Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8412 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syarief Hidayatullah Az Zaky
"Pasar es krim di Indonesia merupakan pasar yang cukup menarik untuk digarap. Hal ini dapat dilihat dengan makin banyaknya perusahaan yang terjun di industri ini, baik itu perusahaan lokal maupun perusahaan multinasional. Penelitian karya akhir ini bertujuan untuk menganalisis brand equity Es Krim Campina melalui pengukuran elemen-elemen pembangun brand equity, yaitu brand awareness, brand association, perceived quality dan brand loyalty. Dari hasil pengukuran brand awareness, Es Krim Walls menempatio posisi Top of Mind di mata konsumen, sedangkan Es Krim Campina hanya mampu menempati urutan kedua. Walaupun Es Krim Walls tergolong pemain baru dalam pasar es krim Indonesia, namun karena didukung oleh gencarnya promosi baik melalui media cetak maupun elektronik, maka Walls berhasil menempati posisi Top Of Mind. Es Krim Campina sendiri walaupun masuk pasar Es Krim Indonesia sejak tahun 1970-an, namun karena kurangnya promosi hanya dapat menempati urutan kedua.
Untuk brand association, dari tujuh asosiasi awal yang didasarkan pada penelitian pendahuluan, setelah melalui analisis, ternyata hanya ada 5 asosiasi yang terbukti terkait langsung dengan Es Krim Merek Campina. Asosiasi-asosiasi tersebut adalah es krim dengan harga yang terjangkau, mudah diperoleh, es krim dengan pilihan rasa yang banyak, es krim dengan pilihan rasa yang unik (rasa lokal) dan produk es krim yang halal.
Analisis perceived quality menunjukkan hasil rata-rata importance (harapan) sebesar 4,19 dan performance (kinerja) sebesar 4,07. ini menunjukkan bahwa kinerja Es Krim Campina dirasakan kurang memenuhi harapan konsumen. Atribut-atribut yang harus dijaga kinerjanya karena sudah dianggap baik oleh konsumen adalah atribut harga produk dan kemudahan memperoleh. Perusahaan wajib mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan kinerja atribut-atribut ini.
Analisis brand loyalty menunjukkan persentase terbesar pads satisfied buyer (64,57%). Ini berarti sebagian besar konsumen Es Krim Campina telah merasa puns dengan rasa Es Krim Campina. Dan sebaliknya, persentase terkecil ada pada tingkat brand switcher, yaitu sebesar 8,66%. Ini berarti bahwa factor utama yang menjadi alasan mengkonsumsi Es Krim Campina bukanlah karena faktor harga, tapi lebih karena faktor-faktor lain.
Hasil analisis ini diharapkan akan menjadi masukan yang berguna bagi manajemen Es Krim Campina untuk melakukan perbaikan-perbaikan di masa mendatang.

Ice-cream market in Indonesia is market that interesting enough to be entered. This could be seen with the increasing number of companies that entered this industry, both local and multinational company. Premium brands now more and more stepping into Indonesia ice-cream market. Mentioned Haagen-Dazs, Baskin-Robbins, New Zealand Nature, and others. This causes the competition in this industry to be increasingly tight. The strictness of this competition caused the importance of brand equity management for the company to increase the competitive advantage. The brand with strong brand equity will be easy in seizing the market opportunity.
This research aims to analyze the brand equity of Ice-Cream Campina through measurement of constructor elements of brand equity: brand awareness, brand association, perceived quality and brand loyalty. In analyzing brand equity there are some methods, and one of them is is based on perception of consumer (Customer Based Brand Equity). In this way, the result will not in a financial manner, but results of the research could give the information about brand equity of Campina Ice-cream in the eyes of the consumer.
This research involved 127 respondents; each is given questionnaires relating to former elements brand equity.
The result of brand awareness measurement, Ice-Cream Walls occupied position of Top Of Mind, while Ice-Cream Campina can only occupy the second place. Although Ice-Cream Walls classified as the new player in Indonesia ice-cream market, but because of being supported by intensive promotion either through print medium and also electronic, hence Walls successfully occupies position of Top Of Mind. Ice-Cream Campina itself, although came on the market Indonesia Ice-Cream since 1970s, but because the shortage of promotion can only occupy second place.
