Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114838 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Kartikawati
"Selaras dengan maraknya perkembangan acara-acara televisi untuk menjaring para bintang baru telah menjadi suatu fenomena yang menarik didunia hiburan tidak hanya dari banyaknya peminat dan konsumen yang menikmati tetapi juga telah membuat suatu tambang emas bagi media-media yang mempopulerkannya termasuk disini adalah media cetak. Fenomena AFI yang awalnya diproduksi Indosiar akhirnya menarik minat Tabloid Gaul sebagai anak perusahaan Indosiar untuk memberitakan berbagai berita tentang para bintang AFI beserta gaya hidupnya.
Menyikapi kemunculan fenomena pemilihan para bintang AFI tersebut yang ternyata sebagai pengerukan keuntungan bagi media yang meliputnya maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang mengapa Tabloid Gaul melakukan komodifikasi atas gaya hidup para bintang AFI tersebut dan ada tidaknya eksploitasi atas mereka dan juga pertimbangan-pertimbangan ekonomi politik serta landasan ideologis yang menjadi latar belakang komodifikasi tersebut.
Merujuk ke-concern-an tesis ini yaitu berusaha membongkar praktik-praktik komodifikasi dalam perspektif ekonomi politik media komunikasi media dan mencoba mengungkap motiftersembunyi dibalik itu semua.
Penelitian ini dilakukan dengan analisis wacana dari Norman Fairclough untuk melihat mengapa Tabloid Gaul melakukan komodifikasi gaya hidup para bintang AFI (Akademi Fantasi Indosiar) ini. Bagi Fairclough suatu teks yang diproduksi dan dikonsumsi tidak terlepas dari faktor praktek-praktek wacana ( discourse practice) yang menjadi mediasi antara teks itu sendiri dengan praktek sosiokultural(sociocultural practice). Pendekatan framing analysis dari Gamson dan Modigliani, pada level teks dipilih mengingat penulis yakin bahwa dengan adanya representasi makna dalam teks di Tabloid Gaul dapat menimbulkan wacana menarik tentang munculnya komodifikasi gaya hidup pars bintang API tersebut apabila dikaji dari sudut komunikasi.
Berdasarkan temuan data penelitian antara lain berisi bahwa, Pertama komodifikasi yang dilakukan Tabloid Gaul terhadap para bintang terutama para bintang AFI (Akademi Fantasi Indosiar sesungguhnya merupakan fenomena industri media sebagai industri bisnis yang berorientasi pada keuntungan. Kedua, upaya keras dari para bintang AFI sendiri dalam mempertahankan kepopuleran atas nama identitas yang telah diperoleh untuk dapat terus digunakan ataupun laku dipasar tetap saja melanggengkan adanya eksploitasi atas diri mereka untuk terus bertahan dalam dunia hiburan yang terus bergerak dengan penuh persaingan. Apa yang ditampilkan media juga telah melanggengkan banalitas media dimana para artis dan para bintang dikupas demi keuntungan semata. Ada kepentingan ekonomi politik yang dilakukan oleh para pemilik modal yang mendominasi yang notabene adalah sebuah kekuatan bisnis besar yang kuat di bidang media yaitu dari kelompok Salim Group sebagai pemilik Indosiar dengan anak perusahaan Tabloid Gaul ini, Ketiga, landasan ideologis yang mendasarinya tentu saja adalah landasan ideologi pasar yang mendasarkan pada logika M-C-M (Money-Commodities-Mare Money) sebagai kepentingan utama. sehingga Tabloid Gaul apabila dipandang dari sudut pandangan kritis dapat dilihat sebagai suatu yang lahir dari adanya dominasi atas kelompok yang satu terhadap kelompok yang lain yaitu adanya kekontrolan demi keuntungan dan menjadi agen kapitalis.
Implikasi hasil penelitian ini nantinya dapat memperkaya studi-studi kajian kritikal dengan ekonomi politik media yaitu komodifikasi dengan menyertakan secara lengkap dua enlrypoint Masco yaitu strukturasi dan spasialisasi untuk membedah sejumlah fenomena yang berkaitan dengan bintang dan gaya hidupnya. Sehingga untuk masa mendatang media dapat dirnanfaatkan secara maksimal tidak hanya sisi komersialisasi belaka dengan star fetihism dapat dikurangi dan para khalayak akan lebih merasakan manfaatnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yorita L.S. Bernadetta
"Pasca Reformasi 1998 stasiun-stasiun televisi bermunculan di Indonesia. Mereka bersaing untuk dapat tetap eksis. Maraknya program-program bertema kriminalitas di sejumlah besar stasiun televisi swasta nasional telah menciptakan suatu keadaan yang memprihatinkan bagi dinamika perkembangan pertelevisian Indonesia itu sendiri. Kritikan demi kritikan dilontarkan berbagai kalangan terhadap maraknya tayangan kriminalitas yang selalu hadir di ruang-ruang keluarga. Ironisnya, walaupun banyak pandangan yang tidak setuju dengan hadirnya berbagai bentuk tayangan kriminalitas, pada kenyataannya tayangan seperti itu terus berkembang dengan berbagai bentuknya. TV7 sebagai pendatang baru dalam industri televisi swasta tidak mau ketinggalan dalam memproduksi dan mendistribusikan (praktek komodifikasi) program sejenis, yang disebut dengan Tajuk Kriminal dan Perkotaan (TKP) yang saat ini dihadirkan setiap hari dua kali sehari dalam satu minggu (kecuali hari Sabtu hanya satu kali, yaitu pada siang hari).
