Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43845 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titin Etikawati
"Eksekusi merupakan hal yang penting dalam gadai saham dirnana pihak kreditur memperoleh hak-haknya dalam pemenuhan kewajiban pihak debitur apabila pihak debitur wamprestasi, karena suatu pinjaman tidak ada artinya tanpa adanya suatu jaminan. Dalam gadai saham atas saham-saham PT. Go Publik maka kreditur harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan penerimaan suatu gadai saham yaitu dalam per-janjian gadai saham tersebut harus terpenuhi bertujuan untuk menjamin kepastian hukum, karena apabila tidak terpenuhi administratifnya maka saham yang digadaikan tersebut tidak dapat dieksekusi. Mengenai gadai saham dengan adanya scripless trading (perdagangan tanpa warkat) pengaturannya diatur dalam pasal 61 Undang-undang No.8 Tahun 1995 dan pasal 1155 KUH Perdata untuk efek bearer (saham atas tunjuk), maupun pasal 1156 KUH Perdata untuk efek registered (saham atas nama). Mengenai eksekusi gadai saham sendiri tidak ada pengaturan yang jelas dan pasti dari pemerintah maupun dari lembaga-lembaga yang terkait sehingga tidak dapat menjamin kepastian hukum, meskipun pare pihak Lelah membuat perjanjian baik itu perjanjian kredit maupun perjanjian gadai saham yang berlaku sebagai undang-undang bagi pihak yang membuatnya. Dalam tesis iri akan dianalisa dan dibahas studi kasus " Perdagangan saham PT. Trias Sentosa. Tbk" berdasarkan Kitab Undang-undang Hukurn Perdata. Secara keseluruhan isi dari tests ini bersifat deskriptifdan merupakan studi kepustakaan, yang diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pihak kreditur dalam hal menerima suatu jaminan agar dapat terpenuhi haknya."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T19815
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Iim Zovito
"Gadai merupakan salah satu hak jaminan yang memberikan kepada kreditur pelunasan yang mendahulu dari para kreditur lainnya. Gadai hanya diletakkan atas benda bergerak. Saham adalah benda bergerak dan oleh karenanya Saham dapat dijadikan jaminan oleh pemiliknya dalam suatu bentuk Gadai Sahara. Bukti kepemilikan Sahara diwujudkan dalam bentuk fisik berupa surat atau sertifikat Saham, yang disebut warkat, namun dalam perkembangannya bukti kepemilikan Saham ini diwujudkan bukan lagi hanya dalam bentuk warkat saja, melainkan sudah dalam bentuk data elektronik, yang diberlakukan dalam sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading). Adanya sistem ini dengan sendirinya mengakibatkan prosedur dalam peletakan Gadai atas Saham mengalami perubahan. Menurut hukum perdata, penyerahan Saham yang digadaikan dilakukan dengan menyerahkan warkat Saham dalam penguasaan penerima Gadai, sedangkan dalam Perdagangan Tanpa Warkat penguasaan warkat secara fisik oleh penerima gadai bukanlah merupakan suatu keharusan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengajukan permohonan pencatatan Gadai atas saham kepada KSEI dan selanjutnya pihak KSEI akan berperan sebagai pihak yang melakukan pencatatan atas Gadai Saham serta menerima penguasaan atas Saham yang dijadikan obyek Gadai tersebut, yaitu dengan cara memblokir Saham yang dijadikan jaminan sehingga tidak dapat ditarik atau dipindahbukukan selama dalam status Gadai. Landasan hukum terkait Gadai Saham ini adalah konsep penitipan kolektif yang termuat dalam bab VII bagian kedua UUPM dan peraturan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia No. KEP-012/DIR/KSEI/0806 Tentang Jasa Kustodian Sentral, serta termuat pula dalam Surat Edaran PT Kustodian Sentral Indonesia No. KSEI-0101/DIR/0101 perihal Pencatatan Agunan Efek.