For brand association, out of seven initial associations based on the introductory research, after through analysis, evidently there's only 5 proven associations with Brand Ice-Cream Campina. These associations are ice-cream with a covered price, easy to gain, ice-cream with the choice of many flavor, ice-cream with the choice of unique flavor (local flavor) and a halal ice-cream product. Perceived quality analysis shows average yield importance 4,19 and performance 4,07. This indicates that Campina Ice-Cream performance is felt unable to fulfill consumer hope. Attributes that must be maintained by his achievement because of being it was considered good by the consumer were the attribute of the price of the product and the ease of obtain. Company is obliged to maintain and if possible increases this attributes performance. Brand loyalty analysis shows the biggest percentage to satisfied buyer ( 64,57%). This means most of Campina Ice-Cream consumer has satisfied with Ice-Cream taste. And on the other hand, smallest percentage is on level of brand switcher, that is equal to 8,66%. This means that main factor becoming reason of consuming Ice-Cream Campina is not because price factor, but more because other factor.
Result of this analysis expected will become an input for management of Ice-Cream Campina to carry out improvements in the future."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T19685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani
"Industri es krim Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk berkembang. Hal ini ditandai dengan makin banyaknya tempat-tempat dan counter-counter es krim yang tersebar di pusat-pusat perbelanjaan. Diantara Persaingan yang ketat antara produk-produk es krim lokal, terdapat 3 merek yang produknya dikenal luas dan cukup banyak dikonsumsi masyarakat. Ketiga merek es krim ini (Wall?s, Carnpina, dan Meiji Indoeskrim) mempunyai distribusi yang luas untuk produk-produknya, Memenuhi kebutuhan dan kepuasni konsumen adalah tujuan pemasaran perusahaan. Untuk ¡tu penting bagi perusahaan memahami persepsi, preferensi dan keinginan konsumennya.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui atnbut-atribut es krim dan tingkat kepentingannya, (2) mengetahui persepsi dan preferensi konsumen terhadap 3 merek es krim (Wall?s, Campina, Meiji Indoeskrim), dan (3) mengetahui atribut yang diinginkan konsumen terdapat pada es krim yang dikonsumsinya.
Pada penetitian ini menggunakan convenience sampling sebagai metode pengambilan sampel, Responden yang diambil sebagai sampel adalah konsumen berusia 13 tahun keatas dan pernah mengkonsumsi ketiga merek es krim (Wall?s, Campina, Meiji Indoeskrim), serta berlokasi di Jakarta dan Depok. Ada 4 metode analisis data yang dipakal, yaltu : analisa deskriptif, analisa asosiatif, analisa inferensial dan analisa faktor.
Dari penelitian eskploratori diperoleh hasil bahwa terdapat 10 atribut es krim yang dipertimbangkan konsumen dalam mengkonsumsi produk ini, meliputi variasi jenis rasa, kesesuaian rasa yang mengacu pada rasa manis dan kombinasi 2 rasa atau lebih, kelembutan, kemudahan memperoleh, bentuk, desain kemasan, harga, iklan, variasi ukuran dan warna. Dan kesepuluh atribut tersebut, maka atribut kesesuaian rasa dan kelembutan dianggap penting oleh responden.
Penelitian terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi es krim menghasilkan es krim merek Wall?s sebagai merek yang paling sering dikonsumsi. Alasan kenikmatan merupakan alasan yang terbanyak dipilih responden dalam mengkonsumsi es krim. Konsumen paling sering mengkonsumsi es krim sebagai cemilan dan tempat untuk membelinya paling banyak di warung/toko dekat rumah. Jumlah konsumsi es krim rata-rata responden perbulannya adalah sebanyak 1-2 kali. Dari sekian banyak rasa es krim, maka es krim rasa cokiat adalah menjadi pilihan pertama oleh sebagian responden. Sedangkan untuk bentuk es krim bentuk stik merupakan pilihan pertama untuk dibeli.
