Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136187 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haridana Indah Setiawati Mahdi
"Latar belakang. Prevalensi kasus AIDS menunjukkan kenaikan tajam dalam beberapa tahun terakhir, antara lain disebabkan pemakaian narkoba suntik yang meningkat di populasi berisiko. Penggunaan obat-obat antiretroviral untuk AIDS telah banyak terbukti memperbaiki harapan, kualitas hidup dan survival pasien-pasien dengan AIDS di negara-negara maju. Penggunaan obat antiretroviral di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 2001, walaupun penggunaannya belum meluas. Belum ada laporan mengenai kesintasan pasien AIDS yang mendapat antiretroviral selama 1 tahun di Indonesia.
Tujuan. Mengetahui kesintasan 1 tahun pasien-pasien AIDS yang mendapat obat antiretroviral di Rumah Sakit Kanker Dharmais, serta membandingkan kesintasan berdasarkan jenis kelamin, usia, hitung CD4 dan cara penularan.
Metodologi. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan menelusuri rekam medik pasienpasien AIDS yang berobat ke Rumah Sakit Kanker Dharmais dengan CD4<2001mm3, yang menggunakan obat antiretroviral secara teratur sampai 1 tahun atau sampai pasien meninggal. Diidentifikasi usia, jenis kelamin, hitung CD4 (5.501mm3dan>50/mm3), cara penularan (IDU dan non-IDU). Analisis kesintasan dilakukan terhadap seluruh pasien, jugs terhadap beberapa faktor risiko (jenis kelamin, kelompok usia, hitung CD4 dan cara penularan), dengan menggunakan Kurva Kesintasan dari Kaplan-Meier dengan uji log-rank untuk menyatakan perbedaan kesintasan.
Hasil. Selama bulan April 2005 sampai Mei 2005 dilakukan penelusuran terhadap rekam medik pasien AIDS yang berobat ke RS Kanker Dharmais pada periode Januari 2002 - Mei 2005, terdapat 196 orang yang terdiri dari 182 laki-laki dan 14 perempuan dengan rentang umur antara 15 sampai diatas 36 tahun, dengan mayoritas pads kelompok umur 26-35 tahun (55,61%), median usia 3138 tahun Kesintasan pasien AIDS selama 1 tahun dengan CD4<2001mm3 didapatkan rerata kesintasan 9,03 bulan (IK 95% 8,37-9,70) median kesintasan 12 bulan, kesintasan berhubungan dengan jenis kelamin didapatkan laki-laki (rerata kesintasan 8,93 bulan) lebih pendek daripada perempuan, kesintasan berhubungan dengan cars penularan (IDU rerata 8,85 bulan) lebih pendek dari non IDU. Kesintasan berhubungan dengan usia, diantara semuanya, usia >36 tahun (rerata 8,82 bulan) paling pendek. Kesintasan berhubungan dengan CD4<501mm3 (rerata 8,15 bulan) lebih pendek dari CD4>50/mm3. Terdapat hubungan yang bermakna antara hitung CD4 dengan kesintasan (P=0,0007). Diteliti faktor penentu yang berhubungan dengan CD4 melalui uji Chi Square, didapatkan OR sebesar 3,39 (P= 0,001 dengan IK 95% 1,58 - 7,40).
Simpulan. Hitung CD4 yang rendah merupakan faktor prognostik yang buruk. Umur, jenis kelamin dan cara penularan tidak berhubungan dengan kesintasan.

Backgrounds: Prevalence of HIV/AIDS cases showed dramatically increased in the last few years, it is due to increasing injecting drug users (IDU) in risk population_ The use of antiretroviral (ARV) drugs for HIVIAIDS can reduced the mortality and morbidity in developed countries and increased the survival in AIDS's patients. The use of ARV in Indonesia has begun since 2001 even though it is not used widely. The survival report had not been published yet in Indonesia.
Objectives: The one year survival analysis for AIDS patient who received antiretroviral therapy in Dharmais Cancer Hospital based on sex, age, CD4 count and route of transmission.
