Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47995 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nyoman Sekarsari
"Tujuan: Mengetahui efek pemberian suplemen vitamin A penderita DVA dalam meningkatkan fungsi sensitivitas kontras, pemeriksaan sensitivitas kontras dapat menjadi alat deteksi penderita DVA dan perbedaan dosis vitamin A mengakibatkan peningkatan fungsi sensitivitas kontras.
Metode: Merupakan penelitian uji klinis tersamar ganda pada anak usia 6-9 tahun yang sudah dapat membaca di desa Suwug Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng,, Bali. Pengambilan subyek penelitian berdasarkan kadar vitamin A serum yang menurun (0,35-<0,70 µmol/lt) dan pemeriksaan sensitivitas kontras (<1,75 log unit). Pemberian suplemen vitamin A dibagi menjadi 2 kelompok yaitu dosis 200.000 IU dan 100.000 IU pada hari 1,2,14. Evaluasi kadar serum vitamin A dilakukan pada hari ke-21 dan sensitivitas kontras pada hari ke-8,9, dan 21.
Hasil: Sejumlah 36 (19%) anak dari 190 anak SD menderita DVA subklinis dengan sensitivitas kontras menurun. Pemeriksaan sensitivitas kontras sangat sensitive untuk diagnosa DVA subklinis (100%) terapi tidak begitu spesifik (80,5%). Didapatkan hubungan yang bermakna (p=0,00) antara sensitivitas kontras dengan kadar serum vitamin A dan didapatkan hubungan korelasi yang positif. Efek suplemen vitamin A terhadap kadar serum vitamin A dan sensitivitas kontras bermakna (p=0,00) dan tidak didapatkan perbedaan percepatan peningkatan fungsi sensitivitas kontras antar dua kelompok (p<0,05).
Kesimpulan: Pemberian suplemen vitamin A dapat meningkatkan fungsi sensitivitas kontras, dengan dosis 100.000 IU sudah mencukupi terapi penderita DVA subklinis. Pemeriksaan sensitivitas kontras merupakan alat yang sensitif untuk menditeksi DVA subkluus.

Purpose: To evaluate the effect of vitamin A supplementation in increasing contrast sensitivity function of vitamin A deficiency patients. Contrast sensitivity examination can be used as a tool to detect vitamin A deficiency and the vitamin A dose variation can accelerate of sensitivity contrast function increase.
Method: The study is double blind clinical trial conducted in elementary school able to read students, aged between 6-9 years old in Suwug village, Sawan, Buleleng, district of Bali. Subject were collected based upon decreased of vitamin A serum level (0,35-<0,70 µmol/lt) and decrease function of contrast sensitivity (<1,75 log unit). The intervention of vitamin A supplementation is divided into 2 doses, 200.000 IU and 100,000 IU in day 1,2 and 14. On day 21 vitamin A serum level were evaluated and contrast sensitivity on day 8.9.21.
Result: Thirty six (19%) students from 190 were detected to be subclinical vitamin A deficiency with decreasing contrast sensitivity function. Contrast sensitivity is very sensitive to diagnose subclinical vitamin A deficiency (100%) but quite sensitive (80,5%). There was positive significant correlation (p=0,00) between contrast sensitivity with vitamin A serum level. The effects of vitamin A supplementation on vitamin A serum level and contrast sensitivity were significant (p=0,00). There were no difference in acceleration of contrast sensitivity increase between two groups (p<0.05).
Conclusion: Vitamin A supplementation may increase contrast sensitivity function with 100.000 IU dose is enough for subclinical vitamin A deficiency therapy. Contrast sensitivity examination is a sensitive tool to detect subclinical vitamin A deficiency patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekarsari Nyoman
"Tujuan: Mengetahui efek pemberian suplemen vitamin A penderita DVA dalam meningkatkan fungsi sensitivitas kontras, pemeriksaan sensitivitas kontras dapat menjadi alat deteksi penderita DVA dan perbedaan dosis vitamin A mengakibatkan peningkatan fungsi sensitivitas kontras.
