Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176341 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ismi Nita
"Air susu ibu (ASI) merupakan makanan bayi yang paling baik dan bersifat unik karena spesifik untuk spesies manusia. Pemberian ASI secara eksklusif (ASI eksklusif) adalah pemberian nutrisi yang ideal dan cukup untuk bayi sampai berusia 6 bulan. Pada tahun 1992, UNICEF dan WHO meluncurkan apa yang disebut "Baby Friendly Hospital Initiative" (Rumah Sakit Sayang Bayi = RSSB), yang bertujuan memperbaiki pelayanan maternal dan neonatal di rumah sakit sehingga para ibu dapat menyusui bayinya dengan balk melalui penerapan "Ten Steps to Successful Breastfeeding" (Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui = 10 LMKM).
Dalam kenyataan sehari-hari di masyarakat, para ibu umurnnya sudah mulai menyusui sejak bayinya lahir, tetapi sebelum bayi berusia 6 bulan mereka telah menghentikan pemberian ASI atau ditambah dengan makanan lain. Angka cakupan ASI eksklusif 0-4 bulan menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 masih rendah yaitu sebesar 55%, sedangkan target yang akan dicapai pada tahun 2010 pemberian ASI eksklusif adalah sebesar 80%.
Sejauh ini, angka pemberian ASI eksklusif yang sebenarnya di lapangan tidak diketahui dengan pasti. Pencatatan yang dilakukan oleh Puskesmas adalah jumlah kunjungan ibu yang memberikan ASI eksklusif tanpa verifikasi apakah benar ASI diberikan secara eksklusif kepada bayi. Di samping itu, data jumlah kunjungan tidak mencerminkan jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang cerrnat dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memverifikasi perilaku menyusui ibu di lapangan.
Faktor-Faktor yang Menghambat Pemberian ASI Eksklusif Banyak alasan mengapa ibu tidak memberikan AST kepada bayinya. Suatu survei mengungkapkan beberapa alasan ibu memberikan susu formula atau makanan tambahan, antara lain: ASI kurang atau tidak keluar (38,0%), dianggap sudah waktunya (27,1%), ibu bekerja (18,6%), dan bayi tidak mau (6,1%).
Faktor-faktor yang mempengaruhi angka menyusui tidak hanya beragam dan kompleks, tetapi juga berpengaruh secara berlainan dalam situasi yang berbeda. Pendidikan ibu misalnya, berkaitan dengan angka menyusui yang lebih tinggi di negara-negara maju tetapi lebih rendah di negara-negara berkembang. Pengaruh budaya dan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuannya menyusui juga dapat berbeda dan mempengaruhi sikap ibu terhadap menyusui.
Faktor-faktor yang diketahui berkaitan dengan penghentian pemberian ASI antara lain merokok, paparan terhadap asap rokok, ibu sedang mendapat obat, problem fisik seperti obesitas dan masalah kejiwaan seperti depresi, serta keadaan yang membuat sulit menyusui, seperti kembali bekerja atau sekolah.
Promosi susu formula dalam bentuk paket-paket edukasi dari perusahaan susu formula pada kunjungan antenatal telah terbukti meningkatkan penghentian pemberian ASI dalam 2 minggu pertama pasca bersalin. Ironisnya, paket-paket tersebut diberikan oleh para tenaga kesehatan yang melayani pelayanan antenatal para ibu hamil."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lazuardi Gayu Ilhami, author
"Stunting masih menjadi salah satu masalah gizi balita di Indonesia. Sebanyak 37,2 balita pada tahun 2013 memiliki tinggi badan yang kurang. Terdapat banyak faktor yang membuat balita memiliki tinggi badan yang kurang, di antaranya adalah praktik pemberian makanan pendamping ASI MP-ASI yang belum dilakukan dengan baik dan benar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu terkait MP-ASI dengan tinggi badan balita. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional. Subyek penelitian dipilih sebanyak 100 orang dari warga Kampung Melayu, Jakarta Timur dengan teknik consecutive sampling. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai MP-ASI dan alat ukur tinggi badan balita.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat 35,0 balita stunting dan 25,0 ibu yang memiliki pengetahuan mengenai MP-ASI yang kurang. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu mengenai MP-ASI dengan tinggi badan balita p=0,021 dengan nilai prevalence ratio sebesar 2 IK95 1,21 sampai 3,31 . Pengetahuan ibu yang adekuat mengenai MP-ASI berimplikasi pada praktik pemberian MP-ASI yang baik dan benar yang menyebabkan perbaikan gizi balita dan berujung pada penurunan risiko terjadinya stunting.

