Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176664 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Amaliyah
"Negara-negara emerging market diproyeksikan akan menjadi pemimpin dalam revolusi telekomunikasi dunia. Diperkirakan pads periode 2004-2009 delapan puluh persen pertambahan pelanggan baru pada jaringan bergerak akan berasal dari Afrika, Asia, dan Eropa Timur.
Indonesia adalah salah satu negara asia yang tergolong dalam emerging market. Di negara berpenduduk lebih dari dua ratus dua puluh juta penduduk ini pertumbuhan industri telekomunikasi jaringan bergerak maju dengan pesat. Perusahaan-perusahaan yang ada di dalam industri ini pun tumbuh dan berkembang. Tak terkecuali PT Excelcomindo Pratama Tbk. (Perseroan) yang merupakan perusahaan swasta pertama penyedia jasa layanan telekomunikasi seluler di Indonesia.
Analisis fundamental dengan pendekatan top-down dilakukan untuk menentukan nilai wajar saham Perseroan. Diawali dengan analisis atas makro ekonomi, diteruskan dengan analisis industri telekomunikasi dan terahir analisis atas perusahaan. Analisis makro ekonomi dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi makro ekonomi Indonesia yang memengaruhi perusahaan. Analisis industri ditujukan untuk melihat kondisi industri telekomunikasi di Indonesia dan bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Analisis perusahaan dilakukan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dan melakukan valuasi atas harga saham perusahaan.
Analisis industri dilakukan untuk melihat lebih jauh peta industri telekomunikasi di Indonesia. Dengan menggunakan kerangka five forces. ancaman-ancaman yang datang dari pembeli, suplier, pendatang baru, barang substitusi maupun dari intensitas persaingan antar perusahaan dalam industri dapat diidentifikasi. Analisis ini jugs mencakup analisis siklus industri, siklus bisnis, dan strategi yang diambil perusahaan dalam menciptakan keunggulan bersaing.
Dalam analisis perusahaan, kinerja keuangan dilakukan dengan mcnggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan adalah rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas. Pengukuran dengan menggunakan rasio keuangan ini ditujukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan, trend yang terjadi dan membantu untuk memprediksi kemungkinan kinerja keuangan di masa yang akan datang. Analisis rasio dilakukan selama periede 2001-2005 dengan menggunakan data laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan setiap tahun. Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan selama 2001 sampai dengan 2005 mengalami fluktuasi.
Penentuan harga wajar saham dilakukan dengan menggunakan metode free cash flow to equity dengan two stage model. Alasan digunakannya metode ini adalah karena pertimbangan bahwa cash flow yang dimiliki perusahaan tidak seluruhnya dikembalikan kepada pemegang saham namun digunakan pula untuk investasi dalam bentuk capital expenditure yang berorientasi pada pertumbuhan perusahaan. Alasan lainnya adalah tidak adanya tekanan yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan hutang secara besar¬besaran. Hal ini karena salah satu strategi pengembangan usaha Perseroan adalah menggunakan infrastruktur yang dimiliki Telekom Malaysia selaku pemegang saham terbesar agar beianja modal perusahaan dapat ditekan. Pendekatan two stage model diambil karena diyakini bahwa Perseroan akan mengalami pertumbuhan yang tinggi pada lima tahun mendatang untuk kemudian turun dan mencapai kestabilan.
Berdasarkan asumsi-asumsi yang diambil dan penghitungan dengan menggunakan pendekatan di atas, hasil valuasi menunjukkan bahwa harga wajar saham Perseroan sebesar Rp 2,892.28 sedangkan harga penutupan pada 31 Desember 2005 menunjukkan angka Rp 2.275. Sehingga dapat dikatakan bahwa harga saham mengalami under valued.

Emerging market countries are projected to be leaders in world telecommunication revolution. It is estimated that, during period between 2004-2009, 80% of new customer of mobile network will come from Africa, Asia, and Eastern Europe.