Metode: Merupakan penelitian uji klinis tersamar ganda pada anak usia 6-9 tahun yang sudah dapat membaca di desa Suwug Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, Bali. Pengambilan subyek penelitian berdasarkan kadar vitamin A serum yang menurun (0.35-<0,70 pmol/lt) dan pemeriksaan sensitivitas kontras (<1,75 log unit). Pemberian suplemen vitamin A dibagi menjadi 2 kelompok yaitu dosis 200.000 IU dan 100.000 IU pada hari 1,2,14. Evaluasi kadar serum vitamin A dilakukan pada hari ke-21 dan sensitivitas kontras pada hari ke-8,9, dan 21.
Hasil: Sejumlah 36 (19%) anak dari 190 anak SD menderita DVA subklinis dengan sensitivitas kontras menurun. Pemeriksaan sensitivitas kontras sangat sensitive untuk diagnosa DVA subklinis (100%) tetapi tidak begitu spesifik (80,5%). Didapatkan hubungan yang bermakna (p=0,00) antara sensitivitas kontras dengan kadar serum vitamin A dan didapatkan hubungan korelasi yang positif. Efek suplemen vitamin A terhadap kadar serum vitamin A dan sensitivitas kontras bermakna (p=0,00) dan tidak didapatkan perbedaan percepatan peningkatan fungsi sensitivitas kontras antar dua kelompok (p<0,05).
Kesimpulan: Pemberian suplemen vitamin A dapat meningkatkan fungsi sensitivitas kontras, dengan dosis 100.000 IU sudah mencukupi terapi penderita DVA subklinis. Pemeriksaan sensitivitas kontras merupakan alat yang sensitif untuk menditeksi DVA subklinis.

Purpose: To evaluate the effect of vitamin A supplementation in increasing contrast sensitivity function of vitamin A deficiency patients. Contrast sensitivity examination can be used as a tool to detect vitamin A deficiency and the vitamin A dose variation can accelerate of sensitivity contrast function increase.
Method: The study is double blind clinical trial conducted in elementary school able to read students, aged between 6-9 years old in Suwug village, Sawan, Buleleng, district of Bali. Subject were collected based upon decreased of vitamin A serum level (0,35-<0,70 µmol/lt) and decrease function of contrast sensitivity (<1,75 log unit). The intervention of vitamin A supplementation is divided into 2 doses. 200.000 IU and 100,000 IU in day 1,2 and 14. On day 21 vitamin A serum level were evaluated and contrast sensitivity on day 8,9,21.
Result: Thirty six (19%) students from 190 were detected to be subclinical vitamin A deficiency with decreasing contrast sensitivity function. Contrast sensitivity is very sensitive to diagnose subclinical vitamin A deficiency (100%) but quite sensitive (80,5%). There was positive significant correlation (p=0,00) between contrast sensitivity with vitamin A serum level. The effects of vitamin A supplementation on vitamin A serum level and contrast sensitivity were significant (p=0.00). There were no difference in acceleration of contrast sensitivity increase between two groups (p<0.05).
Conclusion: Vitamin A supplementation may increase contrast sensitivity function with 100.000 IU dose is enough for subclinical vitamin A deficiency therapy. Contrast sensitivity examination is a sensitive tool to detect subclinical vitamin A deficiency patients."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Juliati Adji
"ABSTRAK
Masalah kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu diperhatikan penanggulangannya, oleh karena dapat merupakan serta merupakan beban bagi penderita dan keluarganya, apalagi bila penderita adalah pencari nafkah. Prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2 %. Penyebab kebutaan menurut survei morbiditas DepKes 1982, 0,76 % disebabkan oleh katarak.
Jumlah penderita katarak di Poliklinik Mata R.S.C.M. yang dikumpulkan penulis dari tahun 1987-1988, ada 670 penderita 8,9% dari seluruh penderita penyakit mata baru 60,7 % penderita adalah wanita. Jumlah penderita katarak pada usia angkatan kerja /produktif (20 - 60 tahun) laki-laki dan perempuan ada 41 % .Data ini diambil penulis dari data komputer Poliklinik Mata RSCM . Melihat data di atas, kiranya kita perlu memberikan perhatian terhadap penderita katarak, terlebih bila sipenderita adalah pencari nafkah dan termasuk golongan produktif.
