Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178948 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mamat Nurahmat
"Hasil observasi di Rumah Sakit Umum Daerah Cideres Kabupatcn Majalengka, menunjukkan bahwa ada masalah-masalah yang mengganggu pelayanan diantaranya masalah pengadaan penyimpanan dan penyaluran barang farmasi berupa obat dan alai kesehatan habis pakai. Hal itu menggambarkan masih lernahnya pelaksanaan pengadaan penyimpanan dan penyaluran barang farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Cideres Majalengka.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mcngetahui faktor kebijakan, faktor organisasi. faktor perencanaan. faktor prosedur. faktor sumberdaya manusia, faktor pencatatan pelaporan dan faktor evaluasi terhadap pengadaan, penerimaan penyimpanan dan penyaluran barang farmasi. Penelitian dilaksanakan tanggal 6 Maret sampai dengan tanggal 10 Mei 2006. penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan sumber data dari informan, telaah dokumen dan pengamatan langsung.
Hasil penelitian adalah perlama Variabel Kebijakan. kebijakan yang ditetapkan telah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Kedua Variabel Organisasi, hasilnya adalah bagian-bagian yang terkait dalam pengelolaan persediaan barang farmasi telah mempunyai tugas wewenang yang berbeda dengan bagian unit lain dan tidak terjadi duplikasi tugas dan wewenang. Ketiga Variabel Perencanaan. hasil yang didapat bahwa perencanaan rutin dan perencanaan tahunan kebutuhan barang farmasi tidak dilaksanakan sesuai kebijakan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku, tidak membuat Rencana Tahunan Barang Unit (RTBU) dan ada dokter yang tidak mematuhi formularium obat. Keempat Variabel prosedur. hasilnya sccara umum setiap bagian yang terkait dalam pengelolaan persediaan barang farmasi telah mempunyai prosedur tetap. Kelima Variabel Sumber Daya Manusia. Instalasi Farmasi masih membutuhkan tiga orang pegawai sedangkan personil Panitia Pengadaan Pekerjaan Unit merangkap tugas dengan tugas pokok lainnya dan belum memiliki ruang sekretariat khusus. Keenam Variabel Pencatatan Pelaporan hasil yang didapat adalah buku penerimaan barang, kartu barang dan pencatatan pendapatan obat tidak dicatat secara akurat. Pelaporan eksternal tidak dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ketujuh Variabel Evaluasi, Pelaksanaan evaluasi belum optimal, tidak dilaksanakan sesuai dengan tugas kewenangannya. Kedelupan Variable Pengadaan, Obat atas kesehatan habis pakai yang dipesan ke Perusahaan belum semuanya dikirim sesuai dengan pesanan, seluruh penerimaan barang ke rumah sakit diterima pemegang barang dan diperiksa Panitia perneriksa barang. Kesembilan Variabel Penyimpanan, Secara umum penyimpanan telah sesuai dengan peraturan namun sistim penyimpanan di Gudang induk dikelompokan berdasarkan pemasok. Kesepuluh Variabel Penyaluran, diketahui bahwa masih terdapat pennintaan obat alai kesehatan habis pakai dan atau resep yang tidak dipenuhi sesuai permintaan.
Saran dari peneliti adalah buat dokumen kebutuhan barang unit yang mengakomodir kebutuhan pengguna. Optimalisasi pencatatan administrasi dan pendapatan barang farmasi rumah sakit. Tingkatkan kerjasama dengan pemasok tentang pembayaran dan pengiriman barang. Tetapkan buffer stock barang farmasi di gudang induk dan di instalasi farmasi. Perlu penambahan tiga pegawai di instalasi farmasi. sekretaris panitia pengadaan barang tidak dibebani tugas lain dan adanya ruang khusus panitia pengadaan barang. Serta perlunya aplikasi inventory yang teritegrasi dengan aplikasi billing system.

The result of an observation during a residency in Cideres country General Hospital some problem reveal on a pharmacies inventory supply and storage system. Those problems have a major impact on hospital service quality. The impact on hospital services quality will lead to a negative perception from the public and in a long run has a potential distortion on a hospital income thereby a good pharmacies good inventory controlling system in Cideres country General Hospital is a must.
The aim of this research was to reveal and analyze the policy factor, organizational factor, planning factor, procedural factor, human resource factor, and data entry and reporting factor on pharmacies goods inventory contolling system. This research held from Maret 6 to May 10- of 2006, performed with qualitative analyzing that used informant data, secondary data and observation data.