Methods: Retrospective studies from medical records of AIDS patients in Dharmais Cancer Hospital with CD4 count 52001mm3 , who received ARV regularly for 1 year or until death based on sex, age, CD4 count, route of transmission with Survival Curve from Kaplan-Meier and log rank test to exam the survival differences .
Results: Between April until May 2005 from AIDS's medical records in January 2002 through May 2005, there were I96 patients (182 men and 14 women). Majority age 26-35 years old (55.61%), median age 31.38 years old. One year survival analysis with CD4 count 5 2001mm3 (mean 9.03 CI 95% 8.37-9.70) median 12 months, survival analysis in male patient (mean 8.93 month) shorter than female, survival analysis according to the route of transmission, IDU (mean 8.85 month) shorter than non IDU, survival analysis in age over 36 shortest (mean 8.82 month) from the other age and CD45501mm3 ( mean 8.15 month) shorter than CD4>50/mm 3. There's significantly survival analysis in CD4 count (P=0.0007). CD45501mm3 had 3.39 times mortality risk compare than CD4>50frnm3 (Chi Square test, with OR=3.39 (P= 0.001, CI 95% 1.58 - 7.40).
Conclusions: Low count CD4 is a bad prognostic factor. Sex, age and the route of transmission are statistically not significantly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58435
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rd. Sri Rahmi Suartini
"Perkembangan AIDS di Indonesia terjadi dengan sangat pesat Secara kumulatif. jumlah penderita AIDS di Indonesia sejak kasus pertama ditemukan pada 1 Juli 1987 sampai dengan 31 Desember 2007 adalah 11.141 kasus denganjumlah kematian 2369 kasus (21,26%), Menurut laporan tahunan terbaru dari Badan Dunia untuk penanggulangan HlV/AlDS atau UNAIDS, Indonesia berada pada urutan nomor satu di Asia terkait dengan tingkat kecepatan laju epidemi HlV, Kasus baru di Indonesia ini, paling banyak dirularkan melalui pemakaian napza suntik.
Dari hasil penelitian ini diperoleh informasi bahwa ketahanan hidup pasien AIDS dipengaruhi oleh jumlah CD4 dan tempi ARV. Sedangkan variable umur, jenis kelamin, status TBC dan status Hepatitis belum bennakna dalam mempeogaruhi ketahanan hidup pasien AIDS. Probabilitas ketahanan hidup I tahun pasien AIDS adalah 54,46% sedangkan probabilitas ketabanan hidup 3 tahun pasien AIDS adalah 40,60% dengan median ketahanan hidup 22 bulan. Pasien AIDS dengan jumlah CD4<=50 sel/mm3 memiliki risiko kematian 2.885 kali lebih besar dari pasien AIDS dengan jum1ah CD4 >50 sellmm' [Cl95% 1.481-5.619]. Pasien AIDS yang lidak mendapatkan tempi ARV memiliki risiko kematian 2.006 kati lebih besar dad pasien AIDS yang mendapatkan terapi ARV [C!95% 1.168-3.448].