Katarak ialah kelainan patologik pada lensa berupa kekeruhan lensa, yang dapat digolongkan ke dalam : katarak clever lopmental misalnya, katarak kongenital atau juvenil; katarak degeneratif misalnya katarak senil; katarak komplikata dan traumatika. Yang sering kita jumpai dalam praktek sehari-hari adalah katarak senil. Menurut penelitian data. Framingham, 87,2 % kekeruhan lensa disebabkan oleh katarak senil. Katarak tersebut berhubungan dengan bertambahnya umur dan berkaitan dengan proses penuaan yang terjadi di dalam lensa. Secara klinis proses penuaan lensa sudah tampak pada dekade 4 yang dimanifestasikan dalam bentuk pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadinya sklerose lensa yang disebut sebagai presbiopia.
Pada umumnya katarak senil dapat digolongkan menurut lokasi kekeruhan di dalam lensa dan stadium perkembangannya. Klasifikasi menurut lokasi kekeruhan lensa : nuklear, kortikal dan subkapsular. Pada stadium yang dini bentuk bentuk tersebut dapat terlihat jelas, pada stadium lanjut terdapat campuran dari bentuk bentuk tersebut. Katarak nuklear dibagi menurut stadium dini dan lanjut. Stadium katarak subkapsular: dini, moderat dan lanjut. Stadium katarak kortikal : insipien ,imatur / intumesen, matur dan hipermatur.
Gejala dini pada katarak senil ialah penurunan tajam penglihatan, lentikular miopia, diplopia monokular dan adanya kesilauan (glare). Kesilauan ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari dan pekerjaannya, serta dirasakan sebagai penurunan tajam penglihatan yang menyolok, misalnya : bila penderita sedang mengendarai mobil, bekerja di lapangan pada waktu siang hari, melihat sinar lampu mobil dari arah berlawanan di malam hari. Keluhan ini sangat menonjol pada penderita katarak subkapsular posterior. Bila dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan penderita ini di kamar periksa umumnya baik misalnya 6/10, jadi tajam penglihatan yang dilakukan di kamar periksa tidak cukup menggambarkan tajam pengelihatan yang sesungguhnya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Handayani Putri
"Tujuan
Untuk mengetahui efektivitas pemberian suplemen antioksidan vitamin C dan E terhadap perbaikan sensitivitas kontras pada anak-anak penderita defisiensi vitamin A.
Subyek dan Metode
Penelitian uji klinis tersamar ganda pada anak usia 7-10 tahun di Nanggroe Aceh Darussalam. Subyek dengan kadar serum vitamin A rendah ( 0,35-0,70pmolll ) dan fungsi sensitivitas kontras abnormal ( <1,75 log unit ) diikutkan dalam penelitian ini. Pemberian suplemen vitamin dibagi atas dua kelompok, yaitu vitamin A 200.000 IU dan plasebo serta kelompok vitamin A 200,000 IU, vit.C 250mg dan vit.E 200 IU pada hari 1,2,14. Evaluasi kadar serum vitamin A dilakukan pada hari ke-21 dan sensitivitas kontras pad hari ke-8,9,14 dan 21.
Hasil :
Ditemukan sebanyak 48 (26,6%) anak dari 180 anak usia 7-10 tahun menderita defisiensi vitamin A dengan sensitivitas kontras abnormal. Peningkatan kadar serum vitamin A tidak menunjukkan perbedaan yang berbeda bermakna pada kedua kelompok (p=0.84), tapi perbaikan fungsi sensitivitas kontras lebih cepat dan tinggi ditunjukkan oleh subyek kelompok suplemen vit.A, C dan E pada hari ke-8 dan 14.
Kesimpulan :
Pemberian suplemen antioksidan secara bermakna meningkatkan kinerja vitamin A dalam memperbaiki fungsi sensitivitas kontras pada anak-anak penderita defisiensi vitamin A.

Purpose
To evaluate the effectiveness of vitamin A, C and E supplementations to the recovery of contrast sensitivity in children with vitamin A deficiency.
