korelasi = 0.504). Insiden tersering untuk kasus astrositoma ialah pada pasien pasien yang berusia diantara 41-50 tahun.

Astrocytoma is a primary intracranial tumor arised from astrocytes cells of the brain and is the most common infiltrating glioma. The research design in this study is retrospective cohort study that aim is about finding relationship of Age and prognostic factor of astrocytoma. There were 48 participants included in this study, and by using Spearman’s rho correlation test statistical analysis, the data were analyzed. The result showed that both AgNOR proliferation index and age in astrocytoma patients showed a significant correlation each other (p <0.01). However, the relation between both variables was not strong (correlation coefficient = 0.504). Further, the most common incidence for astrocytoma case is in 41-50 age group patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riesye Arisanty
"Latar Belakang : Pemahaman mengenai karakteristik biologik dan faktor prognostik melanoma malignum yang merupakan tumor ganas melanositik merupakan hal yang penting karena berhubungan dengan pemilihan terapi serta kesintasan penderita. Agresivitas tumor dapat dinilai dari beberapa faktor histopatologik, antara lain: ada tidaknya ulserasi, aktivitas mitosis, dan keterlibatan kelenjar getah bening. Ekspresi protein p16 dan ki67 merupakan beberapa marker yang memiliki peran dalam prediktif prognostik melanoma malignum.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara ekspresi protein p16 dan Ki67 pada beberapa faktor prognostik histopatologik yang dapat digunakan sebagai penanda agresivitas tumor yaitu ulserasi, aktivitas mitosis dan metastasis pada tumor primer melanoma malignum jenis nodular.
Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan metode imunohistokimia menggunakan p16 dan Ki67 pada 25 kasus melanoma malignum jenis nodular.
Hasil : Ekspresi protein p16 negatif pada 40% kasus melanoma ulseratif dan 52% kasus dengan aktivitas mitosis tinggi, dan 16% kasus pada metastasis kgb. Ekspresi Ki67 positif pada 44% kasus melanoma dengan aktivitas mitosis tinggi, dan 20 % kasus melanoma metastasis serta 32% kasus dengan ulserasi.
Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi p16 dengan gambaran ulserasi, aktivitas mitosis tinggi, dan metastasis kgb pada melanoma malignum kulit jenis nodular. Tidak terdapat hubungan antara ekspresi Ki67 dengan gambaran ulserasi, aktivitas mitosis tinggi serta metastasis kgb pada melanoma malignum kulit jenis nodular.

Background : To understanding about biological behaviour and prognostic factor of melanoma malignum as a malignant tumor from melanocyte is important, because its relationship with choise of therapy and survival of the patiens. The aggresivity of the tumour, can be predicted from several prognostic factors: ulceration of the tumour, mitotic activity, and lymph nodes metastasis. P16 and Ki67 protein expressions can be used as a prognostic markers in cutaneous nodular melanoma malignum.
Aim : Assesing p16 and Ki67 protein expression and its relatinoship with several histopatological prognostic factors as a marker of aggressiveness of the tumors: ulceratin, mitotic activity, and lymph nodes metastasis in cutaneous nodular melanoma malignum.
Metode : This was a cross-sectional study on 25 cases of nodular melanoma, stained with p16 and ki67 antibody with immunohistochemical methods.
Result : P16 negative expression can be found in 40% of ulcerated melanoma cases, and 52% cases with high mitotic activity and 16% of cutaneous nodular melanoma with lymph nodes metastasis. Ki67 positive expression was found in 44% of cases with high mitotic activity, 20% cases of metastasis melanoma and 32% cases in ulcerated melanoma.