This research reveal that ; first, policy variable, the Cideres County General Hospital inventory policy has been established according to a general rules set by the government. Second, Organizational variable, every departement that co-op with pharmacies inevntory management already has a different task and a different authority, therefore, task and authority duplication were not found. Third, Planning variable, both daily and annually planning for pharmacies goods supplies were not held according to procedure and the rules, even a units stock annually planning was not made. Fourth, proccedure variable, generally every section that co-op with inventory management had a well astablish procedure. Fifth, human resource variable, pharmacies unit still sort of personnel therefore need an addition personnel as much as three personnel; Furthermore it required a secretary room. Sixth, Data Entry and reporting variable, stock card were not accurately update and externals reporting were not condurated according to the rules. Seventh, Evaluation variable, not optimalize of evaluation and improperly of the duty of authorities. Eight Supllies variable, drugs and expendable medical tools that has been ordered were not delivered as much as an order stated. Ninth, acceptance and storage variable all goods that goes in to the hospital accept by a goods holder after run in to check by the comitte. Tenth, expandite variable, this research reveral that there were some demands on a certain drugs and medical kit or recipe that were not fulfilled as demand.
Base on the result of this research, making of the inventory unit necessity document for accomodate user needs. Optimalization of administration report and the income of hospital pharmacies stuff Increasing cooperation with the distributor about payment and distribution. Determined the buffer stock at pharmacy main strorage and fharmacy instalation. It needs three additional employees at fharmation unit, the officer of fharmacy inventory can not have another jobs and it needs special room. Integrated inventory application with a billing system is also a recomandation that has an urgency to fulfill imadietly.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20306
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Harleni
"Perawat merupakan salah satu profesi yang paling penting di dalam suatu organisasi Rurnah sakit. Perawat adalah mayoritas karyawan Rumah Sakit yang berperan secara langsung melayani pasien. Selama memiliki kontak terlama dengan pasien, 24 jam sehari. Dalam melaksanakan tugasnya perawat memiliki standar asuhan keperawatan yang merupakan acuan pekerjaanya. Salah satu bagian dari stan""dar asuhan keperawatan ada1ah implementasi keperawatan. Menurut Drucker dalam Gillies (1996) potensi terbesar hagi kontrol berada pada titik Cli mana tindakan dilaksanakan, jadi untuk maksud 'tru:alitas kontrol supervisi Personil ke erawatan sebaiknya dilakukan di dalam lingkungan perawatan. Datan sen iri dan melihatnya adalah satu-satunya masukan yang dapat diperca a. Atas dasar itu penulis memilih I plementasi Keperawatan yang dijadikan bahan observasi sebagai dasar penilaian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetabui detenninan kineija perawat dalam implementasi asuhan keperawatan di instalasi rawat inap RSUD Cideres kabupaten Majalengka. Desain pene1itian menggunakan...metode kuantitatif dan kualitatif dengan p-value = 0,001 , OR = 6,048 setelah dikontrol oleh variabel sumber daya/sarana dengan nilai p-value = 0,047.OR= 0,343. Dari hasil penelitian ini disarankan kepada manajemen rumah sakit untuk mengupayakan pemenuhan dan pemeliharaan alat-alat kesehatan baik medis maupun non medis sesuai dengan standar. Selain itu diperlukan upaya-upaya dari manajemen rumah sakit untuk meningkatkan motivasi perawat. Kegiatan yang paling mendesak yang mendorong motivasi kerja perawat menjadi lebih baik adalah membuktikan apakah beban keija mereka sudah sesuai standar? Untuk menjawabnya secara tepat diperlukan evaluasi beban keija perawat di tiap-tiap ruangan erawatan. Upaya yang lain adalah pembinaan berupa diskiisi refleksi kasus, monitoring dan evaluasi secara kontinyu, mendukung dan atau menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan keperawatan memberlakukan pemberian imbalan baik imbalan ekstrinsik (extrinsic rewards) maupun imbalan Intrinsik (Intrinsic rewards).

Nurse is one of. the most important professions and a hospital organization. Nurse is majority of hospital employee that stlirectly serves patients. While patient taken care in hospital, nurses have the longest contact with patients, which is 24 hours a day. In performing their duty, nurses have nursing upbrinmng standar that is nursing implementation. According to Drucker in Gillies (1996), the largest potential for control placed in pointrwhere an act eonducted, so that supervision co trol quality of nursing personnel had better do in a nursmg environment. Come by yourself and see it become the onl:y: input that could be trustee. f3ased on it writer choose Nursing Implementation that made an observation material as basic assessment.