Pledge of shares is one of the security rights, that gave the creditor priority in debt settlement among other creditors. Pledge is only charge on moveable object. Shares are moveable object; therefore shares can be used by its owner as security object, in form of Pledge of shares. Ownership of shares can be authenticated physically by a letter or certificate of shares, mention as "warkat". Nevertheless, this authenticity, in progress, not only shown by warkat, but also by the form of electronic data, that happened in Scripless Trading System. The presence of the Scripless Trading System has made pledge of shares some alteration. According to civil law, shares, as the object of pledge, must be transferred by giving the warkat in authority of the creditor (pledgee), but in Scripless Trading this mechanism is not a necessity. Pledge of shares in Scripless Trading System can be done, in on way, by making an application on recording of pledged shares to KSEI. KSEI, after receive the application, act as a party who record the pledged shares and also have the authority on the pledged shares (pledgee) by blocking it during the tenor of the pledge. The shares cannot be withdrawn or transferred during the tenor of the pledge. Pledge of shares in Scripless Trading System base on collective custodian concept as shown in Chapter VII part two Capital Market Act and regulated in PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, Regulation Number KEP-012/DIRIKSEI/0805 regarding Central Custodian Services and in Circulate Letter of PT Kustodian Sentral Efek Indonesia Number KSEI 0101IDIR/0101 regarding Recording of Pledged Shares."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19591
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Hapsari
"Penelitian ini menyelidiki keberadaan contrarian profit pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan dekomposisi dari sumber-sumber profit tersebut. Hasil analisa menjelaskan tentang dekomposisi dari contrarian profit yang bersumber dari reaksi common factor dan firm specfc news dan mengacu pada penelitian yang pemah dilakukan oleh Jegadesh dan Titman (I995).
Dalam penelitian ini, yang akan diamati adalah: (i) karakteristik saham bedasarkan size and book to market (ii) sub-sampel yang diurutkan berdasarkan market capitalization yang telah disesuaikan setiap tahunnya, serta (iii) dekomposisi short term contrarian profit dan sumber-sumbernya yang mengacu pada penelitian Farna dan French (1996) dengan three factor model.
Sebagai pengujian empiris digunakan size perusahaan sebagai pernbagi sub sampel dan disesuaikan secara berkala dengan menggunakan data Bid-Closing prices.
Selain itu, basil penelitian ini jugs menemukan bahwa: (1) Contrarian strategies dapat menguntungkan di BEJ berdasarkan marker capitalization (quintile!-quintile 5), (2) Profit yang dihasilkan setelah disesuaikan dengan market friction seperti bid-ask bias, tidak tergantung dengan raw atau risk adjusted returns untuk mengkalkulasinya dan (3) kontribusi terpenting dari delayed reaction terhadap contrarian profits dapat dilihat pada sub sampel saham kecil (quintile I) dan yang merupakan kontribusi dari overreaction berkaitan dengan firm specific information diperoleh pada saham besar (quintile 5) seperti yang dilakukan Jegadeesh and Titman 1995.

This paper investigates the existence of contrarian profits for the Jakarta Stock Exchange (JSX), and decomposes them to sources due to common factors and to firm-specific news, building on the methodology of Jegadeesh and Titman (I 995).
Furthermore, in view of recent evidence that longer-term contrarian profits in JSE are explained by: (i) firm characteristics such as size and book-to-market equity, (ii) sub-samples that are rebalanced annually by market capitalization and (iii) the paper decomposes shorter-term contrarian profits to sources similar to the ones in the Fama and French (1996) three- factor model.
For the empirical testing, size-sorted sub-samples that are rebalanced annually are used, and in addition the Bid-Ask bias are made to the data.
The results indicate that (I) contrarian strategies are profitable for JSX stocks and more pronounced for extreme market capitalization stocks (quintilel-quintile 5), (2) the profits persist even after the sample is adjusted for market frictions, such as bid-ask bias and irrespective of whether raw or risk-adjusted returns are used to calculate them and (3) the tests indicate that the strong contribution of the delayed reactions to contrarian profits is quintilel, while the strong contribution of investor overreaction to firm-specific information to profits is quintile 5 (consistent with the findings of Jegadeesh and Titman 1995 for the US).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny
"Seorang investor dalam melakukan investasi adalah dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari basil investasinya tersebut sehingga telap bisa mempertahankan bahkan meningkatkan nilai dari asset yang dimilikinya. Dalam melakukan investasi pada bursa saham maka tingkat pengembalian dari investasi akan sangat ditentukan oleh pemilihan portofolio investasi saham-saham yang dimiliknya, dimana saham-saham yang memiliki peningkatart kinerja akan memberikan keuntungan sebagai imbaI basil dari investasi yang dilakukannya.