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankon kepada RSKO Jakarta. agar metengkapi Iaboratorlumnya dengan sarana untuk pemcriksaan jumlah CD4 dan pada saat melaksanokan VCT agar ditegaskan tentang pentingnya deteksi dan penanganan dini dengan menggunakan media yang icpnt untuk meningkatkan ketahanan hidup pasien AIDS. Kepada PPM&PL Depkes dan Komisi Penanggulangan AiDS, dlsarankan agar menjamin ketersedian dan kelancanm distribusi ARV ke s:eluruh wilayah Indonesia serta lebih serius dalam upaya pengadaan tempi lain selain ARV yang dapat meningkatkan ketahanan hidup pasien AIDS. Sosialisasikan strategi nasionai penanggulangan HIV/ AIDS 2007-2010 dengan media dan metoda yang tepat."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T11532
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rasya Cyka Prameswari
"Diabetes Melitus dan Kanker Kolon merupakan penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Namun belum dilakukan penelitian sejenis yang menghubungkan Diabetes Melitus terhadap Kesintasan Kanker Kolon yang berasal dari Registrasi Kanker Berbasis Rumah Sakit. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan Diabetes Melitus terhadap kesintasan Kanker Kolon. Desain studi yang digunakan adalah kohort retrospektif. Populasi penelitian merupakan 939 pasien Kanker Kolon di RSKD pada tahun 2013-2017. Sampel penelitian adalah 257 pasien Kanker Kolon yang mendapatkan pengobatan di RSKD pada tahun 2013-2017 dengan metode total sampling. Data yang digunakan merupakan data Registrasi Kanker di Indonesia dan rekam medik elektronik RSKD. Hasil penelitian diperoleh kesintasan Kanker Kolon 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun pada pasien Kanker Kolon yang memiliki Diabetes Melitus di RSKD tahun 2013-2017 berturut-turut sebesar 64,80%, 59,81%, dan 51,27%. Pasien Kanker Kolon di RSKD tahun 2013-2017 yang memiliki Diabetes Melitus, memiliki risiko sebesar 1,51 (95% CI: 0,794-2,883) kali untuk terjadi kematian dibandingkan dengan pasien Kanker Kolon yang tidak memiliki Diabetes Melitus setelah dikontrol dengan usia, jenis kelamin, grade, dan metastasis. Namun asosiasi tersebut tidak bermakna secara statistik.

Diabetes mellitus and colon cancer are diseases that are widely experienced by the people of Indonesia. However, no similar studies have been conducted linking diabetes mellitus to colon cancer survival derived from Hospital-Based Cancer Registries. The purpose of the study was to determine the association of Diabetes Mellitus to the survival of Colon Cancer. The study design used was a retrospective cohort. The study population was 939 Colon Cancer patients at RSKD in 2013-2017. The study sample was 257 Colon Cancer patients who received treatment at RSKD in 2013-2017 with the total sampling method. The data used are Cancer Registration data in Indonesia and RSKD electronic medical records. The results of the study showed the survival of Colon Cancer by 1 year, 3 years, and 5 years in Colon Cancer patients who had Diabetes Mellitus at RSKD in 2013-2017 respectively, by 64.80%, 59.81%, and 51.27%. Colon Cancer patients at RSKD in 2013-2017 who had Diabetes Mellitus, had a risk of 1.51 (95% CI: 0.794-2.883) times for death compared to Colon Cancer patients who did not have Diabetes Mellitus after controlling for age, sex, grade, and metastasis. But the association was not statistically meaningful."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safarudin
"Beberapa bukti menunjukkan perubahan metabolik pada pasien kanker payudara dengan indeks massa tubuh (IMT) tinggi berhubungan resistensi insulin dan khususnya perubahan terkait produksi sitokin oleh jaringan adiposa yang merupakan kontributor utama terhadap sifat agresif dari kanker payudara yang berkembang melalui pengaruhnya terhadap angiogenesis dan stimulasi kemampuan invasif dari sel kanker. Studi kohort retrospektif yang dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IMT terhadap disease-free survival (DFS) lima tahun pasien kanker payudara.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus sampai November 2014. Sampel yang digunakan pada studi ini diambil secara konsekutif sebanyak 127 pasien. Dari studi ini, diketahui bahwa DFS lima tahun pasien kanker payudara adalah 70,0%. Berdasarkan kategori IMT, pasien kanker payudara dengan IMT tinggi (>22,9 kg/m2) memiliki DFS lima tahun yang paling besar, yaitu 75,5%, diikuti pasien dengan IMT rendah (<18,5 kg/m2) sebesar 68,6%, dan 60,4% untuk pasien dengan IMT normal (18,5?22,9 kg/m2). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa IMT tidak memiliki asosiasi dengan kejadian kekambuhan atau metastase (HR=1,052, 95% CI 0,413-2,678) setelah dikontrol oleh variabel pendidikan, sosioekonomi, stadium, keterlibatan kelenjar getah bening, histopatologi, pekerjaan, dan subtipe biologis.