Indonesia is one of Asian countries considered as emerging marker. In the country with a population of more than two hundreds and twenty million citizen, mobile network telecommunication service grows rapidly. Companies in this country also grow and develop. PT Excelcomindo Pratama Thk. (Copartner ship, the first private company providing cellular telecommunication service in Indonesia, is not an exception.
Fundamental analysis with top-down approach is conducted to determine feasible stock value of the company. It is started with an analysis of macro economy, followed by telecommunication industry analysis, and ended with an analysis of the company. Macro economic analysis is performed to identify Indonesia macro economy influencing the company. Industry analysis is aimed at viewing telecommunication industry condition in Indonesia and how it affects the company performance. Company analysis is done to identify the company's financial performance and to evaluate the company's stock price.
Industry analysis is done .o see further telecommunication industry map in Indonesia. Using five forces framework, threats coming from buyer, supplier, new corner, substitute and intensity of competition among companies in the industry, can be identified. This analysis also includes industry cycle, business cycle, and strategy taken by company in creating competitive advantage.
In company analyses, financial performance is measured by financial ratios. The financial ratios applied are activity ratio, liquidity ratio, solvability ratio and profitability ratio. Measurement using these financial ratios is intended to know companies financial strength and weakness, prevailing trend and to assists in predicting company's future financial performance. Ratio analysis is conducted during period between 2001 and 2005 by using financial report published annually by the company. Generally, it can he said that the company experience fluctuation of performance during period between 2001 and 2005.
The determination of feasible stock price is done using free cash flow to equity method with two stage model. The reason for using this method is due to a consideration that cash flow owned by the company is not entirely returned to stakeholder but it is used also for investment in the form of company growth oriented capital expenditure. The other reason is that there is no barrier for the company to do debt on a large scale. This is the case because one of the company's strategy is to use infrastructure of Telecom Malaysia as the biggest stakeholder, in order that the company capital expenditure can be minimized. Two stage model is used because it is assumed that the company will experience high growth in coming five years followed by a downward and ultimately reach stability.
Based on above mentioned assumptions and calculation / measurement, the result of valuation indicates that the feasible stock price is Rp 2.89228 while closing price by 31 December 2005 is Rp 2.275. Hence, it can be said that the stock price is under valued."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Satria
"ABSTRAK
Berdasarkan indikator makro ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, tingkat bunga, inflasi dan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi kondisi ckonomi nasional akan scmakin baik. Seiring dengan prediksi tersebut, kondisi industri penerbangan nasional juga diprediksi akan semakin baik dan tetap tumbuh. Berlakunya Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan akan membuat industri penerbangan nasional semakin tcrtata dengan baik. PT Garuda Indonesia bemsaha menangkap pcluang yang ada baik di industri nasional maupun intemasional. Rencana ekspansi didukung oleh pendanaan mclalui IPO di tahun 2010. Sehubungan dengan rencana IPO tersebut maka dilakukan valuasi terhadap nilai saham Garuda dengan menggunakan 2 metode yaitu fi-ee cash flow to equity dan abnormal earning. Valuasi kedua metode terscbut memberikan hasil yang berbeda. Bagi Garuda hasil valuasi menjadi harga minimum saham yang akan ditawarkan melaui IPO, sedangkan bagi investor hasil Valuasi menjadi harga maksimum yang akan dibeli pada saat IPO. Disarankan kepada Garuda dan investor untuk memilih hasil valuasi di antara keduanya scsuai dengan metode dan asumsi yang paling relevan bagi masing-masing pihak.

