Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96330 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syamsuhadi Alamsyah
"Tujuan : Menilai variabilitas pengukuran volume total dan zona transisional prostat dengan ultrasonografi transrektal oleh pemeriksa yang sama dan antar pemeriksa yang berbeda.
Metoda : Dilakukan dua kali pengukuran volume total dan zona transisional prostat oleh satu pemeriksa yang sama dan oleh dua pemeriksa yang berbeda pada 30 pasien yang berkunjung ke klinik Urologi RS Hasan Sadikin, Bandung
Hasil : Rerata pengukuran volume total dan zona transisional prostat pada satu pemeriksa adalah 45,7 ± 19,2 ml dengan kisaran antara 18,1 hingga 89,7 ml (median 44,1) dan 16,9 ± 10,3 ml dengan kisaran antara 3,1 hingga 34,6 ml (median 14,3), sedangkan pada dua pemeriksa adalah 45,9 ± 19,3 ml dengan kisaran antara 18,3 hingga 89,8 ml (median 44,1) dan 16,9 ± 10,2m1 dengan kisaran antara 3,1 hingga 34,6 ml(median 14,5). Beda rerata plus/minus simpang baku pengukuran volume total dan zone transisional prostat pada pemeriksa yang sama adalah -0,2 ± 1,0 dan -0,1 ± 0,1, sedangkan pada pemeriksa yang berbeda adalah -0,6 ± 2,2 dan 0,1 ± 1,7. Interval Kepercayaan (IK) 95% pengukuran volume total dan zone transisional prostat pada pemeriksa yang sama antara -0,52 hingga 0,14 dan antara -0,53 hingga 0,65 sedangkan pada pemeriksa yang berbeda antara -1,35 hingga 0,21 dan antara -0,53 hingga 0,65.
Kesimpulan : Didapatkan variasi yang cukup lebar dalam pengukuran volume total dan zona transisional prostat terutama antar pemeriksa yang berbeda dibandingkan dengan pemeriksa yang sama, walaupun demikian pengukuran dengan ultrasonografi transrektal cukup diandalkan dalam menilai volume prostate.

Objective : To assess the intra-examiner and inter-examiner factor in the measurement of prostate volume using transrectal ultrasound.
Method : Total prostate volume and transition zone volume were measured by the first examiner (measurement I), followed by the second examiner (measurement II). Afterward the same measurements were conducted again by the first examiner (measurement III). The whole procedure were done on 30 patients in the TRUS Unit of The Department of Urology, Hasan Sadikin Hospital, Bandung.
Result : The mean total prostate volume and transition zone volume measured by the same examiner (Measurement I and Measurement III) were 45.67(±19.2) ml, ranged from 18.05 to 89.68 with a median of 44.18 ml and 16.92(±10.3) ml, ranged from 3.13 to 34.64 with a median of 14.30 ml. The mean total prostate volume and transitional zone volume measured by different examiners (Measurement I and Measurement II) were 45.86(±19.3) ml, ranged from 18.30 to 89.77 with a median of 44.18 ml and 16.8(±10.3) ml, ranged from 3.18 to 34.55 with a median of 14.51 ml. The mean difference between Measurement 1 and Measurement III using a Confidence Interval (CI) of 95 % were -0,20(±0,1),(-0.52-0.14) ml for total prostate volume and -0.07(±0.7) ml), (-0.38-0.16) ml for transitional zone volume. The mean difference between Measurement I and Measurement II using a Confidence Interval (CI) of 95 % were -0.57(±2.2) ml, (-1.35-0.21) ml for total prostate volume and -0.07(±1.7) ml, (-4.01-3.55) ml, for transition volume.
Conclusion : A considerable difference between the measurement by total and transitional zone volume of the prostate were shown if performed repeatedly by the same examiner as well as by different examiner. The variation is greater in measurement conducted by different examiner compared to the one conduct by the same examiner.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21263
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Biddulth
"Pendahuluan : Insidensi pembesaran kelenjar prostat mencapai 50% pada pria berusia 50 tahun keatas. Berbagai modalitas pemeriksaan radiologi memiliki sensitifitas yang berbedabeda dalam estimasi volume kelenjar prostat. Modalitas yang paling tersedia di Indonesia pada layanan kesehatan adalah USG transabdominal dan Computed tomography scan (CT scan).
Tujuan : Menilai korelasi modalitas USG transabdominal dan CT scan dalam estimasi ukuran volume kelenjar prostat.