Material and methods
This research is double blind clinical study to 7-10 year old children in Nanggroe Aceh Darussalam. The subject are patients with low concentration of vitamin A serum ( 0,35-0,70µmoV1 ) and abnormal contrast sensitivity ( <1,75 log unit ). The vitamin supplementations were divided into two groups, e.g. vitamin A 200.000 IU with placebo and vitamin A 200.000 IU, vit.C 250mg and vit.E 200 IU, which were given on the 1S1 ,2nd and 14'h day . The vitamin A serum concentration was evaluated on the day 21st and evaluation of contrast sensitivity on 8u' , 9`h, 14th and 215` day.
Results
There were 48 (26,6% ) out of 180 7-10 year old children that suffered vitamin A deficiency with abnormal contrast sensitivity. There were no significant differenciess of vitamin A serum concentration between two groups (p=0,84), however there was faster and higher contrast sensitivity function recovery to the subject with vit.A,C and E supplementation on the 8th and 14'h day.
Conclusion
Multi vitamin (antioxidants ) supplementations was significantly improve the vitamin A function in recovering the contrast sensitivity on children with vitamin A deficiency.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58441
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Mahardika Generosa
"ABSTRAK
Latar belakang: Ketahanan ikatan antara resin komposit dengan
dentin merupakan penentu keberhasilan restorasi resin komposit.
Tujuan: Menganalisis EBA terhadap kekuatan ikat resin-dentin.
Metode: 48 sampel dentin dibagi menjadi 6 kelompok. Kemudian
seluruh kelompok di ukur kekuatan ikat gesernya menggunakan UTM.
Data dianalisa statistik dengan uji hipotesis Kruskal Wallis yang
dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Hasil: Median tertinggi
kelompok 3, sedangkan median terendah kelompok 5. Kesimpulan:
Ekstrak biji anggur yang diaplikasikan sebelum etsa dapat
meningkatkan kekuatan ikat gesek namun tidak dapat menghambat
biodegradasinya.ABSTRACT
Background: Resilience of resin-dentin bonding known as one of
success composite resin restoration determinants. Aim: To analyze the
effect of grape seed extract on resin-dentin shear bond strength.
Methods: 48 dentin sample were divided into 6 groups. Shear bond
strengths measured using UTM. Statistical analysis was done by
Kruskal Wallis test and Mann Whitney test. Results: The highest
median value was highest on group 3, and the lowest was group 5.
Conclusion: Grape seed extract can improve the shear bond strength
but not have effect on reducing the biodegradation.
;Background: Resilience of resin-dentin bonding known as one of
success composite resin restoration determinants. Aim: To analyze the
effect of grape seed extract on resin-dentin shear bond strength.
Methods: 48 dentin sample were divided into 6 groups. Shear bond
strengths measured using UTM. Statistical analysis was done by
Kruskal Wallis test and Mann Whitney test. Results: The highest
median value was highest on group 3, and the lowest was group 5.
Conclusion: Grape seed extract can improve the shear bond strength
but not have effect on reducing the biodegradation.
"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adisti Sekar Palupi
"Diskusi politik yang kini bergeser menjadi aktivitas daring menghadapi tantangan berupa polarisasi yang tinggi akibat ketidakadaban dalam konten komentar. Ketidakadaban komentar digunakan sebagai ekspresi emosi negatif dan penolakan keras terhadap pendapat yang berbeda. Studi ini bertujuan untuk menjelaskan peran sensitivitas jijik dan pola pikir militan ekstremis (Militant Extremist Mindset/MEM) sebagai prediktor ketidakadaban komentar opini politik. Desain penelitian eksperimen between subject dengan randomisasi direkrut secara daring menggunakan kuesioner kepada 150 mahasiswa berusia di atas 18 tahun. Manipulasi sensitivitas jijik dilakukan dengan metode recall pengalaman yang menjijikkan. Analisis menggunakan t-test menunjukkan perbedaan skor ketidakadaban komentar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang menunjukkan adanya pengaruh sensitivitas jijik pada ketidakadaban. Analisis lanjutan menggunakan regresi menunjukkan general MEM tidak berkorelasi dengan ketidakadaban, hanya komponen excuse ditunjukkan berkorelasi secara positif dengan ketidakadaban komentar opini politik. Penelitian ini berkontribusi menjelaskan pengaruh ketidakadaban, khususnya berkaitan dengan ekstremitas sikap pada opini politik pada interaksi daring.

