Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93349 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rastra Rantos
"ABSTRAK
Regurgitasi merupakan suatu kejadian keluarnya isi lambung ke arah farings dan mulut tanpat adanya usaha paksa dari bayi. Keadaan ini sering ditemukan pada tahun pertama kehidupan dan umumnya disebabkanm oleh refluks gastroesofagus (RGE) akibat imaturitas mekanisme anti-refluks pada sfinger esofagus bagian bawah (SEB). Data di negara maju melaporkan sekitar 50% bayi sehat berumur 0-3 bulan mengalami regurgitasi paling sedikit 1 kali setiap harina dan meningkat 70% pada usia 6 bulan, hingga menurun secara bertahap hingga 10% pada umur 12 bulan dan 5% pada umur 12-18 bulan.
Tata laksana yang adekuat sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya masalah klinis akibat regurgitasi yang berlanjut, antara lain esofagitis, striktur esofagus, mainutrisi, atau problem respiratorik. Langkah pertama tatla laksana regurgitasi adalah parental reassurance dan dilanjutkan dengan pemberian thickening milk sebagai susu anti regurgitasi, sedangkan terapi posisi seiain seringkoli membuat bayi tidak nyaman,hanya diberikan pada kasus tertentu mengingat meningkatnya kejadian sudden infant death syndrome (SIDS)."
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendapatkan efek thickening pada susu. Di negara maju telah tersedia thickening milk komersil dan terbukti dapat menurunkan fiekuensi regurgitasi. Locust bean gum merupakan salah satu bahan yang dikandung dalam thickening milk komersil dan mempunyai fek thickening. Locust &can gum tidak dipecah oleh enzim amilase kelenjar liar dan asam lambung sehingga tetap dapat mempertahankan efek thickeningnya.
Jenis susu tersebut masih terbatas pada negara berkembang dan harganyapun relatif mahal. Dengan mempertimbangkan efek positif dari thickening milk, maka telah dilakukan modifikasi thickening milk dengan cara menambahkan 1 sendok takar (5 g) tepung beras ke dalam 100 cc larutan susu. Dari beberapa laporan, cara ini juga memperlihatkan hasil yang positif dalam menurunkan frekuensi regurgitasi, meskipun tidak sebesar thickening milk kontersil. Beberapa kendala ditemukan pada thickening milk modifikasi, antara lain pemberian susu memerlukan lobang dot lebih besar, densitas kalori lebih tinggi sehingga komposisi nutrisi yang dikandungnya tidak sesuai dengan komposisi nutrisi yang dianjurkan. Beberapa bayi dilaporkan mengalami konstipasi. Walaupun demikian, thickening milk modifikasi masih merupakan terapi alternatif pada regurgitasi terutama di negara berkembang, karena selain memperlihatkan efek positif, cara ini jauh lebih murah.
Penggunaan kedua jenis thickening milk (komersil dan modifikasi) belurn pernah dilaporkan di Indonesia, sedangkan prevalens- regurgitasi pada bayi Indonesia cukup tinggi, oleh karena itu, cukup beralasan melakukan penelitian mengenai efektivitas thickening milk pada bayi Indonesia yang mengalami regurgitasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T58751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lazuardi Gayu Ilhami, author
"Stunting masih menjadi salah satu masalah gizi balita di Indonesia. Sebanyak 37,2 balita pada tahun 2013 memiliki tinggi badan yang kurang. Terdapat banyak faktor yang membuat balita memiliki tinggi badan yang kurang, di antaranya adalah praktik pemberian makanan pendamping ASI MP-ASI yang belum dilakukan dengan baik dan benar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu terkait MP-ASI dengan tinggi badan balita. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional. Subyek penelitian dipilih sebanyak 100 orang dari warga Kampung Melayu, Jakarta Timur dengan teknik consecutive sampling. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai MP-ASI dan alat ukur tinggi badan balita.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat 35,0 balita stunting dan 25,0 ibu yang memiliki pengetahuan mengenai MP-ASI yang kurang. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu mengenai MP-ASI dengan tinggi badan balita p=0,021 dengan nilai prevalence ratio sebesar 2 IK95 1,21 sampai 3,31 . Pengetahuan ibu yang adekuat mengenai MP-ASI berimplikasi pada praktik pemberian MP-ASI yang baik dan benar yang menyebabkan perbaikan gizi balita dan berujung pada penurunan risiko terjadinya stunting.