Metode : Studi korelasi dilakukan pada pasien pria berusia diatas 50 tahun keatas yang menjalani pemeriksaan CT scan whole abdomen dan dilakukan pengukuran volume kelenjar prostat dengan USG transabdominal. Setiap dimensi ukuran kelenjar prostat dan volume merupakan data numerik terdistribusi tidak normal, sehingga digunakan uji Spearman.
Hasil : Dari 23 subjek penelitian, didapatkan korelasi dimensi panjang (r=0,53, p=0,01), dimensi lebar (r=0,81, p=0,00), dan dimensi tinggi (r=0,64, p=0,001) yang signifikan. Untuk korelasi volume kelenjar prostat (r=0,80, p=0,000) didapatkan signifikan.
Kesimpulan : Terdapat korelasi yang signifikan pada setiap ukuran dimensi kelenjar prostat dan volume yang didapatkan.

Introduction : Prostate gland enlargement incidence about 50% in male population age 50 years and above. There are so many radiology modalities with difference sensitifity in estimating prostate volume. The most available modalities in Indonesian health care services are transabdominal sonography and computed tomography scan (CT scan).
Objective : Assessing correlation in both modalities in evaluating prostate volume measurement.
Methods : Correlation study was done in male ages 50 years and above underwent whole abdominal CT scan and prostate gland were measured by transabdominal sonography. Both numeric data were abnormal distribution, so Spearman test was done.
Results : There are significant correlation either between length (r=0,53, p=0,01), wide (r=0,81, p=0,00), and height dimensions (r=0,64, p=0,001) or volume measurement (r=0,80, p=0,000) in 23 subjects.
Conclusions : Significant correlation either in each prostate dimension or prostate volume measurement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mars Dewi Tjahjo
"Tujuan : Biopsi prostat transrektal telah menjadi baku emas untuk diagnosis kanker prostat. Beberapa penelitian melaporkan keluhan nyeri dan ketidaknyamanan pasien akibat tindakan tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk evaluasi toleransi pasien terhadap nyeri dengan visual analog scale (VAS) yang dilakukan biopsi prostat.
Metode : Dilakukan studi prospektif keluhan nyeri menggunakan VAS pada pasien yang dilakukan biopsi prostat sejak bulan Juli 2002 hingga Januari 2003 dan dievaluasi faktor-faktor yang mungkin berpengaruh yaitu : usia, retensi urin, lekosituri, echostruktur dan pelebaran vena periprostat. Analisa statistik menggunakan SPSS ver 11.5.
Hasil : Terdapat 40 pasien yang dilakukan biopsi prostat sextant dengan usia rata-rata 65,85 ± 8,00 tahun. Nilai median prostate spesific antigen (PSA) 14.0 ng/ml (antara 6.4 - 448 nglml). Dengan transrektal ultrasonografi diperoleh volume prostat rata-rata 54.30 cc (antara 22 - 137 cc). Pada evaluasi keluhan nyeri yang dirasakan penderita dengan menggunakan skor VAS saat dilakukan biopsi sebanyak 31 orang (77.5%) menyampaikan keluhan nyeri sedang sampai berat dengan nilai median VAS lima.. Terdapat hubungan antara usia penderita dengan keluhan nyeri yang dirasakan (p<0.05) dimana pasien yang berusia lebih Bari 66 tahun merasakan keluhan nyeri yang lebih berat. Dari studi ini juga didapatkan hubungan yang bermakna antara keluhan nyeri yang dirasakan dengan adanya pelebaran vena periprostat. (p= 0,019).
KesimpuIan : Walaupun 77.5% pasien mengeluh nyeri tetapi pada keseluruhan pasien dilakukan biopsi secara lengkap (enam kali). Faktor usia dan pelebaran vena periprostat mempunyai hubungan yang bermakna dengan keluhan nyeri yang dievaluasi dengan VAS.

Purpose : Transrectal ultrasound guided prostate biopsy has become the gold standard for diagnosing prostate cancer however there are several studies reporting pain and discomfort of the patient who underwent prostate biopsy. This study was conducted to evaluate the tolerance to pain with visual analog scale (VAS) in patients who underwent prostate biopsy.
Material and Methods : From July 2002 to January 2003 all patient who underwent sextant prostate biopsy were evaluated and the degree of pain using visual analog scale were recorded. We evaluated characteristic of the patients such as age, urine retention, leukosituria, echostructur of the prostate and dilatation periprostatic vein. Statistical analysis were performed using SPSS ver 11.5.