Conclusion : There was no statistically significant association between p16 expression with ulcerated melanoma, high mitotic activity,and metastatic melanoma in lymph nodes. Also no statistically significant between Ki67 expression with ulcerated melanoma, high mitotic activity and lymph nodes metastatic melanoma.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Perkasa Rosari
"Melanoma malignum (MM) kulit merupakan tumor ganas dengan mortalitas tinggi. Karakteristik histopatologik merupakan faktor prediktif prognostik MM kulit, tebal tumor >2 mm dan jumlah mitosis ≥5/mm2 berkorelasi dengan angka kesintasan yang lebih buruk. Mutasi pada MM antara lain terjadi pada promoter telomerase reverse transcriptase (TERT), sehingga proliferasi sel menjadi tidak terbatas. Telomerase juga meningkatkan risiko metastasis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik histopatologik dan imunoekspresi TERT dengan angka kejadian metastasis pada MM kulit. Sampel penelitian adalah 30 kasus MM kulit dengan metastasis dan 30 kasus tanpa metastasis di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM, periode Januari 2011 sampai Juli 2023. Dilakukan penilaian karakteristik histopatologik (tebal tumor, indeks mitosis, invasi limfovaskular, invasi perineural) dan pulasan imunohistokimia TERT menggunakan antibodi TERT. Data karakteristik histopatologik dan imunoekspresi TERT dianalisis untuk mengetahui hubungannya dengan angka kejadian metastasis. Karakteristik histopatologik yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian metastasis adalah tebal tumor >2 mm (p=0,006) dan indeks mitosis ≥5/mm2 (p=0,008). Hasil analisis multivariat mendapatkan hubungan antara imunoekspresi TERT tinggi dengan metastasis yang bermakna secara statistik (p<0,001, aOR=56,1). Kesimpulan penelitian ini adalah imunoekspresi TERT tinggi meningkatkan angka kejadian metastasis pada MM kulit. Terdapat hubungan antara tebal tumor dan indeks mitosis dengan angka kejadian metastasis pada MM kulit.

Cutaneous malignant melanoma (MM) is a malignant tumor with high mortality rate. Histopathological characteristics are prognostic predictive factors of cutaneous MM, tumor thickness >2 mm and mitotic rate ≥5/mm2 correlate with worse survival rate. Mutation in MM can occur at telomerase reverse transcriptase (TERT) promoter, which lead to unlimited cell proliferation. Telomerase also increases metastatic risk. This study aims to determine the association between histopathological characteristics and TERT immunoexpression with metastasis in cutaneous MM. The study samples are 30 metastatic and 30 non-metastatic cutaneous MM in Anatomical Pathology Department FKUI/RSCM, from January 2011 to Juli 2023. Histopathological characteristics (tumor thickness, mitotic index, limfovaskular invasion, perineural invasion) were assessed and anti-TERT antibodies were used for immunohistochemistry staining. Histopathological characteristics and TERT immunoexpression data were analyzed to determine their association with metastasis. Histopathological features that correlate significantly with metastasis are tumor thickness >2 mm (p=0,006) and mitotic index ≥5 mitosis/mm2 (p=0,008). Multivariate analysis showed significant association between high TERT immunoexpression and metastasis in cutaneous MM (p<0,001, aOR=56,1). This study concludes that high TERT immunoexpression increases metastatic rate in cutaneous MM. Tumor thickness and mitotic index are associated with metastasis in cutaneous MM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Ifandriani Putri
"Latar belakang: Liposarkoma berdiferensiasi baik (LPSBB) merupakan subtipe liposarkoma yang paling sering ditemui dan kadang sulit dibedakan dengan lipoma karena kemiripan gambaran morfologik. Pada penelitian ini akan dilihat overekspresi dan amplifikasi gen murine double minute 2 (MDM2) sebagai alat bantu diagnostik untuk membedakan kedua entitas tersebut serta hubungannya dengan indeks proliferasi Ki67.
Bahan dan cara: Dilakukan pulasan imunohistokimia MDM2 dan Ki67 pada 37 tumor lipomatosa, yang terdiri atas 18 LPSBB dan 19 lipoma, dilanjutkan dengan hibridisasi in situ pada 12 kasus terpilih.
Hasil: Overekspresi MDM2 ditemukan pada seluruh LPSBB dan pada 3 (16%) lipoma (p=0,000). Amplifikasi MDM2 ditemukan pada seluruh kasus LPSBB yang diperiksa namun terdapat pula pada 1 lipoma (p=0,200). Terdapat korelasi yang kuat antara overekspresi MDM2 dengan indeks proliferasi Ki67 yang lebih tinggi (r=0,645, p=0,000).
Kesimpulan: Overekspresi MDM2 dapat digunakan sebagai alat bantu diagnostik dalam membedakan LPSBB dengan lipoma, serta berhubungan dengan indeks proliferasi sel tumor.

Background: Well differentiated liposarcoma (WDLPS) is the most common type of liposarcoma and sometimes can be difficult to distinguish from lipoma because of the similar morphology. This study propose to evaluate the expression and amplification of murine double minute 2 (MDM2) and determine its correlation with Ki67 proliferation index.