Stunting is still one of the nutritional problems among toddlers in Indonesia. Up to 37.2 toddlers in 2013 were stunted. There are many factors that lead infants having shorter body length, one of these is the practice of weaning among the mothers that is not appropriate.
This research is aimed to analyze the association between the knowledge of the complementary food and its feeding practice among the mothers and the toddler rsquo s body length. This is an analytic observational study that uses cross sectional design. There are 100 respondents who are chosen from the Kampung Melayu civilians in Jakarta using the consecutive method of sampling. Data are collected by using a questionnaire and a simple stature meter.
The result is that there are 35.0 stunted toddlers and 25.0 of the mothers are having an inadequate knowledge about complementary food and its feeding practice. There is a significant association between mother rsquo s knowledge of complementary food and toddler rsquo s body length p 0.021 with the value of prevalence ratio is 2 CI95 1.21 up to 3.31 . Adequte knowledge of complementary food and its feeding practice will leads to the better nutritional status of the toddlers and eventually decrease the risk of stunting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayah K. Husaini
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996
664.62 YAY m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rina
"Latar Belakang: Gizi merupakan salah satu komponen penting dalam tubuh manusia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita.
Metode: penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. populasi yang diteliti adalah balita berumur 7-59 bulan di Kecamatan Geragai Kabupaten Taniung Jabung Timur Propinsi Jambi Tahun 2012. Analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi square.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa persentase balita dengan status gizi kurang sebesar 14%. Berdasarkan uji bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu, pola asuh, penghasilan keluarga, penyakit infeksi, sarana air bersih dan jarak sumur dengan jamban/WC dengan status gizi balita.

Background: Nutrition is a vital component in the human body.
Purpose: This study aimed to determine the factors associated with nutritional status of children.
Methods: This study used analytical research method With cross sectional approach. Population studied Was children aged 7-59 months in Geragai District of Tanjung J abung Timur Jambi by 2012. Bivariate analysis using Chi square test.
Results: The study showed that the percentage of children with malnutrition status by 14%. Based on bivariate test showed a significant relationship between maternal education, parenting, family income, infectious diseases, water source wells and the distance to the toilet 1' WC with nutritional status of children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi Nita
"Air susu ibu (ASI) merupakan makanan bayi yang paling baik dan bersifat unik karena spesifik untuk spesies manusia. Pemberian ASI secara eksklusif (ASI eksklusif) adalah pemberian nutrisi yang ideal dan cukup untuk bayi sampai berusia 6 bulan. Pada tahun 1992, UNICEF dan WHO meluncurkan apa yang disebut "Baby Friendly Hospital Initiative" (Rumah Sakit Sayang Bayi = RSSB), yang bertujuan memperbaiki pelayanan maternal dan neonatal di rumah sakit sehingga para ibu dapat menyusui bayinya dengan balk melalui penerapan "Ten Steps to Successful Breastfeeding" (Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui = 10 LMKM).
Dalam kenyataan sehari-hari di masyarakat, para ibu umurnnya sudah mulai menyusui sejak bayinya lahir, tetapi sebelum bayi berusia 6 bulan mereka telah menghentikan pemberian ASI atau ditambah dengan makanan lain. Angka cakupan ASI eksklusif 0-4 bulan menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 masih rendah yaitu sebesar 55%, sedangkan target yang akan dicapai pada tahun 2010 pemberian ASI eksklusif adalah sebesar 80%.
Sejauh ini, angka pemberian ASI eksklusif yang sebenarnya di lapangan tidak diketahui dengan pasti. Pencatatan yang dilakukan oleh Puskesmas adalah jumlah kunjungan ibu yang memberikan ASI eksklusif tanpa verifikasi apakah benar ASI diberikan secara eksklusif kepada bayi. Di samping itu, data jumlah kunjungan tidak mencerminkan jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang cerrnat dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memverifikasi perilaku menyusui ibu di lapangan.