This researc objective is to identify the determinant of urse performance in implementation of nursing uporingin a RSUD inpatient installation Cideres Majalengka regency. Research design is using quantitative and qualitative method with 77 (seventy-seven) samples of nurse administrator. Performance dependent variable measured with observation method toward implementation o nursing upbringing. A for independent variable that checked irresponsibility appropriate with standard ? To answer it correctly need nurse work responsibility evaluation in each nursing hall. Other effort is comprehension such as case reflection discussion, monitoring and continually evaluation, encouraging and or conducting nurse education and training, giving reward whether extrinsically (Extrinsic reward) or Intrinsically (Intrinsic reward).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T20958
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Indah PSP
"Studi pelayanan farmasi di rumah sakit dilaksanakan di Rumah Sakit PMI Bogor dengan indikasi awal masih rendahnya nilai inventory turn over. Pendekatan action research dengan fokus pada pendistribusian dan penyimpanan perbekalan farmasi dipilih sebagai jenis penelitian yang digunakan. Metodologi yang digunakan untuk melakukan perbaikan adalah kombinasi Lean dan Six Sigma. Studi dilakukan terhadap proses pendistribusian, periode permintaan barang, buffer stock, besaran permintaan, kondisi-kondisi permintaan barang, ROP, indikator farmasi, kesesuaian jumlah stok barang, barang dan obat kadaluwarsa, penanganan kadaluwarsa, penanganan barang di gudang. Rendahnya nilai inventory turnover dapat disebabkan belum dipahaminya dengan baik makna persediaan perbekalan farmasi bagi pengelola perbekalan farmasi. Data pendukung menunjukkan besarnya jumlah permintaan barang farmasi pada setiap kali periode permintaan barang yaitu data standar deviasi kelipatan permintaan barang farmasi sebesar 54.8 dan standar deviasi kelipatan pemenuhan barang farmasi adalah 50.4. Nilai Six Sigma Deffect Per Million Opportunities untuk ketepatan pemenuhan permintaan barang farmasi sesuai perkiraan permintaan barang yang tertera di dokumen surat permintaan barang farmasi adalah 0.09. Pada proses pendistribusian barang farmasi terdapat 47.6% merupakan proses tidak mempunyai nilai tambah dan menimbulkan variasi dalam langkah proses tersebut.
Faktor yang mendukung terjadinya hal ini adalah waktu permintaan barang yang panjang, belum tepatnya peramalan yang dilakukan oleh ruang perawatan, tidak dipahaminya standar perkiraan permintaan yang tertera di surat permintaan barang farmasi, pemakaian barang farmasi yang belum terdata dengan akurat, bottleneck proses distribusi terdapat pada Instalasi Farmasi belum melakukan secara optimal pengendalian permintaan barang farmasi dari ruang perawatan, belum dilakukan pemantauan terhadap perputaran, persediaan, belum rincinya prosedur. Belum optimalnya pemanfaatan teknologi sistem inventori. Belum memiliki standar maksimum dan minimum setiap jenis barang farmasi dan belum menerapkan standar penyimpanan dan manajemen pergudangan. Untuk meningkatkan produktivitas dan profitabilitas Rumah Sakit PMI Bogor perlu dilakukan beberapa perbaikan pendistribusian dan penyimpanan perbekalan farmasi antara lain: Perbaikan kebijakan dan prosedur secara rinci dan operasional. Mengembangkan otomasi sistem inventori untuk mengurangi kesalahan. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM pengelola melalui pelatihan. Mengembangkan Key Performance Indicator seperti Inventory Turn Over, kesesuaian jumlah barang, penataan 5-S.

Initial Study of pharmacy service at PMI Hospital found that inventory turnover was low. Action research approaching with focus on pharmacy distribution and inventory storage is chosen as a research method used. Methodology used to do improvement is combination of Lean and Six Sigma. Scope of study includes distribution process, material request period, buffer stock, quantity of demand, material request conditions, ROP, pharmacy indicator, adjusting stock quantity, expired material and medicines, expired item management, material handling in pharmacy warehouse. Inventory turnover is low could be caused by meaning of pharmacy inventory stock by pharmacy personnel is not clearly understood. Supporting data shows the quantity pharmacy item requested per each period of item request is deviation standard data of multiply pharmacy item request is 54.8 and deviation standard of completeness multiply of pharmacy item is 50.4. The value of Six Sigma Defect Per Million Opportunities for completeness accuracy of pharmacy item request is appropriate as estimation of item request that documented in pharmacy item request form is 0.09. The value in pharmacy item distribution process is 47.6% that means it is non value added and leads to variation in that process step.