Fokus tesis ini adalah berusaha menjelaskan bagaimana TV7 mengemas berita kriminalitas dalam program TKP, menggambarkan banyaknya pendapatan yang diperoleh stasiun televisi TV7 melalui tayangan TKP, menggambarkan audience profile tayangan TKP Siang, TKP Sore maupun TKP Malam dan mengevaluasi atau mengkritisi tanggungjawab sosial TV7 terhadap khalayaknya melalui tayangan kriminalitas TKP.
Dalam mengkritisi fenomena program bertema kriminalitas, tesis ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan paradigma kritis
dan bersifat deskriptif. Sementara metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui studi literatur (kepustakaan), wawancara mendalam terhadap sejumlah narasumber yang berkompeten di TV7, serta melakukan observasi langsung terhadap tayangan program TKP tersebut.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dengan semakin ketatnya persaingan antar industri televisi swasta di Indonesia saat ini, dimana seluruh stasiun televisi swasta nasional yang ada menayangkan program kriminalitas, mendorong para pengelola stasiun televisi untuk menciptakan peluang bisnis tertentu dengan menciptakan strategi programming yang disukai khalayak. Industri televisi adalah sebuah industri yang modalnya sangat besar, otomatis juga membutuhkan biaya operasional yang tidak sedikit, oleh sebab itu para pengelola stasiun televisi berusaha untuk mendapatkan keuntungan dengan menjual program yang "disukai" penonton dan seolah "memaksa? mereka untuk berargumentasi bahwa selama pemirsa dan. pengikian menyukai tayangan bertema kriminalitas ini, maka selama itu pula mereka akan memproduksi dan menayangkan (mendistribusikan) ke layar kaca pemirsa.
Bukti yang ditemukan juga menunjukkan bahwa membanjirnya iklan ke progam TKP mendorong managemen TV7 untuk terus menambah frekuensi penayangannya, dari yang semula sekali dalam satu hari menjadi dua kali dalam satu hari dalam seminggu. Ironisnya, program yang semula diklaim memiliki ciri khas karena ada segmentasi untuk iklan layanan masyarakat dalam program sore/malam hari ternyata dalam perjalanannya tak lebih dari sekedar bagian dari tekno kapitalis.
Implikasi hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa studi terhadap masalah-masalah isi program televisi bagi pemirsanya, khususnya studi ekonomi-politik yang terkait dengan komodifikasi program kriminalitas di televisi swasta, pada dasarnya perlu dikaji lebih lanjut secara kritis dan holistik dengan menyertakan dua entry point lainnya, yaitu spasialisasi dan strukturasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noverio Cesar
"ABSTRACT
Kawasan Ekonomi Khusus KEK dipandang sebagai sebuah instrumen yang efektif untuk menarik investasi asing langsung. Implementasi KEK di Indonesia menghadapi berbagai macam permasalahan. Untuk memastikan bahwa KEK yang dimilikinya kompetitif, Indonesia harus belajar dari negara tetangga yang juga merupakan kompetitor, seperti Vietnam dan Thailand. Vietnam sudah berhasil menarik investasi asing langsung melalui implementasi KEK. Vietnam mencatatkan pertumbuhan investasi asing lansung tahunan tertinggi di antara negara-negara Asia Timur pada 1980-2013 dan menjadi penerima investasi asing langsung terbesar di Asia. Di sisi lain, Thailand berhasil menjadi pusat dari manufaktur kelas dunia melalui implementasi KEK. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengetahui bagaimana Vietnam dan Thailand mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus ditinjau dari beberapa faktor, yaitu kondisi ekonomi politik, kebijakan industrialisasi, pelayanan investasi, pertumbuhan Kawasan Ekonomi Khusus, partisipasi dalam rantai nilai global, dan industri hijau.