ABSTRACT
Using Free Cash Flow to Equity and Abnormal Eaming Methods Based on macro economy indicators such as Growth Domestic Product (GDP), exchange rate, interest rate, inflation, IHSG, it is predicted that Indonesian economy will be better in few years. In line with Indonesian economy, domestic airline industry also predicted better and continues to grow. Implementation of Undang-Undang No.1 Tahun 2009 about Penerbangan hoped that domestic airlines industry will be govemed in a better way. PT Garuda Indonesia will catch on all opportunities in domestic and intemational market. Planning to expand will be funded by IPO which planned in 2010. Due to this IPO plan, it is interesting to calculate the value of Garuda?s equity. This valuation uses 2 methods, free cash flow to equity and abnormal eaming. These 2 methods give diiTerent results. For Garuda, the result of valuation treated as the minimum price ofthe shares to be offered in IPO and for thc investors this result will be the maximum price of shares to be purchased. It is suggested that Garuda and investor should choose one of two methods based on the method and assumptions which more relevant to each parties."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T33986
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Ansari
"Industri farmasi merupakan industri yang berbasis riset dimana inovasi produk dan kegiatan pemasaran yang efektif merupakan keunggulan kompetitif yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan farmasi agar sukses di pasar. Dibukanya pasar AFTA dan harmonisasi perdagangan ASEAN pada tahun 2008, membuat peta persaingan industri farmasi yang smakin luas dan ketat. Pemsahaan farmasi nasional harus mampu bersaing dengan perusahaan farmasi asing yang lebih besar dan memiliki pasar yang luas.
Era persaingan bebas dan adanya kebijakan-kebijakan baru yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk industri farmasi menuntut perusahaan farmasi nasional untuk rneningkatlcan keunggulan kompetitifnya agar mampu bersaing di pasar global. Upaya untuk menciptakan keunggulan melatarbelakangi penggabungan yang dilakukan oleh tiga perusahaan di industri farmasi yailu, PT Kalbe Farma Tbk., PT Dankos Laboratories Tbk. dan PT Enseval. Penggabungan ketiga entitas ini membentuk satu entitas dengan nama PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe). Tujuan utama yang ingin diraih dari merger ini adalah mencapai sinergi. Di antara potensi sinergi itu adalah pemakaian sumber daya bersama, pengurangan duplikasi aktivitas pemasaran dan rantai pasok (supply chain), posisi tawar yang kuat dengan pihak ketiga dan proses usaha yang terpadu. Selain itu penggabungan usaha ini akan memperbesar kapitalisasi pasar Kalbe di bursa, hal ini berpotensi untuk menarik minat para investor untuk membeli saham Kalbe.
Sinergi yang diperoleh dari kegiatan merger dan akusisi akan meningkatkan nilai perusahaan da.n rnemberikan dampak positif kepada peningkatan ksejahteraan stakeholders secara keseluruhan. Beberapa literatur di bidang keuangan meneliti mengenai return yang diperoleh dari kegiatan merger dan akuisisi dengan menggunakan metode event study. Sebagian besar penelitian yang dilakukan dengan metode ini rnemberikan hasil bahwa merger dan akuisisi memberikan kombinasi return yang positif bagi perusahaan target dan perusahaan pengakuisisi.
Teori merger berdasarkan sinergi dan efisiensi memprediksikan bahwa merger dan akuisisi menghasilkan return yang positif. Penelilian ini ingin menganalisis, apakah peristiwa merger (penggabungan usaha) yang dilalcukan oleh Kalbe memberikan pengaruh pada nilai perusahaan yang dicerminkan dari kinerja harga saham perusahaan di bursa. Pengaruh dari peristiwa merger dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan terhadap terciptanya abnormal return dan pola pergerakan cumulative abnormal return pada periode di sekitar pengumuman merger (event window). Selain itu untuk mengetahui apakah saham Kalbe setelah merger merupakan investasi yang menarik dan memberikan potensi return bagi investor, maka perlu dilakukan valuasi terhadap nilai Perusahaan untuk memperoleh nilai intrinsik saham Kalbe.
Berdasarkan analisis event study, pada hari ke +2 tercipta abnormal return yang signifikan. Ketiga metode yang digunakan memberikan kesimpulan yang sama. Metode Mean Adjusted Return menghasilkan abnonnal return sebesar 9,76%, sedangkan dengan metode Market Model sebesar 8,38% dan metode Market Acyusted Return sebesar 8,83 % Secara rata-rata pada hari ke +2 dihasilkan abnormal return sebesar 8,99%. Pada hari ke +3 sampai +10 secara umum terjadi abnormal return yang negatif tetapi berdasarkan hasil uji-t, abnormal return yang dihasilkan tidak signifikan. Secara keseluruhan pada event window (-10,+10) diperoleh rata-rata abnormal return sebesar 0,46% dengan metode Mean Adjusted Return, sedangkan dengan metode Market Model dan Market Adjusted Return masing-rnasing sebesar 0,34% dan 0,51%. Secara rata-rata dan ketiga metode menghasilkan abnormal return sebesar 0,43%.