Didalam penelitian yang dilakukan ini akan berusaha untuk melakukan identifikasi terhadap bagaimana pencapaian kinerja historis dari gabungan 25 saham-saham yang memiliki nilai kapitalisasi pasar (Market Capitalization) paling besar pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) selama periode Januri 2000 - Desember 2005, dimana kinerja gabungan saham-saham tersebut akan direpresentasikan dalam bentuk sebuah Indeks Harga Gabungan yang akan menggambarkan kinerja saham-saham tersebut secara keseluruhan.
Sebagai dasar acuan untuk melakukan perbandingan penilaian pencapaian kinerja gabungan dari 25 saham-saham yang memiliki kapitalisasi terbesar tersebut, maka akan digunakan kinerja historis IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dan Indeks LQ-45 (sahamsaham yang dikategorikan sebagai saham-saham liquid) sebagai dasar perbandingan kinerja historis yang dicapai oleh gabungan 25 saham-saham dengan kapitalisasi paling besar tersebut. Alasan utama menggunakan IHSG dan Indeks LQ-45 sebagai tolak ukur dasar adalah bahwa indeks-indeks tersebut terdiri dari saham-saham yang memiliki industri yang beragam, sehingga memiliki kemiripan karakterstik dengan gabungan kelompok 25 sahamsaham yang memiliki kapitalisasi terbesar yang menjadi obyek penelitian.
Selain inelakukan perbandingan kinerja dengan IHSG dan indeks LQ-45, didalam penelitian ini juga akan berusaha mengidentifikasikan apakah pergerakan dari kinerja historis gabungan 25 saham-saham dengan kapitalisasi pasar terbesar pada BEJ memiliki kemiripan pergerakan kinerja dengan kinerja historis yang terjadi pada IHSG dan indeks LQ-45. Selanjutnya juga penelitian ini juga akan mencoba untuk memahami keeratan hubungan dan pengaruh antara gabungan keinmpok 25 saham-saham yang memiliki kapitalisasi terbesar dengan kondisi pergerakan IHSG dan indeks LQ-45.
Untuk Iebih remahami pergerakan historis dari gabungan 25 saham-saham dengan kapitalisasi pasar terbesar, maka akan dilakukan juga pengujian statistik untuk melihat apakah pergerakan kinerja historis selama periode pengamatan menunjukkan pola pergerakan yang memiliki pola (pattern) pergerakan tertentu atau hanya sekadar mengalami pergerakan secara acak (random).
Penulis juga akan mengunakan pendekatan metode Capital Assets Pricing Model (CAPM) untuk memberikan gambaran perbandingan model pengukuran tingkat return apabila rnenggunakan pendekatan tolak ukur dasar pergerakan bursa saham secara umum (direpresentasikan didalam IHSG) dibandingkan dengan menggunakan pendekatan tolak ukur dasar pergerakan indeks gabungan 25 saham kapitalsasi terbesar. Hal ini dapat menjadi rnasukan balk bagi investor maupun manajer investasi dalam melakukan evaluasi dan prediksi terhadap portofolio investasi yang dimilikinya.

An investor invests to gain from the investment, with the expectation to protect and even increase the value of the acquired asset. The return from an investment in shares will be highly affected by the shares composition within the portfolio, in which shares showing increasing performance will provide the gain as the return from the invested capital.
The purpose of this research is to ascertain the historical performance of 25 biggest stocks in terms of market capitalization in Jakarta Stock Exchange combined together for the period of January 2000 - December 2005, in which the combination will be represented as Composite Index (Indeks Harga Gabungan) to illustrate the performance as a whole.
As a comparison, the historical performance of IHSG (Index Harga Saham Gabungan) and LQ-45 Index (45 most liquid stocks) will be used and compared. The main reason for using IHSG and LQ-45 Index as comparison to Composite Index is because these indices are composed of stocks from diverse industries, thus having similar characteristics to the Composite Index which is composed of 25 biggest stocks in terms of market capitalization and also the object of the research.