There are some evidences that the metabolic changes in breast cancer patients with high body mass index (BMI) associated with insulin resistance and, in particular, the related alteration in cytokine production by adipose tissue which are major contributors to the aggressive behavior of breast cancer that develop through their effects in angiogenesis and stimulation of invasive capasity of cancer cells. Retrospective cohort study conducted at the Dharmais National Cancer Hospital aims to determine the effect of BMI on five-year disease-free survival (DFS) breast cancer patients.
This study was conducted from August to November 2014. The samples in this study were collected consecutively as many as 127 patients. From this study, it is known that the five-year DFS of breast cancer patients was 70.0%. Based on the category of BMI, breast cancer patients with high BMI (>22.9 kg/m2) had the biggest DFS, followed by low BMI (<18,5 kg/m2) and normal BMI (18,5 ? 22,9 kg/m2) that the precentages successively were 75.5%, 68.6%, and 60.4%. Multivariate analysis showed that BMI was not associated with the events of recurrence or metastases (HR 1.055; 95% CI 0.413-2.678) after being controlled by other variables, such as education, sosioeconomic, staging, lymph node involvement, histopathology, occupation, and biological subtypes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43328
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Cahyanti
"Latar Belakang: Kanker paru adalah penyakit dengan ancaman serius di Indonesia. Progresifitas massa tumor merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesintasan hidup pasien kanker paru. Karsinoma sel kecil (KPKSK) menunjukkan progresifitas yang lebih tinggi daripada karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK). Beberapa studi menunjukkan bahwa pasien KPKBSK memiliki tingkat kesintasan hidup yang lebih baik daripada pasien KPKSK. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbedaan kesintasan antara pasien KPKSK dan KPKBSK di Rumah Sakit Kanker "Dharmais" (RSKD) dengan mengontrol variabel umur, jenis kelamin, stadium klinis, dan penatalaksanaan.
Metode: Studi kohort retrospektif ini melibatkan 949 partisipan (KPKSK dan KPKBSK) di RSKD dari tahun 2013 hingga 2017, dengan follow-up hingga tahun 2021. Tingkat kesintasan dianalisis menggunakan metode Kaplan-Meier, dan efek prediktor dinilai dengan model Cox proportional hazard.
Hasil: Kesintasan pasien KPKSK di RSKD pada periode 2013-2017 lebih rendah dibandingkan dengan pasien KPKBSK. Kesintasan di tahun pertama pada pasien KPKSK adalah 31,21%, dan pada tahun ketiga, keseluruhan pasien KPKSK meninggal. Pada pasien KPKBSK, kesintasan di tahun pertama, ketiga, dan kelima berturut-turut adalah 45,19%, 23,62%, 15,92%. Median waktu kesintasan pasien KPKSK adalah hari ke-172, lebih pendek dibandingkan dengan pasien KPKBSK (hari ke-272). Setelah mengontrol variabel-variabel kovariat, tidak terdapat perbedaan kesintasan yang bermakna secara statistik antara pasien KPKSK dan KPKBSK (p > 0,05).
Kesimpulan: Studi menunjukkan bahwa kesintasan pasien KPKSK lebih rendah dibandingkan dengan pasien KPKBSK di RSKD; namun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan signifikan setelah mengontrol variabel umur, jenis kelamin, stadium klinis, dan penatalaksanaan.

Background: Lung cancer is a disease with a serious threat in Indonesia. Tumor mass progression is one of the factors influencing the survival of lung cancer patients. Small cell carcinoma (SCLC) shows higher progression compared to non-small cell carcinoma (NSCLC). Several studies have shown that NSCLC patients have a better survival rate than SCLC patients. This study aims to assess the difference in survival rates between SCLC and NSCLC patients at Dharmais Cancer Hospital while controlling for age, gender, clinical stage, and management.
Method: This retrospective cohort study involved 949 participants (SCLC and NSCLC) from 2013 to 2017, with follow-up until 2021. Survival rates were analyzed using the Kaplan-Meier method, and the predictor effect was assessed using the Cox proportional hazard model.