Result : Forty patients with mean age 65,85 ± 8,00 years underwent sextant prostate biopsy. The median prostate spesific antigen (PSA) was 14.00 ng/ml (range 6.4 - 448 nglml), and mean prostate volume was 54.30 cc (range 22 - 137 cc). Most of patients have moderate to severe pain (77.5%) with median visual analog scale (VAS) was five when underwent prostate biopsy. There was correlation between degree of pain for patients with age more than 66 years old (p< 0.05), and the prescense of periprostatic vein dilatation (p < 0.05).
Conclution : Although 77.5% of the patient have moderate to severe pain, but the procedure was done completely. Existence periprostatic vein dilatation of prostate have positive correlation with degree of pain using VAS. Older patient have less tolerance to pain cause by biopsy of the prostate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T57936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gurning, Johannes
"Protrusi prostat intravesika adalah penonjolan prostat yang mengindentasi buli-buli akibat pertumbuhan prostat lobus median dan lateral. Terdapat hubungan yang positif antara protrusi prostat intravesika, volume prostat, ketebalan otot detrusor buli-buli dan keluhan berkemih. Tujuan penelitian ini adalah mengukur tingkat korelasi antara panjang protrusi prostat intravesika dengan ketebalan otot detrusor buli-buli.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian korelasi menggunakan disain potong lintang. Uji korelasi yang dilakukan adalah uji korelasi Spearman Rank.
Hasil: Selama bulan Juli dan Agustus 2013 didapatkan jumlah sampel 20 orang. Rerata tebal otot detrusor buli-buli 2,83 mm (SD 0,64). Rerata panjang protrusi prostat intravesika 7,44 mm (SD 4,63). Hasil uji korelasi Spearman Rank didapatkan koefisien korelasi 0,54 (p 0,015).
Kesimpulan: terdapat korelasi yang kuat antara panjang protrusi prostat intravesika dengan ketebalan otot detrusor buli-buli.

Introduction : intravesical prostatic protrusion is prostatic protrusion to the bladder wall due to the growth of the median and lateral lobes of the prostate . There is a positive relationship between intravesical prostatic protrusion , prostate volume , thickness of the bladder detrusor muscle and bladder complaints . The purpose of this study was to Measure the degree of correlation between the length of intravesical prostatic protrusion with the detrussor wall thickness.
Methods : This study is a correlation study using cross-sectional design . Correlation test was performed Spearman Rank correlation test .
Results : During the months of July and August 2013 found 20 persons of samples. The mean of detrussor wall thickness 2.83 mm ( SD 0.64 ) . The mean of intravesical prostatic protrusion length 7.44 mm ( SD 4.63 ) . Spearman Rank correlation test results obtained correlation coefficient 0.54 ( p 0.015 ) .
Conclusion : there is a strong correlation between the length of intravesical prostatic protrusion with detrussor wall thickness.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58552
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Safendra
"OBJECTIVE: To determine if Intravesical prostatic protrusion (IPP), total prostate volume, transition zone volume and transition zone index is correlated with the severity of clinical benign prostatic hyperplasia.
PATIENTS AND METHODS: From January to May 2005, 56 patients with symptom of BPH were enrolled in this study. All patients were requested to undergo urofiowmetry, postvoid residual urine measurement and international Prostate Symptom Score (IPSS). TRUS was used to calculate the total prostate volume, transition zone (ZT) volume and the transition zone index (TZ index = TZ volume/total prostate volume). And IPP was measured by transabdominal ultrasonography.
RESULT: There were a significant correlation between IPSS and post void residual with total prostate volume, transition zone, transition zone index and intravesical prostatic protrusion. Only transition zone and transition zone index were significant correlation with Q max. Strongest correlation in IPSS and postvoid residual was transition zone (ZT) volume (r = 0.480 and r = 0.621 ) in Q max was transition zone index (r = 0.508).
CONCLUSION : From this study there were correlation between intravesical prostatic protrusion, prostate volume, transition zone volume and transition zone index however the correlation is weak.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21262
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahril
"Objektif : Untuk mengetahui korelasi antara Disfungsi Ereksi dengan berat Chips Prostat, Volume Prostat dan lamanya waktu TURP pada BPH.
Metode : Penelitian ini merupakan prospektif deskriptif. Semua pasien BPH yang menjalani TURP di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung selama Juni 2001 - Desember 2002 dimasukkan kedalam penelitian ini. Pada penelitian ini digunakan kwesioner International Index Erectile Function-5 (IIEF-5) untuk menilai keadaan fungsi ereksi sebelum dan dua bulan setelah operasi TURP. Pasien yang mengalami disfungsi ereksi sebelum operasi diekslusi dari penelitian ini.