The contributing factors of this problem are item request time is too long, inaccuracy estimation by nursing ward, request estimation standard attached in pharmacy item request form is not clearly understood, pharmacy item consumption have not been documented accurately, bottleneck occurs during distribution process at pharmacy installation due to controlling of pharmacy item request from nursing ward has not been done optimally, monitoring of stock rotation has not been done, detail of procedure has not been done, using of technology on inventory system has not been done optimally, has no minimum and maximum standard for each pharmacy item and has not implemented the standard of storage and warehouse management. To increase productivity and profitability PMI Hospital Bogor should have to do some improvement on pharmacy distribution and inventory storage are as follows : to improve policy and procedure with detail and operationally ; to develop automatic inventory system for reducing error; to improve knowledge and skill of pharmacy personnel by training ; to develop Key Performance Indicator (KPI); one of KPI could be developed is Inventory Turnover, the conformity of item quantity, 5S Program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T39227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudianto Hadiwijaya
"Isu globalisasi.dan liberalisasi menimbulkan getaran dalam dunia perumahsakitan. Di kota-kota besar dimulai dengan masuknya modal asing dalam industri bisnis perumah sakitan yang menghasilkan rumah -rumah sakit mewah dengan manajemen canggih. Pemerintah Indonesia mengantisipasi keadaan itu dengan membuka keran bagi modal swasta untuk mendirikan rumah sakit baru. Tumbuhnya rumah-rumah sakit baru memadati dunia perumah sakitan, pada gilirannya menimbulkan dampak persaingan ketat antar rumah sakit. Agar Rumah sakit Pemerintah tidak kalah dalam situasi persaingan ,dikeluarkan kebijakan dengan memberikan peluang bagi rumah sakit Pemerintah untuk berkonversi menjadi rumah, sakit Swadana.
Rumah sakit Cideres adalah rumah sakit umum daerah yang terletak di Kabupaten Majalengka, memperoleh lampu hijau dari Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka untuk mempersiapkan diri menjadi rumah sakit Swadana. Agar pelaksanaan Swadana berjalan lancar, rumah sakit mengadakan uji coba untuk membebaskan salah satu revenue center nya dari pengaturan ICW, dengan pengkelolaan mandiri yaitu melalui Swakelola unit Farmasinya (dengan izin Bupati).
Dengan melihat indikator pelayanan resep, ternyata Swakelola ini menyebabkan pelayanan unit Farmasi meningkat pesat yang berarti pendapatan rumah sakit meningkat pula. Hal ini terlihat dari jumlah resep yang keluar dapat ditekan sebesar 72 % pada tahun 1995, sedangkan pelayanan resep unit Farmasi meningkat sebesar 22,29 % pada tahun yang sama. Peningkatan pelayanan resep di Instalasi Rawat Inap adalah 29,9 %, sedangkan di Instalasi Rawat Jalan adalah 16,1 %.
Pada penelitian didapatkan bahwa kenaikan pelayanan itu belum optimal, karena didapatkan bahwa manajemen Swakelola tersebut masih lemah, terutama dalam unsur koordinasi internal dan eksternal disertai pengendalian belum mendapat perhatian. Apabila dilakukan penataan-penataan dalam struktur maupun prosesnya, produktivitas yang akan terjadi pasti dapat lebih ditingkatkan.

The Analysis of Self Managed Medicines Supply System at the Pharmacy Instalation Cideres Public Regency Hospital, West JavaGlobalization and liberalization issues have effected the hospital world In big cities it started with foreign investments coming into the hospital business industry which produced luxurious hospitals supported by modern management system. The government of Indonesia anticipates this new trend giving opportunities for private/domestic firms to invest its capital to build new hospitals. The growing of new hospitals will, in turn arouses the hard competition between them. To sustain government hospitals create one government policy to maintain positive competition is in this competitive situation, a policy for called the "Swadana" which was issued in the year 1996, tobe implemented by the hospital in Indonesia`.
Cideres public hospital as a local public hospital located in Majalengka regency, has received its permissions from the government of Majalengka regency to prepare things needed to turning to it self a hospital. In order to make the Swadana process runs smoothly, Cideres hospital has arranged a trial to release one of its revenue center from Indische Culture Wet regulation by self-managing its pharmacy unit. In fact, using by prescription service as one of the indicator, the self managing has rapidly increase the performance of the pharmacy services, which means increasing the hospital revenue as well.
This can be seen from the number of prescription unable to be served by Hospital's pharmacy decreased 72% in 1995. The number of receipts served by the Hospital Pharmacy increased by the for 22,29% in the same year. The prescription services inpatient installation was 29,9%, whereas in outpatient installation, it increased by 16,1%.