Methods: This study enrolled 37 cases of lipomatous tumors. Eighteen cases of WDLPS and 19 cases of lipoma were stained for MDM2 and Ki67 immunohistochemistry. As an addition, in situ hybridization were done in 12 selected cases.
Results: Overexpression of MDM2 overexpression was detected in all WDLPS cases and in 3 (16%) of lipoma cases with significance difference (p=0,000), whereas MDM2 amplification was found in all WDLPS and in 1 of lipoma cases (p=0,200). There is a strong correlation between MDM2 overexpression and higher proliferation index (r=0,645, p=0,000).
Conclusion: Evaluation of MDM2 overexpression may be used as a useful adjunct to differentiate WDLPS from lipoma and seem to be related with proliferation index."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusumastuti
"Untuk mengetahui hubungan antara Indeks Keanekaan alga perifitik dengan Indeks Kualitas Air Sungai Krukut- Banjir Kanal dan Sunter yang digunakan sebagai sumber air baku PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) DKI Jakarta, telah dilakukan penelitian komunitas alga perifitik yang hidup di kedua sungai tersebut dengan metode substrat buatan. Dari 3 stasiun di Sungai Krukut-Banjir Kanal ditemukan 31 jenis alga perifitik, dan dari 3 stasiun di Sungai Sunter ditemukan 24 jenis alga perifitik. Jenisjenis alga perifitik dari kelas Baci1lariophyceae (diatom) merupakan yang terbanyak ditemukan baik di Sungai Krukut- Banjir Kanal maupun di Sungai Sunter. Berdasarkan Indeks, Keanekaan alga perifitik diketahui bahwa air Sungai Krukut-Banjir Kanal di stasiun Cinere tercemar sedang, sedangkan di stasiun Cilandak dan Muara Angke tidak tercemar. Tingkat pencemaran di Sungai Sunter adalah sebagai berikut: di stasiun Sukatani tidak tercemar, sedangkan di stasiun Pule Gadung dan Lagoa tercemar sedang. Berdasarkan Indeks Kualitas Air (NSF WQI) diketahui bahwa kualitas air Sungai Krukut-Banjir Kanal adalah sebagai berikut: di stasiun Cinere termasuk sedang, sedangkan di stasiun Cilandak dan Muara Angke termasuk baik. Kualitas air Sungai Sunter di stasiun Sukatani termasuk baik, sedangkan di stasiun Pule Gadung dan Lagoa termasuk sedang Dari uji korelasi jenjang Spearman diperolah kesimpulan bahwa ada korelasi positif antara Indeks Keanekaan alga perifitik dengan Indeks Kualitas Air di Sungai Krukut-Banjir Kanal dan Sunter. Dengan demikian, Indeks Keanekaan alga perifitik dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas air."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agung Kurniawan
"Silikon dapat bersifat seperti cermin dan memantulkan ± 30% cahaya yang diterimanya. Dalam aplikasi solar sel ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengurangi pemantulan pada permukaan silikon solar sel. Metode yang pertama adalah dengan membentuk tekstur permukaan seperti piramida atau piramida terbalik. Metode kedua adalah dengan membentuk suatu lapisan anti refleksi (antire flection coating).
Pada penelitian ini dilakukan perhitungan dan simulasi untuk mencari parameter optimal untuk dual layer antireflection coating. Parameter yang perlu diperhatikan dalam penggunaan antireflection coating adalah indeks refraksi dan ketebalan lapisan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui perhitungan dan uji simulasi dengan menggunakan PCID, ketebalan dan indeks refraksi optimal dari dual layer antireflection coating diketahui sebagai berikut: Lapisan atas (pertama) n1 = 1,57 ; d1 = 93 nm - 96 nm, Lapisan bawah (kedua) n2 = 2,46 ; d2 = 56 nm - 58 nm.
Berdasarkan simulasi yang dilakukan, pemantulan minimum dual layer antireflection coating terjadi pada panjang gelombang 400 nm - 1200 nm (dibawah 10 %). Pemantulan paling kecil (0 %) terjadi pada panjang gelombang 800 nm - 850 nm. Peningkatan performa solar sel dapat dilihat pada peningkatan arus short-circuit sebesar 120 mA (±4%) jika dibandingkan dengan solar sel yang menggunakan tekstur permukaan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S39947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>