Stunting is still one of the nutritional problems among toddlers in Indonesia. Up to 37.2 toddlers in 2013 were stunted. There are many factors that lead infants having shorter body length, one of these is the practice of weaning among the mothers that is not appropriate.
This research is aimed to analyze the association between the knowledge of the complementary food and its feeding practice among the mothers and the toddler rsquo s body length. This is an analytic observational study that uses cross sectional design. There are 100 respondents who are chosen from the Kampung Melayu civilians in Jakarta using the consecutive method of sampling. Data are collected by using a questionnaire and a simple stature meter.
The result is that there are 35.0 stunted toddlers and 25.0 of the mothers are having an inadequate knowledge about complementary food and its feeding practice. There is a significant association between mother rsquo s knowledge of complementary food and toddler rsquo s body length p 0.021 with the value of prevalence ratio is 2 CI95 1.21 up to 3.31 . Adequte knowledge of complementary food and its feeding practice will leads to the better nutritional status of the toddlers and eventually decrease the risk of stunting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina
"Latar Belakang: Gizi merupakan salah satu komponen penting dalam tubuh manusia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita.
Metode: penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. populasi yang diteliti adalah balita berumur 7-59 bulan di Kecamatan Geragai Kabupaten Taniung Jabung Timur Propinsi Jambi Tahun 2012. Analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi square.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa persentase balita dengan status gizi kurang sebesar 14%. Berdasarkan uji bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu, pola asuh, penghasilan keluarga, penyakit infeksi, sarana air bersih dan jarak sumur dengan jamban/WC dengan status gizi balita.

Background: Nutrition is a vital component in the human body.
Purpose: This study aimed to determine the factors associated with nutritional status of children.
Methods: This study used analytical research method With cross sectional approach. Population studied Was children aged 7-59 months in Geragai District of Tanjung J abung Timur Jambi by 2012. Bivariate analysis using Chi square test.
Results: The study showed that the percentage of children with malnutrition status by 14%. Based on bivariate test showed a significant relationship between maternal education, parenting, family income, infectious diseases, water source wells and the distance to the toilet 1' WC with nutritional status of children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rastra Rantos
"ABSTRAK
Regurgitasi merupakan suatu kejadian keluarnya isi lambung ke arah farings dan mulut tanpat adanya usaha paksa dari bayi. Keadaan ini sering ditemukan pada tahun pertama kehidupan dan umumnya disebabkanm oleh refluks gastroesofagus (RGE) akibat imaturitas mekanisme anti-refluks pada sfinger esofagus bagian bawah (SEB). Data di negara maju melaporkan sekitar 50% bayi sehat berumur 0-3 bulan mengalami regurgitasi paling sedikit 1 kali setiap harina dan meningkat 70% pada usia 6 bulan, hingga menurun secara bertahap hingga 10% pada umur 12 bulan dan 5% pada umur 12-18 bulan.
Tata laksana yang adekuat sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya masalah klinis akibat regurgitasi yang berlanjut, antara lain esofagitis, striktur esofagus, mainutrisi, atau problem respiratorik. Langkah pertama tatla laksana regurgitasi adalah parental reassurance dan dilanjutkan dengan pemberian thickening milk sebagai susu anti regurgitasi, sedangkan terapi posisi seiain seringkoli membuat bayi tidak nyaman,hanya diberikan pada kasus tertentu mengingat meningkatnya kejadian sudden infant death syndrome (SIDS)."
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendapatkan efek thickening pada susu. Di negara maju telah tersedia thickening milk komersil dan terbukti dapat menurunkan fiekuensi regurgitasi. Locust bean gum merupakan salah satu bahan yang dikandung dalam thickening milk komersil dan mempunyai fek thickening. Locust &can gum tidak dipecah oleh enzim amilase kelenjar liar dan asam lambung sehingga tetap dapat mempertahankan efek thickeningnya.