Faktor-Faktor yang Menghambat Pemberian ASI Eksklusif Banyak alasan mengapa ibu tidak memberikan AST kepada bayinya. Suatu survei mengungkapkan beberapa alasan ibu memberikan susu formula atau makanan tambahan, antara lain: ASI kurang atau tidak keluar (38,0%), dianggap sudah waktunya (27,1%), ibu bekerja (18,6%), dan bayi tidak mau (6,1%).
Faktor-faktor yang mempengaruhi angka menyusui tidak hanya beragam dan kompleks, tetapi juga berpengaruh secara berlainan dalam situasi yang berbeda. Pendidikan ibu misalnya, berkaitan dengan angka menyusui yang lebih tinggi di negara-negara maju tetapi lebih rendah di negara-negara berkembang. Pengaruh budaya dan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuannya menyusui juga dapat berbeda dan mempengaruhi sikap ibu terhadap menyusui.
Faktor-faktor yang diketahui berkaitan dengan penghentian pemberian ASI antara lain merokok, paparan terhadap asap rokok, ibu sedang mendapat obat, problem fisik seperti obesitas dan masalah kejiwaan seperti depresi, serta keadaan yang membuat sulit menyusui, seperti kembali bekerja atau sekolah.
Promosi susu formula dalam bentuk paket-paket edukasi dari perusahaan susu formula pada kunjungan antenatal telah terbukti meningkatkan penghentian pemberian ASI dalam 2 minggu pertama pasca bersalin. Ironisnya, paket-paket tersebut diberikan oleh para tenaga kesehatan yang melayani pelayanan antenatal para ibu hamil."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Andriani
"Malnutrisi sejak pembuahan hingga usia 2 tahun dapat menimbulkan gangguan otak, yang memengaruhi kemampuan kognitif, kesehatan fisik dan produktivitas anak di masa depan. Pada bayi malnutrisi umumnya disebabkan kesalahan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Peran Dokter terutama dokter spesialis anak untuk memberikan edukasi kepada ibu mengenai praktik pemberian MPASI yang benar sangat diperlukan. Perlu modul edukasi yang dapat digunakan untuk memberikan konseling kepada ibu.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian mixed method dengan model eksploratori sekuensial yang terdiri atas tiga tahap penelitian. Tahap pertama studi kualitatif untuk penyusunan modul ABC-MPASI, diikuti dengan studi kuantitatif tahap I dan II. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2019–Juli 2021. Studi kualitatif penyusunan modul dilakukan dengan studi pustaka dan telaah pakar I, II dan III. Telaah pakar I menggunakan metode Delphi 2 putaran, wawancara mendalam, dilanjutkan dengan telaah pakar II menggunakan metode diskusi grup. Telaah pakar III dilakukan dengan metode wawancara mendalam dengan ahli dan target audiens. Dari studi kualitatif dihasilkan modul ABC-MPASI-Press dan ABC-MPASI- Vid. Selanjutnya modul yang dihasilkan diujicobakan dalam penelitian tahap I. Penelitian tahap I dilakukan dengan desain Randomized Control Trial, terdiri atas 3 kelompok subjek penelitian. Digunakan metode cluster sampling untuk membandingkan efektivitas modul yang dihasilkan (modul ABC-MPASI-Vid dan ABC-MPASI-Press) dibandingkan dengan kontrol (hanya mendapatkan buklet KIA). Penelitian tahap II menggunakan desain one group eksperimental pre dan post untuk menilai efektivitas modul ABC-MPASI-Vid dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu, asupan makan bayi dan pertumbuhan bayi.