Besides comparing the performance with IHSG and LQ-45 index, this research will also identify whether the historical movement of the Composite Index is similar with that of IHSG and LQ-45 Index. In addition, this research also intends to measure the closeness and influence between the Composite Index with IHSG and LQ-45 Index. To have more understanding on the historical movement of Composite Index, some statistical tests will be used to see whether such movement has a pattern or purely random."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, David Irving Halomoan
"Penulisan karya akhir ini mengulas penerapan model FCFF untuk menentukan nilai intrinsik suatu saham yang dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan bagi investor yang tertarik. Karya akhir ini mengambil studi kasus salah satu perusahaan perkebunan terkemuka di Indonesia, yaitu PT. Astra Agro Lestari Tbk. Saat ini, usaha agribisnis kelapa sawit sedang berkembang dengan pesat seiring dengan masih besarnya potensi yang dimiiiki oleh bangsa Indonesia. PT. Astra Agro Lestari merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Astra Internasional, yang memfokuskan bisnisnya dalam bidang pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan produksi CPO. Saat ini Astra Agra Lestari merupakan emiten yang memiliki area perkebunan terbesar dengan luas area mencapai 200,000 hektar. Selain CPO, Astra Agra juga memproduksi karet, teh, dan juga kakao. Namun, CPO masih merupakan kontributor terbesar terhadap pendapatan perseroan.
Untuk melakukan analisis yang menyeluruh atas kondisi perusahaan dapat dilakukan melalui analisis fundamental. Analisis fundamental dibuat berdasarkan pada pendekatan Five Forces of Porter. Kemudian dilakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan selama lima tahun kebelakang, yaitu dari tahun 2001 sampai dengan 2005. Dad seluruh analisis tersebut, penulis dapat membuat asumsi-asumsi yang diperlukan dalam menyusun proyeksi laporan keuangan baik neraca maupun laporan laba ¬rugi dalam lima tahun kedepan.
Proyeksi laporan keuangan tersebut digunakan untuk menghitung proyeksi free cash flow to the firm (FCFF) dari tahun 2006 sampai dengan 2010, dan dengan menggunakan metode Discounted Cash Flow Valuation (DCF), maka diperoleh value of the firm PT Astra Agro Lestari. Selanjutnya dapat dihitung intrinsic value of the equity per share dari perusahaan, yang didapat nilainya sebesar Rp. 7.151.- per lembar saham.
Dari perbandingan antara nilai pasar dengan intrinsic value per share tersebut, dapat disimpulkan bahwa PT. Astra Agro Lestari telah menjalankan bisnsnya dengan balk. Iiasil valuasi menunjukkan, bahwa harga saham PT. Astra Agro Lestari pada tanggal 29 Desember 2005 dalam posisi undervalue, yaitu sebesar Rp. 4.900/lembar saham, dibandingkan dengan instrinsic value per share hasi I valuasi FCFF sebesar Rp.7.15 L .-/lembar saham.

The aim of this final assignment is to study the implementation of FCFF model to determine the intrinsic value of a share that can be used as a tool for an interested investor in making decision. This final assignment took case study the one of the largest plantation firm in Indonesia, that is PT Astra Agra Lestari Tbk Today, palm oil business has been growing lastly meanwhile Indonesia still has great potency to develop. PT. Astra Agro Lestari is one of the subsidiary of PT Astra Internasional, which focused it's business in palm oil plantation and produces crude palm oil. Nowadays, PT. Astra Agro Lestari is the firm that listing on Jakarta Stock Exchange that has largest plantation area, about 200,000 hectare. Besides CPO (crude palm oil), firm also produces rubber, tea, and cocoa. But CPO is still the product that has biggest contribution to the sales of the firm.
To do whole analysis about the condition of the firm, we can use fundamental analysis. Fundamental analysis is done by Five Forces of Porter approach. Then we analyse the firm's financial statement in the past five years from year 2001 to year 2005. From the all analysis, the writer can make assumptions that it need to create financial statement projection, both balance sheet and income statement for the next five years.
This financial statement projection are used to calculate free cash flow to the firm (FCFF) projection from year 2006 to year 2010, and by Discounted Cash Flow Valuation (DCF) method we can get value of Astra Agro Lestari. After that we can calculate intrinsic value of the equity per share and we find the value is Rp. 7.151. - Per share.