Jenis susu tersebut masih terbatas pada negara berkembang dan harganyapun relatif mahal. Dengan mempertimbangkan efek positif dari thickening milk, maka telah dilakukan modifikasi thickening milk dengan cara menambahkan 1 sendok takar (5 g) tepung beras ke dalam 100 cc larutan susu. Dari beberapa laporan, cara ini juga memperlihatkan hasil yang positif dalam menurunkan frekuensi regurgitasi, meskipun tidak sebesar thickening milk kontersil. Beberapa kendala ditemukan pada thickening milk modifikasi, antara lain pemberian susu memerlukan lobang dot lebih besar, densitas kalori lebih tinggi sehingga komposisi nutrisi yang dikandungnya tidak sesuai dengan komposisi nutrisi yang dianjurkan. Beberapa bayi dilaporkan mengalami konstipasi. Walaupun demikian, thickening milk modifikasi masih merupakan terapi alternatif pada regurgitasi terutama di negara berkembang, karena selain memperlihatkan efek positif, cara ini jauh lebih murah.
Penggunaan kedua jenis thickening milk (komersil dan modifikasi) belurn pernah dilaporkan di Indonesia, sedangkan prevalens- regurgitasi pada bayi Indonesia cukup tinggi, oleh karena itu, cukup beralasan melakukan penelitian mengenai efektivitas thickening milk pada bayi Indonesia yang mengalami regurgitasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T58751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Andriani
"Malnutrisi sejak pembuahan hingga usia 2 tahun dapat menimbulkan gangguan otak, yang memengaruhi kemampuan kognitif, kesehatan fisik dan produktivitas anak di masa depan. Pada bayi malnutrisi umumnya disebabkan kesalahan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Peran Dokter terutama dokter spesialis anak untuk memberikan edukasi kepada ibu mengenai praktik pemberian MPASI yang benar sangat diperlukan. Perlu modul edukasi yang dapat digunakan untuk memberikan konseling kepada ibu.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian mixed method dengan model eksploratori sekuensial yang terdiri atas tiga tahap penelitian. Tahap pertama studi kualitatif untuk penyusunan modul ABC-MPASI, diikuti dengan studi kuantitatif tahap I dan II. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2019–Juli 2021. Studi kualitatif penyusunan modul dilakukan dengan studi pustaka dan telaah pakar I, II dan III. Telaah pakar I menggunakan metode Delphi 2 putaran, wawancara mendalam, dilanjutkan dengan telaah pakar II menggunakan metode diskusi grup. Telaah pakar III dilakukan dengan metode wawancara mendalam dengan ahli dan target audiens. Dari studi kualitatif dihasilkan modul ABC-MPASI-Press dan ABC-MPASI- Vid. Selanjutnya modul yang dihasilkan diujicobakan dalam penelitian tahap I. Penelitian tahap I dilakukan dengan desain Randomized Control Trial, terdiri atas 3 kelompok subjek penelitian. Digunakan metode cluster sampling untuk membandingkan efektivitas modul yang dihasilkan (modul ABC-MPASI-Vid dan ABC-MPASI-Press) dibandingkan dengan kontrol (hanya mendapatkan buklet KIA). Penelitian tahap II menggunakan desain one group eksperimental pre dan post untuk menilai efektivitas modul ABC-MPASI-Vid dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu, asupan makan bayi dan pertumbuhan bayi.
Didapatkan hasil modul ABC-MPASI-Vid dan ABC-MPASI-Press dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai praktik MPASI lebih baik dibandingkan buklet KIA, namun modul ABC-MPASI-Vid lebih efektif dalam meningkatkan perilaku ibu. Intervensi dengan modul ABC-MPASI-Vid tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Peningkatan pengetahuan dan perilaku ibu meningkatkan asupan makan bayi berdasarkan perbaikan parameter Minimum Di- etary Diversity (MDD), Minimum Meal Frequency (MMF) dan Minimum Acceptable Diet (MAD) serta perbaikan asupan kalori, protein dan lemak pada kunjungan akhir pasca edukasi. Peningkatan antropometri secara bermakna dilihat dari tren pertumbuhan bayi dengan menilai weight increment dan length increment bayi pasca edukasi selama 3 bulan pemantauan.