Results: The survival rate of SCLC patients at Dharmais Cancer Hospital during the period 2013-2017 was lower compared to NSCLC patients. The survival rate in the first year for SCLC patients was 31.21%, and by the third year, all SCLC patients had passed away. For NSCLC patients, the survival rates in the first, third, and fifth years were 45.19%, 23.62%, and 15.92%, respectively. The median survival time for SCLC patients was day 172, which was shorter compared to NSCLC patients (day 272). After controlling for covariate variables, there was no statistically significant difference in survival between SCLC and NSCLC patients (p > 0.05).
Conclusion: The study shows that the survival rate of SCLC patients is lower than NSCLC patients at Dharmais Cancer Hospital , but statistically, there is no significant difference after controlling for age, gender, clinical stage, and management.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priska Mareindri Agnest George
"ABSTRAK
Kanker nasofaring (KNF) merupakan jenis kanker kepala dan leher yang disebabkan oleh tumbuhnya sel-sel ganas pada bagian nasofaring. Kanker ini dapat diobati dengan kemoterapi, radioterapi, dan atau keduanya. Salah satu efek samping dari radiasi sebagai langkah pengobatan KNF, khususnya setelah radiasi yaitu rusaknya kelenjar tiroid. Rusaknya kelenjar tiroid dapat mengakibatkan kelenjar tiroid dalam tubuh tidak cukup dalam memproduksi hormon tiroid yang dibutuhkan tubuh. Hal tersebut dinamakan hipotiroid. Perkembangan hipotiroid pada tiap pasien KNF pascaradiasi berbeda sesuai dengan faktor-faktor tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat perkembangan hipotiroidisme pada pasien KNF pascaradiasi serta faktor yang berasosiasi dengan tingkat perkembangan hipotiroid. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan perluasan dari classification and regression tree (CART). Algoritma survival yang digunakan dalam penelitian ini yaitu relative risk tree. Hasil yang diperoleh dari colorival tree adalah perkembangan hipotiroid pada pasien dengan produksi keringat tidak berkurang cenderung lebih lambat daripada pasien dengan produksi keringat berkurang. Selain itu, perkembangan hipotiroid pada pasien yang memiliki total skor gejala hipotiroid Zulewski 1,5 lebih lambat daripada pasien yang memiliki total skor gejala hipotiroid Zulewski.

ABSTRACT
Nasopharyngeal cancer (NPC) is a type of head and neck cancer that caused by malig- nant cells in the nasopharynx. This cancer can be given with chemotherapy, radiotherapy, and or all. One of the side effects of radiation as a step in NPCs treatment, specifically after radiation is thyroid damage. Damage to thyroid hormones that can be done in the body is not enough to produce thyroid hormones that the body needs. This is called hy- pothyroidism. The development of hypothyroidism in each post-radiation NPCs patient is different according to certain factors. The aim of this study was to analyze the rate of development of hypothyroidism in post-radiation NPCs patients as well as factors re-lated to the rate of hypothyroid development. The method used in this study is a survival tree. Survival tree is the extensions of classification and regression trees (CART). The survival tree algorithm used in this study is a relative risk tree. The results obtained from the survival tree are the development of hypothyroidism in patients with sweat production does not reduce more than patients with reduced sweat production. In addition, the development of hypothyroidism in patients who have a total score of Zulewski 1.5 slower than patients who have a total score of Zulewskis hypothyroid symptoms with criteria 1.5."