From the comparation between market value and intrinsic value per share, we can conclude that PT. Astra Agro Lestari has done its business well. The result of valuation shows that the value of share on 29 December 2005 is undervalue, that is Rp. 4.900 per share, while the intrinsic value per share is Rp. 7.151 per share."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19721
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Octavia
"Menurut Kenneth Lahn dan Anil K. Makhija dalam tulisannya yang berjudul ?EVA & MVA as Performance Measures and Signals For Strategic Change?, pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan nilai buku pada laporan keuangan seperti Return on Equity (ROE), tidak dapat mengukur penciptaan nilai perusahaan. Dengan kata lain, ROE tidak dapat menggambarkan penciptaan value bagi shareholders secara eksplisit. Kondisi ini yang menyebabkan kesulitan dalam mengambil kebijakan yang dapat memuaskan manajer maupun shareholders. Di satu sisi, manajer merasa tidak mendapat insentif yang sesuai dengan kinerjanya sehingga timbul kekecewaan yang dapat memicu moral hazard. Sedangkan di sisi lain, penilaian atau persepsi yang keliru dari shareholders terhadap kinerja perusahaan dapat mengakibatkan terganggunya laju kenaikan nilai saham perusahaan.
Pengukuran kinerja yang dipercaya mampu mengatasi hal tersebut adalah Economic Value Added (EVA). EVA dianggap mampu karena EVA dapat mengukur penciptaan nilai bagi kekayaan shareholders. Manajer akan dihargai sesuai dengan kemampuannya dalam menambah penciptaan value bagi shareholders sehingga memacu manajer dalam bertindak seolah-olah sebagai shareholders untuk selalu berusaha menambah penciptaan value perusahaan. Hal ini menguntungkan shareholders dengan memperoleh return yang terus meningkat.
Hal tersebut juga didukung adanya penelitian yang dilakukan Kenneth Lehn dan Anil K. Makhija (1996) bahwa EVA berkorelasi positif dengan tingkat pengembalian investasi dalam saham dengan korelasi yang lebih tinggi dibanding ROA (Return on Asset), ROE, dan ROS (Return on Sales) yang digunakan sebagai alat ukur kinerja perusahaan.
Pada tesis ini dipilih industri perbankan karena perbankan mempunyai peranan yang strategis dalam mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, perbankan harus sehat agar dapat menjalankan fungsi dan peranannya sebagai bank seperti menghimpun dana (giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, serta tabungan); memberikan kredit, menerbitkan surat pengakuan utang; membeli; menjual atau menjamin surat-surat berharga, dan sebagainya.
Untuk mengetahui apakah, bank tersebut sehat atau tidak, maka bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi. Pengumuman neraca dan perhitungan laba rugi merupakan cerminan dari kinerja bank pada periode waktu yang tertera dalam laporan tersebut sedangkan bagaimana pengukuran penciptaan value bagi shareholders masih merupakan masalah karena bank masih menggunakan pengukuran kinerja yang tradisional. Oleh karena itu, EVA diyakini mampu memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian dalam thesis ini ingin menguji tiga hal. Pertama, apakah EVA perbankan yang telah go public berkorelasi dengan return sahamnya. Kedua, apakah terdapat pengaruh dari ROE terhadap return sahamnya. Ketiga, apakah benar pengaruh EVA lebih signifikan dibanding ROE terhadap return sahamnya. Penelitian mengambil sampel pada perbankan yang telah melakukan emisi dan terdaftar sebagai emiten secara berkelanjutan di Bursa Efek Jakarta selama 5 periode yaitu dari 1999 sampai dengan 2003. Data sekunder lainnya selain laporan keuangan yang telah diaudit adalah harga penutupan harian harga saham masing-masing perbankan dengan periode tahun yang sarna, Indeks Harga Saham Gabungan, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, dan country risk premium.
Berkenaan dengan hal pertama, pengujian dilakukan dengan tingkat keyakinan sebesar 95% dengan menggunakan analisis korelasi antara EVA dengan return sahamnya. Sedangkan pengujian untuk hal kedua dan ketiga adalah dengan menggunakan Multiple Linier Regression dan tingkat keyakinan sebesar 95%.