The study showed that the effort of Cideres Hospital in developing its way to become a Swadana Hospital, is not yet optimal, since there are some weaknesses in their self-managing system, especially the internal, external coordination and management controlling. Changes and better arrangement in structure, function and system are still recommended to be improve in order receipt to achieve higher productivity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Permana
"Angka Kematian Ibu dan Bayi masih menjadi perhatian nasional dan global. Bahkan penurunan angka kematian ibu dan bayi masih menjadi prioritas daerahdaerah di Indonesia. Salah satu faktor yang menyebabkan masih tingginya angka kematian ibu dan bayi adalah terhambatnya pelayanan kesehatan dasar yang merupakan kewenangan wajib pemerintah daerah dikarenakan masih rendahnya belanja kesehatan di beberapa wilayah di Indonesia. Angka nasional untuk belanja kesehatan sendiri masih berada di kisaran 3 %. Sementara Undang-Undang mengamanatkan 5% dari total APBN. Ketersediaan dana dan kondisi fiskal merupakan salah satu alasan dibalik rendahnya proporsi belanja untuk kesehatan di setiap daerah. Komitmen pemerintah daerah dan kebijakan dari pemerintah yang dibuat, merupakan faktor penentu dalam jumlah anggaran yang diterima oleh Dinas Kesehatan.
Penelitian ini bertujuan menganalisis kebutuhan biaya Standar Pelayanan Minimal SPM) program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Kabupaten Majalengka tahun 2017?2019 menggunakan desain penelitian studi kasus dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pada tahun 2015, pembiayaan program KIA yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka berasal dari APBD Kabupaten sebesar Rp1.628.255.186 dan Bantuan Keuangan dari Provinsi sebesar Rp33.890.000.
Hasil perhitungan kebutuhan biaya SPM program KIA yaitu tahun 2017 sebesar Rp3.680.558.521, tahun 2018 sebesar Rp2.705.532.478 dan tahun 2019 sebesar Rp1.661.271.066. Dalam pendekatan kualitatif, pemerintah daerah baik dari sisi eksekutif ataupun legislatif sudah memiliki komitmen dalam pemenuhan kebutuhan biaya program KIA. Tetapi besar kecilnya anggaran yang diterima ditentukan oleh ketersediaan anggaran, kondisi fiskal daerah dan unsur politik dan kebijakan pemerintahan. Perencanaan dan penganggaran di Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka belum berdasarkan SPM.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan biaya SPM program KIA memerlukan dorongan dan dukungan dari pemerintah daerah. Oleh karena itu komitmen dan tindakan nyata dari pemerintah daerah dibutuhkan untuk menjaga keberlangsungan program tersebut.

Maternal and infant mortality remains a national and global concern. Even, the conditions in Indonesian the decline of maternal and infant mortality are still a priority for small Indonesian regions. One of the factors that led to this high rate of maternal and infant mortality is the obstruction of primary health care services, which is the authority of the local governments, due to the low spending on health care budget in several regions in Indonesia. The national average for health spending alone is in the range of 3%. While, the national constitution states that the minimum of health care budget is 5% of the total state budget. The availability of funds and fiscal conditions is one of the reasons behind the low proportion of health care spending in every region. The commitment of the local government and the policies is a decisive factor for the budget proportion received by the local health department.
This study aimed to analyze the cost requirements of Maternal and Child Health (MCH) program in Majalengka region in 2017 to 2019 using case study design with quantitative and qualitative approaches. In 2015, the budget forthe MCH program in the health department of Majalengka region came from the government budget for Rp1.628.255.186 (97.96%) and the financial aids from West Java Province for Rp33.890.000 (2.04%).
The results of the calculation need for the MCH program cost based on Minimum Service Standards (MSS) which in 2017 was Rp3.680.558.521, and were Rp2.705.532.478 and Rp1.661.271.066 in 2018 and 2019. In the qualitative approach, the local government, both the executive and the legislative, has a commitment in meeting the needs of the MCH program costs. However, the amount of the budget depends on to budget availability, fiscal conditions and elements of local politics and government policy. The planning and budgeting in health department of Majalengka region has not been determined based on MSS.
The study concluded that the cost requirement of the MCH program requires encouragement and support from the local government. Therefore, commitment and concrete action from the local government is needed to sustain the program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45963
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Arifien
"Salah satu upaya pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan di Puskesmas adalah upaya promotif, preventif dan kurdtif yang dilakukan terhadap bayi dan balita, dimana sejak tahun 1996 Departemen Kesehatan bekerjasama dengan WHO, telah mengembangkan suatu pendekatan baru dalam mengklasifikasi dan mengobatl bayi dan balita saki!, yaitu dengan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Saki!(MTBS).