ABSTRACT
Special Economic Zone SEZ is perceived as an effective instrument in attracting FDI. The development of SEZs in Indonesia has been facing a wide range of problems. To ensure its SEZs rsquo competitiveness, it is important for Indonesia to learn from its competitive neighboring countries, such as Vietnam and Thailand in developing SEZs. Vietnam has been successfully attracting foreign direct investment through the implementation of SEZs. It recorded the highest annual growth rate of net inflows of FDI, as percentage to GDP among other East Asia countries in 1980 2013 and being the largest FDI recipient in Asia. On the other hand, Thailand is becoming the center of world class manufacturing through the development of SEZs. This qualitative study aims to discover how Vietnam and Thailand develops its SEZs by looking at several factors, such as political economy landscape, industrial policy, investment services, growth of SEZs, global value chain participation, and green industrialization. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peggy Melati Purnamadewi Sukma
"Meningkatnya aktivitas produksi pada industri hiburan, membuat semakin besar potensi berita-berita tentang acara-acara televisi berikut artis-artis pendukungnya, yang bisa dijual kepada khalayak. Potensi ini yang mendorong perkembangan media hiburan semakin pesat di Indonesia yang sekaligus dipacu oleh iklim kebebasan pers sejak era reformasi. Media cetak yang mengkhususkan pada pemberitaan dan informasi dunia hiburan, atau yang disebut tabloid infotainment, memiliki keterkaitan erat dengan banyak hal pada industri hiburan. Namun pada kenyataannya, tabloid infotainment lebih memfokuskan diri pada pelaku dunia hiburan depan layar yang disebut sebagai selebriti dan isi beritanya mengeksploitasi kehidupan pribadi ketimbang isi berkualitas yang memiliki fungsi edukasi. Untuk memahami fenomena pemberitaan tabloid infotainment, peneliti mengambil sebuah peristiwa yang memiliki pengaruh besar terhadap dunia hiburan, yaitu Akademi Fantasi Indosiar (AFI). Sebagai sebuah ajang adu bakat dalam dunia tarik suara berskala nasional, kegiatan ini menjadi objek pemberitaan media cetak, termasuk tabloid infotainment. Melalui AFI, sebagai contoh kasus, penelitian ini berusaha menunjukkan bagaimana tabloid infotainment memberitakan sebuah peristiwa fenomenal dalam dunia hiburan di Indonesia. Adapun unit analisa yang diambil dalam penelitian ini adalah berita utama atau headline seputar AFI yang dimuat tabloid Cek&Ricek (C&R) dan Bintang Millenia (BM). Pada C&R, headline ada pada rubrik Isu Utama dan rubrik Isu Khusus. Sementara pada Bintang Millenia ada pada rubrik Millenis. Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan kerangka analisis kritis Fairclough. Kerangka ini menghendaki adanya analisis yang multilevel yakni pada level teks, discourse practice (produksi dan konsumsi media), dan sociocultural practice. Analisa yang dilakukan pada level teks menunjukkan aspek dominan peristiwa AFI yang diangkat oleh tabloid C&R dan BM adalah akademia (sebutan untuk ke-12 finalis AFI). Dari aspek itu sisi yang ditonojolkan adalah kehidupan pribadi akademia yang dibingkai dari dua sudut pandang pembingkaian, yakni bingkai-simpati yang menonjolkan keprihatinan latar belakang hidup akademia yang datang dari keluarga sederhana/ekonomi lemah dan bingkai yang kedua adalah bingkai skandal yang menonjolkan skandal/masalah hubungan percintaannya. Pembingkaian ini menunjukkan beberapa masalah terutama sekali adalah penekanan yang berlebihan pada hal-hal yang ringan dan menghibur yang dikemas secara sensasional. Akibatnya banyak hal penting yang tidak muncul pada berita yang sebetulnya memiliki unsur mendidik dan memberdayakan masyarakat tentang dunia hiburan, khususnya tentang AFI. Analisis discourse practice mengungkap keterkaitan hubungan antara teks dengan produksi dan konsumsi teks. BM dan C& R dengan kebijakan editorialnya masing-masing, telah melakukan seleksi isu yang diwujudkan dalam strategi penyajian yang didasarkan pada prinsip-prinsip jurnalistne tabloid, sehingga aspek-aspek kehidupan pribadi akademia dapat menarik perhatian pembaca. Dari analisa ini, terlihat bahwa faktor organisasi media, khalayak sasaran media, dan kepentingan untuk bertahan di pasar, ikut mempengaruhi bagaimana C&R dan BM memberitakan selebriti, dalam hal ini adalah akademia AFI. Dari analisis discourse practice ditemukan juga motivasi pembingkaian yang dilakukan oleh kedua tabloid adalah untuk kepentingan menjaring pembaca sebanyak-banyaknya. Jadi kehidupan pribadi selebriti telah dikomodifikasi yaitu lebih mementingkan nilai tukar berita — yang dapat menarik khalayak dalam jumlah besar- ketimbang nilai guna untuk mendidik khalayak. Pola pemberitaan yang mengkomodifikasi kehidupan pribadi selebriti ini tak lepas dari pengaruh yang ada di luar media (extra media) serta konteks historis, situasional, dan sosial yang ada ketika teks diproduksi. Analisis sosiocultural practice mengungkap komodifikasi yang dilakukan oleh tabloid C&R dan BM dipengaruhi oleh ketergantungan kepada khalayak, ketergantungan kepada Indosiar sebagai sumber berita, tekanan persaingan media infotainment, dan sejarah pembentukan media infotainment sejak tahun 1920. Kebijakan redaksi mengomodifikasi kehidupan pribadi selebriti juga dipengaruhi oleh sistem pers Indonesia yang semakin bergaya industrialis dengan orientasi keuntungan. Ketidakjelasan aturan (hukum dan etika) serta penegakkannya ikut membuat gaya pemberitaan seperti ini terus bertahan. (PMPS).