Didapatkan hasil modul ABC-MPASI-Vid dan ABC-MPASI-Press dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai praktik MPASI lebih baik dibandingkan buklet KIA, namun modul ABC-MPASI-Vid lebih efektif dalam meningkatkan perilaku ibu. Intervensi dengan modul ABC-MPASI-Vid tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Peningkatan pengetahuan dan perilaku ibu meningkatkan asupan makan bayi berdasarkan perbaikan parameter Minimum Di- etary Diversity (MDD), Minimum Meal Frequency (MMF) dan Minimum Acceptable Diet (MAD) serta perbaikan asupan kalori, protein dan lemak pada kunjungan akhir pasca edukasi. Peningkatan antropometri secara bermakna dilihat dari tren pertumbuhan bayi dengan menilai weight increment dan length increment bayi pasca edukasi selama 3 bulan pemantauan.
Disimpulkan intervensi dengan modul ABC-MPASI-Vid dan ABC-MPASI-Press dapat meningkatkan pemahaman materi MPASI dan pengetahuan ibu mengenai praktek MPASI yang benar. Modul ABC-MPASI-Vid lebih efektif dalam meningkatkan perilaku ibu dalam praktek pemberian MPASI yang benar dan dapat digunakan oleh ibu dengan berbagai latar belakang tingkat pendidikan. Intervensi dengan modul ABC-MPASI-Vid dapat meningkatkan asupan MPASI bayi dari segi jumlah asupan protein dan energi, perbaikan komposisi asupan MPASI terutama pemberian lemak dan zat besi, dan peningkatan persentase bayi yang memenuhi krite- rian MDD, MMF dan MAD. Bayi yang diasuh oleh ibu yang mendapatkan intervensi edukasi dengan modul ABC-MPASI-Vid memiliki perubahan bermakna tren pertumbuhan normal yang dinilai dengan weight increment dan length increment (nilai p = 0,015) dan penurunan bayi dengan nilai WI dan LI abnormal sebesar 22,9% pada periode sebelum intervensi ke periode setelah intervensi.

Malnutrition occurring during the critical period of children's growth may contribute to disturbances in the brain, affecting their future cognitive abilities, physical health, and productivity; and is generally caused by errors in complementary feeding practice. The role of physicians, especially pediatricians, is to provide education to mothers regarding the correct complementary feeding practice to overcome this problem. This research assessed the need for a practical educational module for complementary feeding practice to provide counseling to mothers from various backgrounds.
This study was carried out from February 2019–July 2021, utilizing a mixed-methods design and a sequential exploratory model consisting of three research stages. The first research stage is a qualitative study for the preparation of the complementary feeding practice module, followed by two quantitative studies. The qualitative study was carried out using a literature study, preliminary research, and three experts panels; with the latter applying the 2-round Delphi method, focus group discussion, and in-depth interviews with experts and the target audience. From the qualitative study, a booklet (ABC-MPASI-Press) and video (ABC-MPASI- Vid) modules were formulated, which were further studied during phase I of the quantitative research using a randomized control trial design with 3 intervention groups. This study aimed to determine the effectiveness of the formulated modules in comparison with the control group (only receiving the Maternal and Child Health (MCH) booklet. Phase II of the quantitative research utilized a one group experimental pre-post-test design to assess the effectiveness of the education modules in increasing mothers’ knowledge and behavior, and in turn, infants’ feeding intake and growth.
Both the ABC-MPASI-Vid and ABC-MPASI-Press modules resulted in a higher increase of mothers’ knowledge in complementary feeding practice compared to the MCH booklet, with the video module being more effective in improving mothers’ behavior. This increase of knowledge and behavior in mothers, in turn, increased their infants’ food intake, as shown by the improvements of the Minimum Dietary Diversity (MDD) and Minimum Acceptable Diet (MAD) parameters, as well as improvements in calorie, protein, fat and iron intakes during their final visit. A significant increase in weight increment (WI) and length increment (LI) was found after intervention.