Manajemen Terpadu Bolita Saki!(MTBS) dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas manajemen program maupun manajernen kasus yang mengacu pada kualh.as tatalaksana kasus sehingga angka kematian bayi dan balita dapat diturunkan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempero1eb gambaran tingkat kepatuhan petugas terhadap SOP pendekatan MTBS dan faktor-faktor yang mempengarohinya di Kabupaten Majalengka. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dengan jumlab sampel 58 petugas pe1aksana MTBS dengan 174 pengama!an. Pengumpulan data dilakukan dengan pengama!an secara langsung pada saat petugas memeriksa balita sakit dengan menggunakan daftar tilik dan waw!lncara dengan petugas MTBS.
Hasil penelitian memperlihatkan babwa pada tingkat kepatuhan petugas dengan menggunak.an cut off point 90% dalam nilai kepatuhan tertinggi 96,74% dan terendah 37,52%, dengan rata rata masalah telinga (80,5%) dan terendab pada konseling (17,8%). Dari hasil uji bivariat didapatkan faktor yang berhubungan seca:ra statistik adalah kua1ifikasi tenaga, pengetahuan, motlvasi dan komitmen pimpinan. Hasil ujl statistik secara multivariat didapatkan faktor yang paling dominan berhubungan Oengan kepai.uhan petugas terhadap SOP pendekstan MTBS adalab komitmen pimpinan.
Bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas di Kabupaten Majaiengka perlu kiranya mencoba mengadopsi suatu pendekatan bam daiam mengelola program MTBS yaitu dengan menggunakan manajemen mutu terpadu (Iota/ quality manajemen). Pendekatan tersebut lebih mengedepankan terhadap kepuasan pelanggan baik internal maupun ekstemaldan pendekatan budaya organisasi daJam melakukan perbaikan kepatuhan petugasnya. Melibatkan pegawai dalam pengambilan keputusan dan memberikan wewenang yang penuh terhadap stafnya dalam melaksanakan tugas dalam pengambHan keputusan. Lakukan perbaikar. kinelja dan kepatuhan petugas MTBS secara tents menerus: dengan meflggunakan siklus: PDCA (Plan-Do-Check-Act).

The set of primary health care effort conducted in health center (puskesmas) are promotive, preventive and curative efforts for babies and children under five years (balita). MoH in collaboration with WHO. have developed a new approach in classification and treatment for balita through IMCL lMCl, known as MTBS, was conducted for improving and promoting the quality of program management and also case management which refer quality of operational procedures and so the mortality rate ofbaJita could be reduced.
The objective of the study was to have description of the compliance level regarding the SOP of IMCI approach and its influencing factors in Majalengka District. The design of the study was Cross Sectional utilized quantitative approach, the sample size was 58 officials and involved J 74 observations. Data collection was conducted in direct observation while the officials examined the: sick balita by using checklist and also interviewing the officials.
The result of the study showed the compliance level of the officials, with cut off point 90%, the highest level was 96?74% and the lowest level was 37,52%, the average level was 76,90%. The highest level of compliance was in eac examination (80,5%)the lowest level was in counseling (17,8%). According to bivariate testing, it showed the corresponding factors statistically in educational level, knowledge, motivation and managerial commitment. In multivariate testing. the dominant factor which was correspond to the compliance level ofthe officials was managerial commitment.
Majalengka District Health Office (DHO) WllS proposed to implement the new approach above in IMCI management by using Total Quality Management (TQM). This approach prioritize the internal and external customer satisfaction. perform the organizational culture in improving compliance level of officials, also staff participation in decision making process and fully delegation to the staff in performing the assignment. Continuous improvement of the performance and compliance level of the IMCI officials will he gained by using PDCA (Plan Do Check Action) cycle."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Casmadi
"ABSTRAK
Pelaksanaan program-program pembangunan yang tepat sasaran dan berhasil
memberikan manfaat bagi penerimanya sangat tergantung pada pengidentifikasian
yang akurat target kelompok dan wilayah yang ditargetkan (penerima). Begitu pula
halnya keberhasilan program pengentasan kemiskinan terletak kepada beberapa
langkah, yang dimulai dari formulasi kebijakannya dengan mengidentifikasi apa saja
yang menjadi karakteristik rumah tangga miskin dan bagaimana pengaruhnya
terhadap kemiskinan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui karakteristik
kemiskinan sehingga dapat menentukan skala perioritas dalam pengentasan program
kemiskinan mana yang dikerjakan terlebih dahulu.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Majalengka dengan menggunakan data
Susenas kor Kabupaten Majalengka tahun 2014. Analisis yang dilakukan secara
deskriptif dan analisis regresi logistik menggunakan program pengolahan data
statistik STATA 11. Untuk mengetahui pengaruhnya dari faktor karakteristik rumah
tangga terhadap kemiskinan menggunakan metode analisis regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor karakteristik yang paling
berpengaruh terhadap resiko kemiskinan di Kabupaten Majalengka adalah kepala
rumah tangga perempuan, jumlah anggota rumah tangga, status kepemilikan tempat
tinggal, kepala rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian, kepala rumah tangga
dengan tingkat pendidikan sekolah dasar, rumah tangga yang tinggal di pedesaan
dan kepemilikan asset produktif.