The rising production activity of the entertainment industry has increased the news potential of television shows and its supporting talents that can be sold to the audience. This potential is encouraging the growth of media entertainment, which is also spurred by the free press climate, that has been going on since the Reformation era began. Print Media's that specializes on reporting information of the entertainment world, or more commonly known as infotainment tabloids, are closely attached to the many aspect of the entertainment industry. While, in reality, infotainment tabloids seemingly focuses much more on the talents shown in the entertainment world or the celebrities, and it's news contents exploit personal lives rather than giving quality materials with educational purposes. In order to understand this infotainment tabloids news telling phenomenon, the researcher studies an occurrence that has no small meaning in the entertainment world; Akademi Fantasi Indonesia (The Indonesian Fantasy Academy), or widely recognized simply as AFI. As a nation wide vocal talent contest, AFI has been the object of many print media news casting, including the infotainment tabloid. Through AFI, as a case study, this research will try to illustrate how the onfotainment tabloids casts the news of a phenomenal event in the Indonesian entertainment world. This research gathers headlines and news pertaining AFI, from Cek&Ricek (C&R) and Bintang Millenia (BM), On C&R, its headline under the heading `Main Issues' and `Special Issues', while on BM under its `Millenis' heading, as its analysis units. On researching, the researcher uses Fairclough's critical analysis frame. This frame demands analysis on a multilevel stage, the first being an analysis on the text, followed by its discourse practice (media production and consumptuion) ,and lastly its sociocultural practice. The textual level analysis shows the dominant aspect of AFI that are cast by the Tabloids C&R and BM is its so called Academia (a word use to identify the 12 AFI contestants). From that aspect, the highlighted part would be the Academia's private lives that are framed in 2 point of views. Sympathy, which highlights compassion towards the background of the Academia's lives, such as poor families. The second highlights scandal that shows their love lives. This way of framing points to a few problems, especially on exaggerated stressing on sensationally packaged light and entertaining issues. As a result, many important things are left untouched (and worse yet unpublished) by its news, that supposedly contains an educational purpose and to literate the audience of the entertainment world, AFI especially. A discourse practice analysis reveals a connection between the text and its production. BM and C&R, with its respective principals, has selected issues that are embodied in its presentation strategy that are based on the tabloid journalism principals, so that the private lives aspect of the Academia would attract readers. This analysis shows that organizational factors from within the media, its market and its effort to stay in the market, influence how C&R and BM, cast their news of celebrities, and in this case the AFI Academia. The discourse practice analysis also finds that the motivation behind such framings of news done by both media is targeted to attract as much reader as possible. This shows that the private lives of celebrities has been commoditized ; It shows that the more important news value is to attract more readers than to educate the audience. This pattern of commoditizing the private lives of celebrities, is also connected to influences from outside the media (extra media) as also historical, situational, and social context, that exists as the text is being produced.. The sociocultural practice analysis, reveals that the commoditizing done by C&R and BM, is influenced by their dependency on their Aydience, dependency on Indosiar as their source, the growing strain of infotainment media competition, and lastly the history of media infotainment itself, that started as far backas the 1920's It's editorial decision on commoditizing the personal lives of celebrities is also influenced by the Indonesian press system that, as time flows, leans more and more towards an industrialist style system with its money oriented goals. The vague edict (laws and ethics) concerning the media and also it's lack of enforcements also has a hand on why this way of news casting persists. (PMPS).
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Farhan Al Ghifary
"Industri pertambangan batubara merupakan salah satu sumber energi utama di banyak negara termasuk di Indonesia. Namun, industri ini juga menghadapi tantangan dalam hal dampak lingkungan, termasuk emisi gas rumah kaca, dan polusi udara. Untuk menghadapi tantangan tersebut, para pelaku industri tambang batubara beserta pemerintah Indonesia perlu menerapkan konsep ekonomi sirkular demi mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu ditentukan faktor pendorong dan penghambat utama yang dapat diimplementasikan pada industri pertambangan batubara. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan faktor pendorong dan penghambat implementasi ekonomi sirkular pada industri pertambangan batubara di Indonesia. Pada tahap awal, penelitian ini meninjau beberapa faktor pendorong dan penghambat yang ada untuk dijadikan daftar dari faktor pendorong dan penghambat awal. Kemudian daftar dari faktor pendorong dan penghambat tersebut dinilai dan divalidasi oleh lima ahli. Penelitian ini menggunakan metode Content Validity Index (CVI) untuk memvalidasi faktor pendorong dan penghambat dan metode DANP untuk menganalisis hubungan dan prioritas faktor pendorong dan penghambat. Dimensi yang paling penting  dari faktor pendorong dan faktor penghambat adalah dimensi financial dan faktor yang paling penting adalah adanya kerja sama industri untuk faktor pendorong dan penerapan teknologi yang rumit untuk faktor penghambat. Hasil penelitian ini dapat digunakan lebih lanjut oleh industri pertambangan batubara untuk menjawab tantangan tersebut.