Dalam penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap 3 merek es krim, maka hasilnya menunjukan Wall?s memiliki citra yang baik bahkan terbaik untuk atribut-atribut variasi jenis rasa, ikian, bentuk cone, kemudahan memperoleh dan kelembutan. Sedangkan es krim merek Campina memiliki kesesuaian rasa yang dianggap telah sesuai dengan yang diinginkan konsumen, produk es krimnya lembut, mudah diperoleh dan variasi jenis rasanya beragam. Dan untuk Meiji lndoeskrim, kesesuaian rasanya sama dengan dengan kedua merek lainnya, namun responden menganggap kelembutannya sedang, kemudahan memperolehnya biasa saja dan variasi jenis rasanya beragam.
Konsumen menginginkan atribut yang ada pada produk es krim yang dikonsumsinya adalah rasa yang kaya unsur alaminya dibandingkan dengan unsur kimianya, kandungan lemak dalam produk rendah dan tidak mudah mencair.
Wall's dapat menjalankan strategi-Strategi baru untuk mempertahankan posisinya sebagai yang terbaik dan tak kalah penting adalah melakukan pengawasan terhadap penerapan strategi tersebut. Untuk Campina., perusahaan sebaiknya melakukan pengembangan produknya, seperti menghasilkari produk yang ditujukan untuk segmen remaja dan dewasa Selain itu dennan melakukan promosi yang gencar dan memperluas pemasaran Sedangkan unluk MCI Indoeskrim dapat melakukan promosi yang menonjolkan diferensiasi produk yang dimilikinya. selain dari inovasi terus-menerus pada produknya dan memperluas distribusi.
Untuk mernenuhi tuntutan konsumen terhadap atnibut yang diinginkan mereka, maka perusahaan dapat melakukan hal-hal, yaitu memerbanyak penggunaan bahan-bahan alami dalam produksinya. seperli pewarna, essence/sari, menghasilkan produk dengan kandungan lemak rendah dan memperluas area pemasaran dengan memperbanyak, freezer-freezer dan armada penjualan keliling serta menggunakan es kering untuk produkriya yang ingin dibawa konsumen ke rumah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T1805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almansyah Auriyanto
"Skripsi ini membahas tentang pengaruh brand experience terhadap brand loyalty pada produk es krim. Di dalamnya terdapat juga variabel kepuasan dan brand trust yang akan membangun brand loyalty. Lebih lanjut lagi, skripsi ini melihat besarnya pengaruh terhadap brand loyalty yang ditimbulkan oleh brand experience, kepuasan, dan brand trust. Brand experience merupakan hal yang subjektif atas tiap-tiap konsumennya. Oleh karena itu, skripsi ini ingin menunjukkan sejauh mana objek penelitian telah mengemas brand experience-nya untuk dapat membangun loyalitas dari konsumennya. Objek penelitian ini adalah es krim dengan merek 'Magnum' yang merupakan produk baru di pasar es krim Indonesia. Penilitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa brand experience berpengaruh pada kepuasan dan brand trust, namun tidak berpengaruh langsung terhadap brand loyalty. Pada penelitian ini juga terdapat implikasi manajerial serta saran untuk penelitian selanjutnya.

This study discusses the effect of brand experience on brand loyalty of an ice cream product. This study also includes two other variables, namely satisfaction and brand trust antecedents of brand loyalty. Furthermore, this study looks at how brand loyalty is influenced by brand experience, satisfaction, and brand trust. Brand experience is a subjective thing upon each consumer. Object of this study is Magnum ice cream brand, which is a new product in Indonesia ice cream market. This study results that brand experience has influence toward satisfaction and brand trust, but has not influence toward brand loyalty. There are also managerial implications and advices for the next research."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44561
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S9692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Abdullah
"Sejak masuknya IT Unilever Indonesia ke jajaran produsen es krim di Indonesia pada tahun 1992 dengan merek WALL'S ,terjadi peuingkatan konsumsi es krim di Indonesia yang semula hanya sebesar 29,3 ribu kilo liter pada tahun 1991,maka pada tahun 1995 konsumsi es krim di Indonesia menjadi 73,2 ribu kilo liter.Hanya dalam rcntang waktu yang begitu singkat atau kurang lebih 4 tahun ,PT Unilever Indonesia dapat dipastikan telah menguasai pasar es krim di Indonesia.Keberhasilan itu tidak terlepas dari terobosan yang dilakukan oleh PT Unilever Indonesia dalam memasarkan es krim di Indonesia ,terbukti dengan banyaknya perusahaan yang mengikuti jejak WALL'S dalam pemasaran produk es krimnya.