Political discussions that have shifted into online activity face the challenge of high polarization due to comments incivility. Incivility contained comment is used as an expression of negative emotions and a strong rejection of different opinions. The study aims explain the role of disgust sensitivity and Militant Extremist Mindset (MEM) as predictors of commentary incivility. A between subjects 2x1 design experiment with randomization was recruited online through a questionnaire for 150 university students over the age of 18. Disgust sensitivity manipulated by recalling a disgusting experience. T-test analysis shows a significantly different comment incivility scores on experiment and control group which indicate a present effect of disgust sensitivity on incivility. Further analysis using regression showed that general MEM has no correlates with comment incivility, only excuse component that shows significant positive correlation with comment incivility. This research contributed on explaining incivility, especially its relation to extreme attitude on political opinion online."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Obedrey Willys
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ego depletion terhadap perilaku prososial. Perilaku prososial diukur melalui jumlah donasi yang diberikan oleh para partisipan untuk kegiatan sosial. Sebanyak 80 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipan dibagi ke dalam dua kelompok variasi ego depletion, yaitu partisipan yang
mengalami manipulasi ego depletion (full depletion) dan partisipan yang tidak mengalami manipulasi ego depletion (non-depletion). Dalam penelitian ini juga dilihat efek moderasi objective self-awareness pada pengaruh ego depletion terhadap perilaku prososial. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan jumlah donasi yang diberikan antara partisipan pada kondisi full depletion dan partisipan pada kondisi non-depletion. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa objective self-awareness tidak memoderasi pengaruh ego depletion pada perilaku prososial.

This study aims to analyze the effect of ego depletion on the prosocial behavior. Prosocial behavior measured by the amount of donation that participant gave to the social charity. Variations of ego depletion are divided into full depletion condition and non-depletion condition. There are 80 students of Faculty of Psychology Universitas Indonesia that participated in this study. Participants are divided into two groups of ego depletion variations, which participants who experienced the manipulation of ego depletion (full depletion) and participants who didn't experienced the manipulation (non-depletion). This study also examines the moderation effect of objective self-awareness on the influence of ego depletion on prosocial behavior. The result showed that there is no significant difference in amount of donation between participants in full depletion condition and participants in non-depletion condition. Also, the result of the study showed that objective self-awareness do not moderate the effect of ego depletion on prosocial behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S62542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Andi Yassiin
"ABSTRAK
Latar Belakang. Media kontras dapat memberikan efek toksik pada sel tubulus ginjal, menyebabkan suatu kondisi dinamakan contrast induced nephropathy (CIN), yang berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas, dan memiliki efek yang sama pada pasien dengan gagal ginjal kronik maupun pasien risiko rendah (Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) ≥ 60, skor Mehran sebelum tindakan ≤ 5). Dari beberapa penelitian mengenai rasio volume kontras dengan laju filtrasi glomerulus (V/LFG) untuk memprediksi CIN belum ada yang dikhususkan untuk pasien risiko rendah.
Metodologi. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI/Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) dengan mengambil data dari rekam medis dan ruang kateterisasi. Durasi data yang diambil adalah Agustus 2015 - April 2016. Hasil penelitian dianalisis dengan prosedur Receiver Operating Characteristic (ROC) dari rasio V/LFG. Akan dianalisis nilai Area Under Curve dan mencari titik potong yang direkomendasikan sebagai nilai prediktor optimal dengan sensitivitas dan spesifisitas yang terukur.
Hasil. Dari 223 data yang terkumpul lengkap dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan jumlah pasien yang mengalami CIN adalah sebesar 11 pasien (4,9%). Didapatkan perbedaan bermakna pada kedua jenis kelompok yaitu pada variabel jenis tindakan (P = 0,04), volume kontras (P = 0,02), dan rasio V/LFG (P = 0,032). Dari kurva ROC didapatkan bahwa rasio V/LFG mempunyai nilai AUC 0,69 (IK 95% 0,53 - 0,86). Dari kurva ROC ditentukan nilai potong yang bermakna dari rasio V/LFG ≥ 1,0 (Sensitifitas 55%, Spesifisitas 78%, Akurasi 77%, Nilai Prediksi Positif 12%, Nilai Prediksi Negatif 97%, P = 0,022). Dengan menggunakan rasio V/LFG ≥ 1 didapatkan insidensi CIN adalah 12% dibandingkan 3% pada pasien dengan V/LFG < 1 (OR 4,33; IK 95% 1,27 - 14, 83); P = 0,022).