The coal mining industry is one of the main sources of energy in many countries, including Indonesia. However, this industry also faces challenges in terms of environmental impacts, including greenhouse gas emissions and air pollution. To address these challenges, coal mining industry players and the Indonesian government need to implement the concept of circular economy to reduce the environmental impact produced. Therefore, it is necessary to determine the main driving factors and barriers that can be implemented in the coal mining industry. This research aims to develop driving factors and barriers for the implementation of circular economy in the coal mining industry in Indonesia. In the initial stage, this research reviews several existing driving factors and barriers to create a list of initial driving factors and barriers. Then, the list of driving factors and barriers is evaluated and validated by five experts. This study uses the Content Validity Index (CVI) method to validate the driving factors and barriers and the Decision-Making Trial and Evaluation Laboratory (DEMATEL) based Analytic Network Process (ANP)/DANP method to analyze the relationships and priorities of the driving factors and barriers. The most important dimension of the driving factors and barriers is the financial dimension, and the most important factor is industry collaboration for the driving factors and the implementation of complex technology for the barriers. The results of this study can be further utilized by the coal mining industry to address these challenges."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soraya
"Penelitian ini berupaya untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana pemaknaan dan penilaian (opini) khalayak atas konstruksi wacana pemberitaan tentang konflik elit politik di media cetak. Penelitian dibatasi hanya kepada khalayak mahasiswa, sebagai satu kelompok yang berperan besar dalam sejarah politik nasional, dan reformasi di Indonesia.
Pemilihan informan, dari setiap fakultas pada jenjang program sarjana Universitas Indonesia, di Depok dan Salemba. informan dipilih berdasarkan pada karakteristik yang sudah ditetapkan, dengan metode purpossive dan snow ball sampling. Proses pengumpulan data dilakukan sejak awal tahun sampai dengan pertengahan tahun 2003. Analisis data dimulai sejak awal penelitian sampai penelitian selesai.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Strategi penelitiannya adalah ethnografi, dan data dikumpulkan melalui wawancara mendaiam kepada informan. Penelti juga mengumpulkan data sekunder, dengan melakukan analisis framing atas isi media dan studi literatur, guna memberikan gambaran wacana media atas issue tersebut.
Selanjutnya hasil temuan lapangan dipaparkan dalam empat bagian : (1) Wacana pemberitaan konflik elit politik di media cetak; (2) Profit informan penelitian; (3) Pengetahuan/penerimaan Informan atas wacana politik tentang konflik elit politik di media; (4) serta pemaknaan dan penilaian (opini) Informan atas wacana politik dan konflik elit di media cetak.
Sebagai nsang publik, di masa reformasi, pers menikmati kebebasannya menjadi ruang diskusi dan perdebatan yang terbuka, serta menjadi saluran komunikasi, pendidikan, dan sosialisasi politik. Media berperan menyediakan informasi yang cukup mengenai realitas politik di Indonesia. Kedudukan media dalam menyampaikan, mengkonstruksikan, dan merekayasa simbol dan realitas politik menjadi sangat sentral. Cara media menyajikan atau mengemas pesan (framing) bisa dilakukan melalui seleksi isu dan penekanan/penonjolan aspek-aspek realitas atau isu tersebut.
Wacana politik yang sering muncul diantaranya terkait dengan issue ketegangan dan konflik antar elit, baik antar pribadi dalam internal partai, antar partai dan antar lembaga negara. ini menjadi pusat perhatian publik, karena terkait dengan para pengambil kebijakan negara. Sementara bagi elit politik pemberitaan media menduduki posisi penting dalam menciptakan kesadaran umum, ide, dan, pembentukan citra mereka di hadapan khalayak. ini penting bagi keberlangsungan dukungan publik atas posisi mereka dalam area politik. Seringkali wacana media dianggap turut memperkeruh hubungan antar elit politik.
Menurut Water Lippman, pemberitaan media, menjadi jendela bagi pengalaman kita tentang realitas dunia iuar, serta turut mengarahkan khalayak pada suatu pola pikir atau opini tertentu. Individu khalayak media tidak pasif. Mereka memiliki kemampuan mengontrol, menyeleksi informasi, serta memberikan pemaknaan atas informasi tersebut.