Hasil: Didapatkan 15,4 % pasien disfungsi ereksi setelah TURP dengan usia rata rata 60,3 ± 4,2 tahun dan didapatkan korelasi yang signifikan antara disfungsi ereksi dengan beratnya chips prostat ( p =0,02 ). Dari analisis regresi diasumsikan bahwa setiap 1 gram chips prostat yang direseksi akan mengakibatkan kemungkinan disfungsi ereksi 0,4 %.

Objective: To determine the correlation between erectile dysfunction and tissue removed at transurethral resection of prostate, volume of the prostate and duration time of resection in Benign Prostate Hyperplasia.
Method: This was a descriptive prospective study. All BPH patients underwent transurethral resection of the prostate in Hasan Sadikin Hospital Bandung during June 2001 - December 2002 was included in this study. International Index Erectile Function-5 (IIEF-5) questionnaires was used to evaluate these subjects preoperatively and two months after operation. Patients with erectile dysfunction before operation were excluded from this study.
Results: After TURP procedure, 15.4 % patients had erectile dysfunction, with mean age 60.3 ± 4.2 years old. We found significant correlation between prostate chips weight resected during TURP and erectile dysfunction (p = 0.02). By regression analysis, it was assumed that every 1 gram resected prostate chip increased the likelihood of erectile dysfunction 0.4%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fedry Yance
"Pembesaran Prostat Jinak ( PPJ ) merupakan penyakit yang tersering kedua di klinik urologi di Indonesia setelah batu saluran kemih. Penyakit ini mengenai laki-laki terutama mulai dari dekade kelima dan prevalensinya meningkat dengan makin bertambahnya umur. Gejala pada PPJ berhubungan dengan meningkatnya jumlah sel-sel epitel dan peningkatan tonus otot polos yang berada pada kelenjar prostat, leher kandung kemih dan kapsul prostat yang diatur oleh saraf otonom. Pada awalnya pembesaran prostat tersebut menekan uretra dan selanjutnya dapat mengalami herniasi ke dalam kandung kemih yang akhirnya dapat menyebabkan gangguan aliran kencing lebih lanjut.
Ezz, et al melaporkan bahwa tidak ada hubungan antara gejala gangguan berkemih dengan besarnya volume prostat. Data dari Olmstead County Study of Urinary Symptoms and health Status Among Men mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara besamya volume prostat dengan terjadinya gejala-gejala gangguan berkernih, pancaran urin dan kemungkinan terjadinya retensio urin pada pasien PPJ. Menurut data tersebut, pancaran urin maksimal yang rendah secara bermakna berhubungan dengan beratnya gejala gangguan berkemih dan besamya volume prostat.
Penonjolan prostat ( protrusi ) ke dalam kandung kemih dapat diukur dengan ultrasonografi ( USG ) transabdominal. Menurut Poo terdapat korelasi antara tingkat protrusi prostat intravesika dengan beratnya obstruksi. Melihat adanya perbedaan di atas maka dilakukan penelitian mengenai hubungan antara kejadian retensi urin pada pasien PPJ dengan besarnya volume prostat dan tingkat protrusi prostat intravesika
Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besarnya volume prostat yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan berkemih pada pasien PPJ dan adakah hubungan antara besarnya volume prostat dengan terjadinya retensi urin. Juga dievaluasi hubungan antara terjadinya retensi urin dengan protrusi prostat intravesika.