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saudale, Alexander Michael Joseph
"Latar Belakang: Kanker pankreas adalah penyebab kematian keempat yang berhubungan dengan keganasan di Amerika Serikat, dan diperkirakan akan menjadi penyebab kematian kedua di tahun 2030 di United Kingdom. Indonesia belum memiliki data kesintasan kanker pankreas dan faktor-faktor yang memengaruhinya.Tujuan: Mengetahui kesintasan 1 tahun kanker pankreas dan faktor- faktor yang memengaruhinya di RS dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.Metode: Dilakukan penelitian kohort retrospektif menggunakan data dari rekam medis pasien kanker pankreas RS dr. Cipto Mangunkusumo antara Januari 2012 - Desember 2016. Faktor umur, jenis kelamin, metastasis, stadium, komorbid dan pengobatan dianalisis secara bivariat dan multivariat menggunakan Cox Proportional Hazards Regression untuk mendapatkan Hazard Ratio HR setiap faktor prognosis. Kesintasan kumulatif 1 tahun setelah diagnosis dinyatakan dengan kurva Kaplan- Meier.Hasil: Dari 83 subyek penelitian proporsi laki-laki adalah 62.7, usia ge; 50 tahun 68,7, dengan rentang usia 33-79 tahun, dan rata-rata 55 tahun. Pada analisis bivariat didapati hubungan bermakna secara statistik kesintasan dengan variabel komorbid HR 2,116 IK 95 1,335-3,513 p< 0,002, metastasis HR 3,802 IK 95 1,995-7,249 p

Background Pancreatic cancer is the fourth leading cause of death associated with malignancy in the United States, and is thought to be the second leading cause of death in 2030 in the United Kingdom. Currently, Indonesia has no data on the survival of pancreatic cancer and the factors that affect it. Aim This study aims to know the 1 year survival of pancreatic cancer and its influencing factors. Methods A retrospective cohort study was performed using data from the medical record of pancreatic cancer patients in dr Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta, from January 2012 to December 2016. Age, sex, metastasis, stage, comorbidities, and treatment were analyzed bivariate and multivariate using Cox Proportional Hazards Regression to obtain Hazard Ratio HR for each prognostic factor. The 1 year cumulative survival rate after diagnosis is expressed by the Kaplan Meier Curve.Results Of 83 subjects, the proportion of male was 62,7, age ge 50 years 68,7, with age range 33 79 years, and 55 years on average. In bivariate analysis, there was a statistically significant relationship of survival with comorbidities HR 2.116 95 CI 1.335 3.513 p 0.002, metastasis HR 3.802 95 CI 1.995 7.249 p 0.001, palliative treatment HR 2.108 95 CI 1.077 4.125 p 0.029 and group without treatment HR 2.924 95 CI 1.496 5.716 p 0.002. Multivariate analysis showed that metastasis provided the greatest risk of death with HR 4.306 95 CI 2.125 8.724 p 0.001. Palliative group HR was 2.510 95 CI 1.245 5.061 p 0.010 while the group without treatment gave HR 2.535 95 CI 1.277 5.032 p 0.008. Conclusion The overall survival of 1 year of pancreatic cancer patients was 14, with median survival of 6 months. The presence of metastasis and the decision not to do curative therapy Whipple surgery in patients with pancreatic cancer in dr Cipto Mangunkusumo General Hospital are the primary factors that negatively affect the 1 year survival rate. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Wandasari Singgih
"Infeksi HIV dan penyakit AIDS saat ini telah menjadi masalah kesehatan global. Sejak awal abad ke 21 peningkatan jumlah kasus semakin mencemaskan di Indonesia. Penyebaran infeksi HIV biasanya terjadi pada perilaku seksual, tetapi beberapa tahun belakangan ini resiko penularan lebih banyak terjadi pada pengguna narkoba suntik.
Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif dengan 164 sampel dan dilakukan selama juli-september 2012 yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cara penularan terhadap ketahanan hidup 9 tahun pasien HIV/AIDS di RS Kanker Dharmais Jakarta Tahun 2003-2011 setelah dikontrol oleh variabel lain, dengan faktor confounding yaitu jumlah CD4, infeksi oportunistik, jenis kelamin, usia, status pernikahan, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan daerah tempat tinggal. Data penelitian diperoleh melalui data rekam medis RS. Data dianalisis dengan menggunakan analisis survival metode kaplan meier dan dilanjutkan dengan analisis multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas kumulatif ketahanan hidup secara umum pada pasien HIV/AIDS cukup baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar CD4 terhadap ketahanan hidup (nilai p=0,03) dan infeksi oportunistik terhadap ketahanan hidup (nilai p=0,00. Faktor infeksi oportunistik dan jumlah CD4 memiliki hubungan dengan cara penularan untuk mempengaruhi ketahanan hidup 9 tahun pasien HIV/AIDS dan terbukti sebagai faktor confounding. Sedangkan faktor counfounding lain tidak menunjukkan adanya hubungan terhadap ketahanan hidup 9 tahun pasien HIV/AIDS.