Penelitian yang berpijak dari paradigma konstruktivis-interpretif ini, diharapkan dapat memahami wacana pemberitaan media dad titik pandang individu khalayak media. Akses individu pengguna media, kemampuan untuk mendapatkan informasi, mengelola dan memanagemen issue berbeda bagi setiap individu. Sehingga pemaknaan dan penilaian, (opini) individu atas media bisa beragam.
Kajian reception analysis memberikan perhatian terhadap ha! ini. Audiens dipandang aktif dan melakukan pemahaman atas text media. Studi ini melihat bagaimana makna, produksi, dan pengalaman dari audiens dalam interpretasinya atas text media. Memfokuskan kepada proses decoding, interpretasi dan reading yang terjadi pada khalayak. Sehingga proses encoding (produksi) tidak selalu diterima dan diambil (decoding) dengan sama oleh khalayak.
Temuan yang ada menunjukkan bahwa peran media sebagai pengawas pemerintah, jendela informasi, mediasi realitas, propaganda politik serta saluran komunikasi, pendidikan dan sosialisasi politik, sehingga publik dapat memantau perilaku den gerak elit. Media dianggap tidak hanya sebagai penyampai informasi namun juga sebagai pembentuk opini dan rekonstruksi realitas. Secara umum realitas politik yang disajikan media paska reformasi disajikan dengan berani, vulgar, lugas, dan terbuka.
Dan diskusi bagi para para pelaku politik, terutama para alit politik, dan kurang memiliki kesempatan bagi publik untuk ikut terlibat dalam perdebatan .tersebut. Sehingga wacana politik menjadi suatu yang terkesan elitis. Baik media maupun publik menilai bahwa sumber masalah dalam politik Indonesia adalah alit politik.
Secara spesifik terlihat frame yang dimunculkan media dapat disimpulkan iebih mengarah kepada penonjolan issue bahwa politik adalah permainan dengan berbagai strategi, sehingga mengarah kepada suatu hal yang 'kotor', dimana politik menjadi arena 'permainan' bagi pelaku yang terlibat di dalamnya. Sehingga setiap pelaku politik dapat mengupayakan agar diri atau kelompoknyalah yang memenangkan permainajn tersebut. Akibatnya dengan segala upaya, para pelaku yang terlibat, teruatama para pengambil keputusan akan berupaya dengan segala cara, balk yang benar maupun yang tidak benar, sekalipun harus menjatuhkan orang lain, memfitnah atau menuding tanpa alasan, agar mereka yang menjadi pemenang, balk pemenang dalam aspek untuk mendapatkan citra maupun posisi dan kedudukan.
Ideologi dominant yang ditonjoikan media dalam pemberitaannya ingin memperlihatkan bahwa hubungan antar alit politik di Indonesia adalah hubungan yang tidak sehat dan mengarah kepada konflik. Bahwa politik adalah sesuatu angka kotor dan bersifat `elitis' karena itu hanya dimiliki, dikelola dan melibatkan segelintir orang. Dalam posisi ini media memainkan peran sebagai wacana tempat permainan politik tersebut. Sehingga posisi media akan terkait dengan berbagai kepentingan.
Pemaknaan informan akan informasi politik, tidak sepenuhnya ditentukan oleh media. Publik menggunakan media sebagai salah sate sumber informasi politik utama seat ini. Publik pun menerima dan menyadari bahwa pemberitaan media sebagai suatu realitas politik yang terlebih dahulu teiah melalui proses rekonstruksi . Bagi sebagian besar informan, kondisi yang ada memang menunjukkan kecenderungan potensi konflik yang tinggi dan wacana media menjadi arena perdebatan dan perang wacana oleh alit politik. Media sangat dominan dalam konteks ini adalah menjadi agen konstruksi realitas dan saluran propaganda politik.
Dari yang peneliti lihat, proses pemaknaan khalayak atas isi dan makna media, lebih cenderung pada tipe decoding alternatif interpretasi atau negotiated meaning atau negotiated reading. Dimana anggota khalayak atau publik memiliki altematif interpretasi ketika mereka menginterpretasikan suatu wacana. Di sini individu khalayak yang mengkonsumsi pesan, tidak setuju sepenuhnya atas penggambaran hubungan antar alit yang ditawarkan oleh media. Di sini terlihat peran khayalak sebagai audiens yang aktif dalam arti aktif mengkonsumsi, menangkap dan memaknai makna pesan yang ada di media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyanti Syas
"Penelitian ini mencoba melihat konsistensi peranan media massa dalam mengkritisi kinerja pemerintahan yang berkuasa. Seperti diketahui, setelah jatuhnya rezim Orde Baru (Orba) kehidupan media massa mengalami perubahan drastis terutama dari segi isi teks yang disajikannya. Apa yang tabu dibicarakan pada masa Orba menjadi hal yang lumrah diperbincangkan. Penggunaan Bahasa dengan eufemismenya dimasa Orba, kini disajikan dengan hujatan oleh sebagian besar media massa. Kekritisan dan ketajaman analisis yang disampaikan media jauh dari apa yang pernah dilakukan pada masa Orba.