ABSTRACT
Implementations of development programs are to provide benefits for the
recipient depends on the accurate identification of the target groups and the targeted
area (receiver). Similarly, the success of the poverty alleviation program is depend
on a few steps, starting from the formulation of policy by identifying what are the
characteristics of poor households and how they are affect poverty. This research is
expected to find the characteristics of poverty so that they can determine the scale of
priorities in the poverty alleviation program which is implemented.
This research was conducted in Kabupaten Majalengka using data Susenas
for Majalengka in 2014. The analysis conducted description and logistic regression
analysis using the statistical data processing program STATA 11. To determine the
effects of household characteristics on poverty the logistic regression analysis is
used.
The results showed that the characteristic factors that most influence on the
risk of poverty in Majalengka are female head of household, number of household
members, the ownership status of residence, occupations of household head on
agricultural sector, primary education of household head education level, resides of
house hold at rural areas and the ownership of productive asset."
2016
T46081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Fajarwati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Sistem Pengelolaan Penyimpanan Barang Logistik di Unit Logistik Sub Bagian Pelaksana Rumah Tangga RSUD Budhi Asih. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan jumlah informan sebanyak 5 orang dengan hasil penelitian dari input yaitu pertama prosedur penyimpanan hanya berupa instruksi kerja kecuali alur penyimpanan yang sudah ada SOP. Kedua, sarana dan prasarana yang belum optimal. Dari proses yaitu Pengaturan tata letak masih belum optimal, penyusunan stok alat tulis kantor, alat rumah tangga dan cetakan belum sepenuhnya sesuai dengan instruksi kerja, pencatatan stok alat tulis kantor, alat rumah tangga dan cetakan kadang-kadang masih ditemukan perbedaan jumlah stok fisik pada saat stock opname, pengendalian mutu sifatnya bersama masih belum ada standar khusus. Dilihat dari segi output mutu dan keamanan barang logistik sudah baik baik. Saran dalam jangka pendek dengan menambah aplikasi yaitu untuk inventory, jadwal rutin bongkar muat gudang, membersihkan dan menata gudang sehingga terlihat rapi, menambah alas untuk barang yang ada dilantai.

This study aims to determine Description of Logistics Storage Management System at the Logistic unit Division of Household Affairs of Budhi Asih Regional Hospital 2011. This research is a descriptive qualitative research with the number of informants as much as 5 people with research results from the first input storage procedures only in the form of work instructions unless the flow of existing storage SOP. Second, infrastructure is not optimal. From the process of setting the layout is still not optimal, stationery stock preparation, treatment and the mold is not fully in accordance with work instructions, records of stock ATK, sometimes in ART and print still found differences in the amount of physical stock at the time of inventory taking, quality control of its joint still there is no specific standard. Viewed in terms of output quality and security of goods logistics are both good. Suggestions in the short term by adding application that is to inventory, schedule routine warehouse loading and unloading, cleaning and organizing the warehouse so it looks neat, add the base to the items on the floor."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Puspa Dewi
"Saat ini dalam pengelolaan sualu rumah sakit membutuhkan biaya yang terus meningkat. Hal ini disebabkan antara lain karena meningkatnya biaya-biaya umum di rumah sakit, meningkatnya kebutuhan pelayanan oleh masyarakat Serta kemajuan di bidang teknologi kedokteran. Di lain pihak, kemampuan sumber dana pemerintah semakin terbatas sehingga peran serta masyarakat dalam pembiayaan rumah sakit perlu terus digali dan ditingkatkan. Pembaharuan sistem pengelolaan keuangan pada rumah sakit pemerintah telah dirintis sejak tahun 1992, dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah tentang unit swadana. Sejalan dengan hal tersebut diatas juga diharapkan adanya peningkatan akses dan keterjangkauan upaya pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III pada rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta yang ditunjuk. Berbagai upaya juga lelah dilakukan oleh Pemerintah untuk menyalurkan subsidi ke masyarakat, baik melalui sisi supplay (provider) atau sisi demand (langsung ke pasien).