Disimpulkan intervensi dengan modul ABC-MPASI-Vid dan ABC-MPASI-Press dapat meningkatkan pemahaman materi MPASI dan pengetahuan ibu mengenai praktek MPASI yang benar. Modul ABC-MPASI-Vid lebih efektif dalam meningkatkan perilaku ibu dalam praktek pemberian MPASI yang benar dan dapat digunakan oleh ibu dengan berbagai latar belakang tingkat pendidikan. Intervensi dengan modul ABC-MPASI-Vid dapat meningkatkan asupan MPASI bayi dari segi jumlah asupan protein dan energi, perbaikan komposisi asupan MPASI terutama pemberian lemak dan zat besi, dan peningkatan persentase bayi yang memenuhi krite- rian MDD, MMF dan MAD. Bayi yang diasuh oleh ibu yang mendapatkan intervensi edukasi dengan modul ABC-MPASI-Vid memiliki perubahan bermakna tren pertumbuhan normal yang dinilai dengan weight increment dan length increment (nilai p = 0,015) dan penurunan bayi dengan nilai WI dan LI abnormal sebesar 22,9% pada periode sebelum intervensi ke periode setelah intervensi.

Malnutrition occurring during the critical period of children's growth may contribute to disturbances in the brain, affecting their future cognitive abilities, physical health, and productivity; and is generally caused by errors in complementary feeding practice. The role of physicians, especially pediatricians, is to provide education to mothers regarding the correct complementary feeding practice to overcome this problem. This research assessed the need for a practical educational module for complementary feeding practice to provide counseling to mothers from various backgrounds.
This study was carried out from February 2019–July 2021, utilizing a mixed-methods design and a sequential exploratory model consisting of three research stages. The first research stage is a qualitative study for the preparation of the complementary feeding practice module, followed by two quantitative studies. The qualitative study was carried out using a literature study, preliminary research, and three experts panels; with the latter applying the 2-round Delphi method, focus group discussion, and in-depth interviews with experts and the target audience. From the qualitative study, a booklet (ABC-MPASI-Press) and video (ABC-MPASI- Vid) modules were formulated, which were further studied during phase I of the quantitative research using a randomized control trial design with 3 intervention groups. This study aimed to determine the effectiveness of the formulated modules in comparison with the control group (only receiving the Maternal and Child Health (MCH) booklet. Phase II of the quantitative research utilized a one group experimental pre-post-test design to assess the effectiveness of the education modules in increasing mothers’ knowledge and behavior, and in turn, infants’ feeding intake and growth.
Both the ABC-MPASI-Vid and ABC-MPASI-Press modules resulted in a higher increase of mothers’ knowledge in complementary feeding practice compared to the MCH booklet, with the video module being more effective in improving mothers’ behavior. This increase of knowledge and behavior in mothers, in turn, increased their infants’ food intake, as shown by the improvements of the Minimum Dietary Diversity (MDD) and Minimum Acceptable Diet (MAD) parameters, as well as improvements in calorie, protein, fat and iron intakes during their final visit. A significant increase in weight increment (WI) and length increment (LI) was found after intervention.