PPJ adalah kelainan berupa kelenjar prostat yang mengalami hiperplasia terutama kelenjar periuretral. Jaringan prostat asli terdesak ke perifer menjadi kapsul bedah. Bila pembesaran tersebut mendesak ke arah luar dari uretra pars prostatika maka tidak menimbulkan gejala. Tetapi jika mendesak ke dalam uretra, akan menekan uretra dan menimbulkan gejala sumbatan saluran kencing bagian bawah. Pembesaran prostat dapat terjadi pada lobos medius sehingga menimbulkan penonjolan ( protrusi ) ke dalam kandung kemih yang dapat dideteksi dengan USG transabdominal. Protrusi prostat ini dapat mengganggu proses pengosongan urin di dalam kandung kemih pada waktu berkemih.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Ciko Ade Putra
"ABSTRAK
Untuk mengidentifikasi faktor prediktor seperti PSA, usia, volume prostat, dan densitas PSA (PSAD) sebagai indikasi untuk melakukan biopsi prostat yang dipandu dengan TRUS dalam mengurangi biopsi yang tidak perlu dan meningkatkan tingkat deteksi. Sebanyak 1232 sampel didapatkan dari rekam medis pasie yang dilakukan biopsiprostat dari Januari 2008 sampai Desember 2013 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Diantara 1232 pasien, 33,5% memiliki hasil biopsi yang positif. Nilai median dari usia dan PSA (68 tahun dan 57,45 ng/ml) pada grup dengan biopsi positif lebih tinggi dari grup biopsi negative (65 tahun dan 11,69 ng/ml), p< 0,001. PSAD pada pasien dengan PSA 4-10 ng/ml, 10-20 ng/ml, dan 20 ng/ml (0.20, 0.35, 2.05) pada grup positif lebih tinggi dari grup negative (0.14, 0.24, 0.53), p < 0,001. Hasil pada grup dengan hasil biopsi positif memiliki volume prostat yang lebih rendah (42 ml), dibandingkan pada grup biopsi yang negative (55,4 ml), p < 0,001. Pada kurva ROC, PSAD memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang paling tinggi (81.4% dan 82.0%) dengan cut-off point 0,43, p < 0,001. Insidensi PCa meningkat dengan nilai PSA yang lebih tinggi, usia yang lebih tua, dan volume prostat yang lebih kecil. Penggunaan PSAD 0,17 ng/ml sebagai cut-off point pada pasien dengan tingkat PSA antara 4-10 ng/ml direkomendasikan untuk meningkatkan deteksi PCa pada laki-laki di Indonesia

ABSTRACT
To identify the predictor factors such as PSA, age, prostate volume (PV), and PSA Density (PSAD) as indications to perform TRUS guided prostate biopsy in reducing unnecessary biopsies and improving detection rate. 1232 samples were obtained from the medical records of patients underwent prostate biopsy from January 2008 to December 2013 in Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. Statistical analysis was performed with Mann-Whitney test and unpaired t test for the quantitative variables. Chi-square test was used for qualitative variables. This study also conducted Receiver Operating Characteristic (ROC) curve to determine the cut-off point and the optimum specificity and sensitivity for each variable. Among 1232 patients, 33.5% had positive biopsy result. The median age and PSA (68 years and 57.45 ng/ml) in positive biopsy group was higher than negative group (65 years and 11.69 ng/ml), p < 0.001. PSAD in patients with PSA 4-10 ng/ml, 10-20 ng/ml, and 20 ng/ml (0.20, 0.35, 2.05) in positive group was higher than negative group (0.14, 0.24, 0.53), p < 0.001. Positive biopsy result has lower PV (42 ml) compared to negative biopsy (55.4 ml), p < 0.001. In ROC curve, PSAD had the highest sensitivity and specificity (81.4% and 82.0%) with cut-off point 0.43, p <0.001. The Incidence of PCa increased with higher PSA level, older age and lower PV. Utilization of PSAD 0.17 ng/ml/ml as cut-off point in patients with PSA level between 4 -10 ng/ml is recommended to improve PCa detection in Indonesian men."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athari
"Latar belakang: Volume tiroid normal bermanfaat dalam menentukan diagnosis dan manajemen penyakit tiroid. Indonesia belum memiliki data mengenai volume tiroid normal pada populasi dewasa. Ultrasonografi adalah metode non invasif, praktis serta akurat untuk mengukur volume tiroid. Berbagai studi di negara lain mendapatkan volume tiroid yang berbeda dan terdapat hubungan dengan jenis kelamin.
Tujuan: menentukan volume tiroid normal populasi dewasa Indonesia asimtomatis berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi dan hubungannya dengan jenis kelamin untuk membantu memberikan data referensi volume tiroid normal.
Metode: 104 pasien memenuhi kriteria penelitian dilakukan pengukuran volume tiroid selama bulan Maret 2023 hingga April 2023. Analisis deskriptif dilakukan pada volume tiroid dengan data dalam bentuk rerata dan standar deviasi. Variabel jenis kelamin menggunakan analisis uji T-test independen.
Hasil: Rerata usia adalah dewasa muda (usia 30.3 ± 3.2 tahun) dengan distribusi usia relatif sama, yaitu kelompok laki-laki usia 29.8 ± 3.2 tahun dan kelompok perempuan usia 30.8 ± 3.2 tahun. Rerata volume tiroid lobus kanan 4.0 ± 1.38 ml, volume tiroid lobus kiri 3.7 ± 1.05 ml dan volume total tiroid 7.6 ± 2.26 ml. Rerata volume total tiroid kelompok laki-laki 8.03 ± 2.18 ml dan kelompok perempuan 7.30 ± 2.30 ml.