Pola CAR memperlihalkan pergcrakan harga saham Kalbe yang Stabil sejak hari -8 dan yang dilanjutkan dengan lonjakan yang tajam pada had ke +2 sebagai reaksi dari pengumuman merger yang dilakukan Perusahaan. Setelah hari ke +2 nilai CAR mengalami penurunan secara perlahahan-lahan. Penunman pola CAR kemungkinan terjadi karena aksi profif taking atau adanya koreksi harga yang disebabkan oleh lonjakan yang tinggi pada hari +2. Pada hari ke +10 diperoleh nilai CAR secara rata-rata sebesar 9.11%. Hasil yang diperoleh dari analisis abnormal retum dan pergerakan pola CAR di sekitar pengumuman merger Perusahaan dengan metode event study sesuai dengan teori merger berdasarkan sinergi, bahwa tindakan merger yang dilakukan oleh perusahaan memberikan return yang positif bagi pemegang saham (shareholders) sebagai cerminan dari potensi sinergi yang akan diperoleh dari merger.
Valuasi saham dilakukan dengan menggunakan metode Discounted Cash Flow dan menggunakan pendekatan Free Cash Flow to the Firm (FCFF) untuk memproyeksikan arus kas perusahaan dimasa datang. Berdasarkan hasil valuasi, diperoleh nilai intrinsik saham Kalbe sebesar Rp 1.460,- per saham. Jika dibandingkan dengan harga saham Kalbe pada tanggal 29 Desember 2006 sebesar Rp 1.190,- per saham, maka harga saham Kalbe diperdagangkan discount 18,5% dari nilai intrinsiknya, atau dengan kata lain saham Kalbe undervalued. Apabila diasumsikan bahwa fair value tidak mengalami perubahan maka harga saham Kalbe Parma pada tanggal 1 Mei 2007 (Rp 1.260,-) diperdagangkan discount 13,7% dari nilai intrinsiknya atau undervalued. Saham Kalbe setelah sekitar 1,5 tahun merger merupakan investasi yang memberikan potensi return yang menarik Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik di masa datang melalui potensi sinergi sebagai dampak dari merger yang dilakukan perusahaan dan strategi bersaing perusahaan untuk menghadapi pasar global. Dari hasil valuasi ini, penulis merekomendasikan beli (buy) untuk saham Kalbe.

Pharmaceutical industry is a research-based industry, where product innovation and effective marketing program are the crucial source of competitive advantage for every pharmaceutical company to able to succeed. The opening of AFTA market and ASEAN trade harmonization program in 2008, lead to a broader and intense competitive market. In connection to this, national pharmaceutical companies are going to face a tough competition from global pharmaceutical companies which already has their own worldwide market.
The era of free-trade market and new regulations on pharmaceutical industry forced national pharmaceutical companies to create their competitive advantage to able to survive in the global competition. The merger between PT Kalbe Farma Tbk, PT Dankos Laboratories Tblc. and PT Enseval to become one entity named PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) was done as part of the company long term strategy to create competitive advantage in the international market. The main objective of the merger is to create synergy. The potential source of synergy would come from: elimination of resource duplication, elimination of duplication in marketing activities and supply chain, strong bargaining power with third party and streamlining all of the companys business activities. Furthermore, the merger will increase, significantly, the company 's market capitalization which would attract investors to buy the company's stocks.
The synergy created by merger and acquisition will improve the value of the company and also the wealth of stakeholders as a whole. Event study was the common method in financial literature used to analyze the return or wealth created by the merger and acquisition activities. Most of the research concluded that merger and acquisition gave positive combined returns for targets and bidders.