Melalui analisis framing yang digunakan dalam penelitian ini, akan dilihat bagaimana dinamika atau konsistensi media massa dalam mengkritisi kinerja pemerintahan setelah lengsernya Soeharto, Sejauh mana ideologi politik media mempengaruhi dinamika framing yang dikemas dalam berita-berita yang disajikannya dari sudut pandang ekonomi politik media.
Aspek yang dikaji dalam penelitian ini adalah pemberitaan tentang kinerja pemerintahan Presiden BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid dengan perspektif ekonomi politik. Pemberitaan yang diangkat adalah mengenai kebijakan pemerintah BJ Habibie mengenai penyelesaian masalah Timtim dan kebijakan pemerintahan Abdurrahman Wahid yang akan membuka hubungan dagang dengan Israel.
Secara metodologis, penelitian ini menggunakan pendekatan kritis dengan menerapkan analisis framing dan analisis intertekstual. Analisis framing dilakukan terhadap isi teks, dan analisis intertekstual dilakukan terhadap produksi dan konsumsi teks serta analisa terhadap praktek sosial budaya khususnya mengenai perkembangan kehidupan pers di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai proses produksi isi media.
Hasil penelitian menunjukkan adanya tiga bingkai yang digunakan Republika dalam menilai kebijakan Presiden Habibie dalam mengatasi masalah Timtim, yaitu Human Right, Universalitas dan Nasional Interest. Sedangkan dalam pemberitaan tentang kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid, Harian Republika membingkai kasus tersebut dengan : Konstitusi dan HAM, Disintegrasi dan economic Interest. Lebih lanjut di temukan bahwa, pemberitaan tentang kebijakan Presiden Habibie dikemas Harian Republika dengan memberikan positive representation dan memberikan negative representation terhadap kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid.
Positif representation terhadap kebijakan Habibie dikemas Republika dengan menggunakan catchphrase; pilihan terbaik, prestasi terbaik Habibie. dan tindakan Habibie sebagai penghormatan terhadap hak rakyat Timtim. Sedangkan depiction yang digunakan adalah; keberanian Habibie, sikap kenegarawanan, dan dosa sejarah portugal. Negative Representation yang diberikan pada kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid dikemas Republika dengan menggunakan retorika yang mendelegitimasi kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid. Kebijakan ini dinilai melalui metaphora yang digunakannya seperti; basa-basi diplomatik, tindakan yang gegabah, sikap arogan pemerintah serta menyakiti hati umat. Sedangkan depiction yang digunakan antara lain; tindakan brutal, pelecehan konstitusi, hubungan RI Israel adalah hubungan yang mubazir.
Lebih ekstrim lagi, jika kebijakan ini dijalankan, maka Republika memberikan consequences berupa; munculnya parlemen jalanan, tumbuhnya polarisasi dalam masyarakat, serta terganggunya hubungan dengan negara Arab lainnya. Sedangkan secara ekonomis efek yang ditimbulkan jika hubungan ini terealisasi adalah; timbulnya kerugian yang sangat besar di pihak Indonesia dan perbankan Yahudi akan memakan sebagian BUMN Indonesia.
Berdasarkan analisis framing yang dilakukan terhadap teks bahwa pada masa pemerintahan Presiden BI Habibie, Republika cenderung memberi bingkai positif terhadap kebijakannya. Sedangkan pada masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid, Republika memberikan bingkai negatif dan cenderung mendelegitimasi kebijakan pemerintah, terutama mengenai akan dibukanya hubungan RI - Israel.
Hal ini, secara politis bisa dijalankan, bahwa antara Republika dengan BJ Habibie sebagai presiden pada waktu itu memang ada unsur kedekatan, dimana BJ Habibie adalah Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), organisasi yang melatarbelakangi lahirnya Republika. Jadi bisa dipahami apabila pembingkaian berita tentang kasus Timtim yang dibuat Republika adalah positif.
Pada masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid, Republika lebih bersikap kritis. Dalam kebijakan mengenai hubungan RI-Israel, Republika sangat gencar memberitakan permasalahan ini dengan mengambil bingkai mendelegitimasi kebijakan presiden. Secara politis dapat dipahami, bagaimana hubungan antara Presiden dengan Harian Republika yang kurang harmonis. Sedangkan dari segi ideologis, apa yang menjadi kebijakan Abdurrahman Wahid memang bertentangan dengan garis ideologi Republika sebagai koran yang berideologi Islam Modernis. Dalam hal ini Republika mendukung suara mayoritas masyarakat muslim yang tidak menginginkan adanya hubungan RI-Israel dalam bentuk apapun. Ini dikarenakan, Israel adalah negara yang telah sering melakukan penghinaan dan penindasan terhadap bangsa Palestina dan ingin menjadikan wilavah suci umat muslim ini sebagai wilayah kekuasaannya.