It was concluded that the intervention with the ABC-MPASI-Vid and ABC-MPASI-Press mod- ules could improve mother's understanding of the complementary feeding material and mother's knowledge regarding the correct complementary feeding practice. The ABC-MPASI-Vid mod- ule is more effective in improving the behavior of mothers in correct complementary feeding practice and can be used by mothers with various educational backgrounds. Interventions with the ABC-MPASI-Vid module can increase complementary food intakes in terms of the amount of protein and energy intake, improve the composition of complementary foods, especially fat and iron intakes, and increase the percentage of infants who meet the criteria for MDD and MAD. Babies raised by mothers who received educational intervention with the ABC-MPASI- Vid module had a significant change in the normal growth trend, as assessed by weight incre- ment and length increment (p value = 0.015), with a decrease in infants with abnormal W1 and L1 values of 22.9% after the intervention.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Sari
"Praktik Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak usia 6-23 bulan. Kebiasaan makan sehat pada anak tidak hanya bergantung pada nutrisi yang diberikan, tetapi peran sentral orang tua baik ayah maupun ibu dalam pengasuhan dan praktik pemberian MPASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan praktik pemberian MPASI yang dilakukan oleh ayah dan ibu terhadap respons anak saat makan. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain cross sectional. Responden pada penelitian ini terdiri dari ayah dan ibu yang mempunyai anak usia 6-23 bulan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah metode probability sampling dengan teknik multistage cluster sampling. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 293 orang, yang dibagi pada dua kota besar di Indonesia yakni Kota Jakarta dan Palembang. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner elektronik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan praktik pemberian MPASI oleh ayah dan ibu, perbedaan yang bermakna signifikan terlihat pada lingkungan makan keluarga, terdapat korelasi positif dan cukup kuat (r=0,26-0,50) antara praktik pemberian MPASI oleh ayah dan ibu dengan respons anak saat makan, terdapat hubungan yang bermakna antara durasi, metode, dan lingkungan yang mendukung pemberian MPASI dengan respons anak saat makan; serta tidak terdapat hubungan bermakna antara waktu pengenalan dan jenis MPASI dengan respons anak saat makan (p-value> 0,05). Simpulan yang didapat adalah praktik pemberian MPASI oleh ayah cenderung lebih responsif dibandingkan ibu. Program edukasi dan intervensi yang melibatkan orangtua khususnya ayah perlu dikembangkan dalam pemberian makan anak.

Complementary feeding practice is a crucial for growth and development of children aged 6-23 months. Healhty eating habits in children are infleunced not only by nutrition provided but also by the pivotal role of both parents in caregiving and CF practices. This study aims to compare the complementary feeding practices performed by fathers and mothers in relation to the child’s response during feeding. This research employs a quantitative approach with a cross-sectional design. This quantitative study adopts a cross-sectional design. The inclusion criteria for the sample are parents who have children aged 6-23 months. The sampling method is probability sampling with multistage cluster sampling technique. The total sample size is 293, distributed across two major cities in Indonesia, Jakarta and Palembang. The data collection tool utilized is an online questionnaire. The study indicates significant differences in CF between mothers and fathers, particularly in the family meal environment. A significant and moderately strong positive correlation was found between CF and child’s response during feeding (r=0,26-0,50). Additionaly, there is significant relationship with duration, method, and the supportive environment, but no significant relationship was found with the timing of introdution, and type of CF, and the child’s response during feeding (p-value> 0,05). The study concluded that father tend more responsive compared to mother. Therefore, educational and intervention programs involving parents, particularly fathers, should be developed to enhance children’s feeding practices"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyun Wahyuni
"Persepsi Ketidakcukupan ASI (PKA) adalah pikiran atau perasaan ibu terhadap kondisi ketiadaan atau berkurangnya produksi ASI sehingga ibu merasa bahwa ASI-nya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. PKA menjadi alasan utama ibu berhenti menyusui pada usia bayi yang masih dini dan alasan untuk memberikan makanan tambahan lebih awal pada bayinya. Prevalensi PKA belum diketahui secara pasti, diperkirakan antara 30-80% dari ibu menyusui mempunyai persepsi ketidakcukupan ASI.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali berbagai faktor yang dapat mempengaruhi Persepsi Ketidakcukupan ASI (PKA) di Wilayah Puskesmas Cicantayan Kabupaten Sukabumi pada tahun 2012. Desain penelitian ini menggunakan metoda campuran (Concurrent Mixed Methods). Jumlah sampel untuk pendekatan kuantitatif sebanyak 68 ibu yang memiliki bayi 0-12 bulan.