Kesimpulan. Rasio V/LFG ≥ 1,0 dapat memprediksi kejadian CIN pada pasien risiko rendah yang menjalani tindakan angiografi atau intervensi koroner perkutan elektif

ABSTRACT
Background: Contrast media could give toxic effect to renal tubulus, creatining a condition named contrast induced nephropathy (CIN) and is associated with increased morbidity and mortality, and has the same effect in patient with chronic kidney disease or in low risk patients (estimated Glomerolus Filtration Rate (eGFR) ≥ 60, Mehran Score before procedure ≤ 5). From several studies concerning ratio of contrast volume to creatinine clearance (V/CrCl) to predict CIN, there were not any study yet focusing in low risk patients.
Methods: This is a cross-sectional study conducted in Cardiology and Vascular Medicine Faculty of Medicine Universitas Indonesia/National Cardiovascular Center Harapan Kita (NCCHK). The data were retrieved from medical records and catheterization room, since August 2015 -- April 2016. Receiver Operating Characteristic (ROC) is used to analyze the data, and by using Area Under Curve will gives the optimal cut-off for contrast volume to creatinine clearance ratio with measured sensitivity and specificity.
Results: From 223 patients the incidence of CIN is 11 patients (4,9%). There is a significant difference from both groups in types of procedure (P = 0,04), contrast volume (P = 0,02), and V/CrCl ratio (P = 0,032). From ROC curve we found that V/CrCl ratio have an AUC 0,69 (CI 95% 0,53 - 0,86). From ROC curve the significant cut-off ratio of V/CrCl is ≥ 1,0 (Sensitifity 55%, Specificity 78%, Accuracy 77%, Positive Predictive Value 12%, Negative Predictive Value 97%, P = 0,022). Using V/CrCl ratio ≥ 1,0 the incidence of CIN is 12%, compared to 3% in patients with V/LFG < 1,0 (odds ratio 4,33; CI 95% 1,27 - 14, 83); P = 0,022).
Conclusions: V/CrCl ratio ≥ 1,0 could predict CIN in low risk patients undergoing angiography or percutaneous coronary intervention.
"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Albert
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Hipersensitif dentin dipengaruhi oleh akumulasi plak pada
permukaan gigi dan penetrasi bakteri pada tubulus dentin. Tujuan: Menganalisis
proporsi serotipe c Streptococcus mutans dan tingkat keasaman di dalam plak
dan saliva penderita resesi gingiva yang hipersensitif dentin dengan penderita
resesi gingiva yang non hipersensitif. Metode: Tiga puluh enam sampel plak dan
saliva dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok hipersensitif dan non
hipersensitif. Dilakukan ekstrak DNA sampel, pengukuran pH sampel dan
evaluasi amplifikasi serotipe c Streptococcus mutans dengan alat Real Time
PCR. Hasil: Proporsi serotipe c Streptococcus mutans di dalam plak dan
saliva tidak berbeda pada penderita resesi gingiva dengan hipersensitif
dentin maupun non hipersensitif, Kesimpulan: Proporsi serotipe c
Streptococcus mutans plak dan saliva tidak mempengaruhi hipersensitif
dentin.

ABSTRACT
Background: dentin hypersensitivity is affected by the accumulation of plaque
on the tooth surface and penetration of bacteria in the dentinal tubules.