Pemasaran saat ini merupakan pertempuran persepsi.dan membangun persepsi ini dapat dilakukan melalui strategi brand image terliadap merek suatu produk.Sangatlah tidak mudah bagi produsen dalam membangun mcreknya,mulai dari tahap menancapkan brand awareness sampai loyalitas konsumen terhadap suatu merek sehingga bisa membuat maypritas target pasamya menjadi committed AwyerAtas dasar itulah penulis mengadakan penelitian terhadap Strategi Brand Image yang telah dilakukan oleh PT Unilever Indonesia sehingga dapal menguasai pangsa pasar es krim di Indonesia melalui pent-ukuran Brand Awarc'-msm perceived Quality,dan Brand Loyalty dari es krim merek WALL'S di Indonesia.
Dari hasil penetitian terlihat bahwa es krim merek WALL'S berhasil menduduki posisi Top of Mind,yang berarti merek tersebul paling diingat pertama kali dalam benak konsumen (47%) dibandingkan es krim merek lain.Hal ini disebabkan gencamya promosi yang telah dilakukan PT Unilever Indonesia melalui media cetak maupun elektronik.ataupun menjadi sponsor penyelenggaraan even olahraga atau seni terutama even yang diperuntukkan bagi kawula muda dan game fun bagi anak-anak.
Dilihat dari Brand Loyalty .yaitu tingkat kesetiaan konsumcn terhadap es krim merek WALL's.maka merek WALL'S memiliki persentase terbesar pada Satisfied buyer ( 63,5 % ).Ini menunjukkan sebagian besar konsumen sudah merasa puas dengan rasa es krim yang ditawarkan oleh WALL'S.Sebaliknya persentase terkecil berada pada ttngkal Switcher atau price buyer ( 11,1 % ),yang menunjukkan bahwa sedikit konsumen yang mempunyai alasan mengkonsumsi WALL'S karena factor harga yang murah.Hal ini berarti alasan utama membeli es krim merek WALL'S bukan karena factor harga ,tapi lebih disebabkan oleh factor- factor lain .seperti rasanya yang sesuai dengan selera,mudah diperoleh.mcrck yang sudah dikenal dan mutu yang terjamin.
Mengenai Perceived Quality,ternyata konsumen mempunyai persepsi yang baik terhadap es krim merek WALL'S ,yaitu sebesar 79,4 % .artinya sebagian besar konsumen yang lelah membeli es krim merek tersebut merasa puas karena es krim merek WALL'S dapat memenuhi harapan mereka bahkan mampu melebihi haranan mereka (36,5%).
Berdasarkan hasil penelitian maka PT Unilever Indonesia tetap harus mengadakan promosi secara lebih konsisten dengan variasi pada promosi penjualan dan pemilihan media yang lebih efektif karena terbukti bahwa promosi yang dilakukan melalui radio tidak terlalu mengena pada konsumen.Selain itu perlu adanya pengawasan yang lebih ketat terhadap harga jual,dan penambahan jumlah mobile cabinet unluk lebih mcndckatkan pada konsumen."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T372
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindiya Kirana
"Customer-based brand equity (ekuitas merek berbasis konsumen) adalah efek diferensial dalam respon konsumen terhadap stimulus pemasaran yang bersumber dari pengetahuan konsumen terhadap merek (Keller, 1998). Ada tiga hal penting dalam defmisi ini, yaitu: efek diferensial, pengetahuan terhadap merek, dan respon konsumen terhadap aktivitas pemasaran.