Setelah melakukan pengujian, maka didapat hasil sebagai berikut guna menjawab permasalahan dalam penelitian:
1. Sebanyak 2/5 dari 5 tahun penelitian membuktikan bahwa tidak ada korelasi antara EVA perbankan yang telah go public dengan return sahamnya. 3/5-nya membuktikan bahwa korelasi antara EVA perbankan yang telah go public dengan return sahamnya adalah negatif. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat korelasi antara EVA perbankan yang telah go public dengan return sahamnya, dimana korelasi tersebut adalah negatif.
2. Sebanyak 3/5 dari 5 tahun penelitian membuktikan bahwa tidak ada pengaruh dari ROE terhadap return sahamnya. Sedangkan sisanya, yaitu 2/5 membuktikan bahwa terdapat pengaruh dari ROE terhadap return sahamnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh dari ROE terhadap return sahamnya.
3. Sebanyak 2/5 dari 5 tahun penelitian menunjukan bahwa EVA lebih signifikan dibanding ROE terhadap return sahamnya. Sedangkan masing-masing sisanya, yaitu 1/5-nya menunjukan bahwa EVA dan ROE tidak signifikan terhadap return sahamnya, ROE lebih signifikan dibanding EVA terhadap return sahamnya, dan EVA dan ROE sama-lama signifikan terhadap return sahamnya Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa EVA lebih signifikan dibanding ROE terhadap return sahamnya.
Hasil penelitian tersebut bukanlah sesuatu yang absolut, mengingat penelitian ini hanya menggunakan 11 bank sebagai sampel. Hal ini dikarenakan hanya terdapat 11 bank yang telah melakukan emisi dan terdaftar sebagai emiten berkelanjutan di BEJ selama 5 periode dari 1999-2003 sesuai dengan jangka waktu pengamatan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak sampel penelitian dan jangka waktu penelitian yang lebih panjang. Alasannya, dengan mendapatkan sampel yang lebih banyak dan jangka waktu pengamatan yang lebih panjang akan menghasilkan kesimpulan yang lebih baik. Kesimpulan tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang lebih baik bagi pihakpihak yang berkompeten.
Selain itu, industri yang dipilih untuk penelitian selanjutnya tidak terbatas pada industri perbankan saja. Hal ini bertujuan untuk membuktikan apakah EVA akan berkorelasi positif dengan return saham dan masing-masing perusahaan yang telah go public yang berada dalam industri yang berbeda."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Umar
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasar modal syariah yang terbentuk melalui saham-saham syariah yang tercatat pada Jakarta Islamic Index (JII) sudah merupakan pasar modal yang efisien. Pasar modal yang efisien di mana harga yang terbentuk menyesuaikan secara cepat dengan informasi yang diterima merupakan pasar yang ideal yang sangat sesuai dengan syariah Islam.
Dalam penelitian ini dilakukan dengan metode event study dan kejadian atau informasi yang dilakukan pengamatan adalah tanggal pengumuman dividen oleh emiten yang terdaftar pada JII dan disebut tanggal kejadian (event date).
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengumuman dividen yang dilakukan oleh emiten syariah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return dari saham-saham yang terdaftar pada Ill atau tidak terdapat abnormal return (excess return) yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal syariah belum merupakan pasar modal yang efisien karena adanya informasi pengumuman dividen tidak tercermin dalam harga maupun return dari saham-saham yang terdaftar pada JII.
Dari tujuh emiten yang termasuk dalam sampel rata-rata abnormal return tertinggi hanya mencapai 1,01% yang dicapai pada hari ketiga setelah tanggaI kejadian dan kerugian terbesar yang terjadi mencapai sebesar 1,16% yang dicapai pada had kelima sebelum tanggal kejadian.
Dui 21 hari pengamatan hanya 10 hari mencatat adanya abnormal return sedangkan 11 hari justru mencatat kerugian. Sedangkan dari perhitungan terhadap cumulative abnormal return tercatat hanya 5 hari yang mencatat cumulative abnormal return positif sedangkan 16 hari lainnya tercatat negatif."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indirarini
"Seumumnya pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian gadai adalah kreditur dan debitur dalam perjanjian kredit. Namun tidak tertutup kemungkinan terlibatnya pihak ketiga, baik sebagai pemberi gadai atau pemegang gadai. Dalam hal terjadi wanprestasi dari debitur/pemberi gadai dan cukup dasar bagi pemegang gadai untuk mengeksekusi barang gadai maka terdapatlah peran penting notaris untuk membuat akta berkaitan acara eksekusi barang gadai dimaksud. Sebagaimana diketahui, pelaksanaan jabatan notaris diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, dimana didalamnya terdapat pembatasan mengenai pihak-pihak yang dikatakan memiliki kepentingan langsung terhadap akta.