Objective: To analyze the proportion of serotype c Streptococcus mutans and the
level of acidity in plaque and saliva of patients with hypersensitive dentin and
non hypersensitive. Methods: Thirty-six plaque and saliva samples were divided
into two groups: the hypersensitive and non-hypersensitive. Extract the sample
DNA, measure the acidity levels and evaluate serotype c Streptococcus mutans
amplification with Real Time PCR. Results: The proportion of serotype c
Streptococcus mutans in plaque and saliva is not significantly different in the
patients with gingival recession both hypersensitive and non-hypersensitive,
Conclusions: The proportion of serotype c Streptococcus mutans in plaque and
saliva are equally well both in hypersensitive and non hypersensitive cases.;Background: dentin hypersensitivity is affected by the accumulation of plaque
on the tooth surface and penetration of bacteria in the dentinal tubules.
Objective: To analyze the proportion of serotype c Streptococcus mutans and the
level of acidity in plaque and saliva of patients with hypersensitive dentin and
non hypersensitive. Methods: Thirty-six plaque and saliva samples were divided
into two groups: the hypersensitive and non-hypersensitive. Extract the sample
DNA, measure the acidity levels and evaluate serotype c Streptococcus mutans
amplification with Real Time PCR. Results: The proportion of serotype c
Streptococcus mutans in plaque and saliva is not significantly different in the
patients with gingival recession both hypersensitive and non-hypersensitive,
Conclusions: The proportion of serotype c Streptococcus mutans in plaque and
saliva are equally well both in hypersensitive and non hypersensitive cases., Background: dentin hypersensitivity is affected by the accumulation of plaque
on the tooth surface and penetration of bacteria in the dentinal tubules.
Objective: To analyze the proportion of serotype c Streptococcus mutans and the
level of acidity in plaque and saliva of patients with hypersensitive dentin and
non hypersensitive. Methods: Thirty-six plaque and saliva samples were divided
into two groups: the hypersensitive and non-hypersensitive. Extract the sample
DNA, measure the acidity levels and evaluate serotype c Streptococcus mutans
amplification with Real Time PCR. Results: The proportion of serotype c
Streptococcus mutans in plaque and saliva is not significantly different in the
patients with gingival recession both hypersensitive and non-hypersensitive,
Conclusions: The proportion of serotype c Streptococcus mutans in plaque and
saliva are equally well both in hypersensitive and non hypersensitive cases.]"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Dwi Larasati
"Idiom Barat populer seperti there is strength in numbers bersama prinsip dasar di psikologi sosial menyarankan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang mudah terpengaruhi oleh kelompok-kelompok di lingkungannya. Penelitian ini menguji perspektif tersebut kepada intergroup sensitivity effect ISE, yang mengemukakan bahwa kritik dari seorang outgroup cenderung ditolak dibandingkan kritik yang datang dari seorang ingroup. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah jumlah orang yang memberi sebuah kritik dapat secara langsung mengurangi sikap defensif terhadap kritik yang timbul dari luar kelompok. Dengan menggunakan desain 2x3 between subject, 162 partisipan dari Australia diberikan wacana berisi kritik tentang masyarakat Australia. Kritik tersebut akan diberi oleh seorang individu, tiga individu atau satu kelompok orang Australia atau orang yang tidak berasal dari Australia. Penelitian ini menemukan bahwa kritik yang diberi oleh orang non-Australia cenderung ditolak dibanding kritik yang diberi oleh orang Australia, walaupun isi dari kritik tersebut sama. Intergroup sensitivity effect nampaknya tidak terpengaruh oleh jumlah pemberi kritik, dimana kritik yang bersumber dari anggota outgroup memiliki kemungkinan kecil untuk diterima oleh sebuah kelompok.

The popular idiom there is strength in numbers embodies the central idea in social psychology that groups are more powerful and more influential than a lone individual. The current study tested this perspective on the intergroup sensitivity effect ISE, which dictates that people are more resistant to criticism made by an outgroup than if it came from an ingroup, and aimed to assess whether the number of people making the criticism would reduce the defensiveness towards outgroup critics. In a 2x3 between groups design, 162 Australians were exposed to criticisms about Australians from either an individual, a group or from multiple individuals who were either Australian or non Australian. Results revealed that criticisms from non Australians aroused more defensiveness than if the same criticism was made by Australians and that the effect was not changed by whether the criticism was made by one person or multiple people. Perhaps the lure of social pressure and group influence do not apply to the ISE as criticism is distinct from other forms of persuasion. Theoretical implications and direction for future research are also discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>