Merger theory based on synergy and efficiency predict that return in a merger and acquisition is positive. This research tries to analyze the eject of merger into the company 's value which was rejlected by the conrpanyiv stock price performance in the stock market. The study of the effect of merger would be done by analyzing the creation of abnormal return and the pattern of the cumulative abnormal return around the announcement day (event window). Furthermore, to know whether the company's stock is still an interesting investment and would give potential return to investors we are going to do stock valuation. Fundamental analvsis was done to calculate the intrinsic value of Kalbe 's stock.
Anabtsis based on event study methodology resulted in a significant abnormal return at day +2. We are using three methods to predict expected return and all of the three methods gave the same conclusion. The Mean Athusted Return method arrived at estimated abnormal return of 9. 76%, meanwhile the Market Model arrived at 8.38% abnormal return and Market Athusted Return model at 8.99% abnonnal return. On day +3 until +10, generally, resulted in an insignificant negative abnormal return based on t-test. On average, in the (-10, +10) event window, we arrived at estimated abnormal return of 0.46% for Mean Achusted Return, 0.34% abnormal return Market Model and 0.35 % for Market Adjusted Return. The three methods resulted in an average of 0.34% abnormal return.
The pattern of CAR shows stable movement from day -8 and followed by sharp increase on day +2 after the merger announcement day. After day +2, CAR pattem show steady decline. The downturn pattern of CAR was probably due to profit taking or price correction because ofthe jump in price in day +2. On day +10, on average, CAR was recorded at 9.11 %. The result from the abnormal return and CAR pattern analysis aligned with the merger theory based on synergy that merger create positive return to the shareholders as a reflection of potential synergy ofthe company.
Valuation process was done by using Discounted Cash Flow (DCF) method with Free Cash Flow to the Firm approach to predict the company 's cash flow in the future. The valuation arrived at intrinsic value of Rp 1,460,- per share for Kalbe's stocks. Compared to the actual price at 29 December 2006 at the level of Rp 1.190,- per share, then the price of the company 's stock was traded at 18.5% discount, in other words the company 's stock was undervalued. Assuming that fair value did not change then at I May 2007 (actual price Rp 1.260,- per share) was also traded discount by 13.7% from its intrinsic value or undervalued Kalbe 's stock after 1.5 years of merger was still an interesting investment with attractive potential retum. This result reflects the company 's potential growth prospect as a result of synergy from merger and the company's strategy facing global market. Based on DCF valuation, we recommended buy for Kalbe 's stacks."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T23196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Oktari
"ABSTRAK
Karya akhir ini bertujuan untuk menilai kesesuaian strategi yang dijalankan
terhadap kondisi internal dan eksternal perusahaan, menilai kinerja keuangan
perusahaan, serta menilai saham PT. Ace Hardware Indonesia Tbk (?AHI?) di
masa akan datang. Dengan framework yang dikemukakan oleh Palepu & Healy
dilakukan analisis strategi bisnis, analisis akuntansi, analisis finansial, dan analisis
prospektif. Valuasi saham AHI dilakukan dengan metode free cash flow to equity
(FCFE) pada 3 (tiga) tingkat pertumbuhan yaitu sebesar 10%, 18%, dan 27% dan
diperoleh harga saham pada rentang Rp.702,01 hingga Rp.1.576,82.

ABSTRACT
This paper aims to evaluates the firm?s strategy match to internal and external
conditions, assess performance and perform valuation using share?s price.
Analysis performed using the framework of Palepu & Healy, including business
strategy analysis, accounting analysis, financial analysis, and prospective analysis.