Penelitian ini membahas mengenai hubungan antara kualitas pihak-pihak dalam sebuah eksekusi gadai saham dan ketentuan mengenai pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap akta yang dibuat oleh dan/atau dihadapan notaris. Dibahas pula mengenai keputusan Majelis Pengawas Wilayah DKI Jakarta sehubungan dengan putusannya berkaitan dengan kasus mengenai pihak yang memiliki kepentingan terhadap akta. Dalam keputusan tersebut terjadi kekeliruan penerapan peraturan mengenai konsep pihak yang berkepentingan langsung terhadap akta serta kesalahan pemberian sanksi kepada notaris, dimana MPW DKI Jakarta memberikan sanksi melebihi tuntutan pemohon dan UUJN serta Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris.
Penulisan penelitian mni menggunakan metode penelitian normatif. Notaris dan Majelis Pengawas Notaris harus dapat membedakan antara pihak yang memiliki kepentingan terhadap akta dan pihak yang berkepentingan terhadap akta bahkan diperlukan sebuah definisi khusus mengenai pihak-pihak yang dikatakan memiliki kepentingan langsung terhadap akta yang dibuat oleh/dihadapan notaris agar tidak terjadi perbedaan penafsiran dan didapatkan kepastian hukum serta esensi dari kewenangan notaris yang bersumber dari kepercayaan kliennya dapat tercapai.

Basically, involved parties in Pledge Agreement are the creditor and debtor in Credit Agreement. But it is not limited to third party to involve as pledgor or pledgee. In terms of debtor's default and pledgee has enough reasons to execute the collateral, then the role of notary to draw deed regarding to the execution became important. As known, the performance of notary occupation is order by Regulation Number 30 Year 2004 of Notary Occupation (UUJN), whereas limitation of parties considered as parties with direct interest to deed.
This research studied and discussed the connection between the quality of parties in the share pledge execution with the regulation pursuant to parties with direct interest to deed which drawn by and/or before notary. Also discussed, the verdict of Notary Overseer Board DKI Jakarta Region in relation to the case regarding to parties with direct interest to deed. In the verdict, mistake occurred regarding to implementation of regulation about the concept of parties with direct interest to deed and error in punishment to notary, whereas the Notary Overseer Board DKI Jakarta Region verdict punishment to notary higher than the applicant plead, UUJN and Ministry of Law and Human Right Regulation Number: M.02.PR.08.10 Year 2004 of Order of Member Appointment, Member Dismissal, Work Order and Order of Notary Overseer Board Investigation.
This research used the normative methodology. Notary and Notary Overseer Board should be able to differentiate between parties with direct interest to deed and parties who have interest to deed, more over it need's specific definition pursuant to parties with direct interest to deed drawn by and/or before notary so there will be no different interpretations and meet the certainty of law, also the essence of notary authority which descended from their client trust can be achieve.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19526
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Indroyono
"Untuk mengukur perekonomian suatu negara, salah satu tolok ukurnya adalah tingkat investasinya dimana makin banyak investasi yang dilakukan di negara tersebut makin tinggi pula tingkat perekonomiannya. Berbicara mengenai investasi, banyak cara yang dapat dilakukan untuk melkkukan investasi di pasar modal. Seperti deposito, saham, obligasi, kurs, dan banyak instrumen lainnya yang menawarkan keuntungan bagi para investor. Yang menjadi subyek penelitian pada penelitian ini adalah investasi pada saham khususnya saham pads sektor rokok.