It was concluded that the intervention with the ABC-MPASI-Vid and ABC-MPASI-Press mod- ules could improve mother's understanding of the complementary feeding material and mother's knowledge regarding the correct complementary feeding practice. The ABC-MPASI-Vid mod- ule is more effective in improving the behavior of mothers in correct complementary feeding practice and can be used by mothers with various educational backgrounds. Interventions with the ABC-MPASI-Vid module can increase complementary food intakes in terms of the amount of protein and energy intake, improve the composition of complementary foods, especially fat and iron intakes, and increase the percentage of infants who meet the criteria for MDD and MAD. Babies raised by mothers who received educational intervention with the ABC-MPASI- Vid module had a significant change in the normal growth trend, as assessed by weight incre- ment and length increment (p value = 0.015), with a decrease in infants with abnormal W1 and L1 values of 22.9% after the intervention.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Diah Permatasari
"Latar Belakang: ASI eksklusif telah terbukti memiliki banyak manfaat, tidak hanya untuk bayi, tetapi juga untuk ibu, keluarga, dan masyarakat. Pemberian ASI eksklusif juga memberikan manfaat di bidang sosial ekonomi. Meskipun demikian, cakupan ASI eksklusif masih rendah. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, persentase bayi berusia di bawah 6 bulan di Indonesia yang mendapat ASI eksklusif baru mencapai 52%, persentase tersebut masih di bawah target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, yaitu 60%. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, ibu yang memiliki frekuensi kunjungan antenatal care (ANC) lebih banyak cenderung lebih berpeluang untuk memberikan ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi kunjungan ANC terhadap pemberian ASI eksklusif di Indonesia berdasarkan hasil analisis data SDKI tahun 2017.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, dengan data sekunder yaitu SDKI tahun 2017. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak terakhir berusia 4-6 bulan dan tinggal bersama yang menjadi responden dalam SDKI 2017. Analisis multivariabel digunakan untuk mengetahui pengaruh frekuensi kunjungan ANC terhadap pemberian ASI eksklusif dengan beberapa variabel kovariat, yaitu usia ibu, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, status perkawinan, jenis tempat tinggal, kesejahteraan, dan paritas.
Hasil: Ibu yang melakukan kunjungan ANC minimal 8 kali memiliki nilai odds pemberian ASI eksklusif yang lebih besar 1,60 kali dibandingkan nilai odds pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 8 kali setelah dikontrol oleh variabel confounder.
Kesimpulan: Cakupan ASI eksklusif yang masih di bawah target menjadi salah satu tantangan kesehatan di Indonesia. Adanya pengaruh dari frekuensi kunjungan ANC terhadap pemberian ASI eksklusif dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi institusi kesehatan untuk mengemb angkan program kesehatan di Indonesia.

Background: Exclusive breastfeeding has been proven to have many benefits, not only for the baby, but also for the mother, family, and society. Exclusive breastfeeding also gives benefits in socioeconomics. However, the coverage of exclusive breastfeeding is still low. Based on the results of the Indonesian Health Demographic Survey (IDHS) in 2017, the percentage of infant under 6 months of age in Indonesia who received exclusive breastfeeding has only reached 52%, this percentage is still below the Ministry of Health's Strategic Plan target for 2020-2024, that is 60%. Based on several previous studies, mothers who had more antenatal care (ANC) visit frequency were more likely to give exclusive breastfeeding. The aim of this study is to determine the effect of ANC visits frequency on exclusive breastfeeding in Indonesia based on the results of the 2017 IDHS data analysis.
Method: This study is using cross-sectional method, with secondary data, 2017 IDHS. The sample of this study was mothers who had their last child aged 4-6 month and lived together who were respondents in 2017 IDHS. Multivariable analysis will be used to determine the effect of ANC visits frequency on exclusive breastfeeding with several covariate variables, which is mother's age, mother's education level, mother's employment status, marital status, type of residence, wealth index, and parity.
Result: Mothers who made ANC visits at least 8 times had an odds value of exclusive breastfeeding that was 1.60 times greater than the odds value of exclusive breastfeeding for mothers who had ANC visits less than 8 times after controlling for the confounder variable.
Conclusion: Exclusive breastfeeding coverage which is still below the target is one of the health challenges in Indonesia. The influence of ANC visits frequency on exclusive breastfeeding can be one of the considerations for health institutions to develop health programs in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rapingah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku Tenaga Kesehatan dalam memberikan ASI eksklusif. Metode yang digunakan adalah dengan sequencial explanatory mixed methods (kuantitatif dan kualitatif) dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 85 nakes perempuan yang memiliki bayi umur 7-24 bulan di Puskesmas Kecamatan se-Jakarta Timur. Instrumen penelitian menggunakan angket yang diisi oleh responden (self administer). Analisis data menggunakan chi square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian memperlihatkan proporsi pemberian ASI eksklusif sebesar 54.1%. Variabel yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas, dukungan keluarga, dukungan teman kerja, dukungan nakes dengan p value < 0.05.