Simpulan: Terdapat perbedaan signifikan pada volume lobus kanan tiroid yang disebabkan ukuran diameter AP (anteroposterior) yang menunjukkan parameter kedalaman lobus tiroid. Terdapat hubungan volume tiroid normal populasi dewasa Indonesia asimtomatis dengan jenis kelamin yang memperlihatkan perbedaan signifikan pada volume lobus kanan tiroid kelompok laki-laki yang menunjukkan volume lebih besar dibandingkan kelompok perempuan.

Background: Normal thyroid volume is useful in determining the diagnosis and management of thyroid disease. Indonesia does not have data regarding normal thyroid volume in the adult population. Ultrasound is a non-invasive, practical and accurate method of measuring thyroid volume. Various studies in other countries have found different thyroid volumes and there is a relationship with gender.
Objectives: to determine the normal thyroid volume of the asymptomatic Indonesian adult population based on ultrasound examination and its relationship to gender to help provide reference data for normal thyroid volume.
Methods: 104 patients fulfill the study criteria for thyroid volume measurement from March 2023 to April 2023. Descriptive analysis was performed on thyroid volume with data in the form of mean and standard deviation. Gender variable using independent t-test analysis.
Results: The mean age was young adults (age 30.3 ± 3.2 years) with relatively the same age distribution, namely the male group aged 29.8 ± 3.2 years and the female group aged 30.8 ± 3.2 years. The mean right lobe thyroid volume was 4.0 ± 1.38 ml, left lobe thyroid volume was 3.7 ± 1.05 ml and the total thyroid volume was 7.6 ± 2.26 ml. The mean total thyroid volume for the male group was 8.03 ± 2.18 ml and the female group was 7.30 ± 2.30 ml.
Conclusion: There is a significant difference in the volume of the right thyroid lobe due to the size of the AP (anteroposterior) diameter which indicates the depth of the thyroid lobe. There is a relationship between normal thyroid volume in the asymptomatic Indonesian adult population and gender which shows a significant difference in the volume of the right thyroid lobe in the male group which shows a larger volume than the female group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Wahyudi
"Tujuan: Mencari nilai ambang (cut-off value) rasio kadar prostate-specific antigen (PSA) terhadap volume zone transisional prostat (PSA-ZT) yang optimal dalam mendeteksi karsinoma prostat serta membandingkan sensitivitas dan spesifisitas PSA-ZT dan prostate-specific antigen density (PSAD) dalam mendeteksi karsinoma prostat. Metode: Studi cross sectional dengan subjek pasien yang dirujuk ke unit USG prostat, subbagian Urologi, RS Hasan Sadikin, Bandung, untuk deteksi karsinoma prostat atau persiapan operasi prostat, dengan nilai PSA> 4 ng/ ml dan menjalani pemeriksaan USG prostat transrektal menggunakan probe biplanar 7,5 MHz. Konfirmasi kelainan patologi prostat berdasarkan hasil biopsi atau operasi (TUR prostat atau prostatektomi terbuka). Hasil: Didapatkan 223 subjek yang memenuhi kriteria, 39 pasien dengan karsinoma prostat dan 184 pasien tanpa karsinoma prostat. Nilai median dan rentang PSA-ZT pada pasien dengan karsinoma prostat dan tanpa karsinoma prostat masing-masing 1,999 (0,150-56,170) dan 0,353 (0,009-6,290) Berdasarkan analisis dengan kurva receiver operating characteristic (ROC), didapatkan nilai ambang yang optimal untuk PSA-ZT adalah 0,40 dengan sensitivitas 88,5% dan spesifisitas 57,8%, lebih baik dibandingkan PSAD (menggunakan nilai ambang 0,25), yaitu 88,5% dan 53,1%. Nilai prediksi positif PZA-ZT juga lebih tinggi dibandingkan PSAD (77,78% dibandingkan 71,31%). Kesimpulan: Rasio kadar PSA terhadap volume zone transisional prostat (PSA ZT) mempunyai nilai spesifisitas dan nilai prediksi positif yang sedikit lebih baik dibandingkan PSAD. PSA-ZT berpotensi digunakan dalam mendeteksi karsinoma prostat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>