Hasil analisis didapatkan sebanyak 43 (63,2%) ibu yang memiliki Persepsi Ketidakcukupan ASI. Ada hubungan yang signifikan antara bimbingan laktasi pranatal dengan PKA, ibu yang tidak mendapat bimbingan laktasi pranatal berpeluang 3,5 kali mempunyai persepsi ketidakcukupan ASI, p=0,05; OR=3,48 (1,1-10,3). Informan untuk pendekatan kualitatif sebanyak sembilan orang dengan kriteria ibu yang memiliki Persepsi Ketidakcukupan ASI (PKA).
Persepsi Ketidakcukupan ASI (PKA) dipengaruhi oleh faktor ibu, faktor bayi, dan faktor laktasi. Bimbingan laktasi pranatal yang berkualitas merupakan hal yang sangat penting dilaksanakan oleh petugas kesehatan untuk persiapan menyusui. Pemanfaatan ?temu wicara? dalam konsep 10T dalam ANC perlu diefektifkan untuk membahas persiapan laktasi.

Perception of insufficient breast milk is mother thought or feeling of the condition of the absence or reduced production of milk that the mother feels that her breast milk is not sufficient to meet the needs of infants. Perception of insufficient breast milk is the main reason mothers stop breast-feeding infants at an early age and reason to give extra food earlier in the baby. Prevalence of Perception of insufficient breast milk is not known with certainly, estimated beetween 30%-80% of breast-feeding mothers have insufficient milk perceptions.
This study aimed to explore the various factors that can influence the perceptions of breast feding in the health center insufficiency Cicantayan Sukabumi district in 2012. The design of this study using Concurrent Mixed Methods. Number of samples for the quantitative approach as many as 68 mothers with babies 0-12 months.
Analytical results obtained for 43 (63.2%) mothers who have a perception of insufficient breast milk. There is a significant relationship between prenatal lactation guidance by Perception of insufficient breast milk, mothers who didn't receive prenatal lactation counseling 3.5 times likely to have a perception of insufficient milk, p= 0.05, or= 3.48 (1,1 to 10,03). Informants for the qualitative approach to the criteria as much as nine people have a perception if the inadequacy of mothers who breastfed.
Perception of insufficient breast milk is affected by maternal factors, infant factors, and factors lactation. Quality prenatal lactation counselling is very important implemented by health workers in preparation for breastfeeding. Utilization " colloqium" in the concept of 10T in the ANC to discuss the need to streamline the preparation of lactation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Armini Hadriyati
"Makanan adalah salah satu bahan pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa serta mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional. Karena itu masyarakat harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya dari ancaman makanan yang tidak memenuhi syarat. Diantara makanan yang tidak memenuhi syarat adalah makanan daluwarsa yaitu makanan yang telah lewat tanggal daluwarsa atau telah lewat batas akhir suatu makanan dijamin mutunya, sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen.
Kepatuhan pemilik sarana penjual makanan minuman terhadap peraturan Menteri Kesehatan tentang makanan daluwarsa seringkali menimbulkan masalah dalam peredaran makanan karena dengan masih banyaknya ditemukan makanan daluarsa di lokasi penjualan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang tingkat kepatuhan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilik sarana penjual makanan minuman terhadap peraturan tentang makanan daluwarsa di propinsi Jambi tahun 2001.
Penilaian terhadap kepatuhan dilakukan terhadap 105 pemilik sarana penjual makanan minuman. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemilik sarana penjual makanan minuman yang ingin diketahui terdiri dari pendidikan, pengetahuan, sikap terhadap peraturan tentang makanan daluwarsa, faktor pendukung yaitu penyuluhan peraturan tentang makanan daluwarsa dan faktor pendorong pengawasan dan sanksi.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan rancangan potong lintang (Cross Sectional). Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi kepatuhan pemilik sarana penjual makanan minuman cukup rendah (50%) dan faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kepatuhan terhadap peraturan tentang makanan daluwarsa adalah faktor sikap dan pengetahuan pemilik sarana penjual makanan minuman.