Hasil analisis multivariat variabel umur dan pengetahuan berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif dan faktor yang paling dominan adalah pengetahuan. Penelitian kualitatif dilakukan sebagai pendukung untuk hasil kuantitatif, jumlah sampel sebanyak 10 informan, teknik pengambilan data dengan wawancara mendalam menggunakan panduan pertanyaan semi terstruktur. Faktor penghambat dalam perilaku pemberian ASI eksklusif adalah komitmen ibu yang kurang, masalah terkait menyusui, kurang pengetahuan keluarga. Saran agar nakes diberikan pelatihan terkait menyusui untuk meningkatkan pengetahuan, kebijakan yang lebih fleksibel kepada nakes yang masih menyusui, dan melengkapi fasilitas untuk menyusui.

This study aims to determine the factors associated with the behavior of female health workers in exclusive breastfeeding. The method that used in this study is the sequential explanatory mixed methods (quantitative and qualitative) with a cross-sectional study design. Number of samples in this study 85 female health workers who have infants aged 7-24 months in the sub-district primary health care throughout East Jakarta. This research using questionnaires filled out by the respondent (self-administer) for the instrument. This research also use chi-square and multiple logistic regression for analizing data. The results shown that the proportion of exclusive breastfeeding is 54.1%. Variables that associated with exclusive breastfeeding are knowledge, attitude, availability of facilities, family support, support co-workers, and support health workers with p value <0.05.
The result of multivariate analysis shown that behavior of exclusive breastfeeding is associated with age and knowledge and the most dominant factor is knowledge. Qualitative research is done as supported for quantitative results, total samples are 10 informants and using in-depth interviews with a semi-structured guide questions as a data collection techniques. The factor that inhibit mother for exclusive breastfeeding is lack of commitment, problems that related breastfeeding, and lack of knowledge of the family. Suggestion to health workers to be given a training that related to breastfeeding to improve knowledge, more flexible policies for health workers who are still breastfeeding, complementary facilities for breastfeeding.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Maasi
"ABSTRAK
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010, pemberian ASI
eksklusif hanya 15,3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara karakteristik dan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan
pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini dilakukan terhadap 83 orang dengan
menggunakan purposive sampling. Dari hasil penelitian didapatkan pengetahuan
tentang ASI eksklusif tinggi yaitu sebesar 59,0% dan pemberian ASI eksklusif
hanya 44,6%. Menggunakan alpha 0,05, hasil analisis data dengan uji ANNOVA
didapatkan tidak ada perbedaan pemberian ASI eksklusif pada kelompok umur
(pvalue=0,551) dan pendidikan (pvalue=0,521) dengan pemberian ASI eksklusif.
Hasil analisis chi square ditemukan tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara pekerjaan (pvalue=0,629) dan tingkat pengetahuan (pvalue=0,156) ibu
dengan pemberian ASI eksklusif. Pemberian edukasi tentang ASI eksklusif harus
lebih ditingkatkan serta jumlah tenaga kesehatan lebih banyak lagi agar bisa
menjangkau masyarakat, dalam hal ini ibu hamil dan ibu yang mempunyai balita.

ABSTRACT
The result of Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2010, exclusive breastfeeding
is only 15.3%. This study aims to determine the relationship between the
characteristics and level of mother’s knowledge about exclusive breastfeeding
with giving exclusive breastfeeding. This study was conducted on 83 people with
using purposive sampling. From the results, knowledge about exclusive
breastfeeding high at 59.0% and giving exclusive breastfeeding is only 44.6%.
Using an alpha of 0.05, the results of data analysis to ANNOVA test found no
difference in exclusive breastfeeding at age group (pvalue = 0.551) and education
(pvalue = 0.521) with exclusive breastfeeding. The results of chi-square analysis
found no significant relationship exists between work (pvalue = 0.629) and the
level of mother’s knowledge (pvalue = 0.156) with giving exclusive breastfeeding.