AHI stock valuation was conducted using free cash flow to equity (FCFE) at 3
(three) growth rates of 10%, 18%, and 27% in order to obtain the stock price in
the range of Rp.702,01 to Rp.1.576,82."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T55445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hernita
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari pengungkapan modal intelektual pada laporan tahunan perusahaan terhadap biaya ekuitas dan biaya utang yang diterima perusahaan atas pendanaan eksternalnya. Penelitian ini juga ingin mengetahui gambaran pengungkapan modal intelektual pada laporan tahunan perusahaan di Indonesia. Sampel yang digunakan adalah perusahaan pada industri dengan teknologi intensif yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010, dengan jumlah sampel 79 perusahaan untuk uji biaya ekuitas dan 50 perusahaan untuk uji biaya utang. Industri dengan teknologi intensif memiliki modal intelektual yang lebih intensif sehingga memiliki kemungkinan pengungkapan modal intelektual yang lebih komprehensif. Secara umum, penelitian ini membuktikan bahwa semakin komprehensif pengungkapan modal intelektual suatu perusahaan, maka akan semakin rendah biaya ekuitas yang dikenakan terhadap perusahaan tersebut. Tetapi pengungkapan modal intelektual
yang lebih komprehensif tidak terbukti berpengaruh dengan biaya utang.

ABSTRACT
This studi aims to determine the influence of the intellectual capital disclosure in company?s annual report on cost of equity and cost of debt within the context of company?s external financing activities. This study also aims to know the level of intellectual capital disclosure in annual reports of companies in Indonesia. The sample used is technology-intensive industry companies listed in 2010 Indonesian Stock Exchange with 79 total samples for cost of equity test and 50 total samples for cost of debt test. Companies classified as technologyintensive industry have more intensive intellectual capital; consequently they tend to have more disclosure on intellectual capital. In general, this study shows that the higher the level of intellectual capital disclosure by companies, the lower cost of equity. However, a more comprehensive of intellectual capital do not have significant effect on cost of debt."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzah Avivi
"Penelitian ini menguji pengaruh aspek keuangan (rasio aktivitas dan rasio efektivitas) dan aspek non keuangan (kinerja kesehatan dan kinerja perumahan) terhadap skor kinerja pemprov di Indonesia tahun 2007-2010. Skor kinerja menggunakan skor kinerja Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) yang sumber utamanya adalah Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) tahun 2007-2010. Dengan menggunakan metode uji regresi berganda terhadap 93 sampel, hasilnya menunjukkan bahwa hanya kinerja kesehatan yang berpengaruh positif sedangkan variabel yang lain tidak memiliki pengaruh terhadap skor kinerja pemprov.

This research test the influence of the financial aspects (activity ratio and effectiveness ratio) and non financial aspects (the performance of health, the performance of housing) from the score of the performance of province in Indonesia years 2007-2010. Performance score using the performance scores of Regional Government Performance Evaluation (EKPPD) the main source is the Report of Local Government Orgranization (LPPD) in 2007-2010. The result of multiple regression of 93 sample showed that only the performance of health have positive impact while other variables have no influence to performance scores."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifaldi
" ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara pengadopsian eXtensible Business Reporting Language XBRL dengan performa perusahaan yang diukur melalui return on asset dan market to book ratio. Penelitian ini juga memisahkan struktur kepemilikan yaitu Badan Usaha Milik Negara BUMN dan Non-BUMN dan melihat hubungan pengadopsian XBRL terhadap performa diantara 2 jenis perusahaan tersebut. Penelitian ini menggunakan data observasi sejumlah 90 perusahaan di hipotesis pertama dan 22 perusahaan di hipotesis kedua. Seluruh sampel penelitian ini adalah data ditahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa XBRL meningkatkan performa perusahaan secara signifikan baik dengan proksi Return on Assets ROA maupun Market to Book ratio MTB . Penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa performa perusahaan BUMN dan Non-BUMN yang memakai XBRL cenderung sama.