Obyek dari penelitian ini adalah hubungan antara variabel-variabel pembangun, atau stimulus pemasararan dihubungkan dengan defmisi diatas, merek-merek private label Hero dan
variabel-variabel pengetahuan merek {brand knowledge) konsumen serta hubungan variabel-variabel pengetahuan merek {brand knowledge) dan preferensi terhadap peritel Hero, sebagai efek diferensial atau manfaat jika dihubungkan dengan defmisi diatas. Private label yang
dikembangkan Hero sendiri terdiri dari enam merek dan cakupannya meliputi kategori produk-produk makanan dan non-makanan dengan klasifikasi komoditi dan premium. Enam
merek private label Hero tersebut adalah: Herosave, Nature's Choice, First Choice, Fresh Choice, Reliance, dan Innosense.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan pengenalan konsumen Hero terhadap merek-merek private label Hero Supermarket dan persepsi terhadap manfaat dan nilai merek-merek private label tersebut, 2) Menguji hubungan dalam model penelitian antara variabel-variabel
pembangun merek-merek private label Hero dan variabel-variabel pengetahuan merek {brand knowledge) konsumen serta hubungan variabel-variabel pengetahuan merek
{brand knowledge) dan preferensi terhadap peritel Hero.
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti adalah preferensi terhadap peritel, variabel-variabel dalam kelompok pengetahuan merek {brand knowledge), yaitu: tingkat pengenalan konsumen terhadap merek-merek private label Hero {brand recognition), dan penilaian konsumen terhadap nilai merek-merek private label Hero {brand image), variabel-variabel dalam kelompok unsur-unsur pembangun merek, yaitu; unsur-unsur merek {brand
element), stimulus pemasaran, dan leverage dari asosiasi sekunder dengan peritel Hero. Kemudian dikembangkan dua buah hipotesa tentang hubungan antara variabel, yaitu: 1).
Bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara kelompok variabel unsur pembangun merek dan kelompok variabel tingkat pengetahuan merek {brand knowledge), 2). Bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara kelompok variabel tingkat pengetahuan merek {brand knowledge) dan variabel preferensi terhadap peritel Hero.
Dari hasil uji dengan menggunakan analisa korelasi kanonik, yang bersumber dari jawaban 162 responden dari 4 gerai supermarket Hero di Jakarta, terhadap hipotesa pertama membuktikan bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara variabel-variabel yang diuji. Serta melalui analisa terhadap struktur fungsi kanonik diperoleh hasil bahwa variabel terpenting dalam pembentukan hubungan korelasi kanonik adalah variabel leverage dari peritel Hero dan tingkat pengenalan merek konsumen. Sedangkan untuk hipotesa kedua dengan menggunakan analisis korelasi majemuk dan parsial membuktikan bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara variabel-variabel
yang diuji.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat pengenalan konsumen terhadap merek-merek private label Hero adalah tiga merek, dengan Herosave sebagai merek yang paling dikenali, serta empat merek hanya dikenali minoritas responden. Kemudian mayoritas responden setuju bahwa merek-merek private label Hero memberikan manfaat bagi konsumen (harga, ragam produk, dan kualitas) dan menanggapi positif bahwa merek-merek private label Hero memberikan nilai yang sebanding atau lebih baik dibandingkan merek-merek yang biasa dibeli.
Dari basil penelitian tersebut digunakan untuk memberikan beberapa rekomendasi untuk pengembangan strategi merek untuk private label Hero, terutama mengenai obyektif
pengembangan merek-merek private label Hero, target konsumen, positioning, brand architecture merek-merek private label Hero, dan program customer relationship-nya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindiya Kirana
"Customer-based brand equity (ekuitas merek berbasis konsumen) adalah efek diferensial
dalam respon konsumen terhadap stimulus pemasaran yang bersumber dari pengetahuan
konsumen terhadap merek (Keller, 1998). Ada tiga hal penting dalam definisi ini, yaitu: efek
diferensial, pengetahuan terhadap merek, dan respon konsumen terhadap aktivitas pemasaran.