Provision of education about exclusive breastfeeding should be increased
and the number of health workers more in order to reach the public, in this case
pregnant women and mothers with toddlers."
[Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, ], 2014
S55950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Puji Astuti
"Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya. Pada tahun 2014 cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo adalah 66,2%, angka ini masih rendah dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan yaitu 80%. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan ibu dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor psikososial yaitu intensi pemberian ASI. Intensi pada masa prenatal merupakan prediktor yang kuat dan penting terhadap durasi dan intensitas pemberian ASI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan intensi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap (p=0,001;OR=28,5; 95% CI: 4,8-168), self eficacy ibu (p=0,043;OR=3,75; 95% CI: 1,02-13,8), persepsi tentang hambatan dalam menyusui (p=0,008;OR=5,83; 95% CI: 1,52-22,4) dan pengetahuan (p=0,007;OR=6,37; 95% CI: 1,56-26,1) dengan intensi pemberian ASI eksklusif.
Perlu adanya pemberian informasi dan edukasi tentang pentingnya manfaat ASI dan cara mengatasi hambatan-hambatan dalam menyusui.

Breastfeed is the best food for baby in the first six years of his life. In year 2014, the scope of exclusive breastfeeding in Pasar Rebo Public Health Center is 67.2%, which is lower than the pre-assumed target of 80%. One of the factors affecting the success of mothers in giving exclusive breastfeeding is the psychosocial factor, namely the breastfeeding intention. The intention of breastfeeding during the prenatal period is a strong and important predictor of the duration and intensity of breastfeeding.
This research aims to know the related factors toward the intention of exclusive breastfeeding on pregnant mothers in Pasar Rebo Public Health Center East Jakarta Municipality in year 2015. This research is a quantitative research with a cross-sectional design. The subject of this research is all the pregnant mothers in Pasar Rebo Public Health Center.
The result of this research shows that there is a significant relationship between attitude (p=0.001;OR=28.5; 95% CI: 4.8-168), mothers? self-efficacy (p=0.043;OR=3.75; 95% CI: 1.02-13.8), mothers? perception about the obstacles in breastfeeding (p=0.008;OR=5.83; 95% CI: 1.52-22.4) and mothers? knowledge (p=0.007;OR=6.37; 95% CI: 1.56-26.1) with the intention of exclusive breastfeeding.
The writer suggests to give more information and education about the importance of breastfeeding and the way to overcome the obstacles in breastfeeding.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Srihastuti
"Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih di bawah target DepKes RI sebesar 80%. Keberhasilan pemberian ASI eksklusif oleh ibu setelah melahirkan tidak terlepas dari peran serta keluarga, dimana keluarga merupakan dukungan sosial bagi ibu post partum. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang ASI eksklusif. Desain penelitian deskriptif sederhana dengan besar sampel 106 responden menggunakan teknik consecutive sampling.
Hasil penelitian didapatkan gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang ASI eksklusif di RSUD Budhi Asih adalah baik untuk pengertian (72,6%), kandungan (65,1%), dan cara pemberian (71,7%), tetapi untuk manfaat dan waktu/lamanya pemberian ASI eksklusif rata-rata respondennya belum mengetahui dengan baik (48,1%). Oleh karena itu peneliti menyarankan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif dapat lebih ditekankan pada manfaat dan waktu/lamanya pemberian ASI eksklusif, sehingga tingkat pengetahuan keluarga tentang ASI eksklusif menjadi lebih baik.

The coverage number of exclusive breastfeeding in Indonesia was still under the target of Health Department Indonesia (80%). Participation of the family as a social support influenced the success of exclusive breastfeeding by post partum mother. The purpose of this research was to identify the level of family knowledge about exclusive breastfeeding. This research used simple descriptive design and the number of sample was 106 respondents. Sample was collected with consecutive sampling technique.
Research result showed that the family had a good level of knowledge in breastfeeding definition (72,6%), breastfeeding composition (65,1%), and breastfeeding technique (71,7%). However, the respondents have less knowledge in breastfeeding benefit and breastfeeding duration time (48,1%). It is recommended that breastfeeding education should emphasize on breastfeeding benefit and how long it should be given.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46785
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>