Secara ekonomis, pembingkaian Republika di kedua kasus ini diharapkan dapat meningkatkan citra positif Indonesia di mata dunia internasional. Sehingga kepercayaan mereka terhadap Indonesia kembali pulih dan secara tidak langsung akan memulihkan perekonomian Indonesia yang selanjutnya berdampak pada perkembangan industri media massa."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7021
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Alberta Media,
330 EKS
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Djuni Akbar
"Studi ini memfokuskan pada iklan tv, dimana dengan kemunculan berbagai stasiun tv swasta baru maka pemirsa mendapatkan banyak pilihan, disamping itu iklan-iklan yang mensponsori suatu program tayangan juga semakin bertambah frekwensi tayangannya. Peneliti tertarik mengambil iklan media tv karena beberapa alasan antara lain, karena media ini menampilkan aspek komunikasi yang cukup beragam seperti pendengaran, penglihatan, demikian juga akibat tayangan iklan tersebut bagi masyarakat akan membentuk konsumerisme. Pemilihan iklan produk ponsel diambil karena produk ini sedang banyak diperbincangkan.
Sebagai market leader, Nokia sedang berusaha mempertahankan dan memperluas market sharenya di pasar ponsel Indonesia. Teks iklan tv Nokia 8310 diteliti dengan menggunakan metode yang dijelaskan oleh Guy Cook yaitu teks iklan diperlakukan sebagai pesan non-verbal. Pada tataran messo peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap seorang informan yang masuk dalam segmentasi pengguna ponsel tersebut, observasi juga dilakukan dengan mengikuti kegiatan informan ke kafe.Pada tingkat produksi peneliti mencoba menguraikan latar belakang produsen ponsel tersebut, posisi persaingannya, target konsumennya serta proses pembuatan ikian televisi pada umumnya, sehingga dapat diketahui latar belakang diluncurkannya iklan tv tersebut.
Gambaran teks ikian Nokia 8310 pada kenyatannya tidak terlepas dari ideologi yang mendasari beroperasinya produsen ponsel tersebut Penciptaan adegan yang mencitrakan expresi diri serta gaya digunakan dalam menjuai ponsel tersebut. Citra yang diciptakan merupakan salah satu elemen dalam budaya yang berideologi yang dimiliki oleh produsen. Ideologi tersebut juga sedang memasyarakat dikalangan rakyat Indonesia, yaitu Ideologi materialisme dan kapitalisme."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Jannah
"Tulisan ini merupakan kajian terhadap Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) dalam kerangka pemikiran Karl Polanyi berjudul The Great Transformation: The Political and Economic Origins of Our Time. Polanyi secara khusus mengkritik kesesatan ekonomistik pasar bebas yang mengakibatkan tercerabutnya sistem ekonomi dari relasi manusia. Konsekuensi yang ditimbulkan adalah pereduksian makna hidup manusia pada aspek ekonomis semata. Terisolasinya kegiatan ekonomi akibat aturan-aturan logis dan otonom menyampingkan pertimbangan-pertimbangan subjektif dari kehendak masyarakat. PEL menjadi pendekatan alternatif atas sistem ekonomi berbasis pada pemeliharaan nilai-nilai yang menjadi kekayaan sosial masyarakat. Pendekatan dalam ekonomi lokal memperluas pemaknaan sistem ekonomi sebagai upaya reflektif atas kesadaran moral natural kolektif untuk mengemban tanggung jawab sosial. Penelitian dilakukan dengan metode kepustakaan sebagai upaya refleksi kritis terhadap penilaian etis atas proses PEL. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa PEL menjadi rekonstruksi sistem ekonomi berbasis moralitas yang memungkinkan terbentuknya sistem ekonomi yang lebih partisipatoris dan terkoordinasi.

This writing is a study about the Local Economic Development (LED) in the framework of Karl Polanyi’s Book The Great Transformation: The Political and Economic Origins of Our Time. Polanyi specifically criticizes the economists digression in the free market that resulted in the uprooting of the economic system of human relations. The consequence is the reduction of the meaning of human life to the purely economic aspect. The isolated economic activities caused by logical and autonomic law that disregards the subjective considerations of the will of society. LED has become an alternative approach to the economic system based on maintaining the values that become the social wealth of society. The approach of local economy widens the meaning of economic systems as a reflective effort on collective natural moral awareness to assume social responsibility. This study was conducted using the library method as an effort to critically reflect on the ethical assessment of the LED process. In the end, it can be concluded that LED is the reconstruction of a morality-based economic system that enables the formation of a more participatory and coordinated economic system."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>