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung adalah salah satu rumah sakit swadana pemerintah yang mengemban misi sosial danjuga sebagai rumah saklt rujukan tertinggi di Provinsi Lampung. Sejak dicanangkannya program JPSBK tahun 1998 hingga program JPKMM pada tahun 2005, telah ikut berperan dalam menyelenggarakan program-program tersebut. Pada tahun 2005, RS.AM bekerja sama dengan PT Askes (Persero) untuk melayani masyarakat miskin di Lampung khususnya Kota Bandar Lampung. Berdasarkan hasil negosiasi disepakati tarif paket-paket pelayanan termasuk di dalamnya tarif paket rawat inap untuk program JPKMM sebesar Rp90.000,- per hari/pasien. Dalam aplikasinya, rumah sakit membuat aturan pembagian tarif paket tersebut menjadi tiga komponen besar yaitu jasa pelayanan, pembelian alat kesehatan dan bahan habis pakai dan retribusi rawat inap kelas III.
Sejak diimplementasikannya program JPKMM di RSAM bulan Januari 2005, utilisasi rawat inap kelas III baik dilihat dari aspek jumlah hari rawat maupun jumlah pasien telah menunjukkan peningkatan secara bermakna. Hal ini juga diikuti dengan peningkatan penerimaan yang memberikan kontribusi sampai dengan 65,5% di tahun 2005. Padahal tarif yang digunakan adalah tarif paket, dimana informasi biaya satuan di rumah sakit belum tersedia. Selain itu sistem pengajuan klaim oleh RS kepada PT Askes mempunyai kesenjangan waktu yang cukup berarti sampai dengan pembayaran klaim dan tidak semua klaim yang diajukan dapat disetujui. Seyogyanya peningkatan penerimaan memberikan kontribusi (keuntungan) khususnya bagi Unit rawat inap kelas III.
Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan gambaran mengenai potensi kesinambungan keuangan Unit rawat inap kelas III di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan retribusi program JPKMM tahun 2005. Penelitian ini bersifat operational research melalui pendekatan kualitatif dengan metode wawancara, observasi dan telaah dokumen.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa, tarif rawat inap program JPKMM yang ditetapkan sangat jauh dibawah biaya satuan akrual maupun normatif, tetapi tarif tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan UC actual tanpa AIC dan biaya pegawai. Hal tersebut didukung pula dengan adanya subsidi silang dalam tarif paket (shadow revenue). Pasien program JPKMM memberi kontribusi cukup besar terutama untuk Unit rawat inap kelas III. CRR tanpa AIC dan biaya pegawai >I00%. Pihak manajemen RS telah melakukan upaya efisiensi dengan tepat sebagai salah Satu cara meningkatkan penerimaan dan mengurangi pengeluaran.
Dari hasil penelitian, maka disimpulkan bahwa Unit rawat inap kelas III RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan retribusi program JPKMM tahun 2005 mempunyai potensi untuk mewujudkan kesinambungan keuangan. Untuk meningkatkan dan menjamin kesinambungan tersebut hendaknya dilakukan sosialiasi tentang program JPKMM kepada Direktur dan jajarannya, pelaksana pelayanan khususnya Kelas III dan unit terkait serta kepada Dinas Kesehatan dan Pemda Provinsi Lampung, melakukan survey kepuasan pasien JPKMM, melakukan penelitian lanjutan terkait dengan multiplier effect, menata birokrasi keuangan RS dan mereview laporan keuangan terkait dengan modal kerja RS, menghitung biaya satuan unit lain, menambah jenis pelayanan dan menyederhanakan birokrasi keuangan supaya Iebih cepat dalam pembayaran klaim."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21106
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ideran Syaputra
"ABSTRAK
Tugas Akhir ini berfokus kepada Analisis Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa di Direktorat Alat dan Mesin Pertanian. Penelitian dilakukan dengan observasi wawancara terhadap Pejabat dan Karyawan bagian pengadaan barang dan jasa. Dari hasil penelitian ini,dapat disimpulkan bahwa proses pengadaan barang dan jasa di Direktorat Alat dan Mesin Pertanian telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

ABSTRACT
This final report focuses on Government Internal Control System Analysis on Implementation of Procurement of Goods and Services at Direktorat Alat dan Mesin Pertanian. Research is done by observation to the Head Officer who and staff in the procurement of goods and services departemen. From these results, it can be concluded that the process of procurement of goods and services complies with applicable regulation.
"
2015
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>