Hal yang disarankan adalah menekankan penatalaksanaan yang lebih intensif terhadap pencegahan infeksi oportunistik pada pasien yang sudah positif HIV.

HIV and AIDS infection has been a pandemic health problem. Since the beginning of 21 century, case increasing in Indonesia has so disquiet. Infection transmission of HIV commonly happen to sexual activity, but the risk of transmission in drug user become more increase recently years.
This research use cohort retrospective design with 164 samples as long july until novemver 2012 which have purpose for knowing the relationship between transmission way to 9 years survival of HIV/AIDS patient at Dharmais Cancer Hospital, Jakarta 2003-2011 after adjustment with other variables. And also will discuss about CD4, opportunistic infection, other treatment history, sex, age, marriage state, type of occupations, education level, and domicile. Research data get from hospital medical record. Analized data use Kaplan meier survival analysis until multivariate test.
Research result show that survival cumulative probability of HIV/AIDS patients in generally is good. And also, there is a significant relation between CD4 to survival (Pvalue =0.03) and opportunistic infection to survival (Pvalue = 0.001). Opportunistic infection and CD4 proved as confounding factor between transmission way to survival. While, the other confounding factors haven’t significant relationship to 9 years survival of HIV/AIDS patients.
Recommended suggestion is to accentuating management for opportunistic infection prevention.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T33171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardy Wildan
"Latar Belakang. Kanker kolorektal merupakan penyakit keganasan ketiga terbanyak di dunia dan memiliki mortalitas yang cukup tinggi terutama bila ditemukan pada stadium lanjut. Kesintasan pasien KKR stadium IV dan faktor yang berhubungan perlu diketahui untuk menentukan perbaikan pada tata laksana KKR. Tujuan. Mengetahui kesintasan satu tahun pasien kanker kolorektal stadium IV serta hubungan usia, lokasi tumor, lokasi metastasis, kemoterapi, terapi target, serta diferensiasi tumor dengan kesintasan dalam satu tahun Metode. Penelitian dilakukan dengan metode kohort retrospektif dengan subyek penelitian pasien kanker kolorektal stadium IV yang berobat ke RSCM sejak Januari 2018 hingga Mei 2020. Data pasien dan faktor yang berhubungan diambil dan dilakukan pengamatan selama 1 tahun sejak pasien pertama kali terdiagnosis stadium IV. Kesintasan dinilai dengan metode Kaplan-Meier dan dilanjutkan dengan uji log-rank untuk faktor yang berhubungan. Hasil. Penelitian ini berhasil mengumpulkan 214 subyek dengan kesintasan 1 tahun sebesar 43% dengan median kesintasan 11 bulan. Pasien yang memiliki berat badan kurang [HR 1,495; IK 1,028-2,173; (p=0,035)] dan tidak mendapatkan kemoterapi [HR 4,466; IK 3,027-6,588; (p=<0,001)] merupakan faktor yang bermakna secara statistic terhadap kesintasan satu tahun pasien KKR stadium IV di RSCM. Kesimpulan. Kesintasan satu tahun pasien KKR stadium IV di RSCM hampir sama dengan negara Asia lain. Pemberian kemoterapi dan berat badan kurang memiliki hubungan yang signifikan dengan mortalitas KKR stadium IV.