ABSTRACT The objective of this study is to examine the relationship between eXtensible Business Reporting Language XBRL adoption and firm rsquo s performance in Indonesia. The performance proxy are Return on Asset ROA and Market to Book ratio MTB . This study also examine the relationship between State Owned Enterprises SOE and Non SOE that use XBRL. This study uses 90 sample of indonesian listed firms that using and not using XBRL. While, in hypothesis 2, this study uses 22 firms consist of 11 SOE and 11 Non SOE. The empirical results show XBRL significantly increases firm rsquo s performance. But this study also find that performance of SOE and Non SOE aren rsquo t different."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S66195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Ayu Kartikasari
"Skripsi ini bertujuan untuk meneliti pengaruh tenure dan rotasi audit terhadap kualitas audit. Penelitian ini berargumen bahwa tenure (tenure KAP dan tenure AP) dan kualitas audit dapat memiliki hubungan kuadratik. Selain itu variabel rotasi (rotasi KAP dan rotasi AP) juga diteliti. Kualitas audit diukur dengan menggunakan akrual diskresioner dari sisi netralitas dengan menggunakan model akrual diskresioner lainnya, yaitu Kasznik (1999), Modified Jones (1995), Dechow et al. (2002), dan Kothari et al. (2005). Sampel penelitian adalah perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selain industri keuangan pada periode sebelum regulasi (1999-2001) dan setelah regulasi (2004-2008).
Penelitian ini menemukan adanya hubungan kuadratik antara tenure AP dan kualitas audit pada model Kasznik periode sebelum regulasi. Tenure AP berhubungan linier positif dengan kualitas audit pada model Modified Jones dan Dechow periode sebelum regulasi. Sedangkan Tenure KAP berhubungan linier negatif dengan kualitas audit pada model Kaznik. Untuk model lainnya belum ditemukan hubungan yang signifikan, sehingga dalam penelitian ini belum menemukan bukti yang konsisten mengenai pengaruh tenure terhadap kualitas audit. Pada periode sebelum regulasi, rotasi AP berhubungan negatif dan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit pada model Kaznik, Modified Jones, dan Dechow. Sedangkan rotasi KAP tidak ditemukan adanya pengaruh terhadap kualitas audit.

This thesis aims to examine the effect of audit tenure and rotation of audit quality. This study argues that the tenure (audit firm tenure and audit partner tenure) and audit quality can have a quadratic relationship. The variable rotation (firm rotation and partner rotation) was also examined. Audit quality is measured using discretionary accruals from the side of neutrality with the other discretionary accruals models, namely, Kasznik (1999), Modified Jones (1995), Dechow et al. (2002), and Kothari et al.(2005). Study sample is a company listed on the Indonesia Stock Exchange except the financial industry in the period before regulation (1999-2001) and after the regulation (2004-2008).
This study found a quadratic relationship between partner tenure and audit quality on the model Kasznik in the period before the regulation. Partner tenure positively linearly related to quality audit on Modified Jones model and Dechow model in the period before the regulation. While the Firm tenure negatively linearly related to the quality audit on the model Kaznik. For other models have not found a significant relationship, so in this study has not found a consistent evidence about the influence of audit tenure on audit quality. In the period before the regulation, is negatively related and significant effect of partner rotation on audit quality on Kaznik, Modified Jones and Dechow models. While the firm rotation did not reveal any effect on audit quality.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Pahala
Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2005
657.48 NAI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Evanti Andriani
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh opini dan temuan audit terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Temuan audit dalam penelitian ini terdiri dari jumlah temuan terkait SPI, jumlah temuan terkait ketidakpatuhan dan nilai temuan.
Dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) model penelitian. Model pertama yaitu menggunakan metode Lag Effect, yang meneliti pengaruh opini dan temuan audit di tahun 2008 terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan di tahun 2009, sedangkan metode kedua tidak menggunakan Lag Effect.
Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk kedua model hanya opini dan nilai temuan yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan. Untuk opini memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan. Sedangkan untuk nilai temuan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan.

The study was conducted to analyze the effect of audit opinions and findings on the level of disclosure of local government financial reports. Audit findings in this study consisted of the number of findings related to SPI, the number of findings related to non-compliance and value of finding.
In this study using a 2 (two) research model. The first model is using the Lag Effect,which examines the influence of audit opinions and finding in 2008 on the disclosure of financial statement in 2009. While the second method does not use the Lag Effect.
The results showed that for both models only the opinions and the findings of a significant effect on the level of disclosure. For the opinionshas a positive and significant impact on disclosure. As for the value of the findings has a negative and significant effect on disclosure.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>