Dari data-data harga saham sektor rokok pada Bursa Efek Jakarta, dapat dilakukan perhitungan regresi sehingga dapat dilihat perbandingannya terhadap Indeks Harga Saharn Gabungan (IHSG) untuk mengukur tingkat expected return dan risk dari suatu sekuritas. Salah satu caranya dengan menggunakan metode yang sudah cukup popular seperti CAPM. Metode CAPM dapat membantu menentukan tingkat return dan risk dan suatu saham. Capital Asset Pricing Model ( CAPM) adalah suatu model keseimbangan yang menentukan hubungan antara risiko dan tingkat return."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Agung
"Perseroan Terbatas mempunyai karakteristik yaitu adanya kepentingan para pemodal yang diwujudkan ke dalam bentuk saham-saham yang dapat dialihkan. Jual beli saham atau peralihan hak atas saham dapat dilaksanakan dengan akta perjanjian hibah, jual beli, tukar menukar atau akta warisan. Di dalam peralihan hak atas saham ini tidak menutup kemungkinan terjadinya indikasi penyelundupan hukum yang dilakukan oleh para pemegang saham. Terdapat istilah perjanjian semu (simulated contract) dalam Bahasa Belanda dikenal dengan “Schijnhandeling”, lalu kemudian pada praktek dalam ruang lingkup peradilan di Indonesia dapat ditemukan juga dengan istilah “ProForma”. Salah satu contoh masalah mengenai penyelundupan hukum dalam transaksi saham ini terdapat di dalam kasus PT. Kurnia Alam Sejati sesuai dengan Putusan Nomor 765 PK/PDT/2020 yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Kasus ini bermula pada saat komisaris dari perusahaan tersebut membuat perjanjian terpisah dari akta pemindahan hak atas saham dalam rangka untuk mendapatkan fasilitas kredit kepada bank dengan menggunakan nama pihak lain diluar perseroan.Penelitian ini akan menjawab beberapa permasalahan seputar; pertama, Bagaimana status hukum terhadap penyelundupan transaksi jual beli saham; kedua, Apakah transaksi jual beli saham yang dilakukan oleh PT. Kurnia Alam Sejati merupakan perbuatan melawan hukum. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder yang didukung dengan data primer serta dianalisis secara preskriptif-kualitatif. Pendekatan dalam penelitian ini ialah pendekatan konseptual dan perundang-undangan. Hasil dari penelitian ini ialah; pertama, status hukum terhadap penyelundupan transaksi jual beli saham membuat perjanjian jual beli tersebut menjadi tidak sah atau dianggap tidak pernah ada; kedua, transaksi jual beli saham yang dilakukan oleh PT. Kurnia Alam Sejati dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum apabila telah menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga atau pihak lainnya diluar perjanjian atau kesepakatan. Menyepakati perjanjian yang berlandaskan kepada suatu rangkaian kebohongan atau itikad tidak baik adalah tergolong sebagai suatu tindakan penyelundupan hukum.

Limited Liability Companies have characteristics, namely the existence of the interests of investors which are manifested in the form of transferable shares. The sale and purchase of shares or the transfer of shares can be carried out by deed of grant agreement, sale and purchase, exchange or inheritance deed. The transfer of shares does not rule out the possibility of indications of legal smuggling by the shareholders. There is a term pseudo agreement (simulated contract) in Dutch known as "Schijnhandeling", then in practice within the scope of justice in Indonesia it can also be found with the term "ProForma". One example of the problem regarding legal smuggling in this stock transaction is in the case of PT. Kurnia Alam Sejati in accordance with Decision Number 765 PK/PDT/2020 which has obtained binding legal force. This case began when the commissioner of the company made a separate agreement from the deed of transfer of shares in order to obtain a credit facility from the bank using the name from other party outside the company. This research will answer several problems around; first, what is the legal status of the smuggling of shares buying and selling transactions; second, Is the sale and purchase of shares carried out by PT. Kurnia Alam Sejati is a tortious act. This research is a form of normative juridical research using secondary data supported by primary data and analyzed in a prescriptive- qualitative manner. The approach in this study is a conceptual and statutory approach. The results of this study are; first, the legal status of the smuggling of share sale and purchase transactions renders the sale and purchase agreement invalid or is deemed to have never existed; second, the sale and purchase of shares carried out by PT. Kurnia Alam Sejati can be said to be an unlawful act if it has caused harm to a third party or other party outside of the agreement or agreement. Entering into agreements based on a series of lies or bad faith is classified as an act of legal smuggling."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>