Obyek dari penelitian ini adalah hubungan antara variabel-variabel pembangun, atau stimulus
pemasararan dihubungkan dengan definisi diatas, merek-merek private label Hero dan
variabel-variabel pengetahuan merek (brand knowledge) konsumen serta bubungan variabel
variabel pengetahuan merek (brand knowledge) dan preferensi terhadap peritel Hero, sebagai
efek diferensial atau manfaat jika dihubungkan dengan definisi chatas. Private label yang
dikembangkan Hero sendiri terdiri dari enam merek dan cakupannya meliputi kategori
produk-produk makanan dan non-makanan dengan kiasifikasi komoditi dan premium. Enam
merek private label Hero tersebut adalah: Herosave, Nature’s Choice, First Choice, Fresh
Choice, Reliance, dan Innosense.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan pengenalan konsumen Hero terhadap
merek-merek private label Hero Supermarket dan persepsi terhadap manfaat dan nilai merek
merek private label tersebut, 2) Menguji hubungan dalam model penelitian antara variabel
variabel pembangun merek-merek private label Hero dan variabel-variabel pengetahuan
merek (brand knowledge) konsumen serta hubungan variabel-variabel pengetahuan merek
(brand knowledge) dan preferensi terhadap peritel Hero.
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti adalah preferensi terhadap peritel,
variabel-variabel dalam kelompok pengetahuan merek (brand knowledge), yaitu: tingkat
pengenalan konsumen terhadap merek-merek private label Hero (brand recognition), dan
penilaian konsumen terhadap nilai merek-merek private label Hero (brand image), variabel
variabel dalam kelompok unsur-unsur pembangun merek, yaitu: unsur-unsur merek (brand
element), stimulus pemasaran, dan leverage dan asosíasi sekunder dengan peritel Hero.
Kemudian dikembangkan dua buah hipotesa tentang hubungan antara variabel, yaitu: 1).
Bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara kelompok
variabel unsur pembangun merek dan kelompok variabel tingkat pengetahuan merek (brand
knowledge), 2). Bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara
kelompok variabel tingkat pengetahuan merek (brand knowledge) dan variabel preferensi
terhadap peritel Hero.
Dari hasil uji dengan menggunakan analisa korelasi kanonik, yang bersumber dari jawaban
162 responden dan 4 gerai supermarket Hero di Jakarta, terhadap hipotesa pertama
membuktikan bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara
variabel-variabel yang diuji. Serta melalui analisa terhadap struktur fungsi kanonik diperoleh
hasil bahwa variabel terpenting dalam pembentukan hubungan korelasi kanonik adalah
variabel leverage dan peritel Hero dan tingkat pengenalan merek konsumen, Sedangkan untuk
hipotesa kedua dengan menggunakan analisis korelasi majemuk dan parsial membuktikan
bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara variabel
vaniabel yang diuji.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat pengenalan konsumen terhadap merek
merek private label Hero adalah tiga merek, dengan Herosave sebagai merek yang paling
dikenali, serta empat merek hanya dikenali minonitas responden. Kemudian mayoritas
responden setuju bahwa merek-merek private label Hero memberikan manfaat bagi konsumen
(harga, ragam produk, dan kualitas) dan menanggapi positif bahwa merek-merek private label
Hero memberikan nilai yang sebanding atau lebih baik dibandingkan merek-merek yang biasa
dibeli.
Dari hasil penelitian tersebut digunakan untuk memberikan beberapa rekomendasi untuk
pengernbangan strategi merek untuk private label Hero, terutama mengenai obyektif
pengembangan merek-merek private label Hero, target konsumen, positioning, brand
architecture merek-merek private label Hero, dan program customer relationshipnya.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T3588
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aaker, David A.
Jakarta: Mitra Utama, 1997
658.827 AAK mt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alila Pramiyanti
"Pertumbuhan industri yang cepat, membuat persaingan menjadi semakin ketat. Banyaknya merek baru membuat konsumen memiliki berbagai macam pilihan. Melihat hal tersebut membuat para produsen harus dapat membuat strategi komunikasi merek yang tepat agar dapat memenangkan persaingan. Begitu pula pada merek coklat KitKat dari produsen nutisi Nestle.
Kondisi tersebut membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik Efek Iklan terhadap Ekuitas Merek (Analisa Structural Equation Modeling Mengenai Efek lklan KitKat Versi Ecy terhadap Ekuitas Merek KitKat). Kerangka pemikiran yang digunakan adalah teori mengenai strategi merek dan periklanan.