Background. Colorectal cancer is the third most common types of cancer in the world. Colorectal cancer has high mortality especially when found in later stage. The survival and its associated factors should be known to improve the cancer treatment. Objective. This study was undertaken to document one year survival for colorectal cancer and whether age, tumor side, metastatic location, chemotherapy, targeted therapy, and tumor differentiation are associated with one year survival. Methods. This study is a retrospective cohort study. The subjects are stage IV colorectal cancer patients in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo since January 2018-May 2020. Data of patients and its mortality status within one year is documented since the patients diagnosed with stage IV colorectal cancer. Survival was done using Kaplan-Meier method and continued with log-rank test. Result. We collected 214 subjects and 1 year survival rate is 43% with survival median of 11 months. Patients who are underweight [HR 1,495; 95% CI 1,028-2,173; (p=0,035)] and did not received chemotherapy [HR 4,466; 95% CI 3,027-6,588; (p=<0,001)] were associated with one year survival of mCRC in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Conclusion. One year survival for mCRC in RSUPN Cipto Mangunkusumo is similar to other Asian countries. Chemotherapy and underweight were associated with survival in 1 year observation."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Malikur Chair
"Latar belakang. Sindrom vena kava superior adalah kumpulan gejala akibat penekanan atau infiltrasi terhadap vena kava superior dan merupakan kegawatdaruratan medis yang perlu ditatalaksana segera. Penilaian karakteristik dan kesintasan penting dalam menentukan diagnosa dan tatalaksana pasien SVKS.
Tujuan. Mengetahui karakteristik dan kesintasan 90 hari pasien SVKS di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo dan Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Metode. Studi menggunakan desain kohort retrospektif yang dilakukan melalui catatan rekam medik pasien SVKS selama bulan Januari 2000 hingga Desember 2011 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo dan Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Hasil. Dari 151 subjek penelitian, terbanyak didapatkan pada jenis kelamin laki-laki (76,2 %), rentang umur 46-60 tahun (46,3%) dengan manifestasi yang sering ditemukan berupa sesak napas, distensi vena leher dan bengkak di wajah. Gambaran radiologis massa yang tersering adalah di bagian mediastinum superior. Non small cell lung cancer merupakan jenis penyebab SVKS yang terbanyak. Kesintasan kumulatif pasien SVKS dalam 90 hari adalah 54% dengan rerata kesintasan adalah 42,5 (SE 5,2) hari serta gambaran kesintasan yang menetap mulai hari ke-60.
Kesimpulan. Kejadian SVKS terbanyak ditemukan pada pasien non small cell lung cancer, jenis kelamin laki-laki dan rentang usia 46-60 tahun dengan manifestasi klinis yang sering ditemukan adalah sesak napas, distensi vena leher dan bengkak pada wajah. Kesintasan kumulatif pasien SVKS dalam 90 hari adalah 54% dengan rerata kesintasan adalah 42,5 (SE 5,2) hari serta gambaran kesintasan yang menetap mulai hari ke-60.

Introduction. Superior vena cava syndrome is a syndrome due to compression or infiltration to superior vena cava and is a medical emergency that needs to be managed immediately. The study of characteristic and survival rate of SVCS patients. is important to determine the diagnosis and treatment.
Objective. To obtain the characteristic and 90 days survival rate of SVCS patients in Cipto Mangunkusomo and Dharmais Cancer Hospital.
Methods. This is a restrospective cohort study conducted through medical record of SVCS patients during January 2000 to December 2011 in Cipto Mangunkusomo and Dharmais Cancer Hospital.
Result. The study population was 151 subjects and most of the patients were male (76.2%). The age of the patient mostly range from 46 to 60 years old (46,3%). Dyspnoe, neck vein distention and facial swelling were the frequent chief complains. The location of the mass based on radiological examination was found mostly in superior mediastinum. Non small cell lung cancer is the most common etiology of SVCS patient. The cumulative survival of SVCS patient in 90 days is 54 %, mean survival was 42.5 (SE 5.2) and the survival rate showed plateau appearance from the day of 60th.
Conclusion. Superior Vein Cava Syndrome patients in this study mostly due to non small cell lung cancer, found mostly in males and the age range was 46-60 years old. Dyspnoe, neck vein distention and facial swelling were the frequent chief complains. The cumulative survival of SVCS patient in 90 days is 54 %, mean survival was 42.5 (SE 5.2) and the survival rate showed plateau appearance from the day of 60th.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T32753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>