Dari hasil penelitian disarankan pada pihak pemerintah yaitu balai POM Jambi supaya metode penyuluhan atau pembinaan yang dilakukan secara komprehensif sehingga pengetahuan terhadap peraturan dapat lebih ditingkatkan. Frekuensi pengawasan lebih ditingkatkan dan juga memberikan sanksi yang lebih keras terhadap pelanggaran yang telah dilakukan secara berulang-ulang.

The Factors that Related to the Obedience of Foods and Beverages Seller on the Regulation of Expired Date Foods in Jambi Province, 2001
Food is one of the basic commodities for the growth of the nation and having an important role in national development.. So they should be protected from the threat of their health and also the foods which so not fulfil safety and quality requirement. Among the foods that which so fullfil safety and quality requirement are date marking the foods used over than the date that best for used or it had been expired date to be used in guaranteed quality, and as long as they stored that stated in the producers instruction.
The obedience of foods retail seller to the regulation of the Minister of Health on date marking often rises problem in distributing them, since there were still found lot of expired foods in market place.
The objective of this study was to identify the description of the obedience level and the factors that related to foods retail seller on the regulation of date marking in Jambi Province, 2001.
The assessment of the obedience was conducted to 105 retail sellers of foods and beverages. The factors that related to the obedience of foods retail seIIers which to be identified among others education, knowledge, attitude to the regulation on expired food, supporting factor was education of regulation on date marking and encouraging factors were controlling and sanction.
This study used quantitative approach, and the study design was cross sectional. The data was analysis by univariate, bivariate and multivariate.
The result of this study showed that the proportion of the obedience foods retail seller was enough low (50%) and the factors that significantly related to the obedience of the regulation on date marking was attitude and knowledge of the foods retair seller.
Referring to the result of this study, it is recommended to the government, e.i. The Center for Drug and Food Control, Jambi should give education and extension comprehensively, so the knowledge to the regulation on date marking can be improved. The frequency of controlling should be improved and also giving harder sanction to who trespasser that it was done in several times."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T2431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Sartika Wijayanti
"Persepsi ketidakcukupan ASI (PKA) merupakan alasan terbanyak ibu menghentikan menyusui secara eksklusif dan mulai memberikan makanan/minuman tambahan selain ASI kepada bayinya. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional terhadap 65 ibu bayi 0-6 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Pandanaran Kota Semarang pada bulan Maret-Mei 2012. Sebanyak 49,2% ibu memiliki PKA. Masih terdapat angka yang cukup besar, dimana ibu memiliki PKA yang benar (42,86%), yaitu persepsi ibu benar mengenai jumlah ASInya yang tidak mencukupi kebutuhan bayinya.
Dari hasil analisis bivariat ditemukan hubungan yang bermakna antara kebiasaan menyusui dengan PKA. Disarankan bidan/ tenaga kesehatan untuk menerapkan konseling laktasi dan mengoptimalkan kegiatan promosi kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif, serta melatih ibu untuk dapat mengenali tanda-tanda yang dapat dipercaya kecukupan ASI. Dinas Kesehatan Kota Semarang disarankan dapat meningkatkan jumlah tenaga kesehatan yang diletih sebagai konselor ASI dan mengoptimalkan keberadaan konselor ASI, baik dari tenaga kesehatan maupun dari AIMI Kota Semarang.

Perception insufficient milk (PIM) is the most reason for mother to stop exclusive breastfeeding and start to give extra food and drink to their babies. A crosssectional study was carried out to 65 mothers of 0-6 months babies whom visited Puskesmas Pandanaran in March-May 2012. 49,2% mothers have PIM. The big part of number is mother has the true PIM (42,86%) which means mother's PIM is true, that mother's perception is true about milk produce not enough what their babies need.
Result ofbivariat analisis met significantly related between breastfeeding habit with PIM. Midwife/ nurse should have to give counseling lactation and optimalize medical promotion about exclusive breastfeeding and give exercise to mothers for knowing about reliable signs that the babies get enough breast milk. Department of Health Semarang City should increase amount nurse whom exercised as breast milk counselor and optimalize breast milk counselors which are midwifes/ nurses and breast milk counselors of AIMI of Semarang City as well as.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>