Penelitian dilakukan dengan cara survei terhadap siswa Sekolah Menengah Umum di Kodya Bandung. Metode pemilihan sampling dilakukan melalui metode twostages cluster sampling.
Hasil penelitian menunjukkan ekuitas merek KitKat dipengaruhi oleh iklan KitKat versi Ecy. Variabel manifes yang paling dominan dalam menjelaskan efek iklan adalah desire dan action. Sementara itu, variabel manifes yang paling dominan menjelaskan ekuitas merek adalah brand associations dan brand loyalty.

The growth of industry makes competition becomes tighter. There are many kind of new brand makes consumer have many kind of choices. Seeing that kind of situation makes the producer must decide good brand communication strategy. So does KitKat from famous nutrition producer, Nestle.
That condition makes the author interested in doing research of The Effects of Advertising for Brand Equity (Structural Equation Modeling Analysis the Effects of KitKat ?Ecy? Version Advertising for KitKat Brand Equity). The basic concepts of this research are the theories about brand strategy and advertising strategy.
This research was done by quantitative method and data compilation getting by survey to high school students in Bandung. Sampling method in this research was using two stages cluster sampling.
The result of this research showed that KitKat brand equity influenced by KitKat ?Ecy? version advertising. Desire and action are dominant variables that could explained advertising. And brand associations and brand loyalty are dominant variables that could explain brand equity."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adjie
" ABSTRAK
Fokus dari penilitian ini adalah untuk mengamati faktor-faktor yang secara positif mempengaruhi ekuitas merek Gojek, dengan menganalisis faktor-faktor seperti perilaku terhadap ekstensi merek, tingkat kecocokan, Ekuitas Merek awal, nilai ekuitas awal, dan perubahan terhadap nilai ekuitas awal. Dalam riset ini, data diperoleh dengan menggunakan teknik sample convenience sampling dengan pribadi yang mengetahui tentang Gojek berserta ekstensinya yaitu Go-Massage, Go-Glam, dan Go-Clean sebagai sampelnya. Penelitian ini menunjukan bahwa ekuitas merek awal berpengaruh positif terhadap perilaku ekstensi merek, tingkat kecocokan berpengaruh positif terhadap perilaku ekstensi merek, nilai ekuitas awal berpengaruh positif terhadap ekuitas merek awal, perilaku ekstensi merek berpengaruh positif terhadap perubahan pada nilai ekuitas awal, ekuitas merek awal berpengaruh positif terhadap perubahan pada ekuitas merek awal, nilai merek awal berpengaruh positif terhadap perubahan pada nilai merek awal. Sementara itu, perilaku ekstensi merek memiliki pengaruh positif langsung terhadap perubahan pada ekuitas merek awal Gojek. Temuan di dalam penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk penelitian-penelitian berikutnya yang membahas topik ini dan juga menguntungkan bagi perusahaan Gojek dan perusahaan serupa untuk menilai faktor-faktor yang mungkin memperngaruhi ekuitas merek.
ABSTRACT The focus of this research is to observe the factors that positively influence Brand Equity on Gojek by examining several factors namely Brand Extension Attitude, Perceived Fit, Parent Brand Equity, Parent Value Equity, and Change in Parent Value Equity. Convenience sampling was used and the samples are those who familiar with Gojek and its three extensions, namely Go Massage, Go Glam, and Go Clean. This research shows that Initial Parent Brand Equity has a positive impact on Brand Extension Attitude, Perceived Fit has a positive impact on Brand Extension Attitude, Initial Parent Value Equity has a positive impact on Parent Brand Equity, Brand Extension Attitude has a positive impact on Parent Value Equity, Change in Parent Value Equty has a positive impact on Change in Parent Brand Equity, Initial Parent Brand Equity has a positive impact on Change in Parent Brand Equity, Initial Parent Value Equity has a positive impact on Change in Parent Value Equity. Meanwhile Brand Extension Attitude has a strong positive direct impact on the Change in Parent Brand Equity of Gojek. The findings in this research are beneficial for further research regarding this topic and also benefit Gojek company and any other similar company to assess factors that might influence their Brand Equity."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S66175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>